Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INTERAKSI OBAT

“INTERAKSI OBAT SUNTIK DENGAN OBAT SUNTIK DAN INTERAKSI


OBAT DENGAN CAIRAN INFUS”

Disusun Oleh:

1. Neneng Lisnawati 17380060


2. Sella Kartika 17380084
3. Bella Afni Ganis 17380094

PRODI SI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI 201
A. Interaksi Obat

Interaksi obat adalah peristiwa dimana kerja obat dipengaruhi oleh obat lain
yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan, akibat yang tidak dikehendaki dari
peristiwa interaksi ini ada dua kemungkinan yakni meningkatnya efek toksik atau
efek samping obat atau berkurangnya efek klinis yang diharapkan (IONI, 2008).

Interaksi obat merupakan kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas


obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan
efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah
antara satu obat dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan
makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan
kandungan infus

B. Mekanisme terjadinya interaksi-obat


Mekanisme interaksi obat dapat melalui beberapa cara, yakni interaksi secara
farmasetik (inkompatibilitas); interaksi secara farmakokinetik dan interaksi secara
farmakodinamik.
a. Interaksi farmasetik
Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas farmasetik bersifat
langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi, misalnya terjadinya presipitasi,
perubahan warna, tidak terdeteksi (invisible), yang selanjutnya menyebabkan obat
menjadi tidak aktif. Contoh: interaksi karbcnisilin dengan gentamisin terjadi
inaktivasi; fenitoin dengan larutan dextrosa 5% terjadi presipitasi; amfoterisin B
dengan larutan NaCl fisiologik, terjadi presipitasi. Jangan mencampur dalam
sistem jarum suntik infus yang sama atau dengan obat lain: adrenomimetiki,
ampisilin garam natrium, amfoterisin B, asam askorbat, Vitamin B, fitomenadiona,
dipiridamol (kurantil), natrium oksiferriskorbon, fenotiazin (Klorpromazin dan
lain-lain.), furosemid, etamzilat, eufillin (aminofillin).
b. Interaksi farmakokinetik
Interaksi dalam proses farmakokinetik, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi (ADME) dapat meningkatkan ataupun menurunkan kadar plasma obat.
Interaksi obat secara farmakokinetik yang terjadi pada suatu obat tidak dapat
diekstrapolasikan (tidak berlaku) untuk obat lainnya meskipun masih dalam satu
kelas terapi, disebabkan karena adanya perbedaan sifat fisikokimia, yang
menghasilkan sifat farmakokinetik yang berbeda..
Contohnya, interaksi farmakokinetik oleh simetidin tidakdimiliki oleh H2-bloker
lainnya; interaksi oleh terfenadin, aztemizole tidak dimiliki oleh antihistamin non-
sedatif lainnya.

c. Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem
reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang
aditif, sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada perubahan kadar plasma ataupun
profil farmakokinetik lainnya. Interaksi farmakodinamik umumnya dapat
diekstrapolakan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi,
karena klasifikasi obat adalah berdasarkan efek farmakodinamiknya. Selain itu,
umumnya kejadian interaksi farmakodinamik dapat diramalkan sehingga dapat
dihindari sebelumnya jika diketahui mekanisme kerja obat.

C. Interaksi obat di luar tubuh


Interaksi yang terjadi diluar tubuh ( sebelum obat di berikan) antara obat
yang tidak bisa di campur disebut inkompatibel atau intraksi farmasetis.
Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara
fisika atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan
endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga tidak terlihat.
Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
Hal yang paling penting untuk diketahui oleh dokter maupun apoteker
sebagai tenaga kesehatan adalah interaksi obat diluar tubuh yaitu interaksi antara
obat suntik dengan cairan infus, dimana banyak sekali obat-obat suntik yang
inkompatibilitas dengan cairan infus. Selain itu interaksi obat dapat terjadi pada
saat formulasi atau disiapkan sebelum digunakan oleh pasien.

D. Contoh interaksi obat di luar tubuh

No Obat Obat Mekanisme kerja Efek Solusi


Precipitant Object (B)
(A)

1. Penicilin Larutan RL Terbentuknya Penicillin tidak obat tidak


(Ringer senyawa kompleks aktif (endapan) dicampur
Laktat) dan endapan bersamaan

2. Karbenisilin Gentamisin menghambat kerja Gentamisin Tidak


gentamisin tidak aktif, dicampur
kabenisilin secara
rusak bersamaan

3. Rifampisin Isoniazid Digerus bersamaan, INH mengalami Pemberian


(INH) menurunkan aktifitas penurunan obatnya
INH karena sifat aktifitas dipisah, tidak
rifampisin yang digerus
higroskopis. bersama.

4. Amfoterisin Larutan Membentuk senyawa Amfoterisin Amfoterisin


garam kompleks sehingga akan mengendap tidak
fisiologis/ terjadi proses dalam larutan dicampur
larutan pengendapan garam bersamaan
Ringer fisiologis/larutan dengan cairan
Ringer infus
5. Fenitoin Larutan Terjadinya interaksi Fenitoin akan Fenitoin tidak
dextrose 5 antara fenitoin mengendap dicampur
% dengan larutan dalam larutan bersamaan
dextrose 5 % jika dextrose 5% dengan cairan
diberikan secara infus
bersamaan

6. Diazepam Cairan Infus Terjadinya interaksi Diazepam akan Diazepam


antara diazepam mengendap diberikan
dengan cairan infus dalam cairan secara
jika diberikan secara infus terpisah
bersamaan dengan cairan
infus

7. Aspirin Natrium Dalam udara Aspirin Pemakaian


bikarbonat terdapat H2O Terhidrolisis wadah ampul
kemungkinan yang
terjadinya hidrolisis berwarna
gelap

8. Oksitetra Diphenhidra Terjadinya interaksi Oksitetrasiklin- Oksitetrasikli


min antara HCl akan n-HCl tidak
siklin- HCl
oksitetrasiklin-HCl mengendap dicampur
dengan dalam larutan bersama
diphenhidramin jika diphenhidramin cairan
diberikan secara diphenhidram
bersamaan in

9. Phenitoin- Infus Terjadinya interaksi Phenitoin-Na Phenitoin-Na


Na antara phenitoin-Na akan mengendap tidak
dengan infus jika dalam larutan dicampur
diberikan secara infus bersama
bersamaan cairan infus

10. Oksitertrasi MgS04 Terjadi interaksi Terbentuk Oksitertrasikl


klin- HCl antara ikatan komplek in- HCl tidak
oksitetrasiklin-HCl tak larut di campur
dengan MgSO4 Oksitetrasiklin- bersama
Ca MgSO4

Penicilin merupakan salah satu antibiotic yang apabila di reaksikan bengan


Larutan RL (Ringer Laktat) akan terbentuk suatu senyawa kompleks antara penicillin
dengan larutan ringer sehingga dapat terjadi proses pengendapan. Hal ini membuat
Penicillin menjadi tidak aktif karena eddapan yang dihasilkan. Untuk itu Penicillin
sebaiknya tidak dicampur bersamaan dengan hidrokortison taua dalan hal ini larutan
ringer laktat.

Karbenisilin sebaiknya tidak dicampur dengan Gentamisin, karena jika


dberikan bersama karbenisilin akan dapat menghambat kerja gentamisin. Hal ini
membuat Gentamisin menjadi tidak aktif selain itu kabenisilin akan rusak. Oleh
karena itu sebaiknya kedua obat tersebut tidak dicampur secara bersamaan.

Rifampisin dapat berinteraksi dengan Isoniazid (INH) pada proses pencampuran.


Bila digerus bersamaan,maka menurunkan aktifitas INH hal ini dikarenakan sifat
rifampisin yang higroskopis. Efek yang ditimbulakan adalah INH mengalami
penurunan aktifitas. Oleh karena itu pemberian obatnya harus dipisah, dan tidak
digerus bersama pada saat pembuatan.

Amfoterisin jika dicampur dengan Larutan garam fisiologis/ larutan Ringer


maka akan terbentuknya suatu senyawa kompleks antara amfoterisin dengan larutan
ringer. Hal ini dapat menyebabkan proses pengendapan. Amfoterisin akan
mengendap dalam larutan garam fisiologis/larutan Ringer. Oleh karena itu
Amfoterisin tidak dicampur bersamaan dengan cairan infus.

Fenitoin dapat bereaksi dengan Larutan dextrose 5 % diluar tubuh. Jika


diberikan bersama maka akan terjadinya interaksi antara fenitoin dengan larutan
dextrose 5 % . hal ini menyebabkan Fenitoin akan mengendap dalam larutan dextrose
5%, sehingga Fenitoin tidak dicampur bersamaan dengan cairan infus.

Diazepam akan mengendap apabila di berikan bersamaan dengan Cairan Infus


hal ini terjadi diluar tubuh manusia. Sebaiknya Diazepam diberikan secara terpisah
dengan cairan infus. Karena endapan yang diazepam dalam cairan infus tidak akan
memberikan efek farmakologis.

Aspirin dapat berinteraksi dengan Natrium bikarbonat di lingkungan terbuka.


H2O yang terdapat dalam udara memungkinan terjadinya hidrolisis Aspirin. Cahaya
mataharipun berperan dalam hidrolisis aspirin. Oleh karena itu perlu diperhatikan
pemakaian wadah ampul yang berwarna gelap untuk menghindari terjadinya
hidrolisis.

Oksitetrasiklin- HCl dapat berinteraksi dengan Diphenhidramin. Terjadinya


interaksi antara oksitetrasiklin-HCl dengan diphenhidramin jika diberikan secara
bersamaan. Oksitetrasiklin-HCl akan mengendap dalam larutan diphenhidramin. Oleh
karena itu Oksitetrasiklin-HCl tidak dicampur bersama cairan diphenhidramin.

Phenitoin-Na bereaksi dengan Infus diluar tubuh manusia. Terjadinya interaksi


antara phenitoin-Na dengan infus apabila diberikan secara bersamaan. Hal ini
menyebabkanPhenitoin-Na akan mengendap dalam larutan infus. Karena hal tersebut
Phenitoin-Na tidak dicampur bersama cairan infus.

Oksitertrasiklin-HCl dapat berinteraksi dengan MgS04. Terjadi interaksi antara


oksitetrasiklin-HCl dengan MgSO4 dengan terbentuknya ikatan komplek tak larut.
Oksitetrasiklin-Ca. Sebaiknya Oksitertrasiklin- HCl tidak di campur bersama MgSO4
saat pemberian.

E. Tindakan untuk menghindari interaksi farmasetik


a. Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa
tidak ada interaksi antar masing-masing obat
b. Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-sama
lewat infus
c. Selalu memperhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya
(manufacturer leaflet), untuk melihat peringatan-peringatan pada pencampuran
dan cara pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeksi
infus dan lain-lain)
d. Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa atau yang lain,
diperhatikan bahwa perubahan warna, kekeruhan, dari larutan
e. Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja
f. Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, oabt-obatan yang
sudah dimasukan, termasuk dosis dan waktunya.
g. Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan 2 jalur infus, kecuali
kalau yakin tidak ada interaksi.
h. Mengetahui sifat masing-masing obat sehingga dapat memilih obat yang tidak
berinteraksi saat proses pembuatan atau pencampuran obat.
i. Pemilihan wadahpun harus diperhatikan sehingga tidak terjadi interaksi yang
tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai