Anda di halaman 1dari 3

Senyawa organik berasal dari makhluk hidup dan memiliki manfaat dalam kehidupan manusia.

Senyawa
organik dapat berupa makanan, bahan sandang, obat-obatan, kosmetik, dan berbagai jenis plastik.
Senyawa organik tersusun atas unsur atom karbon. Atom karbon membentuk ikatan dengan atom
karbon lain. Jika sifat ini dapat membentuk empat ikatan dalam ruang tiga dimensi, maka berbagai
susunan atom dapat terjadi (Estevanus, 2007). Senyawa organik atau yang biasa dikenal dengan
senyawa karbon memiliki unsur-unsur penyusun yang terdiri dari atom karbon (C), atom-atom hidrogen
(H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S), dan fosfor (P) (Siswoyo,2009).

Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan unsur atau senyawa kimia organik dan
anorganik yang terkandung dalam sampel uji

Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui gambaran awal mengenai senyawa apa saja yang
terkandung dalam tumbuhan. Metode yang sering digunakan dalam skrining ini adalah dengan
menggunakan pereaksi spesifik untuk golongan senyawa seperti pereaksi Mayer dan Dragendorff untuk
identifikasi senyawa alkaloid, pereaksi FeCl3 untuk identifikasi senyawa fenol, LiebermannBurchard
untuk identifikasi senyawa steroid dan triterpenoid, gelatin untuk identifikasi senyawa tanin, vanillin
sulfat untuk identifikasi senyawa monoterpenoid dan sesquiterpenoid, dan KOH untuk identifikasi
senyawa kuinon [12]. Skrining fitokimia yang dilakukan oleh beberapa peneliti secara umum mencakup
pengujian senyawa alkaloid, fenol, flavonoid, saponin, tanin, steroid, dan triterpenoid. Pada pengujian
golongan alkaloid, sampel direaksikan dengan beberapa pereaksi spesifik yaitu Mayer dan Dragendorff.
Reaksi positif alkaloid dengan pereaksi Mayer adalah terjadinya ikatan antara atom N yang memiliki
pasangan elektron bebas pada alkaloid dengan atom Hg pada pereaksi Mayer sehingga terbentuk
endapan kompleks non polar berwarna putih kekuningan. Sementara ketika sampel direaksikan dengan
pereaksi Dragendorff terjadi ikatan antara atom N pada alkaloid dengan atom Bi yang terdapat pada
pereaksi Dragendorff sehingga terbentuk endapan berwarna jingga kecoklatan [13].

Untuk sampel yang dilakukan pengujian senyawa saponin menunjukkan reaksi positif dengan timbulnya
busa setelah pengocokkan. Hal ini terjadi karena adanya glikosida pada saponin yang memiliki
kemampuan untuk membentuk busa dalam air dan glikosida yang mengalami hidrolisis menjadi glukosa
serta senyawa lainnya [15]. Pada uji golongan tanin, sampel akan direaksikan dengan gelatin dan
membentuk endapan putih pada reaksi positifnya. Hal ini terjadi karena protein pada gelatin akan
bereaksi dengan tanin sehingga terbentuk kopolimer yang tidak larut [13].

Identifikasi senyawa fitokimia dilakukan setelah proses ekstraksi untuk mengetahui golongan senyawa
yang terdapat dalam ekstrak kasar daun pepe berdasarkan jenis pelarut yang digunakan. Pengujian
senyawa alkaloid dilakukan dengan mereaksikan ekstrak yang telah diencerkan dengan reagen Mayer,
reagen Dragendorff, dan reagen Wagner. Reaksi positif pengujian alkaloid dengan reagen Mayer
ditunjukkan pada semua perlakuan jenis pelarut dengan terjadinya pembentukan endapan putih.
Sementara itu, pada reagen Dragendorff reaksi positif dengan terbentuknya endapan coklat muda
hingga kuning ditunjukkan pada perlakuan pelarut aquades, aseton, etanol, dan metanol. Begitu pual
pada reagen Wagner terjadi endapan coklat muda hingga kuning yang menunjukkan reaksi positif
ditunjukkan pada perlakuan pelarut aquades, aseton, etanol, dan metanol. Pembentukan endapan
terjadi karena terbentuknya senyawa
kompleks dari reaksi senyawa alkaloid dengan ion logam K+ pada masing-masing pereaksi yang
digunakan (Marliana et al., 2005). Hasil positif untuk pengujian alkaloid minimal ditunjukkan oleh reaksi
pembentukan endapan pada dua reagen dari tiga reagen yang dipergunakan dalam pengujian sehingga
pada pengujian alkaloid, sehingga hasil positif ditunjukkan oleh perlakuan dengan pelarut aquades,
aseton, etanol, dan metanol. Ekstrak dengan perlakuan pelarut etil asetat menunjukkan reaksi positif
hanya terjadi pada reagen Mayer dengan terbentuknya endapan putih sehingga pengujian dapat
dianggap negatif. Menurut Endarini (2016) garam alkaloid berbeda sifatnya dengan alkaloid bebas dalam
bentuk basa. Alkaloid dalam bentuk basa biasanya tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam
pelarut organik (seperti benzena, eter, kloroform) sementara dalam bentuk garamnya, alkaloid mudah
larut dalam pelarut polar. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan senyawa alkaloid didalam ekstrak
daun pepe merupakan senyawa alkaloid dalam bentuk garamnya karena reaksi positif ditunjukkan pada
pelarut yanng bersifat polar. Uji saponin dilakukan dengan metode Forth, yaitu hidrolisis saponin dalam
air. Timbulnya busa pada uji Forth menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan
membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa aglikonnya. Hasil positif
pengujian saponin dengan terjadinya pembentukan busa ditunjukkan pada perlakuan dengan pelarut
aquades, aseton, etanol, dan metanol. Reaksi positif ditandai dengan busa yang terbentuk tidak kurang
dari 10 menit setelah pengocokan serta stabil dengan penambahan HCl 2M (Setyowati et al., 2014).
Sementara pada perlakuan dengan pelarut etil asetat, pembentukan busa tidak terjadi sehingga
pengujian dapat dianggap negatif dikarenakan kelarutan sampel etil asetat sangat rendah didalam air
sehingga terjadi pengendapan pada sampel. Menurut Robinson (1991) senyawa saponin memiliki gugus
polar dan non-polar bersifat aktif permukaan sehingga saat saponin dikocok dengan air akan mengalami
hidrolisis dan dapat membentuk misel. Struktur misel yang terbentuk menyebabkan gugus polar
menghadap keluar dan gugus non-polar menghadap kedalam sehingga akan tampak seperti busa

Metabolit sekunder seperti yang terkandung oleh buah Renggak, diketahui memiliki aktivitas
antimikrobial. Orhan, et. al. (2009), melaporkan aktivitasBioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi Vol. 8, No. 1;
2020 E-ISSN 2654-4571 P-ISSN 2338-5006 122 antifungal beberapa jenis flavonoid terhadap jamur
Candida albicans dan Candida krusei. Saponin Rich-Extracts (SRE) dari beberapa tanaman (Balanites
aegyptiaca, Quillja saponaria, dan Yucca schidigera) mampu menghambat pertumbuhan beberapa jamur
pathogen tanaman (Pythium ultimum, Fusarium oxysporum, Alternaria solani, Colletotrichum coccodes,
dan Verticillium dahliae) hingga 50%. Haque, et. al. (2016), menyebutkan bahwa, beberapa jenis
senyawa terpenoid berperan dalam mengurangi jumlah mitokondria yang kemudian mengakibatkan
perubahan level Reactive Oxygen Species (ROS), yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan
produksi ATP pada bakteri

Metabolit sekunder merupakan molekul- molekul kecil yang bersifat spesifik memiliki
struktur bervariasi, pada setiap senyawa memiliki fungsi dan peranan yang berbeda- beda.
Umumnya senyawa metabolit sekunder memiliki fungsi untuk mempertahankan diri atau
untuk mempertahankan eksistensinya di lingkungan tempatnya berada. Metabolit sekunder
merupakan biomolekul yang dapat digunakan sebagai senyawa awal dalam penemuan
dan pengembangan obat-obat baru. Pada tanaman terdapat senyawa metabolit sekunder
yang umum yaitu alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, terpenoid, dan tanin (Ergina et al,
2014).
Penetapan secara kualitatif bertujuan untuk mengetahui metabolit sekunder yang terdapat
dalam ekstrak etanol daun awar- awar. Analisis secara kuantitatif bertujuan untuk mengetahui
kadar total metabolit sekunder yang terdapat dalam simplisia atau ekstrak. Penentuan secara
kualitatif diperoleh hasil positif mengandung alkaloid pada uji Dragendorf ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna merah jingga atau endapan kalium alkaloid.

Penentuan secara kualitatif tanin dengan


menggunakan pereaksi FeCl3 diperoleh hasil positif mengandung tanin ditandai dengan
larutan berwarna hijau kehitaman.
Hal ini dikarenakan dalam sampel terdapat senyawa fenol salah satunya adalah tanin
karena tanin merupakan senyawa polifenol dimana akan membentuk senyawa kompleks
dengan ion Fe3+.
Hasil analisis kualitatif ekstrak etanol daun awar-awar positif mengandung saponin yang
ditandai terbentuknya busa pada saat sampel ditambahkan HCl lalu dikocok, hal ini
dikarenakan senyawa saponin memiliki gugus hidrofil yang berikatan dengan air sedangkan
gugus hidrofob akan berikatan dangan udara. Penambahan HCl 2N bertujuan untuk
menambahkan kepolaran sehingga gugus hidrofil akan berikatan lebih stabil dan busa yang
terbentuk akan stabil.

Anda mungkin juga menyukai