Oleh :
1.
2.
3.
MARLINA (20092508031)
PR O G R AM S T U D I B I O M E D I K
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariot kuno dan tetap pada
keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga. Mekanisme tersebut
termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin, fagositosis, dan sistem
komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif
baru-baru ini, dengan adanya evolusi vertebrata. Imunitas vertebrata seperti
manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan yang
berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari respon
imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui
patogen khusus secara lebih efektif. Proses adaptasi membuat memori
imunologikal dan membuat perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di
masa depan dengan patogen tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis
dari vaksinasi.(2)
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh
juga berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit.
Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada
biasanya, menyebabkan munculnya infeksi. Dalam makalah ini akan dibahas
tentang evolusi dari sistem imun yaitu evolusi imunitas pada invertebrate dan
vertebrata.(2)
I.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana evolusi imuntas pada invertebrate dan vertebrata
BAB II
PEMBAHASAN
Kita dapat lebih banyak belajar dari ivertebrata mengenai ekspansi, evolusi
imunitas yang telah melindungi jutaan metozoa.
Oleh karena produk humoral asal organisme tersebut biasanya merupakan
bahan antibakteri poten, kita akan lebih memahami mekanisme imunitas
alamiah, tidak hanya pada invertebra, tetapi juga akan menguntungkan
sebagai sumber makanan dan obat.(3)
Salah satu analisis dini sistem imun invertebrata diperoleh dari imunitas
transplantasi pada cacing tanah. Mengingat invertebrata telah hidup berjuta-juta
tahun, diduga bahwa sistem imun berfungsi sebagai strategi untuk hidup efektif,
alamiah, nonadiktif, nonspesifik, nonantisipasi, nonklonal dan non kombinotarial.
Hal itu merupakan hal yang sebaliknya dari imunitas spesifik yang didapat,
diinduksi, spesifik antisipatori, klonal dan kombinatorial. Sistem imun spesifik
menggunakan sel B dan T yang tergantung dari penyusunan ulang gen yang pada
invertebrata belum dapat dibuktikan.(3)
Invertebrata memiliki berbagai mekanisme untuk mengenal dan
memberikan respons terhadap bahhan nonself meskipun tidak memiliki sistem
imun limfoid, baik komponen selular maupun humoral. Respons imun internal
invertebrata terdiri atas fagositosis, enkapsulasi dan pembentukan nodul.(3)
Sel- sel invertebrata diduga memiliki reseptor, namun sifatnya belum
banyak diketahui seperti halnya dengan reseptor pada vertebrata yang berupa
antobodi pada sel B dan reseptor sel T. Molekul permukaan sel-sel kompeten
imun invertebrata tidak banyak jumlahnya dan tidak mampu memberikan respons
Spons
Cacing
Ada 4 jenis sel yang ditemukan dalam rongga badan cacing tanah,
semuanya vagositik. Beberapa sel berperan dalampenolakn alograft, sedang
lainnya memproduksi bahan bakterial. Keulomosit adalah leukosit fagositik yang
bersirkulasi atau menetap yang berpartisipasi dalam pertahanan invertebrata yang
memiliki rongga badan melalui fagositosis dan enkapsulasi.(3)
3.
Serangga
menjadi datar membentuk dinding sekitar benda asing dan mengisolasinya dalam
jaringan.(3)
3. Kucing
Sistem imun kucing serupa dengan mamalia lainnya. Meskipun jaringan
limfoid perifer dan timus pada kucing dapat disamakan dengan mamalia lain,
namun pada kucing ditemukan populasi makrofag intravaskular pulmoner yang
membuatnya rentan terhadap renjatan septik atas peran TNF asal makrofag.(3)
4. Kuda
Imunitas kuda serupa dengan kebanyakan spesies mamalia. Timus dan
sumsum tulang merupakan sumber pembentukan sel T dan sel B. Perkembangan
sel B terjadi di plak Peyer yang merupakan struktur tunggaldi ileum terminal.(3)
5. Babi
Imunitas babi berbeda dari tikus dan manusia yang memiliki 4 jenis plak
Peyer dan papila tonsil kecil yang mengeluarkan limfosit dari kelenjar limfoid
langsung kedalam sirkulasi ( tidak ke efek eferan limfe ). Babi memiliki IgG, IgA,
IgE, IgM dan leukosit perifer seperti pada manusia.(3)
6. Kambing/ domba
Kambing/domba memiliki subset sel T utama, terbanyak CD4, atau CD8,
MHC-I dan MHCII.(3)
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
3. Sistem imun vertebrata berkembang lain sama sekali dan berbeda dari
sistem imun invertebrata.
III.2 Saran
Pengembangan ilmu pengetahuan di bidang imunologi sebaiknya terus
dilakukan observasi atau penelitian pada sistem imunitas invertebrata dan
vertebrata sehingga dapat dimanfaatkan sistem imunitas tersebut pada kehidupan
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.ncbi.nml.nih.gov/books/bv.fcgi?call=bv. View. Show
TOC&rid=mboc4. TOC&depth=2. Diakses tanggal 01 April 2010.
2. http://web.archive. 2010. Org/web/nic
savba.sk/gos/books/showentific/Inffever.html. Diakses tanggal 03 April
2010.
3. Baratawidjaja, Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar. Jakarta : Gaya
Baru.