Sakinah (051611133005)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
ii
Daftar Isi
Daftar Isi ....................................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 7
Daftar Pustaka ............................................................................................................................ 8
1
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia, narkoba yang paling sering dikonsumsi oleh penyalahguna adalah ganja,
shabu, kemudian ekstasi. Dalam daftar 20 narkotika yang paling sering dikonsumsi
penyalahguna, terdapat narkotika jenis tanaman seperti ganja dan kecubung. (BNN, 2017).
Selain penggunaan narkotika tanaman secara langsung, adapula tanaman yang diproses terlebih
dahulu untuk diambil zat narkotiknya seperti morfin dan heroin dari tanaman Papaver
somniferum. Dunia mengenal banyak jenis narkotika tanaman, salah satu yang paling lama
adalah Ayahuasca.
Ayahuasca adalah minuman tradisional yang secara turun temurun digunakan dalam
ritual perdukunan masyarakat Amazon. Minuman ini merupakan kombinasi dari tanaman
Psychotria viridis yang mengandung N-N-dimetiltriptamin (DMT) dan Banisteriopsis caapi
yang mengandung inhibitor monoamine oksidase (MAOIs). Makalah ini akan membahas
tentang karakteristik Psychotria viridis dan Banisteriopsis caapi beserta hubungan sinergitas
antara kedua kandungan tanaman tersebut dalam ramuan Ayahuasca.
BAB II
PEMBAHASAN
serupa dengan famili yang sama yakni umumnya memiliki tipe daun penumpu (stipula), bunga
majemuk, dan buah drupa. Sedangkan kandungan P. viridis yang memiliki efek halusinogenik
adalah dimetiltriptamin (DMT) (Callaway et al., 2005).
2.2.2 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa yang Terkandung pada P. viridis
Berdasarkan hasil kromatografi terdapat 1 puncak yang spesifik yakni dari senyawa N,
N - dimethyltryptamine (DMT). Hal ini juga dibuktikan dengan mencocokkan dengan standar
DMT. DMT ini merupakan senyawa halusinogen. Tetapi pada ekstrak daun P. viridis ini juga
mengandung 19 senyawa lain yakni : 24-methylene-cycloartenol, squalene, β-sitosterol,
stigmasterol, triacylglycerol, nonacosanal, nonacosanol, hentriacontanoic acid, hexadecanoic
acid, heptadenoic acid, ursolic acid, oleanolic acid, 1-palmitoylglycerol atau monopalmitin, 3-
O-β-D-glucosyl-β- sitosterol, 3-O-β-Dglucosyl-stigmasterol, N-methyltryptamine, 4-methyl-
4-epi-quinate dan methyl tetradecanoate.
5
2.3 Mekanisme Inhibisi DMT oleh Alkaloid yang Terkandung pada B. caapi
DMT sebagai halusiogen potensial tidak aktif jika dikonsumsi secara oral dikarenakan
adanya deaminasi oleh saluran cerna dan hepar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
terdapat indole-3-acetic acid (IAA) yang merupakan metabolit terbesar dari DMT pada in vitro
dan in vivo yang menunjukkan bahwa IAA adalah substrat dari MAO. Sedangkan salah satu
kandungan pada B. caapi, yakni β-Carboline merupakan inhibitor MAO reversible yang sangat
aktif dan memiliki efek halusinasi (Mc Kenna, 1984).
Adanya hambatan MAO sendiri menyebabkan tingginya kadar amin di otak, khususnya
dopamine, noradrenalin dan serotonin. Dengan tinggi kadar tersebut menimbulkan perasaan
suka, euphoria, dan meningkatkan aktivitas psikomotor (Soares et al, 2016). Apalagi dengan
adanya penghambatan tersebut, juga menyebabkan aktifnya DMT. DMT sendiri tidak memiliki
efek psikoaktif yang signifikan ketika digunakan secara oral dikarenakan adanya degradasi
oleh monoamine oksidase A (MAO-A) pada saluran cerna. Oleh karena itu dengan adanya β-
Carboline pada tanaman Banisteriopsis caapi menghambat MAO-A, sehingga menyebabkan
masuknya DMT dari Psychotria viridis pada sirkulasi sistemik dan system saraf pusat. Oleh
karena itu DMT dapat memberikan efek psikoaktif dengan alkaloid β-Carboline, seperti
harmine dan harmaline yang memfasilitasi efeknya (Cata-Preta et al., 2018).
Selain itu, β-Carboline juga bekerja dengan menghambat MAO perifer, yang melindungi
DMT dari degradasi sehingga membuat DMT aktif secara oral. Selain itu kandungan terbanyak
β-Carboline, yakni tetrahydroharmine (THH) berfungsi sebagai inhibitor pengambilan 5-
hydroxytryptamine (5-HT) dan MAO. THH berfungsi untuk memperpanjang waktu paruh dari
DMT dengan memblok pengambilan pada intraneuronal. Oleh karena itu inaktivasi dari MAO
terlokalisir pada mitokondria dalam neuron. Di sisi lain, THH juga memblok ambilan serotonin
ke neuron, sehingga menghasilkan kadar 5-HT yang lebih tinggi pada celah sinaptik. 5-HT ini
melemahkan efek subjektif dari DMT yang tertelan secara oral dengan bersaing dengannya di
situs reseptor postsinaptik (Mc Kenna, 2004).
2.4 Kadar DMT pada Plasma Setelah Inhibisi
Pada sebuah studi dengan melibatkan 15 relawan dengan pemberian ayahuasca secara
inhalasi berupa gas, diperoleh data farmakokinetik DMT pada plasma yakni Cmax 15.8± 4.4
ng/ml, dengan Tmax 107.5 ± 32.5 menit (Callaway et al., 1999). Studi lainnya dengan
menggunakan dua dosis ayahuasca yang diberikan secara oral, menunjukkan Tmax 1.5 jam
baik pada dosis tinggi maupun rendah. Sedangkan Cmax DMT pada dosis rendah menunjukkan
hasil 12.14 ng/ml dan dosis tinggi yakni 17.44 ng/ml (Riba et al., 2003).
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyalahgunaan obat-obatan juga terjadi pada penggunaan DMT. DMT merupakan
salah satu kandungan yang terdapat pada tanaman Psychotria viridis. DMT pada tanaman ini
tidak serta merta aktif secara oral, namun memerlukan senyawa lain yang mampu
mengaktifikannya, salah satunya adalah alkaloid pada tanaman Banisteriopsis caapi. Tanaman
ini mengandung alkaloid dengan struktur beta karbolin, harmin, THH, dan harmalin. Alkaloid
tersebut, khususnya beta karbolin berfungsi sebagai MAO inhibitor yang mampu mencegah
degradasi DMT oleh saluran cerna dan hepar. Sedangkan THH berfungsi untuk
memperpanjang waktu paruh DMT dengan memblok ambilan pada intraeuronal. Efek yang
ditimbulkan oleh DMT secara klinis yakni penurunan aktivitas motoric, gangguan fungsi
kognitif, efek simpatomimetik, peningkatan kortisol. Selain itu efek dari DMT sendiri juga
dapat ditemui pada system organ seperti kardiovaskular, endokrin, kekebalan tubuh dan
neurotoksisitas, dan penglihatan (pupil mata).
8
Daftar Pustaka
Callaway, J. C., Glacus, S., Brito & Edison, S., Neves. 2005. Phytochemical Analyses of
Banisteriopsis caapi and Psychotria viridis. Journal of Psychoavtive drugs 37(2): 145-
150.
Callaway, J. C., McKenna, D. J., Grob, C.S., Brito, G.S., Raymon, L.P., Poland, R.E., Andrade,
E.N., Andrade, E.O., Mash, D.C. 1999. Pharmacokinetics of Hoasca alkaloids in healthy
humans. Journal of Ethnopharmacology 65: 243-256.
Cata-Preta, E. G., Serra, Y. A., Moreira-Junior, E. da C., Reis, H. S., Kisaki, N. D., Libarino-
Santos, M., … Marinho, E. A. V. (2018). Ayahuasca and Its DMT- and β-carbolines –
Containing Ingredients Block the Expression of Ethanol-Induced Conditioned Place
Preference in Mice: Role of the Treatment Environment. Frontiers in Pharmacology, 9.
Dos Santos, R.G., Valle, M., Bouso, J.C., Nomdedeu, J.F., Rodriguez-Espinosa, J., McIlhenny
E.H., Barker, S.A., Barbonoj, M.J., Riba, J., 2011. Autonomic, neuroendocrine, and
immunological effects of ayahuasca: a comparative study with d-amphetamine. J Clin
Psychopharmacol, Vol. 31, No. 6.
McKenna D.J., Towers, G.H.N., Abbott, F. 1984. Monoamine oxidase inhibitors in south
American hallucinogenic plants: tryptamine and β-Carboline constituents of ayahuasca.
Journal of Ethnopharmacology 10: 195-223.
McKenna D.J. 2004. Clinical investigations of the therapeutics potential of ayahuasca rationale
and regulatory challenges. Pharmacology and Therapeutics 102: 111-129.
Pitol, D.L., Siéssere, S., dos Santos, R.G., Rosa, M.L.N.M., Hallak, J.E.C., Scalize, P.H.,
Pereira, B.F., Iyomasa, M.M., Semprini, M., Riba, J., Regalo, S.C.H., 2015. Ayahuasca
Alters Structural Parameters of the Rat Aorta. J Cardiovasc Pharmacol, Vol. 66, pp. 58–
62.
Riba, J., Valle, M., Urbano, G., Yritia, M., Morte, A., dan Barbanoj, M. J. 2003. Human
Pharmacology of Ayahuasca: Subjective and Cardiovascular Effects, Monoamine
Metabolite Excretion, and Pharmacokinetics. The Journal of Pharmacology and
Experimental Therapeutics 306(1). p. 82
Soares, D.B.S., Duarte, L.P., Cavalcanti, A.D., Silva, F.C., Braga, A.D., Lopes, M.T.P.,
Takahashi, J.A., and Vieira-Filho, S.A. 2017. Psychotria viridis: Chemical constituents
from leaves and biological properties. An Acad Bras Cienc 89(2): 927 -938.
9
Szabo, A., Rajnavolgyi, E., 2014. Finding a fairy in the forest: ELF4, a novel and critical
element of type I interferon responses. Cell Mol Immunol, Vol. 11, No.3.
Tourino, M.C., de Oliveira, E.M., Belle, L.P., Knebel, F.H., Albuquerque, R.C., Dorr, F.A.,
Okada, S.S., Migliorini, S., Soares, I.S., Campa, A., 2013. Tryptamine and
dimethyltryptamine inhibit indoleamine 2,3 dioxygenase and increase the tumor-reactive
effect of peripheral blood mononuclear cells. Cell Biochem Funct, Vol.31, No.5.
Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika , Survei Nasional
Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun 2017 oleh Pusat Penelitian Data dan
Informasi Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia