Latar Belakang
Tumbuh-tumbuhan mempunyai kedudukan dan peranan yang amat penting
dalam kehidupan manusia. Hampir lima decade terakhir ini timbul ketertarikan
yang kuat dalam memiliki tumbuhan sebagai sumber obat-obatan. Ini didasarkan
dengan beberapa alasan pertama, adanya gerakan revolusi hijau yang didasari
keyakinan bahwa pengobatan dengan tumbuhan lebih aman dan dapat mengurangi
efek samping pada tubuh manusia dibandingkan dengan obat-obatan sintetis.
Kedua, adanya fakta bahwa banyak obat-obatan penting yang digunakan sekarang
berasal dari tumbuhan. Diperkirakan sekitar 30.000 spesies tumbuhan ditemukan
dalam hutan hujan tropis, skitar 1.260 spesies diantaranya berkhasiat sebagai obat.
Skrining fitokimia merupakan tahapan awal untuk mengidentifikasi
kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan. Diantaranya, identifikasi
golongan tannin, golongan dioksiatrakinon, alkaloid, steroid, golongan saponin
dan golongan flavonoid pada tumbuhan, karena tahap ini tidak biasa mengetahui
golongan senyawa kimia yang dikandung.
Pada percobaan skrining fitokimia ini dilakukan dengan menggunakan
sampel daun katuk dan daun sirsak. Pada sampel katuk di uji alkohol, steroid dan
kuinon. Warna yang diperoleh pada reagen warna coklat kekuningan, positif
mengandung alkohol. ciri steroid adalah menghasilkan warna jingga kuning
kecoklatan, negative ,mengandung steroid dan pada uji kuinon positif
mengandung kuinon, menghasilkan warna hijau
daun angka digunakan uji flavonoid, positif serta menghasilkan warna kekuningan
dan negative mengandung fenolik serta pada uji berwarna hijau kekuningan
negative mengandung fenolik.
B. Tujuan percobaan
Untuk mengetahui hasil percobaan uji saponin pada daun sirsak
Untuk mengetahui hasil percobaan uji kuinon pada daun katuk
Untuk mengetahui hasil percobaan uji steroid pada daun katuk
C. Prinsip Percobaan
Alkaloid berdasarkan metode, sulvenor dan fitzgerald. Dimana uji alkaloid
dengan menggunakan pereaksi reagen dorff, didasarkan pada reaksi pe,mbentukan
senyawa kompleks berupa endapan. Dimana atom N pada alkaloid mengikat ion
seperti nitrogen, kalium, air dan karbondioksida menjadi pati, gula, protein dan
sebagainya yang dibutuhkan oleh tanaman. Ilmu fitokimia secara analisis
merupakan penambahan secara sistematis tentang berbagai senyawa kimia,
terutama dari golongan senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, proses
biosintesis, metabolism dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa
kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya (Rahway, 1960).
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapisan
senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk
mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal
dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktifitas biologi dari
suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari kegiatan ini atau pendekatan ini
juga dapat digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai
ekonomi lain seperti sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gum dan lainlain. Metode yang telahdikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan
senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tanin, s-ponin, kumarin, qunion,
steroid/eerpenoid (Teyler, 1988).
Penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui informasi
awal golongan senyawa sehingga memudahkan proses pengisolasiannya. Selain
itu juga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan tersebut
potensial untuk dimanfaatkan. Metode-metode dasar penapisan fitokimia harus
memenuhi syarat-syarat sederhana, cepat, limit deteksi rendah dan tegas
(Harbone,1987).
Metabolisme atau metabolit primer adalah hasil dari metabolism
metabolism primer berupa senyawa makromolekul seperti protein, polisakarida,
lemak, asam nukleat dan lain-lain. Metabolit skunder adalah hasil dari
metabolisme skunder berupa senyawa mikromolekul seperti alkaloid, saponin,
tannin, steroid dan lain-lain. Ada beberapa contoh golongan senyawa metabolit
skunder seperti alkaloid. Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang
mengandung satu atau dua lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan
sebagian sebagai bagian dari sistem Siklik. Alkaloid seringkali beracun bagi
manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi
digunakan secara luas sebagai bahan obat dalam bidang pengobatan medis. Uji
sederhana tetapi sama sekali tidak sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah
segar adalah rasa pahitnya di lidah (Harbone, 1987).
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isopropana dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik
yaitu skualena. Triter penoid dapat digolongkan menjadi triterpene sebenarnya,
steroid, saponin dan glikosida jantung (Harbone, 1987).
Fenol dan flavonoid dapat dideteksi menggunakan larutan F eCL3 1% dalam
etanol. Hasil uji dianggap positif apabila dihasilkan warna hijau, merah, ungu,
biru atau hitam. Uji shinoda (Mg dan HCL pekat) dapat juga digunakan untuk
mendeteksi flavonoid. Flavonoid akan menunjukkan warna merah ceri yang
sangat kuat jika disemprot dengan pereaksi ini, sedangkan pada kumarin dan
antrakuinon dapat dideteksi dengan menggunakan pereaksi semprot NaOH dan
KOH 5% dalam alcohol (Harbone, 1987).
Saponin merupakan suatu glikosida dengan gugus hidroksil pada
molekulnya dengan rumus C32H10O7. Saponin mempunyai sifat seperti sabun,
dimana ketika dilarutkan dalam air akan terbentuk busa atau buih dimana
memiliki gugus hidrokil dan hidrofob yang dapat bertindak sebagai permukaan
aktif dalam pembentukan busa. Uji positif untuk saponin adalah dengan
terbentuknya busa yang stabil. Saponin dapat larut dalam air karena adanya gugus
hidrokil (OH) yang dapat membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air
(Fessenden, 1986).
Pada uji identifikasi steroid dan triterpenoid akan memberikan hasil positif
berupa larutan bewarna hijau bila ditambah dengan CH3COOH dan akan bewarna
merah saat penambahan asam sulfat pekat. Pada identifikasi kuinon akan
memberikan hasil positif berupa larutan bewarna kuning bila ditambah dengan
NaOH (Linder, 1992).
B.
HASIL PENGAMATAN
NO
PERCOBAAN
1
Alkaloid
- Digerus
dengan
lumpang
- Dimasukkan Ekstrak kedalam
coklat
- Terbentuk dua fase dengan fase
tabung
sampel
HASIL PENGAMATAN
reaksi
ditambahkan
berwarna
dorf
coklat
muda
ini
menunjukan
Steroid/Triterpenoid
- Digerus
smapel
dengan
- Ekstrak
berwarna
hijau
lumpang
- Dimasukkan ekstrak kedalam
kecoklatan
- Terbentuk 2 fase dan fase bawah
klorofrom
amoniak
masing-
masing 1 pipet
- Diambil filtrat dan dimasukkan
ketabung reaksi lain, tambahkan
10 tetes asam asetat glatial dan
4
tetes
H2So4
(pekat)
menunjukkan
hasil
lalu
diamati
Flavonoid
- Diracik selembar sampel ditaruh
kedalam
gelas
bekker,
diatas
hot-plate
hingga mendidih
- Diambil 1 pipet air rebusan
sampel diberi sedikit saja serbuk
Mg, kemudian ditambahkan 10
diberi
Hcl
(terbentuk
garam
Saponin
- Diracik
selembar
sampel
ditaruh
dalam
bekker.
diatas
hot-plate
sampai mendidih
- Diambil 1 pipet air rebusan
sampel
dimasukkan
kedalam
terdapat
menunjukkan
(-)
busa,
hasil
mengandung
saponin
5
Fenolik
- Diracik selembar sampel ditaruh
didalam
bekker
glass
Kuinon
- Digerus sampel didalam mortar - Ekstrak berwarna kehijauan agak
- Dimasukkan ekstrak kedalam
coklat
tabung reaksi, ditambahkan - Terdapat 2 fase dengan hijau
dietileter
- Ditambahkan filtratnya
- Ditambah NaOH 5% 3 tetes
fase
mengandung kuinon
F. Pembahasan
yang
diatas
larutannya.
Uji
steroid/tritepenoid
menggunakan
larutan
kloroform yang bersifat non-polar serta sampel yang non-polar disini prinsip like
dissolve like. Pada uji flavonoid yang menggunakan sampel daun papaya yang
termasuk polar dan larutan yang digunakan adalah akuades yang termasuk polar
disini menggunakan prinsip like dissolve like. Begitupula uji fenolik dan saponin
sedangkan pada uji koinon yang menggunakan sampel buncis yang bersifat nonpolar dan pelarut yang digunakan adalah dieti/eter yang bersifat non-polar dan
pelarutnya yang digunakan adalah dieti/eter yang bersifat non-polar.
Pada percobaan skrinning fitokimia terdapat beberapa alat yang digunakan
yaitu lumping digunakan sebagai wadah menaruh sampel yang akan ditumbuk
dengan menggunakan alunya, hot-plate digunakan untuk memanaskan larutan,
pipet digunakan untuk memindahkan larutan secara perlahan-lahan, rak tabung
reaksi digunakan untuk menaruh gelas bekker dan gelas bekker digunakan untuk
menaruh larutan. Pada percobaan skrinning fitokimia menggunakan bahan daun
sirsak dan daun katuk yang digunakan sebagai sampe, kloroform dan amonial
sebagai pelarut dalam uji alkaloid dan steroid, larutan H2SO4 4N digunakan pada
uji alkaloid dan triterpenoid, pereaksi dragen dorf adalah pereaksi yang digunakan
pada alkaloid, larutan aquades digunakan pada uji flavonoid saponin dan fenolik,
serbuk Mg digunakan pada uji flavonoid dan saponin larutan FeCL3 1%
digunakan pada uji fenolik dan larutan NaOH 5% digunakan pada uji koinon.
Pereaksi dragen dorf adalah suatu pereaksi yang merupakan pengidentikasi
akan adanya zat alkaloid apabila jika direaksikan dengan pereaksidragen dorf
terdapat endapan merah muda atau coklat maka dikatakan (+) mengandung
alkaloid.
Kloroform dan amoniak digunakan sebagai pelarut pada sampel percobaan
steroid, kloroform senyawa non-polar yang sama dengan senyawa steroid H 2SO4
merupakan pereaksinya (sampel) dimana akan terbentuk garam sulfat yang akan
membuat terjadinya perubahan warna yang mengidikasikan adanya steroid.
Serbuk Mg berfungsi sebagai pereaksi sampel tersebut memiliki flavonoid
atau tidak, Hcl tersebut untuk membuat munculnya garam-garam yang
coklat
K[BiI4]
BiI3 + KI
+ [BiI4]
+ K[BiI4]
N
K+
(Hudaya, 2013)
2. Uji saponin
CH2OH
H2O
OH
CO
CO2H
O
CH2OH
OH
(Aglikon)
Glukosa
OH
OH
(Hudaya, 2013)
HCl
+ Cl-
OH
OH
ClO
-
Cl +
OH
OH
OH
OH
Garam flavilium
merah tua
(Ahmad, 1986)
4. Uji Kuinon
O
O
OH
2N
5. Uji Flavonoid
6. Uji Fenolik
(Sastrohamidjojo,1996)
OH
OH
HO
O
HO
OH
FeCl3 + 3
OH
O O
O Fe O
O O
Tanin
HO
O
OH
OH
HO
Ungu pekat
(Marliana, 2005)
G. Kesimpulan
Hasil dari uji saponin adalah negative mengandung saponin karena ketika
dicampur HCl busa semakin menghilang
Hasil dari ujinkuinon adalah positif mengandung kuinon dari larutan
terbentuk 2 fase
Hasil dari uji steroid adalah positif mengandun steroid karena larutan
setelah diberi asam asetat berubah warna menjadi hijau kehitaman
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralp J dan Fessenden, Joon S. 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : ITB Press.
Linder, Maria C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Rahway. 1960. An Encylopedia Of Chemical Drugs and Biologicds. New Jersey :
Index Co INK.
Teyler, V.E. 1998. Pharmacognosy Edition gth. Phiadelphia : Lea & Febiger
FLOWSHEET
Uji steroid
Sampel daun katu
Dipotong kecil-kecil
Digerus
Dimasukkan kedalam tabung
reaksi
Ekstrak berwarna hijau
Ditambahkan kloroform
Terbentuk gumpalan berwarna hijau tua
Filtrat
Refiltrat
Dibuang
Uji kuinon
Sampel daun katu
Dipotong kecil-kecil
Digerus
Dimasukkan kedalam tabung
reaksi
Ekstrak berwarna hijau
Ditambahkan dietil eter
Larutan berwarna hijau tua
Filtrat
Refiltrat
Ditambah 2 tetes NaOH 2 %
Dibuang
Uji flafonoid
Sampel daun katu
Dipotong kecil-kecil
Uji saponin
Sampel daun sirsak
Dipotong kecil-kecil
Dimasukkan dalam gelas beaker
Ditambahkan aquades
Dipanaskan
Air rebusan berwarna kehijauan
Diambil 1 pipet air rebusan
Dikocok 15 menit