Anda di halaman 1dari 11

i

TUGAS MK FORENSIK (KIA305)

Induksi N,N-dimethyltryptamine (DMT) pada Physchotria viridis oleh β-


Carboline Banisteriopsis caapi

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

Andi Mar’ie Ramadan N. (051511133068)

Hasna Qatrunnada (051511133152)

Sakinah (051611133005)

Titania Fiska Ornelia (051611133028)

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2020
ii

Daftar Isi
Daftar Isi ....................................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1


1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 3

2.1 Karakteristik dan Kandungan pada P. viridis dan B. caapi ........................................ 3


2.1.1 Karakteristik dan Kandungan pada Banisteriopsis caapi .................................... 3
2.1.2 Karaktertistik dan Kandungan pada Psychotria viridis ....................................... 3
2.2 Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa DMT pada P. viridis .......................................... 4
2.2.1 Cara Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa DMT pada P. viridis........................... 4
2.2.2 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa yang Terkandung pada P. viridis ....... 4
2.3 Mekanisme Inhibisi DMT oleh Alkaloid yang Terkandung pada B. caapi ................ 5
2.4 Kadar DMT pada Plasma Setelah Inhibisi .................................................................. 5
2.5 Pengaruh DMT Secara Klinis dan Sistem Organ ........................................................ 6
2.5.1 Pengaruh DMT Secara Klinis .............................................................................. 6
2.5.2 Pengaruh DMT pada Sistem Organ ..................................................................... 6
BAB III ...................................................................................................................................... 7

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 7
Daftar Pustaka ............................................................................................................................ 8
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Narkoba merupakan akronim dari kata narkotika dan obat-obatan berbahaya. Narkotika
ialah zat maupun obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, sintetis maupun
semisintetis, yang dapat berpengaruh menurunkan kesadaran, menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan (UU RI No.35 Tahun 2009). Indonesia adalah pasar besar
peredaran narkoba. Tiap tahunnya makin banyak narkoba sintetis yang muncul dan dijual
secara online, tetapi tidak terjerat hukum sebab narkoba tersebut belum terdaftar di dalam
sistem perundang-undangan Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Narkotika
Nasional, jumlah penyalahguna narkoba pada rentang usia 10 hingga 59 tahun mencapai
3.376.115 orang (BNN, 2017).

Di Indonesia, narkoba yang paling sering dikonsumsi oleh penyalahguna adalah ganja,
shabu, kemudian ekstasi. Dalam daftar 20 narkotika yang paling sering dikonsumsi
penyalahguna, terdapat narkotika jenis tanaman seperti ganja dan kecubung. (BNN, 2017).
Selain penggunaan narkotika tanaman secara langsung, adapula tanaman yang diproses terlebih
dahulu untuk diambil zat narkotiknya seperti morfin dan heroin dari tanaman Papaver
somniferum. Dunia mengenal banyak jenis narkotika tanaman, salah satu yang paling lama
adalah Ayahuasca.

Ayahuasca adalah minuman tradisional yang secara turun temurun digunakan dalam
ritual perdukunan masyarakat Amazon. Minuman ini merupakan kombinasi dari tanaman
Psychotria viridis yang mengandung N-N-dimetiltriptamin (DMT) dan Banisteriopsis caapi
yang mengandung inhibitor monoamine oksidase (MAOIs). Makalah ini akan membahas
tentang karakteristik Psychotria viridis dan Banisteriopsis caapi beserta hubungan sinergitas
antara kedua kandungan tanaman tersebut dalam ramuan Ayahuasca.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun dalam pembahasan makalah yang berjudul Aktivitas N,N-dimethyltryptamine
(DMT) pada Physchotria viridis yang Dinduksi oleh Kandungan Alkaloid Banisteriopsis
caapi ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik dan kandungan pada P. viridis dan B. caapi


2. Mengetahui cara isolasi senyawa DMT pada P. viridis
3. Mengetahui mekanisme inhibisi DMT oleh alkaloid yang terkandung pada B. caapi
2

4. Mengetahui kadar DMT pada plasma setelah inhibisi


5. Mengetahui pengaruh DMT secara klinis dan pada organ tubuh
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik dan Kandungan pada P. viridis dan B. caapi


2.1.1 Karakteristik dan Kandungan pada Banisteriopsis caapi
Banisteriopsis caapi merupakan tanaman dari famili Malpigiaceae dengan genus
Banisteriopsis. Tanaman ini memiliki karakteristik 12 – 14 mm. memiliki bunga berwarna
putih atau merah mudapucat yang sering muncul pada bulan Januari. Secara fitokimia B. caapi
mengandung alkaloid dari kelas beta karbolin yang bertindak sebagai inhibitor monoamine
oksidase (MOAI), senyawa ini banyak dihasilkan dari batang yakni sebesar 0,11 – 0,83%.
Selain senyawa alkaloid beta karbolin, tanaman ini juga mengandung polifenol yang berguna
sebagai antioksidan. Banisteriopsis caapi memiliki kandungan tinggi harmin dan
tetrahydroharmine (THH) dan kandungan harmaline yang lebih sedikit, serta tiga indole
alkaloid dengan struktur β-Carboline (Morales-Garcia et al, 2017).

2.1.2 Karaktertistik dan Kandungan pada Psychotria viridis


Psychotria viridis merupakan tanaman yang berasal dari famili Rubiaceae. P. viridis
umumnya dikenal sebagai “chacrona” atau “chacruna”. Psychotria viridis tumbuh secara alami
di hutan tropis dataran rendah basah di Kuba dan Amerika Tengah bagian utara melalui
Amerika Selatan bagian barat dan tengah; tampaknya paling umum di Amazon Peru dan
Bolivia. Karena genus Psychotria mencakup sejumlah besar spesies yang secara morfologis
4

serupa dengan famili yang sama yakni umumnya memiliki tipe daun penumpu (stipula), bunga
majemuk, dan buah drupa. Sedangkan kandungan P. viridis yang memiliki efek halusinogenik
adalah dimetiltriptamin (DMT) (Callaway et al., 2005).

2.2 Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa DMT pada P. viridis


2.2.1 Cara Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa DMT pada P. viridis
1. Menimbang 1 gram daun kering dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer dan menambahkan
3 mL methanol.
2. Memanaskan Erlenmeyer diatas hotplate
3. Jika methanol sudah berkurang sekitar 0,5ml maka Erlenmeyer dikeluarkan dari hotplate.
Ekstrak siap untuk diidentifikasi.
4. Untuk identifikasi, 1 mL dari ekstrak diinjeksikan ke dalam Hewlett-Packard 5890 Gas
Chromatograph (Palo Alto, CA) yang dilengkapi dengan 5971 Mass Selective Detektor dan
dilengkapi dengan kolom kapiler HP-1 (silikon metil ikatan silang, 20 mx 0,25 mm id x
2,65: m ketebalan film). Suhu oven kolom diprogram dari suhu awal 70 / C (ditahan selama
2 menit) hingga 200 / C pada 10 / C / menit, kemudian ditahan pada 200 / C selama 2 menit
terakhir.

2.2.2 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa yang Terkandung pada P. viridis
Berdasarkan hasil kromatografi terdapat 1 puncak yang spesifik yakni dari senyawa N,
N - dimethyltryptamine (DMT). Hal ini juga dibuktikan dengan mencocokkan dengan standar
DMT. DMT ini merupakan senyawa halusinogen. Tetapi pada ekstrak daun P. viridis ini juga
mengandung 19 senyawa lain yakni : 24-methylene-cycloartenol, squalene, β-sitosterol,
stigmasterol, triacylglycerol, nonacosanal, nonacosanol, hentriacontanoic acid, hexadecanoic
acid, heptadenoic acid, ursolic acid, oleanolic acid, 1-palmitoylglycerol atau monopalmitin, 3-
O-β-D-glucosyl-β- sitosterol, 3-O-β-Dglucosyl-stigmasterol, N-methyltryptamine, 4-methyl-
4-epi-quinate dan methyl tetradecanoate.
5

2.3 Mekanisme Inhibisi DMT oleh Alkaloid yang Terkandung pada B. caapi
DMT sebagai halusiogen potensial tidak aktif jika dikonsumsi secara oral dikarenakan
adanya deaminasi oleh saluran cerna dan hepar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
terdapat indole-3-acetic acid (IAA) yang merupakan metabolit terbesar dari DMT pada in vitro
dan in vivo yang menunjukkan bahwa IAA adalah substrat dari MAO. Sedangkan salah satu
kandungan pada B. caapi, yakni β-Carboline merupakan inhibitor MAO reversible yang sangat
aktif dan memiliki efek halusinasi (Mc Kenna, 1984).

Adanya hambatan MAO sendiri menyebabkan tingginya kadar amin di otak, khususnya
dopamine, noradrenalin dan serotonin. Dengan tinggi kadar tersebut menimbulkan perasaan
suka, euphoria, dan meningkatkan aktivitas psikomotor (Soares et al, 2016). Apalagi dengan
adanya penghambatan tersebut, juga menyebabkan aktifnya DMT. DMT sendiri tidak memiliki
efek psikoaktif yang signifikan ketika digunakan secara oral dikarenakan adanya degradasi
oleh monoamine oksidase A (MAO-A) pada saluran cerna. Oleh karena itu dengan adanya β-
Carboline pada tanaman Banisteriopsis caapi menghambat MAO-A, sehingga menyebabkan
masuknya DMT dari Psychotria viridis pada sirkulasi sistemik dan system saraf pusat. Oleh
karena itu DMT dapat memberikan efek psikoaktif dengan alkaloid β-Carboline, seperti
harmine dan harmaline yang memfasilitasi efeknya (Cata-Preta et al., 2018).
Selain itu, β-Carboline juga bekerja dengan menghambat MAO perifer, yang melindungi
DMT dari degradasi sehingga membuat DMT aktif secara oral. Selain itu kandungan terbanyak
β-Carboline, yakni tetrahydroharmine (THH) berfungsi sebagai inhibitor pengambilan 5-
hydroxytryptamine (5-HT) dan MAO. THH berfungsi untuk memperpanjang waktu paruh dari
DMT dengan memblok pengambilan pada intraneuronal. Oleh karena itu inaktivasi dari MAO
terlokalisir pada mitokondria dalam neuron. Di sisi lain, THH juga memblok ambilan serotonin
ke neuron, sehingga menghasilkan kadar 5-HT yang lebih tinggi pada celah sinaptik. 5-HT ini
melemahkan efek subjektif dari DMT yang tertelan secara oral dengan bersaing dengannya di
situs reseptor postsinaptik (Mc Kenna, 2004).
2.4 Kadar DMT pada Plasma Setelah Inhibisi
Pada sebuah studi dengan melibatkan 15 relawan dengan pemberian ayahuasca secara
inhalasi berupa gas, diperoleh data farmakokinetik DMT pada plasma yakni Cmax 15.8± 4.4
ng/ml, dengan Tmax 107.5 ± 32.5 menit (Callaway et al., 1999). Studi lainnya dengan
menggunakan dua dosis ayahuasca yang diberikan secara oral, menunjukkan Tmax 1.5 jam
baik pada dosis tinggi maupun rendah. Sedangkan Cmax DMT pada dosis rendah menunjukkan
hasil 12.14 ng/ml dan dosis tinggi yakni 17.44 ng/ml (Riba et al., 2003).
6

2.5 Pengaruh DMT Secara Klinis dan Sistem Organ


2.5.1 Pengaruh DMT Secara Klinis
Dimetiltriptamin (DMT) dapat dihirup, dicerna, atau disuntikkan dan efeknya tergantung pada
dosis. Ketika dihirup atau disuntikkan, efeknya bertahan dalam waktu singkat: sekitar 5 hingga 15
menit. Efek dapat bertahan tiga jam atau lebih ketika dicerna secara oral bersama dengan MAOI , seperti
minuman ayahuasca dari banyak suku asli Amazon. DMT dapat menghasilkan "proyeksi" jelas
pengalaman mistis yang melibatkan euforia dan halusinasi dinamis. Dosis oral DMT melalui
ayahuasca menghasilkan efek pada perilaku dan neurokimia, seperti penurunan aktivitas
motoric, gangguan fungsi kognitif, efek simpatomimetik, peningkatan prolaktin dan tingkat
kortisol, dan penurunan limfosit meningkat sel pembunuh alami.

2.5.2 Pengaruh DMT pada Sistem Organ


1. Sistem kardiovaskular
Dosis tunggal DMT dengan onset cepat ditandai dengan efek simpatomimetik seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Penggunaan DMT jangka panjang
selama 14 hari pada tikus menunjukkan perubahan struktur aorta, yang mengarah ke
penebalan dinding aorta (Pitol et al., 2015).
2. Sistem endokrin
DMT meningkatkan kadar kortitropin, kortisol, prolaktin, dan hormon pertumbuhan
ketika diberikan kepada manusia (Strassman et al., 1996). Ketika DMT diberikan
berulang-ulang terjadi peningkatan endokrin tingkat diamati, termasuk kortitropin,
prolaktin dan kortisol (Strassman, et al., 1996).
3. Sistem kekebalan tubuh dan neurotoksisitas
Ayahuasca dilaporkan dapat mengurangi persentase CD3 dan CD4 limfosit (dos Santos
et al., 2011). DMT meningkatkan sitotoksik aktivitas sel mononuklear darah perifer
(misalnya, limfosit dan monosit) di A172 garis sel glioma manusia. Selain itu, DMT
dan senyawa terkait dapat digunkan sebagai antiinflamasi, karena DMT menghambat
produksi senyawa Pro-inflamasi IL-1β, IL-6, IL-8 dan TNFα dan meningkatkan tingkat
senyawa anti-inflamasi IL-10 melalui tindakan pada reseptor Sigma-1 (Szabo et al.,
2014).
4. Ukuran Pupil
DMT dilaporkan dapat meningkatkan diameter pupil meningkat menjadi maksimum
4,9 + 0,2 mm pada 180 menit, dan kembali normal setelah 360 menit. Efek mydriasis
telah ditunjukkan dalam beberapa studi DMT IV.
7

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyalahgunaan obat-obatan juga terjadi pada penggunaan DMT. DMT merupakan
salah satu kandungan yang terdapat pada tanaman Psychotria viridis. DMT pada tanaman ini
tidak serta merta aktif secara oral, namun memerlukan senyawa lain yang mampu
mengaktifikannya, salah satunya adalah alkaloid pada tanaman Banisteriopsis caapi. Tanaman
ini mengandung alkaloid dengan struktur beta karbolin, harmin, THH, dan harmalin. Alkaloid
tersebut, khususnya beta karbolin berfungsi sebagai MAO inhibitor yang mampu mencegah
degradasi DMT oleh saluran cerna dan hepar. Sedangkan THH berfungsi untuk
memperpanjang waktu paruh DMT dengan memblok ambilan pada intraeuronal. Efek yang
ditimbulkan oleh DMT secara klinis yakni penurunan aktivitas motoric, gangguan fungsi
kognitif, efek simpatomimetik, peningkatan kortisol. Selain itu efek dari DMT sendiri juga
dapat ditemui pada system organ seperti kardiovaskular, endokrin, kekebalan tubuh dan
neurotoksisitas, dan penglihatan (pupil mata).
8

Daftar Pustaka

Blackladge, R. D. and Taylor, C. M. 2003. Psychotria viridis – A Botanical Source of


Dimethyltryptamine (DMT). Microgram Journal 1(1 –2).

Callaway, J. C., Glacus, S., Brito & Edison, S., Neves. 2005. Phytochemical Analyses of
Banisteriopsis caapi and Psychotria viridis. Journal of Psychoavtive drugs 37(2): 145-
150.
Callaway, J. C., McKenna, D. J., Grob, C.S., Brito, G.S., Raymon, L.P., Poland, R.E., Andrade,
E.N., Andrade, E.O., Mash, D.C. 1999. Pharmacokinetics of Hoasca alkaloids in healthy
humans. Journal of Ethnopharmacology 65: 243-256.

Cata-Preta, E. G., Serra, Y. A., Moreira-Junior, E. da C., Reis, H. S., Kisaki, N. D., Libarino-
Santos, M., … Marinho, E. A. V. (2018). Ayahuasca and Its DMT- and β-carbolines –
Containing Ingredients Block the Expression of Ethanol-Induced Conditioned Place
Preference in Mice: Role of the Treatment Environment. Frontiers in Pharmacology, 9.
Dos Santos, R.G., Valle, M., Bouso, J.C., Nomdedeu, J.F., Rodriguez-Espinosa, J., McIlhenny
E.H., Barker, S.A., Barbonoj, M.J., Riba, J., 2011. Autonomic, neuroendocrine, and
immunological effects of ayahuasca: a comparative study with d-amphetamine. J Clin
Psychopharmacol, Vol. 31, No. 6.

McKenna D.J., Towers, G.H.N., Abbott, F. 1984. Monoamine oxidase inhibitors in south
American hallucinogenic plants: tryptamine and β-Carboline constituents of ayahuasca.
Journal of Ethnopharmacology 10: 195-223.
McKenna D.J. 2004. Clinical investigations of the therapeutics potential of ayahuasca rationale
and regulatory challenges. Pharmacology and Therapeutics 102: 111-129.

Morales-Garcia, J.A., Revenga, M. D. L. F., Alonso-Gil, Sandra, Rodriguez-Franco, M. I.,


Feilding, A., Perez-Castillo, A., dan Riba, J. 2017. The Alkaloids of Banisteriopsis caapi,
the plant source of the Amazonian hallucinogen Ayahuasca, stimulate adult neurogenesis
in vitro. Scientific Reports. 1-11.

Pitol, D.L., Siéssere, S., dos Santos, R.G., Rosa, M.L.N.M., Hallak, J.E.C., Scalize, P.H.,
Pereira, B.F., Iyomasa, M.M., Semprini, M., Riba, J., Regalo, S.C.H., 2015. Ayahuasca
Alters Structural Parameters of the Rat Aorta. J Cardiovasc Pharmacol, Vol. 66, pp. 58–
62.

Riba, J., Valle, M., Urbano, G., Yritia, M., Morte, A., dan Barbanoj, M. J. 2003. Human
Pharmacology of Ayahuasca: Subjective and Cardiovascular Effects, Monoamine
Metabolite Excretion, and Pharmacokinetics. The Journal of Pharmacology and
Experimental Therapeutics 306(1). p. 82
Soares, D.B.S., Duarte, L.P., Cavalcanti, A.D., Silva, F.C., Braga, A.D., Lopes, M.T.P.,
Takahashi, J.A., and Vieira-Filho, S.A. 2017. Psychotria viridis: Chemical constituents
from leaves and biological properties. An Acad Bras Cienc 89(2): 927 -938.
9

Strassman, R.J., 1996. Human psychopharmacology of N,N-dimethyltryptamine. Behavioural


Brain Research, Vol. 73, pp. 121-124

Szabo, A., Rajnavolgyi, E., 2014. Finding a fairy in the forest: ELF4, a novel and critical
element of type I interferon responses. Cell Mol Immunol, Vol. 11, No.3.

Tmangray. 2020. Banisteriopsis caapi. Retrieved from Wikipedia:


https://en.m.wikipedia.org/wiki/Banisteriopsis_caapi&usg=ALkJrhg76j9SIliv_Ekh13M
LK7A3d-RdDw/ . Diakses tanggal 27 Februari 2020 pukul 19.38.

Tourino, M.C., de Oliveira, E.M., Belle, L.P., Knebel, F.H., Albuquerque, R.C., Dorr, F.A.,
Okada, S.S., Migliorini, S., Soares, I.S., Campa, A., 2013. Tryptamine and
dimethyltryptamine inhibit indoleamine 2,3 dioxygenase and increase the tumor-reactive
effect of peripheral blood mononuclear cells. Cell Biochem Funct, Vol.31, No.5.

Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika , Survei Nasional
Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun 2017 oleh Pusat Penelitian Data dan
Informasi Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai