Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang

melimpah. Kurang lebih terdapat 40.000-50.000 spesies tanaman ada di

Indonesia. Berbagai tanaman tersebut sebagian telah dimanfaatkan sebagai

obat tradisional oleh masyarakat. Setiap tanaman obat memiliki kandungan

senyawa kimia yang disebut dengan fitokimia.

Senyawa fitokimia (fito= tumbuhan) adalah zat kimia alami yang terdapat

didalam tanaman yang memberikan cita rasa, aroma, ataupun warna khas pada

tanaman tersebut, beberapa khasiat senyawa fitokimia adalah antikanker,

antimikroba, meningkatkan sistem kekebalan, antinflamasi, mengatur tekanan

darah, menurunkan kolesterol, serta mengatur kadar gula darah.

Senyawa fitokimia pada tanaman diperoleh dengan cara skrining

fitokimia. Skrining fitokimia atau disebut juga penapisan fitokimia merupakan

uji pendahuluan dalam menentukan golongan senyawa metabolit sekunder

yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tumbuhan. Secara lebih lanjut

akan dibahas didalam makalah berikut ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian fitokimia?

2. Apa pengertian skrining fitokimia?

3. Bagaimana proses dalam skrining fitokimia pada daun pepaya?

1
C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian fitokimia.

2. Mengetahui pengertian skrining fitokimia.

3. Mengetahui proses dalam skrining fitokimia pada daun pepaya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fitokimia

Fitokimia berasal dari kata phytochemical. Phyto artinya tumbuhan atau

tanaman dan chemical sama dengan zat kimia. Hal ini berarti zat ataupun

senyawa kimia pada tumbuhan. Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam

zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral

maupun air (Arsyady, 2010).

Senyawa fitokimia (fito= tumbuhan) adalah zat kimia alami yang terdapat

didalam tanaman yang memberikan cita rasa, aroma, ataupun warna khas pada

tanaman tersebut, beberapa khasiat senyawa fitokimia adalah antikanker,

antimikroba, meningkatkan sistem kekebalan, antinflamasi, mengatur tekanan

darah, menurunkan kolesterol, serta mengatur kadar gula darah (Gultom dan

Hartika, 2019).

Pada tahun-tahun terakhir ini, fitokimia atau kimia tumbuhan telah

berkembang menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri, dimana Fitokimia

merupakan suatu ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang

dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia,

biosintesis, perubahan dan metabolisme, dan fungsi biologis dari senyawa

organik. Fitokimia kadang disebut fitonutrien (Arsyady, 2010).

Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang

ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh,

tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran

3
aktif dalam pencegahan penyakit. Fitokimia bukanlah suatu kebutuhan bagi

metabolisme normal, dan ketiadaan zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit

difisiensi (Arsyady, 2010).

B. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia atau disebut juga penapisan fitokimia merupakan uji

pendahuluan dalam menentukan golongan senyawa metabolit sekunder yang

mempunyai aktivitas biologi dari suatu tumbuhan. Skrining fitokimia

tumbuhan dijadikan informasi awal dalam mengetahui golongan senyawa

kimia yang terdapat dalam suatu tumbuhan. Skrining fitokimia dilakukan

dengan menggunakan pereaksi-pereaksi tertentu sehingga dapat diketahui

golongan senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan tersebut (Nainggolan,

dkk., 2019).

Metode yang digunakan pada skrining fitokimia seharusnya memenuhi

beberapa kriteria berikut, antara lain adalah sederhana, cepat, hanya

membutuhkan peralatan sederhana, khas untuk satu golongan senyawa,

memiliki batas limit deteksi yang cukup lebar (dapat mendeteksi keberadaan

senyawa meski dalam konsentrasi yang cukup kecil). Salah satu hal penting

yang berperan dalam prosedur skrining fitokimia adalah pelarut untuk

ekstraksi. Skrining fitokimia pada tanaman untuk menguji senyawa Flavonoid,

Terpenoid, Alkaloid, Steroid, Saponin dan tanin (Gultom dan Hartika, 2019).

4
Menurut Lantah, dkk., (2017). Analisis fitokimia berdasarkan uji senyawa

pada tanaman adalah sebagai berikut:

a. Uji flavonoid

Timbang sampel lalu ekstraksi dengan metanol, saring dengan kapas

dan dipindahkan ke tabung lain (ekstrak metanol). Untuk pengujian

menggunakan pereaksi HCl pekat, ekstrak metanol sampel

ditambahkan HCl pekat sebanyak 2 tetes. Kocok kuat ekstrak tersebut

lalu tambahkan Mg serbuk dan kocok kuat sekali lagi. Sampel positif

mengandung flavonoid dengan pereaksi HCl pekat apabila terdapat

buih-buih dan larutan berubah menjadi warna jingga. Untuk pengujian

digunakan pereaksi H2SO4 2N, ekstrak metanol sampel ditambah 2

tetes H2SO4 2N lalu kocok kuat. Sampel positif mengandung

flavonoid dengan menggunakan pereaksi H2SO4 2N bila terdapat

perubahan warna kuning, merah atau cokelat yang sangat mencolok.

b. Uji alkaloid

Timbang sampel kemudian ekstraksi dengan kloroform amoniakal.

Saring dengan kapas dan pindahkan ke tabung A dan B. Pada masing-

masing tabung A dan B tambahkan pereaksi Dragendorff dan pereaksi

Wagner. Sampel pada tabung A positif mengandung alkaloid jika

terdapat endapan berwarna kemerahan dan pada tabung B terdapat

endapan kecokelatan.

c. Uji triterpenoid dan steroid

Timbang sampel kemudian ekstraksi dengan etanol. Saring

menggunakan kapas lalu panaskan hingga kering. Ekstraksi lagi

5
dengan kloroform dan air (1:1). Ekstrak kloroform tersebut diteteskan

pada plat tetes sebanyak 2 tetes dan biarkan sampai kering.

Tambahkan asam sulfat pekat sebanyak 1 tetes dan asam asetat

anhidrat sebanyak 1 tetes. Sampel positif mengandung triterpenoid

apabila mengalami perubahan warna merah atau cokelat dan positif

mengandung steroid apabila mengalami perubahan warna biru, ungu

atau hijau.

d. Uji saponin

Timbang sampel kemudian ekstraksi dengan kloroform amoniakal.

Saring dengan kapas dan pindahkan ke tabung lain. Kocok kuat sampel

tersebut dan diamkan selama 2 menit, kemudian tambahkan HCl 2N

sebanyak 2 tetes. Kocok kuat lagi dan lihat apakah terbentuk buih-buih

setelah didiamkan selama 10 menit. Sampel positif mengandung

saponin bila terdapat buih-buih dengan intensitas yang banyak dan

konsisten selama 10 menit.

e. Uji tanin

Sebanyak 3 ml sampel ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi besi (III)

klorida 1%. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman

menunjukkan adanya tanin (Agustina, dkk., 2016).

6
C. Fitokimia pada daun Pepaya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh A’yun (2015) mengenai

analisis fitokimia daun pepaya, adalah sebagai berikut:

Sampel daun pepaya (Carica papaya L.) diambil kemudian sampel segar

ditimbang dan diperoleh berat sampel sebanyak 500 gr. Dicuci sampel untuk

membersihkannya dari pengotor dan dikeringanginkan. Sampel dikeringkan di

dalam oven pada suhu 30ºC selama 3 hari. Diperoleh simplisia daun papaya

kemudian simplisia ditimbang dan diperoleh berat sampel sebanyak 106 gr.

Simplisia ditumbuk sehingga diperoleh serbuk simplisia. Ditimbang serbuk

simplisia dan diperoleh berat serbuk simplisia 80 gr. Dilakukan analisis

fitokimia pada serbuk simplisia daun C. Papaya yaitu sebagai berikut:

a. Analisis senyawa alkaloid

Sebanyak 4 g daun pepaya (Carica papaya L.) yang telah dihaluskan

ditambahkan kloroform secukupnya lalu dihaluskan lagi. Selanjutnya

ditambah 10 ml amoniak dan 10 ml kloroform. Larutan disaring ke dalam

tabung reaksi, filtrat ditambahkan asam sulfat 2N sebanyak 10 tetes. Filtrat

dikocok dengan teratur kemudian dibiarkan beberapa lama sampai

terbentuk dua lapisan. Lapisan atas dipindahkan ke dalam tiga tabung

reaksi. Ketiga larutan ini dianalisis dengan pereaksi Mayer, Dragendorff

dan Wagner. Terbentuknya endapan menunjukkan bahwa sampel tersebut

mengandung alkaloid. Reaksi dengan pereaksi Mayer akan terbentuk

endapan putih, dengan pereaksi Dragendorff terbentuk endapan merah

jingga dan dengan pereaksi wagner terbentuk endapan merah kecoklatan.

7
b. Analisis senyawa triterpenoid dan steroid

Sebanyak 200 mg daun pepaya (Carica papaya L.) yang telah dihaluskan,

ditambahkan asam asetat glasial sampai sampel terendam semuanya,

dibiarkan selama kira-kira 15 menit, enam tetes larutan dipindahkan ke

dalam tabung reaksi dan ditambah 2-3 tetes H2SO4. Adanya triterpenoid

ditunjukkan dengan terjadinya warna kecoklatan atau violet, sedangkan

adanya steroid ditunjukkan dengan adanya warna biru kehijauan.

c. Analisis senyawa flavonoid

Sebanyak 200 mg daun pepaya (Carica papaya L.) yang telah dihaluskan,

ditambahkan dengan 5 ml etanol dan dipanaskan selama lima menit di

dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambah beberapa tetes HCl 2N pekat.

Kemudian ditambahkan 0,2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan dengan

timbulnya warna merah tua (magenta) dalam waktu 3 menit.

d. Analisis senyawa saponin

Sebanyak 200 mg daun pepaya (Carica papaya L.) yang telah dihaluskan

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah air suling sehingga seluruh

cuplikan terendam, dididihkan selama 2-3 menit, dan selanjutnya

didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat lalu ditambahkan 2 tetes HCl.

Apabila masih terbentuk buih yang stabil, maka sampel positif

mengandung saponin.

e. Analisis senyawa tanin

Sebanyak 200 mg daun pepaya (Carica papaya L.) yang telah dihaluskan,

ditambah etanol sampai sampel terendam semuanya. Kemudian sebanyak

1 ml larutan dipindahkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2-3 tetes

8
larutan FeCl3 1%.Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna

biru tua atau hitam kehijauan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fitokimia adalah zat kimia alami tumbuhan. Fitokimia biasanya digunakan

untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak

dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang

menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif dalam pencegahan

penyakit. Fitokimia bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan

ketiadaan zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit difisiensi.

Skrining fitokimia atau disebut juga penapisan fitokimia merupakan uji

pendahuluan dalam menentukan golongan senyawa metabolit sekunder yang

mempunyai aktivitas biologi dari suatu tumbuhan. Skrining fitokimia

tumbuhan dijadikan informasi awal dalam mengetahui golongan senyawa

kimia yang terdapat dalam suatu tumbuhan. Skrining fitokimia dilakukan

dengan menggunakan pereaksi-pereaksi tertentu sehingga dapat diketahui

golongan senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan tersebut.

Contoh skrining fitokimia pada daun papaya yaitu Sampel daun pepaya

(Carica papaya L.) diambil kemudian sampel segar ditimbang dan diperoleh

berat sampel sebanyak 500 gr. Dicuci sampel untuk membersihkannya dari

pengotor dan dikeringanginkan. Sampel dikeringkan di dalam oven pada suhu

30ºC selama 3 hari. Diperoleh simplisia daun papaya kemudian simplisia

ditimbang dan diperoleh berat sampel sebanyak 106 gr. Simplisia ditumbuk

sehingga diperoleh serbuk simplisia. Ditimbang serbuk simplisia dan

10
diperoleh berat serbuk simplisia 80 gr. Selanjutnya dilakukan analisis

fitokimia pada serbuk simplisia daun C. Papaya.

B. Saran

Materi tentang fitokimia perlu dipelajari lebih seksama agar dapat

memahaminya. Dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu pembaca

untuk mengetahui tentang fitokimia. Dengan itu penulis mengharapkan

kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang pembahasan

tersebut akan mudah dipelajari jika ditunjang oleh banyak literature dan

referensi. Terimakasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Sri, Ruslan, Anggrippina Wiraningtyas, 2016, ‘Skrining Fitokimia

Tanaman Obat di Kabupaten Bima’, Cakra Kimia, 4(1), 71-76.

Arsyady, Zikri, 2010, Paper Fitokimia, https://id.scribd.com/doc/39517641/Paper-

Fitokimia, diakses tanggal : 28 November 2019.

A’yun, Qurrota dan Ainun, Nikmati, Laily, 2015, ‘Analisis Fitokimia Daun

Pepaya (Carica papaya L.) di Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan

Umbi Kendalpayak, Malang’, Sains, 2, 134-137.

Gultom, Hartika, 2019, Potensial Farmakologis Tanaman “Gynura” Analisis

Fitokimia dan Biaktivitasnya, Deepublish Publisher, Yogyakarta.

Lantah, Puji L, Lita, Montolalu, Albert R, 2017, ‘Kandungan Fitokimia dan

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput Laut Kappaphycus

alvarezii’, Jurnal Media Tekhnologi Hasil Perikanan, 5(3), 167-173.

12

Anda mungkin juga menyukai