PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Kekebalan tubuh sangat mendasar perannya bagi kesehatan, tentunya harus
di sertai dengan pola makan yang sehat, olah raga yang cukup serta terhindar dari
masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir didalam
tubuh, maka harus segera dikeluarkan.
Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh yang
sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap
penyakit juga prima. Pada bayi yang baru lahir pembentukan sistem kekebalan tubuhnya
belum sempurna dan memerlukan ASI yang membawa sistem kekebalan sang ibu untuk
membantu kekebalan tubuh bayi. Semakin dewasa sistem kekebalan tubuh terbantuk
semakin sempurna. Namun pada orang lanjut usia sistem kekebalan tubuhnya secara
alami semakin menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit degeneratif atau penyakit
penuaan.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan instan.
Hal ini berdampak juga pada pola makan misalnya sarapan didalam kendaraan, makan
siang serba tergesah-gesah, dan malam karena kelelahan jadi tidak ada nafsu makan.
Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga dan
stres. Apabila terus berlanjut maka daya tahan tubuh akan terus menurun, lesu, cepat lelah
dan mudah terserang penyakit. Sehingga saat ini banyak orang yang masih muda banyak
yang mengidap penyakit degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern serta polusi,
diet tidak seimbang dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga menurunkan
kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh seringkali terabaikan sehingga
timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia dini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah imunologi?
2. Apa pengertian sistem imun?
1
3.
4.
5.
6.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah imunologi
2. Untuk mengetahui pengertian sistem imun
3. Untuk mengetahui fungsi sistem imun
4. Untuk mengetahui bagaimana respon imun
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud antigen dan antibodi
6. Untuk mengetahui apa saja macam-macam imunitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunologi
Imunologi adalah (immunis : bebas, logos:ilmu), ilmu yang mempelajari system
pertahanan tubuh/cabang ilmu biomedis luas yang meliputi studi tentang semua aspek
dari sistem kekebalan pada semua organisme. Ini berkaitan dengan, antara lain, fungsi
fisiologis dari sistem kekebalan tubuh dalam keadaan kesehatan dan penyakit, malfungsi
dari sistem kekebalan pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hypersensitivities,
defisiensi imun, penolakan transplantasi), kimia, fisik dan fisiologis karakteristik
komponen dari sistem kekebalan tubuh in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki
aplikasi dalam beberapa disiplin ilmu pengetahuan, dan dengan demikian lebih lanjut
dibagi.
B. Sejarah Imunologi
I.
Tahap Empirik
Mithridates Eupatoris VI seorang raja dari Pontis Yunani, (132 63 SM)
dianggap ahli imunologi pertama. Cara: meminum racun sedikit demi sedikit
sehingga orang menjadi kebal terhadap racun. Dikenal dengan paham
mithridatisme. Pada abad ke 12, bangsa Cina mengenali bagaimana mengatasi
penyakit cacar. Cairan atau kerak dari orang yang terkena cacar tapi tidak berat
apabila dioleskan pada kulit orang sehat dapat melindungi terhadap cacar. Begitu
pula orang timur tengah menggoreskannya pada orang dengan membubuhkan
bubuk pada penderita cacar yang tidak parah akan melindungi keadaan yang lebih
parah. Metode ini dikenal dengan: tindakan variolasi. Dr Edward Jenner (1749
1823), menggunakan bibit penyakit cacar dari sapi untuk ditularkan pada
manusia. Mulailah penggunaan vaksinasi untuk menggantikan istilah variolasi.
Vacca: sapi.
II.
Tahap Ilmiah
Louis Pasteur dan kawan-kawan (1822 1895), meneliti kemungkinan
pencegahan penyakit dengan cara vaksinasi melalui penggunaan bibit penyakit
yang telah dilemahkan terlebih dahulu. Pada waktu itu digunakan untuk
mengatasi penyakit kholera yang disebabkan Pasteurella aviseptica. Pfeifer (1880)
murid Koch meneliti Vibrio cholerae untuk mengatasi wabah penyakit kholera.
Elie Metchnikof (1845 1916) mengungkapkan bagaimana mekanisme efektor
3
bekerja dalam tubuh terhadap benda asing. Memperkuat pendapat Koch dan
Neisser. Adanya mekanisme efektor dari sel leukosit untuk mengusir bakteri
dinamakan proses fagositosis. Sel tubuh yang memiliki kemampuan fagositosis
dinamakan fagosit.
Fodor (1886), ilmuwan pertama yang mengamati pengaruh langsung dari
serum imun tehadap mikroba tanpa campur tangannya komponen seluler.
Penemuan ini diperkuat oleh Behring dan Kitasato (1890) yang menunjukkan
bahwa serum dapat menetralkan aktifitas tetanus dan difteri. Jules Bordet (1870
1961) mengemukakan bahwa untuk lisis diperlukan 2 komponen yang terdapat
dalam serum imun. Sebuah diantaranya bersifat termostabil yang dikemudian hari
ternyata adalah antibody sedangkan komponen lainnya bersifat termolabil yang
dinamakan komplemen. Pada saat itulah mulai diperkenalkan istilah antigen untuk
memberikan nama bagi semua substansi yang dapat menimbulkan reaksi dalam
tubuh terhadapnya. Dan juga istilah antibody untuk substansi dalam serum yang
mempunyai aktifitas menanggulangi terhadap antigen yang masuk ke tubuh.
Penemuan oleh Fodor mengawali penelitian untuk mendukung teori
mekanisme melalui imunitas humoral. Wright dan Douglas (1903), mengatakan
proses fagositosis akan dipermudah apabila ditambahkan serum imun. Bahan
yang diduga dikandung dalam serum itu dinamakan opsonin. Jadi mekanisme
efektor seluler dan humoral bersifat saling memperkuat. Pada saat bersamaan
ditemukan fenomena lain dalam imunologi yaitu adanya penyimpangan dalam
tubuh seseorang karena bereaksi terlalu peka. Pirquet membedakan fenomena tsb
dalam bentuk serum sickness, alergi dan anafilaksis.
Sampai Tahun 1940- an banyak dilakukan penelitian tentang aplikasi
dan pengembangan tentang fenomena imunologi khususnya dalam penyediaan
serum imun (anti tetanus, anti rabies dll), reagen untuk diagnostik dan program
vaksinasi. Felton, menemukan fenomena lain yaitu bahwa dalam tubuh mungkin
dapat timbul tidak adanya respon imun terhadap suatu subtansi atau antigen
tertentu. Fenomena ini disebut toleransi imunologik. Felton berhasil memurnikan
untuk pertamakalinya antibody dari antiserum kuda terhadap pneumococcus.
III.
Tahap Modern
4
precenting cell (APC) yang memproses antigen sedemikian rupa sehingga dapat
menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun. Dengan rangsangan antigen yang
telah diproses tadi, sel-sel system imun berploriferasi dan berdiferensiasi
sehingga menjadi sel yang memiliki kompetensi imunologik dan mampu bereaksi
dengan antigen (Bellanti, 1985; Roitt,1993; Kresno, 1991).
Walaupun antigen pada kontak pertama (respons primer) dapat
dimusnahkan dan kemudian sel-sel system imun mengadakan involusi, namun
respons imun primer tersebut sempat mengakibatkan terbentuknya klon atau
kelompok sel yang disebut dengan memory cells yang dapat mengenali antigen
bersangkutan. Apabila dikemudian hari antigen yang sama masuk kedalam tubuh,
maka klon tersebut akan berproliferasi dan menimbulkan respons sekunder
spesifik yang berlangsung lebih cepat dan lebih intensif dibandingkan dengan
respons imun primer.
interferon,
yang
dapat
membantu
makrofag
untuk
b. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul
Iainnya. Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang
bersifat antigen, sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein,
karbohidrat, sel-sel kanker, dan racun.
Karakteristik Antigen
Karakteristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon imun
adalah sebagai berikut:
a) Asing (berbeda dari self )
Pada umumnya, molekul yang dikenal sebagai self tidak bersifat
imunogenik, jadi untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal
sebagai nonself.
b) Ukuran molekul
Imunogen yang paling poten biasanya merupakan protein
berukuran besar. Molekul dengan berat molekul kurang dari 10.000
kurang bersifat imunogenik dan yang berukuran sangat kecil seperti asam
amino tidak bersifat imunogenik.
10
Antigen dapat
berinteraksi dengan
Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh akibat
rangsangan antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis. Fungsinya mencegah gerakan
mikroorganisme antigen memudahkan fagositosis dan Aglutinosis kuat terhadap
antigen.
d) Imunoglobulin E
Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil
dan eosinofil. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing, skistosomiasis,
trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing.
e) Imunoglobulin D
Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat komplemen.
Mempunyai aktifitas antibodi terhadap makanan dan autoantigen.
PROSES PEMBENTUKAN ANTIBODI
F. Macam-macam Imunitas
Imunitas dapat dibedakan menjadi imunitas alami dan imunitas buatan.
a. Imunitas alami
Imunitas alami yaitu kekebalan yang sudah dimiliki seseorang sejak lahir,
misalnya kekebalan manusia terhadap penyakit-penyakit hewan atau dikenal
sebagai kekebalan spesies walaupun ada juga penyakit hewan yang dapat menular
pada manusia, misalnya penyakit tuberkolosis dari sapi yang ditularkan melalui
susu sapi, penyakit antraks dari biri-biri dan sapi serta beberapa penyakit lainnya.
b. Imunitas buatan
Imunitas buatan yaitu kekebalan yang diperoleh seseorang selama
hidupnya, imunitas ini dapat dibedakan lagi menjadi imunitas aktif dan imunitas
pasif. Timbulnya imunitas aktif disebabkan oleh adanya rangsangan antigen
tertentu dari kuman atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh secara
kebetulan atau sengaja sehingga tubuh menghasilkan antibodi tertentu pula sesuai
dengan antigen yang harus dilawan. Masuknya antigen secara kebetulan, misalnya
karena terinfeksi kuman penyakit campak, cacar air, atau gondong, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Ada beberapa macam vaksin yang dikelompokkan berdasarkan jenis
antigen yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :
a) Toksoid yaitu larutan toksin diubah melalui perlakuan-perlakuan kimia dan
fisika sehingga tidak bersifat racun lagi terhadap tubuh.
b) Bakteri atau virus yang sudah dimatikan oleh sinar ultraungu, pemanasan,
atau secara kimia, misalnya vaksin Salk pencegah kelumpuhan pada anakanak karena polio.
c) Bakteri atau virus yang sudah dilemahkan sehingga hanya menimbulkan
infeksi ringan dalam waktu singkat, misalnya, vaksin cacar, tuberkolosis,
antraks, dan vaksin Sabin pencegah polio.
d) Antigen yang telah dipisahkan dari kuman penyebab penyakit tertentu,
misalnya antigen yang diperoleh dari bakteri penyakit pneumonia.
Imunitas aktif biasanya diperoleh beberapa minggu setelah vaksinasi dan
berguna sebagai tindak pencegahan terhadap beberapa penyakit, misalnya batuk
rejan (pertusis), cacar (variola), hepatitis, polio, difteri, dan campak. Kekebalan
tersebut dapat bertahan sampai bertahun-tahun bahkan ada yang seumur hidup.
Imunitas pasif dilakukan dengan cara memasukkan antibody tertentu dalam
13
bentuk serum, yaitu plasma darah yang sudah tidak mengandung fibrinogen.
Dalam hal ini tubuh kita berperan aktif untuk mendapatkan kekebalan tersebut.
Kekebalan yang diperoleh dengan cara ini biasanya bersifat sementara, yaitu
berkisar dari beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Serum yang mengandung antibodi diperoleh dari manusia atau hewan,
seperti kuda dan kelinci yang tubuhnya telah diberi antigen dari kuman penyakit
tertentu. Beberapa serum yang telah lama dikenal, misalnya serum yang
mengandung antibodi terhadap kuman tetanus, difteri, campak, gondong, cacar,
dan rabies. Imunitas pasif dapat juga berasal dari tubuh ibu yang masuk ke tubuh
fetus melalui plasenta.. Hal ini sangat penting untuk melindungi bayi pada
minggu-minggu pertama kelahiran terhadap beberapa penyakit. Zaat antibodi
dapat juga diberikan dari ibu yang baru melahirkan melalui air susunya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem imun adalah sistem perlindungan tubuh dari pengaruh luar yang dilakukan
14
oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungungi tubuh dari infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan dalam
tubuh melemah, kemampuan melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu dapat berrkembang dalam
tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa
jenis kanker.
Sistem imun berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi penyebab penyakit
dengan menghancurkan dan mennghilangkan mikroorganisme atau substansi asing
(bakteri, virus, parasit, jamur serta tumor) yang masuk kedalam tubuh, menghilangkan
jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan, menggenali sel atau
jaringan yang abnormal. Sasaran utama yaitu bakteri, patogen dan virus. Leukosit
merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast).
15