Anda di halaman 1dari 4

4.

1 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa
organic yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang
struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolisme, penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organik. Fitokimia
atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis
zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan,
termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum,
fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit.
Skrining fitokimia merupakan suatu tahap awal untuk
mengidentifikasi kandungan suatu senyawa dalam simplisia atau
tanaman yang akan diuji. Dimana sampel yang akan diujikan pada
skrining fitokimia ini yaitu daun dari tanaman Kupa (Syzigium
polycephalum).
Tumbuhan gowok atau kupa (Shyzygium polycephalum Miq.)
merupakan salah satu tumbuhan endemik di Indonesia yang masih
termasuk anggota suku jambujambuan (Myrtaceae). (Ikhlas, 2013).
Pohon kupa tumbuh liar terutama di hutan-hutan sekunder, antara
ketinggian 200-1800 mdpl. Selain itu tanaman kupa dapat juga
ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan yang lainnya.
Buah kupa merupakan sumber antioksidan alami yang umumnya
disebabkan oleh senyawa fenolik yang dikandungnya. Buah kupa
mengandung golongan senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, terpenoid.
(Annisa dan Trisna, 2016).
Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa uji golongan
senyawa pada simplisia kulit buah kupa (Syzgium polycephalum)
seperti alkaloid, saponin, fenol, tanin, flavonoid, kuinon, steroid,
triterterpenoid, monoterpenoid dan sekuiterpen.
Pada pengujian golongan alkaloid, ekstrak metanol dalam 4
tabung reaksi ditambahkan dengan HCL 2 N, dan masing-masing
ditambahkan dengan pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendroff.
Dengan pereaksi Mayer, positif mengandung alkaloid jika terbentuk
endapan putih. Dengan pereaksi Wagner, positif mengandung
alkaloid jika terbentuk endapan jingga. Dan dengan pereaksi
Dragendroff, positif mengandung alkaloid jika terbentuk endapan.
Dari uji tersebut terlihat bahwa sampel mengandung alkaloid karena
adanya endapan saat direaksikan dengan pereaksi Dragendroff dan
Wagner. Tetapi hasil dengan preaksi Mayer menunjukkan tidak
adanya endapan, hal ini mungkin terjadi karena ada faktor yang
menyabakan hasil tersebut karena adanya kesalahan dalam
pembuatan preaksi itu sendiri, sehingga preaksi Wagner tidak
breaksi dengan ekstrak sampel mengakibatkan hasil negatif, yang
harusnya menghasilkan hasil yang positif mengandung alkaloid.
Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan
nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K + dari
kalium tetraiodomerkurat(II) dalam pereaksi mayer membentuk
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Hasil positif alkaloid
pada uji Dragendorff ditandai dengan terbentuknya endapan coklat
muda sampai kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid.
Pada pembuatan pereaksi Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan
dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam
bismut mudah terhidrolisis membentuk ionbismutil (BiO +). Agar ion
Bi3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah sam
sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. Selanjutnya ion
Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodide membentuk
endapan hitam Bismut (III) iodida yang kemudian melarut dalam
kalium iodida berlebih membentuk kaliumtetraiodobismutat Pada
uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan
ion logam.
Uji golongan senyawa Saponin dilakukan untuk megetahui
ada tidaknya kandungan saponin dalam ekstrak simplisia kulit
buah kupa (Syzgium polycephalum). Hal ini diketahui dari ada
tidaknya buih yang banyak ditemukan dalam tanaman yang
memiliki karakteristik seperti buih sehingga bila direaksikan degan
air akan menimbulkan buih. Hasil yang kami dapatkan yaitu adanya
buih setinggi 0,3 cm yang tidak hilang setelah dibiarkan beberapa
menit, tetapi ketika ada penambahan HCl sebagai asam, busa yang
terbentuk tidak stabil tetap ada tetapi hilang. Hal tersebut
menunjukkan tidak adanya saponin pada ekstrak simplisia kulit
buah kupa (Syzgium polycephalum).
Pada Uji senyawa golongan fenol dan tanin dengan cara
simplisia di ekstrak dengan air, dibagi menjadi 2 bagian, dengan
preaksi besi (III) klorida. Terbentuknya warna biru hitam
menunjukkan adanya tanin dan polifenol. Ditambahkan dengan
larutan gelatin 1%. Adanya endapan putih menunjukkan bahwa
simplisia terdapat tannin (Farnsworth, 1996). Hasil dari praktikum
ketika penambahan FeCl3 menunjukkan hail warna biru hitam,
dimana preaksi tersebut breaksi dengan senyawa polifenol juga
tanin sehingga menimbulkan warna kompleks biru hitam.
Sedangkan ketika ditambah gelatin ekstrak simplisia tersebut
menunjukkan adanya kompleks endapan dan terjadi perubahan
warna yang keruh putih. Hal tersebut preaksi akan mengendapkan
golongan senyawa tanin tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
simplisia kulit buah kupa (Syzgium polycephalum) menujukkan
adanya golongan senyawa tanin dan fenol.
Pengujian golongan senyawa Flavonoid dengan mengekstrak
simplisia dengan air ditambahkan serbuk Zn, larutan alkohol asam
klorida (1:1) dan amil alkohol. Kemudian campuran dikocok kuat-
kuat. Adanya Flavonoid akan menyebabkan filtrat berwarna merah,
kuning atau jingga (Soetarno, 1997 ; Farnsworth, 1996). Hasil dari
praktikum menujukkan hal yang sesuai dimana flavonoid tertarik
dengan amil alkohol menghasilkan filtrat merah pekat, dari hasil
tersebut dapat disimpulkan simplisia kulit buah kupa terkandung
senyawa flavonoid.
Pada uji golongan senyawa kuinon, dengan mengekstraksi
simplisia direakasikan dengan NaOH. Terbentuknya warna kuning
hingga merah kuning hingga merah menunjukkan adanya senyawa
kelompok kuinon. Hasil praktikum yang dilakukan menunjukkan
hasil yang positif, karena senyawa kuinon akan terhidrolisis
sehingga menimbulkan terbentuknya filtrat berwarna kuning merah.
Pada uji golongan senyawa Triterpenoid dan steroid simplisia
disari dengan eter, kemudian sari eter diupkan hingga kering. Pada
residu teteskan preaksi Libermen-Burchard. Penambahan preaksi
dilakukan dalam keadaan dingin. Terbentuknya warna ungu
menunjukkan bahwa dalam simplisia terkandung senyawa
kelompok triterpenoid, sedangkan bila terbentuk warna hijau biru
menunjukkan adanya senyawa kelompok steroid (Farnsworth, 1996).
Hasil praktikum menunjukkan terbentu warna hijau pada residu
ketika pennambahan preakksi Libermen-Burchard, hal ini
menujukkan adanya golongan steroid pada simplisia kulit buah
kupa (Syzgium polycephalum).
Pada uji golongan senyawa monoterpenoid dan seskuiterpen
simplisia disari dengan eter, kemudian sari eter diuapkan hingga
kering. Pada residu diteteskan preaksi Vanilin-asam sulfat.
Penambahan preaksi dilakukan dalam keadaan dingin.
Terbentuknya warna-warna menjukkan adanya senyawa
monoterpen dan seskuiterpen (Farnsworth, 1996).hasil praktikum
menunjukkan hasil positif mengandung golongan monoterpenoid
dan seskuiterpen dengan terbentuknya warna hijau hitam pada
residu.

Anda mungkin juga menyukai