Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
010718014
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan 1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Imunologi 2
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 5
DAFTAR PUSTAKA 5
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem
imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan
pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin
seperti: malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun,
hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi,
dan fisiologis komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan
sebagai suatu bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan
klinis, membahas masalah antigen, antibody, dan fungsi-fungsi berperantara sel
terutama yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologik
yang bersifat hipersensitif, alergi dan penolakan jaringan asing.
1. Pembuatan Vaksin
Dalam berkembangnya imunologi, vaksin merupakan yang pertama
ditemukan untuk membantu tubuh mengenali bahaya penyakit yang akan
datang. Seperti yang telah kita ketahui, vaksin terbuat dari virus yang telah
dirusak atau dikristalkan atau dalam kata lain virus yang telah dimatikan
sehingga tidak mampu untuk menyerang tubuh kita karena ia tidak
berbahaya lagi. Akan tetapi, tubuh tetap akan mengenalinya sebagai benda
asing yang berasal dari luar tubuh sehingga sistem pertahanan tubuh
menjadi aktif akibat adanya virus dari vaksin tersebut. Saat tubuh mengenali
2
adanya bahaya tersebut, butuh waktu beberapa hari untuk dapat menbentuk
sistem pertahanan yang kuat untuk dapat menyerang virus tersebut. Akan
tetapi, ketika virus yang sama (real virus) benar-benar menyerang tubuh
untuk yang kedua kalinya, sistem pertahanan tubuh akan merespon dengan
sangat cepat disebabkan karena sistem imun mempunyai memori yang dapat
mengingat bahwa tubuh pernah terserang oleh virus tersebut. Sehingga
tubuh dapat menghancurkannya dengan cepat.
2. Diagnosis Penyakit
Alam mendiagnosa suatu penyakit, ternyata dapat dilakukan dengan
mengecek antibodi terhadap virus/bakteri yang seseorang miliki. Antibodi
tersebut bisa menggambarkan seberapa parah kondisi orang yang terkena
virus tersebut.
3. Terapi
Jika antibodi terhadap virus/bakteri dapat digunakan untuk
mendeteksi atau mendiagnosa suatu penyakit, maka antibodi terhadap
toksin/bisa juga dapat dimanfaatkan. Antibodi terhadap toksin/bisa dapat
digunakan dalam terapi, contohnya seperti ketika seseorang tergigit oleh
ular yang memiliki bisa, maka antibodi terhadap bisa tersebut dapat
dimanfaatkan untuk menyembuhkannya.
4. Pembuatan Obat yang Mempengaruhi Respon Imun
Obat yang dapat mempengaruhi sistem imun yaitu Transfer
Factor. Pada awalnya, transfer factorini dicetuskan oleh Dr. Sherwood
yang menyatakan bahwa sistem imun seseorang yang pernah terkena
penyakit TBC dapat dipindahkan ke sistem imun seseorang yang belum
pernah terkena penyakit TBC melalui sel darah putih. Sehingga ketika itu,
para peneliti gencar untuk meneliti hal tersebut. Namun, suatu ketika
penelitian tersebut sempat terhenti karena 2 hal yaitu, ditemukannya
antibiotik yang harganya lebih murah dibandingkan dengan transfer
factor dan ditemukannya indikasi virus HIV serta Hepatitis C pada serum
darah yang sedang diteliti tersebut. Setelah berpuluh-puluh tahun, ternyata
terdapat dua orang ahli yang menemukan bahwa transfer factor diturunkan
dari setiap ibu kepada anaknya melalui plasenta dan kolostrum. Oleh karena
3
itu, ketika bayi baru lahir, penting sekali agar ia mendapaytkan ASI (3 hari
awal) yang mengandung kolostrum dari ibunya, jika tidak maka sistem
imunnya akan lemah dan mudah terserang penyakit.
5. Pembuatan Obat yang menginduksi Respon Imun
Obat yang menginduksi respons imun termasuk dalam golongan
hapten. Hapten merupakan suatu zat asing sejenis antigen tapi tidak dapat
merangsang respon imun kecuali jika berikatan dengan molekul pembawa
yang lebih besar seperti protein. Hapten diibaratkan sebagai antigen yang
cacat karena ia hanya bisa berikatan dengan produk hasil respons imun
(antibodi) namun tidak dapat menghasilkan antibodi. Lain halnya antibodi
yang akan menuju ke limfosit T terlebih dahulu, setelah itu baru ke Limfosit
B, Hapten langsung menuju ke Limfosit B untuk berikatan dengan antibodi
tanpa melalui Limfosit T.
4
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
5
DAFTAR PUSTAKA