LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
A. DASAR TEORI
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan
kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot memiliki struktur filamen dalam
sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat melangsungkan perubahan sel menjadi
pendek. Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu,
terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontraksi otot.
Jaringan otot merupakan kumpulan dari sel sel yang serabut otot. Selama perkembangan
embrionik, serabut otot dibentuk melalui peleburan ekor dengan ekor dari banyak sel menjadi
struktur yang seperti pipa. Di dalam sel serabut otot ini terdapat unit kontraksi berupa protein
yang trerdiri atas miofibril-miofibril. Miofibril ini merupakan kumpulan dari lapis tebal
(miosin) dan lapis tipis (aktin).1
Secara mekanisme kontraksi otot adalah terjadinya sliding filamen, sedangkan rangkaian
proses kontraksi secara sederhana merupakan (1) adanya rangsangan dari otak melalui akson
neuron motorik keserabut otot, (2) asetilkolin yang berada disynaptic gutter akan berikatan
dengan reseptornya pada sarkolema, sehingga terjadi depolarisasi membran dan menimbulkan
potensial aksi sel otot rangkaserta menyebabkan ion natrium dan kalium keluar, dan (3)
potensial aksi yang disebarkan dari membran sel akan diteruskan melalui tubulus T,
selanjutnya merangsang terminal sisterna sarkoplasmik retikulumuntuk melepaskan ion
kalsium. Ion kalsium akan berikatan dengan troponin C pada filamen aktin dan mendorong
filamen tropomiosin menutup celah-celah aktivesite filamen aktin, sehingga aktivesite terbuka.
Otot merupakan jaringan peka yang dapat dirangsang untuk menimbulkan suatu potensial
aksi. Otot rangka melekat pada tulang dan berperan sebagai sistem perototan yang
menggerakan tubuh. Aktivitas otot diatur oleh susunan saraf melalui persarafan motorik. Otot
rangka tersusun dari serat-serat yang merupakan balok penyusun (building bloks) sistem otot.
40% dari berat badan manusia terdiri dari otot rangka dan 10% terdiri dari otot polos dan
jantung. Mekanisme kontraktil ototrangka tergantung dari protein miosin, aktin, troponin dan
tropomiosin. Ciri filamen miosin tebal, sedangkan filamen aktin tipis. Sebagian saling bertautan
sehingga menyebabkan myofibril secara bergantian menunjukan pita terang dan gelap. Pita ini
saling tumpang tindih dan terjadi penonjolan dari sisi filamen miosin. Penonjolan ini
dinamakan jembatanpenyeberangan (cross bridge).2
1
Iyhoenm, 2017, Jaringan Otot, (https://id.scribd.com/document/349289556/Jaringan-Otot-Merupakan-Jaringan-
Yang-Mampu-Melangsungkan-Kerja-Mekanik-Dengan-Jalan-Kontraksi-Dan-Relaksasi-Sel-Atau-Serabutnya) Diakses
pada tanggal 23 November 2021 Pukul 19:17
2
Madri, Kontraksi Otot Skelet, Jurnal Menssana Vol. 2, NO. 2, Mei 2017, hal 1
Fungsi jaringan otot adalah sebagai alat gerak aktif. Jaringan otot dapat melaksanakan
fungsi tersebut karena memiliki kemampuan untuk memendek jika sedang berkontraksi dan
memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan,
sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
Kontraksibilitas,
yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi
jika otot sedang melakukan kegiatan.
Ektensibilitas,
yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
Elastisitas,
yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula3.
Sel-sel otot memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki oleh sel-sel lain yaitu sifat
ekstensibilitas dan elastisitas. Ekstensibilitas artinya sel-sel otot dapat meregang (memanjang)
sampai batas tertentu apabila diberikan gaya (beban/tarikan). Elastisitas artinya sel-sel otot
4
dapat kembali ke bentuk semula apabila gaya yang diberikan kepadanya dihilangkan.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui sifat ekstensibilitas dan elastisitas otot lurik dan otot polos pada
katak
Untuk memahami konsep mengenai sifat khas otot; ekstensibilitas dan elastisitas otot
melalui percobaan
Jarum / pins
Gelas arloji
3
Kemendikbud, Jaringan Otot, (https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/jaringan%20otot
%20hewan-%20BPSMG/materi1.html) Diakses pada tanggal 23 November 2021 Pukul 19: 20
4
Mulky Adam, Laporan_4 Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot, (https://id.scribd.com/doc/262779401/Laporan-4-
Ekstensibilitas-Dan-Elastisitas-Otot-Autosaved) Diakses pada tanggal 23 November pukul 19:24
Tiang penggantung
Benang
Penggaris
Stop watch
2. Bahan
Larutan Ringer : NaCl 9,00 gram
KCI 0,42 gram
CaC12H20 0,24 gram
NaHCO3 0,20 gram
Ad Aquades sampai 1 liter
Tikus putih (Rattus norvegicus) Chloroform dan kapas / bila dibutuhkan
D. CARA KERJA
Adapun metode praktikum elastisitas dan eksistensibilitas otot dengan menggunakan tikus
putih (Rattus norvegicus) yaitu:
1) Tikus di bedah dengan menggunakan alat bedah yang tersedia.
2) Lalu mengamati anatomi tikus dan bagian-bagianya
Berikut cara kerjanya :
a. Melakukan prosedur pembedahan
1) Melakukan dislokasi servikalis pada tikus putih
2) Mentelentangkan tikus putih di papan bedah
3) Menusuk tangan dan kaki tikus dengan jarum sonde / pins agar tidak bergeser saat
proses pembedahan berlangsung.
4) Memulai membedah dari perut sampai ke atas menggunakan gunting tajam
tumpul dengan posisi mata tumpul kedalam.
5) Membuka kulit secara perlahan.
6) Mengidentifikasi organ-organ
7) Mengambil organ yang diperlukan
8) Mengakhiri pembedahan mencit dengan membuang mencit ke dalam kantong
plastik dan membersihkan alat bedah.
b. Membuat Sediaan Otot Lurik
1) Membius tikus menggunakan Cloroform sebagai cara terakhir/alternatif, yang
utama tikus didislokasi pada bagian leher dengan batang besi.
2) Melakukan dislokasi servikalis
3) Membedah tikus dan memisahkan dengan hati-hati kulit dan abdomen, sehingga
tampak otot rektus abdominis. Lalu tetesi dengan larutan ringer.
4) Membuat potongan longitudinal pada otot rektus abdominis dengan panjang 3 cm
dan lebar sama dengan lebar usus (buat 2-3 potongan)
5) Merendam potongan otot tersebut dalam larutan Ringer pada gelas arloji dan
diistirahatkan selama 2-3 menit.
c. Membuat sediaan otot polos
1) Mengeluarkan usus tikus dari dalam rongga abdomen
3) Merendam potongan otot tersebut dalam larutan Ringer pada gelas arloji dan
istirahatkan selama 2-3 menit
1) Mengikat kedua ujung potongan otot rektus abdominis dengan seutas tali,
usahakan ikatan tidak terlalu kuat ataupun terlalu longgar
2) Mengikat benang yang satunya pada penggantung, sedang benang yang lain pada
tempat beban.
3) Mengukur panjang otot antara dua ikatan sebelum diberi beban (beri kode p01),
kemudian berturut-turut tambahkan 10gram beban sampai 50gram (beri kode
p50). Ukur panjang otot pada setiap kali penambahan beban 10gram dan catat
hasilnya pada tabel.
4) Mengurangi beban secara berturut-turut seberat 10gram, sampai akhir tanpa beban
(beri kode p02). Ukur panjang otot pada setiap pengurangan beban 10gram dan
catat hasilnya pada tabel.
E. DATA PRAKTIKUM
4. Jantung 9. Testis
5. Paru-paru
Berikut tabel hasil pengukuran ekstensibilitas dan elastisitas pada usus halus (sediaan A) dan
Rectus Abdominis (sediaan B):
Keterangan:
d. Membandingkan besar pertambahan otot polos dan otot lurik setiap pertambahan
beban 10 gram.
Berikut hasil perhitungan ekstensibilitas otot:
a) Ekstensibilitas Otot Lurik
P01 3
P01 4
P01 4
Jaringan otot mempunyai kemampuan untuk ekstensibilitas yaitu kemampuan otot untuk
mengulur atau memanjang. Elastisitas yaitu kemampuan otot untuk kembali kepan-jang
semula atau normal. Irritabilitas yaitu kemampuan otot untuk merespon rangsang.
Kontraktibilitas yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan memendek, kemampuan ini
dimiliki oleh semua jenis otot baik otot jantung, otot rangka atau skeletal maupun otot
polos5.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, terdapat 3 tipe jaringan otot yaitu, otot rangka, otot
polos, dan otot jantung. Jaringan otot rangka atau lebih umum disebut sebagai otot
ditemukan dalam daging manusia dan kandungannya sekitar 40 % dari berat tubuh individu.
Jaringan ini juga menghasilkan sejumlah panas yang sangat penting untuk membantu
mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan. Otot rangka juga biasa disebut otot lurik
(striated muscle) atau otot sadar.Sel (serat) otot rangka yang panjang dan berbentuk silinder
mengandung banyak nukleus terletak di tepi seldan tampak bergaris (gambar 13). Setiap sel
otot memiliki ujung saraf motorik sendiri. Impuls saraf yang berjalan ke otot sangat penting
untuk menimbulkan kontraksi6.
Otot polos polos juga disebut sebagai otot tak sadar (otot viseral). Istilah viseral mengacu
kepada organ internal, yang banyak mengandung sel otot polos.Umumnya, otot polos
bertindak untuk mendorong zat-zat melalui organ dengan kontraksi dan relaksasi. Disebut
otot polos karena tidak memiliki garis atau pita seperti halnya pada otot rangka. Sel otot
polos lebih pendek dari sel otot rangka. Berbentuk spindle dan meruncing pada ujungnya
5
Irfan M, Nurmawan I Putu Sutha, Pengaruh Penurunan Nilai Chronaxie Pada Arus Strength Duration Curve
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot. Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005, hal 4
6
Kemenkes, 2016, Anatomi dan Fisiologi Manusia, (Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumberdaya Kesehatan
: Jakarta Selatan), hal 43
dan hanya memiliki satu nukleus yang terletak ditengah. Meskipun impuls saraf dapat
menyebabkan kontraksi, otot polos umumnya tidak dapat dirangsang untuk berkontraksi
oleh saraf sadar sehingga disebut sebagai otot tak sadar.Berarti kita tidak mengontrol
kontraksinya, tetapi dikontrol oleh sistem saraf otonom. Jaringan otot polos ditemukan
dalam dinding organ tubuh berongga seperti lambung, usus, kandung kemih, uterus, dan
pembuluh darah. Sel otot polos terususun dalam dua lapisan, lapisan longitudinal bagian luar
dan lapisan sirkuler bagian dalam. Kontraksi simultan dari dua lapisan tersebut mendorong
material ke dalam organ berongga dalam satu arah, karenanya makanan didorong oleh
kontraksi otot polos sepanjang saluran pencernaan yang disebut peristaltik dan darah
didorong sepanjang arteri dan vena. Urin juga didorong ke bawah menuju ureter oleh
kontraksi otot polos7.
G. BAHAN DISKUSI
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa semakin bertambahnya berat beban, maka
ekstensibilitas otot polos mengalami peningkatan dengan rata-rata 7,3 cm. Sedangkan
elastisitas otot polos mengalami peningkatan dengan rata-rata 7,2 cm. Diketahui bahwa
ekstensibilitas dan elastisitas otot lurik juga mengalami peningkatan seiring penambahan
beban. Rata-rata penambahan ekstensibilitas dan elastisitas otot lurik adalah 4,2 cm.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa otot polos memiliki nilai
ekstensibilitas sebesar 100% sedangkan otot lurik memiliki nilai ekstensibilitas sebesar
35,3%. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai ekstensibilitas otot polos lebih besar
daripada nilai ekstensibilitas otot lurik. Otot polos memiliki nilai elastisitas sebesar 1,63%
begitu pula otot lurik memiliki nilai elastisitas sebesar 4,76%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa nilai elastisitas otot lurik lebih besar daripada nilai elastisitas otot polos. Nilai yang
jauh berbeda menunjukkan elastisitas yang kurang sempurna sehingga otot tidak dapat
kembali ke ukuran semula.
H. KESIMPULAN
Otot pada dasarnya bekerja dengan berkontraksi sehingga otot akan memendek dan
mengeras sampai tulang yang dilekati oleh otot tersebut akan tertarik atau terangkat.
Praktikum Ekstensibilitas dan Elastisitas Otot dilakukan pengamatan terhadap sendiaan otot
polos dan otot lurik pada tikus putih . Elastisitas yang dimiliki otot lurik ini sebesar 4,76%
memiliki perbedaan terhadap otot polos karena pada saat pengukuran otot polos mudah lepas
7
Ibid, hal 44
dari parasut sehingga mempengaruhi perhitungannya. Nilai yang jauh berbeda tersebut juga
menunjukkan elastisitas yang kurang sempurna sehingga otot tidak dapat kembali ke ukuran
semula.
Sedangkan otot polos memiliki ekstensibilitas lebih tinggi dari otot lurik yaitu sebesar 100%
dan pada otot lurik hanya memiliki ekstensibilitas sebesar 35,3%.
DAFTAR PUSTAKA
Irfan M, Nurmawan I Putu Sutha, 2005. Pengaruh Penurunan Nilai Chronaxie Pada Arus
Strength Duration Curve Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot. Jurnal Fisioterapi
Indonusa Vol. 5 No. 1.
Kartika Sari, Desi. 2020.Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Tulungagung : IAIN
Tulungagung
LAMPIRAN