Anda di halaman 1dari 8

Nama: Neneng Lisnawati

Npm:17380060
Tugas Analisis Obat Tradisional

Jurnal: ANALISIS FITOKIMIA DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS EKSTRAK


ETANOL DAUN CIPLUKAN (Physalis angulata L.) DENGAN BERBAGAI METODE
PENGERINGAN SIMPLISIA

1. Analisis kualitatif yang pertama dilakukan yaitu skrining fitokimia atau reaksi warna ekstrak
etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.).
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit
sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang
berperan dalam aktivitas biologinya. Prinsip pada skrining fitokimia dilakukan berdasarkan
komposisi kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dimiliki dan
senyawa target yang diamati atau dianalisis.
Prinsip dari reaksi warna yaitu:
• Reaksi Warna Bersifat selektif Memberikan reaksi yang sama terhadap golongan zat
tertentu
• Bersifat spesifik hanya memberikan reaksi hanya pada satu zat tertentu saja
• Tidak bersifat empirik Warna yang terbentuk kadang belum dapat dijelaskan atau
dihubungkan dengan struktur kimia walaupun reaksinya sudah bersifat selektif atau
spesifik.
a. Reaksi kimia:
 Alkaloid
Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya endapan putih.
Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan
pereaksi Mayer, larutan mercury(II) klorida ditambah kalium iodida akan membentuk
endapan merah mercury mercury(II) iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan
berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II) (Svehla, 1985)

Perekasi Wagner terdiri dari kalium iodida (KI) dan iodin (I2) sehingga ketika iodine
bereaksi dengan I- dari kalium iodide menghasilkan I3- yang berwarna cokelat. Pada
uji Wagner, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen
pada alkaloid dan membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap.
Pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen digunakan untuk membentuk
ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam.

 Flavonoid
Tujuan penambahan logam Mg dan HCl adalah untuk mereduksi inti benzopiron yang
terdapat dalam struktur flavonoid sehingga terbentuk garam flavilium berwarna merah
atau jingga.

 Fenol
Uji fenol menggunakan pereaksi besi (III) klorida menunjukkan hasil berwarna hijau
hingga biru hitam pada ekstrak air, etanol dan aseton sedangkan pada ekstrak
heksan tidak terjadi perubahan warna hijau hingga biru hitam.
 Tannin
Uji fitokimia dengan menggunakan FeCl3 digunakan untuk menentukan apakah
sampel mengandung gugus fenol. Adanya gugus fenol ditunjukkan dengan warna hijau
kehitaman atau biru tua setelah ditambahkan dengan FeCl3, sehingga apabila uji
fitokimia dengan FeCl3 memberikan hasil positif dimungkinkan dalam sampel
terdapat senyawa fenol dan dimungkinkan salah satunya adalah tanin karena tanin
merupakan senyawa polifenol. Hal ini diperkuat oleh (Harborne, 1987)

 Saponin
Timbulnya busa menunjukan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan
terbentuknya buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya
(Rusdi, 1990)
 Steroid/terpenoid
Analisis ini didasarkan pada kemampuan senyawa terpenoid dan steroid membentuk
warna oleh H2SO4 pekat dalam pelarut asam klorida. Hasil positif diberikan pada
sampel yang membentuk warna merah jingga untuk analisis triterpenoid dan biru
untuk analisis steroid (Sangi dkk., 2008).

b. Keutungan dari reaksi warna adalah:


• Sederhana sehingga mudah dilakukan
• Mudah diinterprestasikan
• Warna terbentuk dengan cepat dan mudah diamati
• Sensitifitasnya cukup tinggi
• Murah
• Tidak memerlukan alat yang mahal & keahlian yang tinggi
c. Kerugian :
• Warnanya dapat ditutupi oleh ketidakmurnian atau adanya senyawa lain dan
Kemungkinan terdapat warna yang sama pada identifikasi senyawa metabolit sekunder.

2. Analisis kualitatif kedua yang dilakukan yaitu kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak etanol
daun ciplukan (Physalis angulata L.).

Prinsip kerja KLT:


Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan kesetimbangan
antara fase diam dan fase gerak, dimana ada interaksi antara permukaan fase diam dengan
gugus fungsi senyawa organic yang akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fase
geraknya. Kesetimbangan ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: kepolaran fase diam, kepolaran
fase gerak,serta kepolaran dan ukuran molekul.
Pada kromatografi lapis tipis eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses
elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara
adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu
pemisahan komponen secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan.
Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran
pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben
alumina atau sebuah lapis tipis silica. Suatu pelarut yang bersifat larutan relative polar dapat
mengusir pelarut yang tak polar dari ikatan alumina (silica gel). Semakin dekat kepolaran
antara senyawa dengan eluent makan senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Hal ini berdasarkan prinsip “like dissolved like”.

Pada jurnal menggunakan fase diam silika F254, dan fase gerak toluen:etil asetat (1:1)
dan nbutanol:asam asetat:air (6:1:3). Dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Hasil uji KLT ekstrak etanol daun ciplukan dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.
Pemisahan senyawa fitokimia oleh KLT sangat tergantung pada pelarut yang digunakan. Hal
ini ditunjukkan dengan perbedaan jumlah noda pada masing-masing fase gerak. Berbagai
proses kimia dan prosedur pencetakan cahaya digunakan untuk memvisualisasikan noda yang
diperoleh(2). Deteksi bercak dengan menggunakan sinar UV 254 dan 366 nm. Paparan sinar
UV 254 nm akan menyebabkan lempeng berflouresensi dan sampel berwarna gelap, sedangkan
pada sinar 366 nm noda yang akan berflouresensi dan lempeng tampak berwarna gelap. Selain
itu, penampak bercak AlCl3 yang memberikan warna kuning dan biru pada noda menunjukkan
keberadaan senyawa flavonoid.

Keuntungan kromatografi lapis tipis


1. Waktu relatif singkat
2. Menggunakan inestasi yang kecil
3. Sangat cocok untuk analisis bahan alam dan obat
4. Jumlah cuplikan yang sedikit
5. Kebutuhan ruang minimum
6. Penanganan sederhana
7. Zat yang bersifat asam/basa kuat dapat dipisahkan dengan KLT

Kekurangan kromatografi lapis tipis:


1. Hanya merupakan langkah awal untuk mentukan pelarut yang cocok dengan kromatografi
kolom.
2. Noda yang terbentuk belum tentu senyawa murni.

Anda mungkin juga menyukai