DISUSUN OLEH
KELAS : B TINGKAT 2
KELOMPOK : 3 (TIGA)
JURUSAN FARMASI
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Maksud Percobaan....................................................................................2
C. Tujuan Percobaan......................................................................................2
D. Prinsip Percobaan......................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
A. Uraian Tanaman Daun Sirih......................................................................3
3. Komponen Kimia..........................................................................................4
B. Ekstraksi Dan Ekstrak...............................................................................7
C. Metode Ekstraksi.......................................................................................8
D. Skrining Fitokimia...................................................................................10
E. ekstraksi Cair-Cair......................................................................................12
F. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)................................................................15
BAB III..................................................................................................................19
METODE KERJA..................................................................................................19
A. Pembuatan Simplisia Biji Rambutan.......................................................19
2. Metode Kerja..................................................................................................19
B. Pembuatan Ekstrak Daun Biji.................................................................20
C. Skrining Fitokimia...................................................................................21
D. Ekstraksi Cair – Cair...............................................................................24
E. Kromatografi Lapis Tipis............................................................................26
BAB IV..................................................................................................................29
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................29
A. Hasil.........................................................................................................29
B. Pembahasan.............................................................................................31
i
BAB V....................................................................................................................35
PENUTUP..............................................................................................................35
A. Kesimpulan..............................................................................................35
B. Saran........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
LAMPIRAN...........................................................................................................39
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan alam dalam masyarakat memiliki banyak manfaat salah satunya dalam
pengobatan penyakit. Salah satu bahan alam yang sering digunakan oleh masyarakat
adalah Daun Sirih. Sirih (Piper litle.L) adalah tanaman yang mudah tumbuh di
banyak tempat dan termasuk tanaman tahunan (Kurniasih et al, 2015).
1
Pada praktikum kali ini, simplisia Daun Sirih akan diekstraksi dengan
metode maserasi yang selanjutnya akan dilakukan skrining fitokimia dan
mengidentifikasi komponen senyawa kimia dengan metode kromatografi
lapis tipis (KLT).
B. Maksud Percobaan
C. Tujuan Percobaan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi
2. Morfologi
Daun Sirih berwarna hijau muda sampai hijau tua berbentuk oval ataupun
bulat telur, mempunyai panjang 5-15 cm, lebar 2-10 cm, memiliki tekstur
kasar, berbentuk bulat telur, ujungnya lancip pendek, daun bagian atas
mengkilap hijau dan berwarna putih pucat kusam di bagian bawah daun,
berbentuk lateral saraf. Daun Sirih memiliki bau tajam menyengat dengan
tangkai daun pendek sekitar 3-10 mm . Daun yang berkualitas adalah
Daun Sirih dengan kandungan antioksidan yang tinggi terdapat pada daun
yang tumbuh pada urutan ke-3 sampai ke-5 dari pangkal batang daun dan
pukul 5-6 pagi. Daun yang terlalu muda belum banyak acetogenins
yang terbentuk, sedangkan kadar acetogenins pada daun yang terlalu tua
3
sudah mulai rusak sehingga kadarnya berkurang (Hanafing, 2020)
3. Komponen Kimia
Daun Sirih merupakan daun yang kaya minyak atsir dan protein serta
toksisitas (tanin, fitat, dan sianida) dan oleh karena itu dapat
dimanfaatkan pada manusia dan Daun Sirih (Piper betle L.) adalah
tanaman yang mengandung senyawa flavonoid, tanin, fitosterol, minyak
atsir dan alkaloid. Antioksidan yang terkandung dalam Daun Sirih
antara lain adalah vitamin A, B, C. Daun Sirih juga memiliki kandungan
kimia seperti: minyak atsir, Alkaloida, Flavonoid, Saponin, Tanin
(Hanafing, 2020).
No Kompone Rumus Bangun dan Manfaat
n
Rumus Kimia
Kimia
1. Alkaloid Manfaat alkaloid
dalam bidang
kesehatan antara
lain adalah untuk
memacu sistem
saraf, menaikkan
atau menurunkan
tekanan darah dan
melawan infeksi
mikrobia
4
2. Flavonoid Menghambat
metabolisme energi
bakteri.
3. Saponin Antibakteri
4. Tanin Antibakteri
5
dengan kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel mikroba,
menginaktifkan enzim, dan menggangu transport protein pada lapisan
dalam sel. Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel
sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun
fisik sehingga sel bakteri akan mati. (Hanafing, 2020)
Alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan cara mengganggu
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan
dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel
tersebut. Mekanisme lain antibakteri alkaloid yaitu komponen alkaloid
diketahui sebagai interkelator DNA dan menghambat enzim
topoisomerase sel bakteri. Saponin merupakan senyawa yang dikandung
dalam ekstrak etanol Daun Sirih, bersifat antibakteri dengan bekerja
efektif pada bakteri gram positif (Hanafing,2020)
Pada tanaman, glikosida berperan sebagai cadangan gula untuk
sementara, menjaga diri terhadap hama dan penyakit. Dari segi biologi,
beberapa senyawa glikosida menunjukkan beberapa macam activitas
biologik, misalnya sebagai pengatur pertumbuhan, protektif, fungisid,
memacu atau menghambat kerja enzim dan sebagainya (Uhamka, 2021).
4. Khasiat
Tanaman sirih mengandung 4,2% minyak atsir, yang komponen
utamanya terdiri dari betle phenol dan beberapa derivatnya diantaranya
euganol allypyrocatechine 26,8-42,5%, cineol 2,4-4,8%, methyl euganol
,2-15,8%, caryophyllen (siskuiterpen) 3-9,8%, hidroksi kavikol, kavikol
7,2-16,7%, kabivetol 2,7-6,2%, estragol, ilypyrokatekol 9,6%, karvakol
2,2-5,6%, alkaloid flavonoid, triterpenoid atau steroid, saponin,
terpen,fenilpropan, terpinen, diastase 0,8-1,8% dan tanin 1-1,3%. Pada
konstrai 0,1-1% phenol bersifat bakteriostatik, sedangkan pada
konsentrasi 1-2%phenol bersifatbakteriosida. Senyawa phenol dan
derivatnya dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Senyawa euganol
bersifat bakterisidadengan meningkatkan permeabiltas membran bakteri.
6
Senyawa kavikol selain memberi bau khas pada sirih juga memiliki sifar
bakterisida lima kali lipat dari seyawa phenol lainnya.
Setiap daun sirih hijau memiliki kandungan air (85-90%),
protein (33,5%), karbohidrat (0,5-6,1%), serat (2-3%), minyak esensial
(0,08-0,2%), tannin (0,1-1,3%), dan alkohol. Daun sirih hijau juga
mengandung beberapa vitamin seperti vitamin C (0,005-0,01%), asam
nikotinik (0,63-0,89 mg/100 gms), vitamin A (1,9-2,9 mg/100 gms),
thiamin (10-70 ug/100 gms), riboflavin (1,930ug/100gms). Dan juga
mineral (2,3-3,3%) yang terdiri atas kalsium (0,2-0,5%), besi (0,005-
0,007%), iodin (3,4ug/100gms), fosfor (0,05-0,6%), potassium (1,1-
4,6%)
7
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979), ekstrak adalah sediaan kering,
kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut
cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.
C. Metode Ekstraksi
1. Pengertian Metode Sokhletasi
8
2021). Pada proses ini, sampel dan pelarut tidak mengalami pemanasan
(ekstraksi dingin) sehingga dapat digunakan untuk senyawa yang tidak
tahan panas. Pada perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan
di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut (Badaring et al, 2020).
Pelarut yang mengalir ke dalam sel dapat menyebabkan
protoplasma membengkak dan bahan kandungan sel akan larut sesuai
dengan kelarutannya. Lamanya waktu ekstraksi menyebabkan terjadinya
kontak antara sampel dan pelarut lebih intensif sehingga hasilnya juga
bertambah sampai titik jenuh larutan. Kontak antara sampel dan pelarut
dapat ditingkatkan apabila didukung dengan adanya pengocokan agar
kontak antara sampel dan pelarut semakin sering terjadi,sehingga proses
ekstraksi lebih sempurna (Lenny, 2006).
9
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Maserasi
D. Skrining Fitokimia
10
kuantitatif sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Metode skrining
fitokimia secara kualitatif dapat dilakukan melalui reaksi warna dengan
menggunakan suatu pereaksi tertentu. Hal penting yang mempengaruhi
dalam proses skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode
ekstraksi. Pelarut yang tidak sesuai memungkinkan senyawa aktif yang
diinginkan tidak dapat tertarik secara baik dan sempurna. (Vifta et al,
2018).
11
Guna identifikasi senyawa saponin, ekstrak kental terlebih
dahulu dilarutkan dalam etanol yang kemudian ditambahkan dengan
aquadest secukupnya. Larutan ekstrak kemudian ditambah dengan 10
ml air hangat, lalu dikocok kuat. Hasil positif dengan menunjukkan
buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm
sampai 10 cm kemudian pada penambahan 1 tets HCl 1%, buih atau
busa tidak hilang. (Maulidiyah & dkk., 2020).
d. Skrining fitokimia senyawa steroid
E. ekstraksi Cair-Cair
1. Pengertian Ekstraksi Cair-Cair
12
pisah selama beberapa menit. Teknik ini dapat diterapkan untuk bahan-
bahan dari tingkat runutan maupun yang dalam jumlah banyak (Christina
P. et al, 2016).
Ekstraksi cair-cair atau disebut juga ekstraksi pelarut merupakan
metode pemisahan yang didasarkan pada fenomena distribusi atau partisi
suatu analit di antara dua pelarut yang tidak saling campur. ekstraksi ini
dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dari campuran berfasa cair
dengan pelarut lain yang juga berfasa cair. (Leba, 2017).
13
Gambar II.4 Ekstraksi Cair-cair
14
Kelemahan ekstraksi ini yakni kurang praktis, dan ada
kemungkinan besar hilangnya analit selama proses ekstraksi (Khopkar,
1990).
15
Kromatografi lapis tipis dilakukan dengan menggunakan
sepotong kaca, logam atau plastik kaku yang dilapisi lapisan tipis silika gel
atau alumina. Silika gel (alumina) adalah fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis juga sering mengandung zat yang berfluoresensi
dalam sinar UV. Fase gerak Adalah pelarut cair yang cocok atau campuran
pelarut. (Rosamah, 2019).
Metode ini didasarkan pada adsorpsi/penjerapan zat pada fase
diam (padat) yang disaputkan pada plat (kaca, logam). Zat yang akan
dipisahkan, ditotolkan berupa bercak atau pita, kemudian plat diletakkan
dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang, selanjutnya
akan terjadi perambatan zat akibat kapilaritas dan terjadilah pemisahan
berbentuk noda atau spot. (Alfi, 2007).
Sampel harus diaplikasikan/ditotolkan pada lempeng KLT
dengan sangat hati-hati dengan pertimbangan bahwa gangguan yang
mungkin timbul pada lempeng KLT dikendalikan sekecil mungkin. Pada
umumnya, sampel secara manual ditotolkan melalui pipa kapiler,
mikropipet atau melalui penyuntik mikro kaca yang telah terkalibrasi,
sehingga tetesan tepat menyentuh permukaan lempeng atau plat, sementara
ujung alat penotol masih tetap di atas penyerap lempeng KLT. Pemisahan
pada kromatografi lapis tipis yang optimal diperoleh jika menotolkan
sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana
dalam prosedur kromatografi yang lain, jika sampel yang digunakan
terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi. Penotolan sampel yang
tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda.
Metode penotolan sampel secara otomatis diperlukan untuk menghasilkan
reprodusibilitas yang baik, dan diperlukan untuk analisis kuantitatif.
(Kemendikbud, 2018).
16
bercak sebaiknya lebih dari 1 cm, bercak sebaiknya berdiameter antara 2-
5 mm dan tidak terlalu dekat dengan ujung lempeng (sebaiknya jaraknya
1,5 cm dari ujung pada lempeng 20 × 20 cm). (Kemendikbud, 2018).
17
Gambar II.7. Lempeng KLT
18
BAB III
METODE KERJA
a. Alat
b. Bahan
2. Metode Kerja
19
B. Pembuatan Ekstrak Daun Biji
2. Metode Kerja
20
kaca tersebut ditutup dan diletakkan di atas alat orbital shaker. Lalu
dinyalakan alat orbital shaker dan ditunggu selama 8 jam.
k. Kemudian toples kaca tersebut disimpan di tempat yang gelap dan
dibiarkan semalaman.
C. Skrining Fitokimia
1. Alat dan Bahan
a. Alat
21
Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, corong gelas, gelas
beaker 100 ml, hot plate, kertas saring, label, pipet tetes, sendok
tanduk, dan tabung reaksi.
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah aquadest, ekstrak kental daun sirih,
etanol, asam klorida (HCl) 1%, asam klorida (HCl) pekat, asam sulfat
(H2SO4) pekat, besi (III) klorida (FeCl3), dan serbuk magnesium.
2. Metode Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Diambil ekstrak kental daun sirih dengan batang pengaduk, lalu
dimasukkan secukupnya ke dalam tabung reaksi.
c. Ditambahkan etanol sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi berisi ekstrak, lalu diaduk hingga ekstrak larut.
d. Ditambahkan aquadest secukupnya (3-5 ml) ke dalam tabung reaksi,
diaduk hingga homogen, lalu disimpan sebagai larutan ekstrak.
e. Dilakukan skrining fitokimia senyawa alkaloid:
• Diambil tabung reaksi yang telah diberi label “uji alkaloid” untuk
skrining alkaloid, dipipet larutan ekstrak ke dalam tabung reaksi
sebanyak 3 ml, lalu ditambahkan dengan 3 tetes larutan mayer.
• Diambil gelas beaker 100 ml, diisi gelas beaker dengan air
secukupnya, kemudian diletakkan tabung reaksi yang berisi larutan
ekstrak dan larutan meyer ke dalam gelas beaker, lalu dipanaskan
di atas hot plate selama 20 menit.
• Diambil tabung reaksi setelah 20 menit dipanaskan, lalu ditunggu
hingga dingin, kemudian disaring ke dalam tabung reaksi dengan
corong gelas dan kertas saring.
• Kemudian tunggu hingga larutan berubah menjadi keruh atau
terbentuk endapan yang menandakan bahwa ekstrak positif
mengandung alkaloid.
22
• Dilakukan skrining fitokimia senyawa flavonoid:
• Diambil tabung reaksi yang telah diberi label “uji flavonoid” untuk
skrining flavonoid, dipipet larutan ekstrak ke dalam tabung reaksi
sebanyak 1 ml, ditambahkan dengan HCl pekat sebanyak 1 ml, lalu
ditambahkan sedikit serbuk magnesium (seujung sendok tanduk).
• Ditunggu hingga larutan berubah warna menjadi kuning, jingga,
merah, atau ungu yang menandakan bahwa ekstrak positif
mengandung flavonoid.
f. Dilakukan skrining fitokimia senyawa saponin:
• Diambil gelas beaker 100 ml, lalu diukur aquadest secukupnya dan
dimasukkan ke dalam gelas beaker, kemudian dipanaskan di atas
hot plate hingga hangat.
• Diambil tabung reaksi yang telah diberi label “uji saponin” untuk
skrining steroid, dipipet larutan ekstrak ke dalam tabung reaksi
sebanyak 1 ml, ditambahkan 10 ml aquadest hangat.
• Dikocok kuat hingga menghasilkan busa yang stabil, lalu diamati
busanya. Apabila busa tidak hilang, maka ekstrak positif
mengandung saponin.
g. Dilakukan skrining fitokimia senyawa steroid:
• Diambil tabung reaksi yang telah diberi label “uji steroid” untuk
skrining steroid, dipipet larutan ekstrak sebanyak 1 ml ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml
secara perlahan melalui dinding tabung reaksi.
• Diamati ada atau tidaknya cincin kemerahan yang terbentuk, yang
menandakan bahwa ekstrak positif mengandung steroid.
h. Dilakukan skrining fitokimia senyawa tanin:
• Diambil tabung reaksi yang telah diberi label “uji tanin” untuk
skrining tanin, dipipet larutan ekstrak sebanyak 1 ml ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan FeCl3 sebanyak 3 tetes ke
dalam tabung reaksi.
23
• Diamati perubahan warna larutan yang terjadi. Perubahan warna
larutan menjadi hijau atau biru kehitaman menandakan bahwa
ekstrak positif mengandung tanin.
Diamati dan dicatat hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak kental daun
sirih.
24
• Dilepas corong pisah dari tiang statif, lalu dihomogenkan kedua
larutan di dalam corong pisah dengan cara dikocok (pastikan tutup
corong pisah sudah dilepas sebelum dikocok).
• Dipasang kembali corong pisah pada tiang statif, didiamkan hingga
terjadi pemisahan antara kedua larutan (eter berada di bagian atas
dan air berada di bagian bawah).
• Diambil gelas beaker 100 ml, dikeluarkan ekstrak air dari dalam
corong pisah ke dalam gelas beaker hingga melewati batas atas dari
pemisahan ekstrak lalu disisihkan untuk pemisahan ekstrak n-
butanol daun sirih.
• Diambil vial, lalu dikeluarkan ekstrak eter dari dalam corong pisah
ke dalam vial.
• Ditutup mulut vial dengan aluminium foil dan diberi label pada
vial bertuliskan “ekstrak eter daun sirih”.
c. Dilakukan ekstraksi cair-cair untuk memperoleh ekstrak n-butanol
daun sirih:
• Disiapkan corong pisah 250 ml yang telah dibersihkan, lalu
dipasang pada tiang statif.
• Diambil ekstrak air daun sirih yang tadi disisihkan, lalu
dimasukkan ke dalam corong pisah.
• Diukur n-butanol jenuh air sebanyak 20 ml, lalu dimasukkan ke
dalam corong pisah.
• Dilepas corong pisah dari tiang statif, lalu dihomogenkan kedua
larutan di dalam corong pisah dengan cara dikocok (pastikan tutup
corong pisah sudah dilepas sebelum dikocok).
• Dipasang kembali corong pisah pada tiang statif, didiamkan hingga
terjadi pemisahan antara kedua larutan (n-butanol jenuh air berada
di bagian atas dan air berada di bagian bawah).
• Diambil gelas beaker 100 ml, dikeluarkan ekstrak air dari dalam
corong pisah ke dalam gelas beaker hingga melewati batas atas dari
pemisahan ekstrak.
25
• Diambil vial, lalu dikeluarkan ekstrak n-butanol jenuh air dari
dalam corong pisah ke dalam vial.
• Ditutup mulut vial dengan aluminium voil dan diberi label pada
vial bertuliskan “ekstrak n-butanol jenuh air daun sirih”.
d. Disimpan ekstrak metanol, ekstrak eter, dan ekstrak n-butanol jenuh
air daun sirih untuk identifikasi dengan kromatografi lapis tipis
(KLT).
26
• Dimasukkan larutan homogen ke dalam Erlenmeyer berisi
kloroform sedikit demi sedikit sembari dihomogenkan hingga
diperoleh larutan yang jernih.
c. Dibuat eluen etil asetat - etanol - aquadest dengan perbandingan 10 :
2 : 1 sebanyak 150 ml.
• Diambil gelas beaker 500 ml dan Erlenmeyer 250 ml.
• Diukur etil asetat sebanyak 115 ml dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
• Diukur etanol sebanyak 23 ml dengan gelas ukur, lalu dimasukkan
ke dalam gelas beaker.
• Diukur aquadest sebanyak 12 ml dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam gelas beaker, kemudian dihomogenkan.
• Dimasukkan larutan homogen ke dalam Erlenmeyer berisi etil
asetat sedikit demi sedikit sembari dihomogenkan hingga diperoleh
larutan yang jernih.
d. Dibuat eluen benzena - etil asetat dengan perbandingan 8 : 2 sebanyak
150 ml.
• Diambil Erlenmeyer 250 ml.
• Diukur heksana sebanyak 120 ml dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
• Diukur etil asetat sebanyak 30 ml dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian dihomogenkan
hingga diperoleh larutan yang jernih.
e. Dibuat eluen heksana - etil asetat dengan perbandingan 8 : 2 sebanyak
100 ml.
• Diambil Erlenmeyer 250 ml.
• Diukur heksana sebanyak 120 ml dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
• Diukur etil asetat sebanyak 30 ml dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian dihomogenkan
hingga diperoleh larutan yang jernih.
27
f. Diambil 4 chamber KLT yang telah diberi label bertuliskan nama
setiap eluen (contoh: chamber 1 untuk eluen kloroform - metanol - air),
kemudian dimasukkan setiap eluen ke dalam masing-masing chamber
KLT ± 1 cm dari permukaan chamber (eluen tidak boleh berada tepat
atau di atas dari garis bawah pada lempeng KLT).
g. Dimasukkan kertas saring ke dalam chamber berisi eluen, lalu ditutup
chamber, kemudian ditunggu hingga kertas saring basah sempurna
yang menandakan bahwa chamber telah jenuh oleh eluen, lalu
dikeluarkan kertas saring.
h. Diambil lempeng KLT, kemudian ditotolkan ekstrak pada lempeng
KLT (ekstrak ditotolkan di bagian tengah pada garis bawah lempeng
KLT,) dengan pipa kapiler.
i. Dimasukkan lempeng KLT ke dalam chamber KLT dengan pinset
(lempeng KLT yang ditotolkan ekstrak polar dimasukkan ke dalam
chamber berisi eluen polar, lempeng KLT yang ditotolkan ekstrak non
polar dimasukkan ke dalam chamber berisi eluen non polar, dan
lempeng KLT yang ditotolkan ekstrak semipolar dimasukkan ke dalam
masing-masing chamber berisi eluen polar dan non polar), ditutup
chamber KLT, kemudian ditunggu hingga eluen mendekati garis atas
lempeng KLT.
j. Dikeluarkan lempeng KLT dari dalam chamber KLT dengan pinset,
diberi tanda jarak tempuh eluen, kemudian ditunggu hingga kering,
lalu diamati noda dengan sinar UV.
k. Dihitung nilai Rf masing-masing noda pada setiap lempeng KLT, lalu
dicatat.
28
BAB IV
A. Hasil
Hasil skrining fitokimia
29
Sifat Ekstrak
No. Eluen Nilai Rf
Eluen Uji
- Rf1 = 0,74
- Rf2 = 0,64
Metanol
- Rf3 = 0,52
Daun Sirih
Chloroform – Metanol - Rf4 = 0,4
- Air - Rf5 = 0,26
(15:5:1)
- Rf 1 = 0,46
n-butanol
Daun Sirih - Rf 2 = 0,22
1. Polar
- Rf 1= 0,82
- Rf = 0,76
Metanol
Daun Sirih - Rf = 0,48
Etil Asetat – Etanol - - Rf = 0,16
Air
(10:2:1)
n-butanol 0,54
Daun Sirih
- Rf 1= 0,92
- Rf 2 = 0,66
- Rf 3 = 0,4
Metanol
Daun Sirih - Rf 4 = 0,32
- Rf 5 =0,26
- Rf 6 = 0,06
Non Benzen - Etil Asetat
2. Polar (7:3) ـRf 1 = 0,92
ـRf 2 = 0,82
ـRf 3 = 0,68
Eter Daun
Sirih ـRf 4 = 0,12
ـRf 5 = 0,08
30
- Rf 1 = 0,9
- Rf 2= 0,8
- Rf 3 = 0,68
Metanol
Daun Sirih - Rf 4 = 0,54
- Rf 5 = 0,36
Heksan - Etil Asetat - Rf 6 = 0,22
(7:3)
ـRf 1 = 0,94
ـRf 2 = 0,82
Eter Daun ـRf 3 = 0,68
Sirih
ـRf 4 = 0,52
ـRf 5 = 0,18
B. Pembahasan
Ekstrak Daun Sirih (Piperis folium) merupakan ekstrak yang diambil dari
tanaman Sirih (piper betle L). Daun Sirih diketahui mengandung flavonoid
yang khas disebut betelfenol aataua aseptol. Daun sirih dimanfaatkan
sebagai pengonatan alternatif untuk pengobatan sariawan baruk, dan anti
septik.
31
dikentalkan di atas hot plate dengan cawan porselen. Ekstrak Daun Sirih
akhir yang diperoleh memiliki konsentrasi sedikit kental, berwarna hijau
gelap, memiliki bau yang agak menyengat dan dengan nilai rendemen
sebanyak 27,22 %.
Skrining fitokimia merupakan uji pendahuluan dalam menentukan
golongan senyawa metabolit sekunder yang mempunyai aktivitas biologi
dari suatu tumbuhan. Pada praktikum ini dilakukan skrining fitokimia untuk
mengetahui ada atau tidaknya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin, steroid dan tanin pada ekstrak Daun Sirih dengan menggunakan
pereaksi kimia yang sesuai. Berdasarkan hasil skring fitokimia dapat
diketahui bahwa sampel ekstrak Daun Sirih positif mengandung Steroid,
flavonoid, saponin, dan tannin. negatif mengandung alkaloid ditandai dengan
tidak terdapat endapan putih. Positif mengandung flavonoid ditandai dengan
larutan berubah menjadi berwarna kuning, jingga, merah atau ungu. Pada
saponin, hasil positif ditandai dengan busa tidak hilang. Sedangkan pada
positif mengandung tannin ditandai dengan terbentuknya warna hitam. Akan
tetapi, ekstrak Daun Sirih negatif mengandung steroid karena tidak terdapat
batas kemerahan pada hasil pengujian, yang mana hasil positif ditandai
dengan adanya batas kemerahan.
Ekstrak yang diperoleh pada praktikum ini kemudian dilakukan
pemisahan menurut kepolarannya dengan metode ekstraksi cair-cair, yaitu
proses pemisahan fasa cair yang memanfaatkan perbedaan kelarutan zat
terlarut yang akan dipisahkan antara larutan asal dan pelarut pengekstrak.
Adapun pelarut pengekstrak yang digunakan pada praktikum ini adalah n-
butanol yang bersifat polar, metanol yang bersifat semipolar, dan eter yang
bersifat non polar, sehingga diperoleh ekstrak n-butanol Daun Sirih, ekstrak
metanol Daun Sirih dan ekstrak eter Daun Sirih. Ketiga ekstrak Daun Sirih
yang diperoleh pada ekstraksi cair-cair merupakan ekstrak yang akan
diidentifikasi dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT).
Kromatografi lapis tipis merupakan metode yang didasarkan pada
adsorpsi/penjerapan zat pada fase diam (padat) yang disaputkan pada plat
32
(kaca, logam). Zat yang akan dipisahkan, ditotolkan berupa bercak atau pita,
kemudian plat diletakkan dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan
pengembang, selanjutnya akan terjadi perambatan zat akibat kapilaritas dan
terjadilah pemisahan berbentuk noda atau spot. Fase diam berupa serbuk
halus yang berfungsi sebagai penjerap. Noda yang terbentuk selanjutnya
akan diukur nilai Rf nya. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti
mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut
dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan
tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah.
Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, maka
harus mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya.
Pada pengujian kromatografi lapis tipis (KLT), digunakan 4 eluen yaitu 2
jenis eluen polar dan 2 eluen non polar. Pada eluen 1 yang bersifat polar
menggunakan campuran larutan kloroform - metanol - air dengan
perbandingan 15:5:1, pada eluen 2 yang juga bersifat polar menggunakan
campuran larutan etil asetat - etanol - air dengan perbandingan 10:2:1. Pada
eluen 3 yang mana eluen ini bersifat non polar, menggunakan campuran
larutan benzen - etil asetat dengan perbandingan 8:2. Selain itu, pada eluen 4
juga bersifat non polar yang menggunakan campuran larutan benzen - etil
asetat dengan perbandingan 8:2. Keempat eluen tersebut digunakan untuk
mengelusi ekstrak n-butanol Daun Sirih, ekstrak metanol Daun Sirih, dan
ekstrak eter Daun Sirih sesuai dengan kepolarannya. Ekstrak metanol Daun
Sirih akan dielusi pada keempat eluen karena sifatnya yang semipolar.
Sedangkan ekstrak n-butanol Daun Sirih akan dielusi pada eluen ke 1 dan 2
karena sifatnya yang polar. Pada ekstrak eter Daun Sirih akan dielusi pada
eluen ke 3 dan 4 karena sifatnya yang non polar.
Berdasarkan hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) diperoleh nilai Rf
untuk ekstrak metanol pada eluen 1, 2, 3, 4 dan 5 secara berurut yaitu 0,74;
0,64 ; 0,52 ; 0,4 dan 0,26. Pada ekstrak n-butanol diperoleh nilai Rf pada
eluen 1 yaitu 0,46 dan pada eluen 2 yaitu 0,22. Sedangkan pada ekstrak eter
pada eluen 3 diperoleh sebanyak tujuh noda yang masing-masing memiliki
33
nilai Rf secara berurut pada noda pertama hingga ke enam, yaitu 0,92 ; 0,66;
0,4; 0,32 ; 0,26 ; 0,06. Pada eluen ke 4 juga diperoleh beberapa noda yaitu
sebanyak enam noda yang secara berurut pada noda pertama hingga delapan
memiliki nilai Rf antara lain 0,9 ; 0,8 ; 0,68 ; 0,54 ; 0,36 dan 0,22
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selain itu, diperoleh juga nilai Rf ekstrak eter yang baik pada
eluen 4 (benzen - etil asetat dengan perbandingan 8:2) yaitu 0,92 ; 0,82 ;
0,68 ; 0,12 ; dan 0,08.
B. Saran
Pada praktikum ini, disarankan kepada praktikan agar lebih sabar pada
saat proses ekstraksi berlangsung misalnya pada proses ekstraksi cair-cair
karena pada proses ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
memisahkan kedua fase cair. Selain itu, diharapkan praktikan berhati-hati
dalam menggunakan peralatan laboratorium.
35
DAFTAR PUSTAKA
Alfi, Christina. (2007). Potensi Antibakteri Infusa Dan Ekstrak Etanol Daging
Buah Kemilaka (Pyhllanthus emblica L.) Terhadap Staphylococcus
aureus. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Dewatisari, F. W., & dkk. (2017). Rendemen dan Skrining Fitokimia pada
Ekstrak Daun Sanseviera sp. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 197-
202.
Ergina, dkk. (2014). Uji Kualittatif Senyawa Metabolit Sekunder Pada Daun
Palado (Agave angustifolia) Yang Diekstraksi Dengan Pelarut Air dan
Etanol.
Fanggidae, V. P. A. (2013). Perbandingan Metode Ekstraksi Cai-Cair Dan
Ultrasonika Untuk Pemisahan Pirantel Pamoat Dari Sediaan Suspensi
Merek X. Yogyakarta :Universitas Sanata Dharma
Ginting, Y. (2021). Ekstraksi Daun Sirih (Annona Muricata L.) Dengan Metode
Maserasi Serta Aplikasinya Sebagai Inhibitor Korosi Seng. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
36
Hanafing, S. (2020). Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Annonaa Muricata L.)
Terhadap Bakteri Echerichia Coli Secara In Vivo. Makassar: Unismuh
Makassar.
Husna, F., dkk. (2020). Identifikasi Bahan Kimia Obat Dalam Obat Tradisional
Stamina Pria Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal
Farmaka. 16-25.
Kemendikbud. (2018). Melaksanakan Analisis Secara Kromatografi
Konvensional Mengikuti Prosedur. Jakarta : Kemendikbud.
Kesehatan, Departemen (1979) Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesian
Kesehatan, Departemen (1995) Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Kurniadi, M. D. (2019). Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih (Annona
Muricata L.). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Lenny, S. (2006). Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding
Merah dengan Metode Uji Brine Shrimp. Medan : FMIPA Universitas
Sumatera Utara
37
Lisi, A. K. F., dkk. (2017). Uji Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Dari
Ekstrak Metanol Bunga Soyogik (Saurauia bracteosa DC.). Jurnal
Ilmiah Farmasi. 53-61.
38
LAMPIRAN
b. Perhitungan eluen
1) Eluen 1 Kloroform – Metanol – Air
( 15 : 5 : 1 )
15
Kloroform = x 150 mL = 107 mL
21
5
Metanol = x 150 mL = 36 mL
21
1
Air = x 150 mL = 7 mL
21
10
Etil Asetat = x 150 mL = 115 mL
13
2
Etanol = x 150 mL = 23 mL
13
39
1
Air = x 150 mL = 12 mL
13
8
Benzena = x 150 mL = 120 mL
10
2
Etil Asetat = x 150 mL = 30 mL
10
8
Heksan = x 150 mL = 120 mL
10
2
Etil Asetat = x 150 mL = 30 mL
10
a. Perhitungan Nilai Rf
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b)
Rf =
jarak yang ditempuh oleheluen (a)
1) Eluen 1 Kloroform – Metanol – Air
Ekstrak metanol daun sirih
- Noda 1
jarak yang ditempuh oleh senya wa( b) 3,7
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleh eluen(a) 5
0,74
- Noda 2
40
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 3,2
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen (a) 5
0,64
- Noda 3
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 2,6
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen(a) 5
0,52
- Noda 4
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 2
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen (a) 5
0,4
- Noda 5
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 1,3
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen(a) 5
0,26
41
- Noda 2
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 3,18
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen(a) 5
0,76
- Noda 3
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 2,4
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen (a) 5
0,48
- Noda 4
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 0,89
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen(a) 5
0,16
- Noda 5
jarak yang ditempuh oleh s enyawa( b) 2,22
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleh eluen(a) 5
0,55
42
j arak yang ditempuh olehsenyawa (b) 3,3
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleh eluen(a) 5
0,66
- Noda 3
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 3
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen (a) 5
0,4
- Noda 4
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 1,6
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen(a) 5
0,32
- Noda 5
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 1,31
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen (a) 5
0,26
- Noda 6
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 0,3
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleh el uen(a) 5
0,06
43
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 3,4
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen (a) 5
0,68
- Noda 4
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 0,6
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen (a) 5
0,12
- Noda 5
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 0,4
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen(a) 5
0,08
44
jarak yan g ditempuh oleh senyawa(b) 1,8
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleh eluen(a) 5
0,36
- Noda 6
jarak yang ditempuh oleh senyawa( b) 1,1
Rf = = =
jarak yang ditempuh oleheluen (a) 5
0,22
Lampiran 3. Dokumentasi
a. Pembuatan simplisia
45
Gambar L3.2
Gambar L3.1
Daun sirih yang telah
Daun sirih saat dikeringkan
dikeringkan
Gambar L3.4
Gambar L3. 3
Gambar L3. 3 Penguapan ekstrak di
Penempatan sampel
Penguapan maserat pada penangas lalu
pada Orbital Shaker
rotari eveporator ditimbang.
46
A E
B D
C
Gambar L3.5
47
d. Pemisahan ekstrak degan corong pisah
Gambar L3.6
Gambar L3.8
Pemisahan ekstrak polar
Hasil ekstraksi cair cair
dengan pelarut n-
Butanol jenuh air
Gambar L3.9
Penotolan ekstrak pada lempeng silica gel
48
Gambar L3.10 Gambar L3.11
Noda ekstrak metanol pada eluen Noda ekstrak n – Butanol pada
Kloroform – Metanol – Air eluen etil asetat – etanol – air
(15 : 5 : 1) (10 : 2 : 1)
Gambar L3.12
Gambar L3.13
Noda ekstrak metanol pada eluen
Noda ekstrak n-Butanol pada eluen
benzena - etil asetat
heksana – etil asetat
(10 : 2 : 1) (8 : 2)
49
Gambar L3.14 Gambar L3.15
Noda ekstrak n-Butanol pada eluen Noda ekstrak eter pada eluen etil
Kloroform – Metanol – Air asetat – etanol – air
(15 : 5 : 1) (10 : 2 : 1)
50