Dra.Herdini.,M.Si,Apt
KIMIA FARMASI ANALISIS
METODE KIMIA UNTUK ANALISIS SENYAWA
ORGANIK
I. PENDAHULUAN
I.1 Klasifikasi
Senyawa Organik :
•Elektrolit lemah, terdiri dar asam dan basa organik serta garam-
garamnya. Karena merupakan elektronik lemah dan dapat terionisasi,
kelompok ini dapat dianalisis berdasarkan reaksi ionik (asam basa,
pengendaan, kompleksometri dan redoks).
KCKT, TLC
Volumetri Metode lainya
IDENTIFIKASI Kromatografi Gas TAB, TBA, Elektrokimia
UJI KEMURNIAN TP, TK, TR Elektroforesis
KADAR POTENSI
ANALISIS
FARMASI
Bertujuan untuk :
• KONTEKS PADA
• KONTEKS PADA KEGUNAAN LEBIH
PERSYARATAN HASIL JAUH DARI HASIL
A.Analisis Kualitatif
A.I. Unsur Karbon
A.2. Unsur Hidrogen
Prinsip : Senyawa Oganik Uap Air
Cu O
H H2O + Cu
Uap air Uap air
•NaCN dideteksi dengan cara yang sama untuk unsur nitrogen, NaX dideteksi
dengan AgNO3
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KUALITATIF
A. CARA KIMIA
Cara kimia merupakan cara yang paling kuno, walaupun demikian masih digunakan
sampai sekarang. Cara ini melibatkan penggunaan suatu pereaksi yang dapat
bereaksi dengan senyawa aktif menimbulkan gejala yang dapat diamati.
3.Pada pelat tetes, sedikit senyawa atau setetes larutannya ditambah 1 atau 2 tetes
pereaksi; warna diamati segera atau beberapa saat
Cara melakukannya : satu atau 2 tetes larutan zat ditetesi 1 tetes HCL 0,5 N lalu
ditambahkan 2 tetes pereaksi mikrokristal. Jika perlu dipanaskan diatas api kecil
(kaca objek tersebut perlu ditutup dengan kaca penutup). Lalu diamati dibawah
mikroskop. Catat dan gambar bentuk kristal dan bandingkan dengan zat
pembanding baku yang diperlakukan sama.
Bentuk yang biasa : jarum, pipih, papan roset, kubus, persegi dan lain lain.
b. Penetapan Suhu lebur endapan / kristal. Endapan yang terbentuk ditetapkan suhu
leburnya. Biasanya merupakan senyawa derivatnya. Beberapa senyawa yang
mempunyai karakteristik yang sama (reaksi gugus fungsi dan titik leburnya) dapat
dibedakan dengan reaksi dari vatisari dan penetapan suhu leburnya (lihat tabel).
Perlu diperhatikan :
b.1 Suhu lebur (TL) sangat dipngaruhi oleh kemurnian senyawa derivat tsb. Oleh
karena itu endapan perlu dimurnikan dengan cara kristalisasi dan dikeringkan
sebelum ditentukan suhu leburnya.
b.2 dari vatisari adalah pembentukan senyawa derivat dari suatu senyawa dengan
suatu pereaksi yang khusus:
II ANALISIS GUGUS FUNGSI
II.1 Gugus Alkohol (R-OH)
Alkohol adalah senyawa hidroksi (OH) yang berikatan dengan ikatan alifatik (R)
yang bersifat netral dan larut dalam air atau dioxan.
Terdapat beberapa jenis alkohol yaitu alkohol primer, sekunder dan tersier.
Berdasarkan jumlah gugus OH nya dikenal alkohol monovalen dan polivalen (poli
ol)
a. Reaksi dengan Logam Natrium
warna merah akan diperoleh jika terdapat alkohol, sedangkan fenol memberikan
warna merah coklat.
c. Reaksi Esterifikasi
d. Uji Xantat
Untuk meyakinkan adanya alkohol tersier, dapat digunakan HCl pekat langsung.
Alkohol primer dan sekunder tidak akan bereaksi dengan HCl ini.
g.2 Oksidasi
Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi aldehid dan selanjutnya menjadi asam
karboksilat.
Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton, dan alkohol tersier hanya dapat dioksidasi
dengan penguraian gugus karbonilnya.
Aldehida dan keton,hasil oksidasi dari alkohol primer dan sekunder selanjutnya diuji
dengan pereaksi Schift (untuk aldehida) dan pereaksi Logam-Rothena (keton)
h. Pembentukan Senyawa Derivatif (Turunan)
Senyawa derivatif merupakan hasil reaksi dengan suatu pereaksi yang khusus
agar membentuk suatu yang lebih baik dalam pengujian, misalnya mempunyai
titik leleh yang khas, tingkat penguapan atau vetilisasi yang tinggi ( untuk
kromatografi gas), penambahan gugus kromafor (untuk spektrofotometri dan
kromatografi cair) dan membentuk senyawa yang berwarna (untuk kolorimetri)
h-1. pereaksi 3,5 dinitro benzoil klorida akan membentuk ester yang kuat dan
mempunyai titik leleh yang khas dan cukup tajam:
h-2. Alkohol primer dan sekunder dengan pereaksi isosianat akan membentuk
uretan (suatu ester asam karbonat) dengan titik leleh yang cukup tajam.
h-3. Alkohol primer dan sekunder akan membentuk asetil dengan pereaksi
asetaanhidrida (asetilasi) dengan katalis piridin:
II.2 Gugus Fenol (Ar-OH)
Fenol adalah senyawa OH yang berikatan dengan radikal aril (aromatik), umumnya
tidak berwarna tetapi dapat berwarna akibat oksidasi alil oksigen dari udara.
Bersifat asam dan dapat larut dalam NaOH 5%. Uji yang digunakan untuk mendeteksi
gugus fenol berdasarkan reaksi terhadap gugus hidroksi juga
Reaksi lain yang mungkin terjadi adalah reduksi Fe3+ Fe 2 oleh senyawa fenol
poliven
- Fenol, resorsinol, kresol : biru atau violet
- Asam salisilat : ungu violet
- Salisilaldehida :violet
- Bromofenol : violet
- Katekhol, tanin, katekin : hijau
- -naftol : pink
- Nitrofenol, phidioksibenzoat : negatif
b. Reaksi Liebermann
100 mg zat dilarutkan dalam 1 ml H2SO4 p, tambahkan beberapa mg NaNO2
kristal : terbentuk warna biru hijau atau violet. Reaksi pembentukan Indofenol
Aldehida (alifatik dan aromatik) memberikan reaksi positif, keton tidak bereaksi.
(b). Uji Schiff
Pereaksi schiff mengandung larutan air Fudisine (p-rosanidin HCl) yang dihilangkan
warnanya dengan melarutkan gas SO 2 atau penambahan NaSO 3
Reaksi benedict positif hanya untuk aldehida alifatik, dengan demikian dapat dipakai
untukmembedakan aldehida alifatik dan aromatik. Keton memberikan reaksi negatif
dengan pereaksi ini, jadi dapat dibedakan dari aldehid.
III.3.2 Reaksi untuk Gugus Keton
(a). Uji Legal – Rothera
Senyawa keton memberikan reaksi positif (warna merah ungu) dengan
pereaksi Legal – Rothera (Na- nitroprusida – NaOH
II.5 Ester
II.5.1 Uji Fenoftalein
Sampel dalam etanol dan 2 tetes NaOH 5% lalu ditambahkan 2 tetes fenoftalein
dan dipanaskan. Larutan merah muda memudar lalu jernih tak berwarna)
Selain ester, arilklorida, amida dan anhidrida memberikan reaksi warna pada
pereaksi ini
II.6 Karbohidrat
Mono dan Disakarida larut dalam air, tetapi tidaklarut dalam pelarut organik. Karbohidrat
tidak mempunyai titik lebur tetapi mengalami dekomposisi pada pemanasan.
II.6.1 Uji Molisch
Merupakan reaksi umum golongan karbohidrat. Mono dan sakarida memberikan
reaksi positif (memberi warna violet atau merah) dengan pereaksi Molisch (larutan
-naftol dalam H2SO4 pekat)
II.6.2 Uji Benedict
Aldosa memberikan reaksi positif dengan uji Benedict ini sedangkan Ketosa tidak
bereaksi.
II.6.3 Uji Pembentukan Osazon
Keterangan
1. Uji osazon digunakan untuk identifikasi gula-gula
2. Uji Benedict dapat diganti dengan Fehling atau Uji Benfoed
II.7 Gugus Nitro
II.7.1 Uji Reduksi Hidroksilamin
3.
Reaksi ini dipengaruhi oleh gugus Nitril yang memberikan warna merah juga
II.12 Sulfonamida
Sulfonamida merupakan turunan dari asam sulfonat dengan amin, amida
asam sulfonat. Reaksi kualitatif dapat dilakukan dengan cara :
a). Hidrolisis Asam
Reaksi ini tidak spesifik, pereaksiini akan bereaksi memberikan warna yang sama
dengan
senyawa yang mirip barbiturat yaitu :
Hidentoin
Piperin dindion
Piridin
Piperidin
Xantin dan purin
d). Xantin (Teofillin, Teobromin, Kafein)
cincin purin pada xantin akan diuraikan secara oksidatif, sedangkan cincin
pirimidina tidak berubah. Melalui kondensasi kedua pirimidina dengan gugus
amino akan terjadi asam purpurat yangg dengan penambahan NH3 berubah
menjadi garam yang berwarna violet.
(Masih ada reaksi warna golongan obat : Lihat Clarke Avalyzin of Drugs and
Poison)
Contoh :
JPS, Vol.45, No.5, Mei 1975, 841-843.
SPOT TEST:
Identifikasi Obat yang Disalahgunakan (Abuse drugs)
1. Pereaksi
a. Mayer : HgCl2 0,55 g
KI 2,5 g
Air ad 100 ml
b. Dragendorff:
- Larutan A : Bismuth sub nitrat 0,85 g
Asam asetat glasial 10 ml
Air 40 ml
- Larutan B : KI 8,0 g
Air 20 ml
Campurkan 5 bagian volume larutan A dengan 2 volume larutan B. Buat 10 ml
pereaksi
pekat, tambahkan 20 ml asam asetat dan encerkan dengan air hingga 100 ml.
c. Wagner : I2 1,27 g
KI 2 g
Air ad 100 ml
f. Zwikker (Parri)
- Larutan A : Co Asetat 1% dalam metanol
- Larutan B : Isopropanol 5% dalam metanol