Anda di halaman 1dari 18

SEPARASI, ISOLASI, DAN ANALISIS SENYAWA GOLONGAN FLAVONOID

(QUERCETIN)

Disusun Oleh:

Kelompok 11

1. Nurika Alvi Fadhilah (172210101083)


2. Nuril Izzati (172210101085)
3. Wulan Rosa Panggalih (172210101087)
4. Mutiara Permata P. (172210101088)

Dosen Pengajar:

Bawon Triatmoko, S.Farm., M.Sc., Apt.

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang
telah diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“SEPARASI, ISOLASI, DAN ANALISIS SENYAWA GOLONGAN FLAVONOID (QUERCETIN)” ini sesuai
dengan yang direncanakan

Penyusunan laporan ini bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Fitokimia. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, semua
bentuk saran dan kritik yang membangun senantiasa kami harapkan.

Tidak lupa, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Bawon Triatmoko S.Farm.,
M.Sc., Apt. dan pihak-pihak yang memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung
selama proses penyusunan laporan ini. Akhirnya, kami berharap semoga laporan ini banyak
membawa manfaat bagi pihak-pihak yang terkait

Jember, 25 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii


BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 2
BAB 2. PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
2.1 Definisi Senyawa Flavonoid (Quercetin) ........................................................................... 3
2.1.1 Quercetin .................................................................................................................... 3
2.2 Ekstraksi.............................................................................................................................. 5
2.2.1 Ekstraksi Sampel Trigonella foenum-graecum............................................................ 5
2.3 Identifikasi Flavonoid Trigonella foenum-graecum .......................................................... 5
2.4 Separasi dan Isolasi Quercetin .......................................................................................... 6
2.5 Analisis Quercetin............................................................................................................... 7
2.5.1 HPLC-UV/PDA.............................................................................................................. 8
2.5.2 Kromatografi Gas ........................................................................................................ 9
BAB 3. PENUTUP..................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11
POST TEST .............................................................................................................................. 12

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Quercetin merupakan salah satu jenis dari subkelas flavonoid yaitu jenis flavonols.
Quercetin yang telah diekstraksi dan diisolasi dari tumbuhan tertentu dapat di deteksi atau
dianalisis dengan beberapa cara seperti kromatografi lapis tipis, kromatografi gas, HPLC,
spektrofitometric detection, dan lain-lain. Sebelum dianalisis, sampel dihidrolisis untuk
menghilangan molekul gula dari glikosida, senyawa asam, basa, atau enzim tertentu. Selanjutnya
dilakukan ekstraksi dan sampel diisolasi.

Salah satu tanaman yang mengandung quercetin adalah fenugreek (Trigonella foenum-
graecum). Fenugreek adalah tanaman dari famili Leguminosae yang umumnya tumbuh di India,
Pakistan, dan beberapa negara Timur Tengah, yang memiliki banyak manfaat sebagai obat. Baik
daun dan biji tanaman fenugreek dikonsumsi secara luas sebagai makanan dan obat-obatan di
anak benua Indo-Pak dan juga di negara-negara lain. Fenugreek telah dilaporkan menunjukkan
sifat farmakologis seperti antimikroba, antivirus, antitumor, aktivitas anti-inflamasi dan
antioksidan. Tanaman fenugreek termasuk dalam diet normal umumnya karena memiliki nilai
hematin.

Dalam suatu analisis fitokimia, dilaporkan bahwa daun fenugreek memiliki dua kandungan
flavonoid utama, yaitu quercetin dan kaempferol, baik dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk
glukosida. Analisis fitokimia lain, yaitu dari biji fenugreek, menunjukkan adanya kandungan
berbagai alkaloid, flavonoid, saponin, dan karbohidrat. Terdapat peningkatan minat dalam bidang
farmasi dari tanaman ini, sehingga penelitian terkait senyawa bioaktif pada tanaman fenugreek
dipelajari secara ekstensif.

Pencarian untuk quercetin sangat diminati dalam industri maupun dalam penelitian
ilmiah. Terbatasnya informasi kualitatif dan kuantitatif tentang isolasi yang efektif pada flavonoid,
terutama senyawa quercetin dalam suatu tanaman, menjadi latar belakang diperlukannya
penelitian lanjutan untuk mengeksplorasi lebih jauh kandungan dalam daun tanaman fenugreek.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan flavonoid dan bagaimana penggolongannya?
1.2.2 Bagaimana cara dan metode untuk mengekstraksi senyawa flavonoid pada ekstrak
daun fenugreek?
1.2.3 Bagaimana metode untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid pada ekstrak daun
fenugreek?
1.2.4 Bagaimana metode untuk memisahkan dan mengisolasi senyawa flavonoid
quercetin pada ekstrak daun fenugreek?
1.2.5 Bagaimana metode untuk menganalisis senyawa flavonoid quercetin pada ekstrak
daun fenugreek?
1.3 Tujuan
Mengetahui definisi dan penggolongan flavonoid, mengetahui cara mengekstraksi,
mengidentifikasi, memisahkan dan mengisolasi, serta menganalisis senyawa flavonoid
quercetin yang ada pada ekstrak daun fenugreek.

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Senyawa Flavonoid (Quercetin)


Flavonoid adalah zat fenolik dalam tumbuhan yang terbentuk dari asam amino
termasuk fenilalanin dan tirosin serta malonat. Lebih dari 4000 individu tanaman telah
diketahui mengandung flavonoid (Robert et al., 2001). Struktur dasar flavonoid
mempunyai inti flavan, yang terdiri dari 15 atom karbon yang tersusun dalam tiga cincin
(C6 –C3 – C6). Berbagai golongan flavonoid di antaranya flavon (misalnya quercetin,
apigenin dan kaenpteral), flavanon (misalnya hesperetin dan fisetin), katekin (mis.
catechin dan epigallocatechin gallate), dan anthocyanin (misalnya cyanidin dan
delphinidin). Setiap struktur kelompok flavonoid ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur masing-masing golongan flavonoid.


2.1.1 Quercetin
Quercetin, yaitu 3,3’,4’,5,7-pentahydroxyflavone (3’,4’,5,7-tetrahydroxyflavonol
atau 3,3’,4’,5,7-pentahydroxy-2-phenylchromen-4-one), termasuk kelompok flavonol (3-
hydroxyflavone) senyawa polifenol yang dikenal sebagai flavonoid. Quercetin hadir
dalam beragam bahan tanaman (daun, biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran) serta
dalam makanan dan minuman (Ramos, 2008; Sultana & Anwar, 2008). Pada tanaman,
quercetin terdapat dalam bentuk bebas (aglikon) atau terikat, terutama dengan

3
karbohidrat (quercetin glikosida) dan alkohol, kebanyakan metanol (quercetin metil
eter), sementara yang lebih jarang terjadi adalah turunan quercetin yang menampilkan
substituen prenil dan sulfat (Materska, 2008). Beberapa senyawa terkonjugasi kuersetin
yang representatif (1-7) digambarkan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Struktur turunan quercetin 1–7 yang banyak terdapat dalam makanan
dan tanaman.

4
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah langkah utama untuk recovery dan isolasi fitokimia bioaktif dari
bahan tanaman, sebelum analisis. Ini dipengaruhi oleh sifat kimianya, metode ekstraksi
yang digunakan, ukuran partikel sampel, serta keberadaan zat-zat yang mengganggu.
2.2.1 Ekstraksi Sampel Trigonella foenum-graecum
Sampel daun Trigonella foenum-graecum dikumpulkan dari tanaman yang
ditanam tanpa pestisida di ladang India. Daunnya ditebang dan dipisahkan dari bagian
tanaman yang lain, dibersihkan dan dikeringkan untuk keperluan percobaan lebih lanjut.
Bahan tanaman (daun Trigonella foenum-graecum) dikeringkan pada suhu kamar
(26°C) selama dua minggu lalu ditumbuk menjadi bubuk yang homogen. Ekstrak sampel
daun disiapkan dalam prosedur berurutan dengan merendam 100 g bubuk kering dalam
900 ml pelarut yang berbeda (heksana, etil asetat, dan etanol) selama 48 jam. Pada akhir
proses, masing-masing ekstrak tanaman disaring menggunakan kertas saring Whatman.
Filtrat kemudian dipekatkan di bawah tekanan tereduksi dalam vakum pada 40°C selama
25 menit menggunakan rotavapor. Hasil ekstrak dihitung.

2.3 Identifikasi Flavonoid Trigonella foenum-graecum


Kandungan flavonoid ditentukan dengan menggunakan aluminium klorida dan
digunakan quercetin sebagai standar. Ekstrak dan quercetin disiapkan dalam etanol (1
mg/ml). 0,1 ml ekstrak dicampur dengan 0,9 ml air suling dalam tabung reaksi, diikuti
dengan penambahan 75 μl larutan natrium nitrit 5%. Setelah 6 menit, 150 μl larutan
aluminium klorida 10% ditambahkan dan campuran dibiarkan bertahan selama 5 menit
lalu 0,5 ml natrium hidroksida 1M ditambahkan ke dalam campuran reaksi.
Campuran reaksi ditambah ke dalam 2,5 ml dengan air suling dan dicampur
dengan baik. Absorbansi diukur segera pada panjang gelombang 510 nm menggunakan
spektrofotometer. Penentuan dilakukan dalam tiga replikasi. Absorbansi diukur
menggunakan berbagai konsentrasi quercetin (20-140 μg). Semua terdiri dari reagen,
kecuali untuk larutan standar ekstraktor quercetin diganti dengan 0,1 ml etanol. Hasil
dinyatakan dalam mg kuersetin / g berat kering ekstrak.
Berikut adalah hasil total kandungan flavonoid yang diperoleh dari ekstrak daun
fenugreek dengan berbagai macam pelarut:

5
Gambar 3. Hasil akhir dari ekstrak daun dalam berbagai pelarut
2.4 Separasi dan Isolasi Quercetin
10 g ekstrak etanol daun dikromatografi pada kolom silika gel (100-200 mesh)
menggunakan pelarut dengan polaritas yang meningkat. Pencampuran dikemas pada
kolom silika gel (Merck, India) dan elusi dimulai dengan 100% Hexane dan kemudian
meningkatkan polaritas menggunakan kloroform, etil asetat, etanol dan methanol dalam
perbandingan 90:10, 80:20, 70:30 dan 50:50. Semua fraksi yang terkumpul dijalankan
untuk KLT. Berdasarkan fraksi, profil KLT dengan nilai Rf yang sama dikumpulkan menjadi
beberapa fraksi. Pengembangan KLT ditetapkan melalui ruang diperiksa dalam berbagai
sistem pelarut, seperti toluena, etil asetat, kloroform dan metanol dalam rasio 9,5: 0,5, 9:
1, 7:3, 1:1. Fraksi-fraksi tersebut dijalankan pada pelat aluminium yang dilapisi silika gel 60
F254, dengan ketebalan 0,2 mm. Pelarut optimal untuk identifikasi senyawa ditentukan
dengan memvariasikan rasio pelarut untuk mengembangkan sistem pelarut. Visualisasi
dilakukan dengan mencelupkan pelat ke dalam pereaksi asam vanilin-sulfat dan
memanaskannya sampai warna muncul. Faktor retardasi (Rf) dihitung menggunakan
rumus, Rf = Jarak yang dipindahkan oleh zat terlarut / Jarak yang dipindahkan oleh pelarut.
Fraksi yang diperoleh dari proses separasi berupa bubuk amorf berwarna kuning.
Sekitar 121 fraksi dielusi dengan pelarut yang berbeda dengan polaritas yang meningkat.
Fraksi kolom dari 110 hingga 119 dengan etil asetat: etanol (80:20) dalam rasio pelarut
fase gerak KLT kloroform: metanol (1: 1) menunjukkan nilai Rf 0,46 sama dengan quercetin
standar. Fraksi kemudian digabungkan dan dikristalisasi dengan hasil akhir yang
didapatkan sekitar 100 mg.
Isolasi flavonoid adalah target utama penelitian ini; KLT dalam ketiga ekstrak daun
dikuantifikasi. KLT dihitung sesuai dengan absorbansi yang ditargetkan untuk flavonoid
quercetin. Ketiga ekstrak pelarut menunjukkan adanya flavonoid quercetin (gambar 4).
Ekstrak etanol terbukti tiga kali lipat lebih baik untuk mencapai absorbansi flavonoid
quercetin yang ditargetkan dibandingkan dengan ekstrak heksana dan etil asetat.

6
Gambar 4. Estimasi Metode KLT dengan berbagai jenis pelarut.
2.5 Analisis Quercetin
Ada beberapa metode analisis yang digunakan dalam mendeteksi keberadaan
senyawa flavonoid, termasuk quercetin. Pada penelitian ini, ekstrak tanaman fenugreek
(Trigonella foenum-graecum) dianalisis menggunakan metode Fourier transforms infrared
(FT-IR).
Spektrum FT-IR senyawa terisolasi ditunjukkan pada gambar 5 dan posisi puncak
karakteristik yang sesuai tercantum pada gambar 6. Puncak penyerapan luas sekitar 3290
cm-1 menunjukkan getaran peregangan OH pada gugus fenol. Getaran peregangan C=O
diamati pada 1668 cm-1. Puncak serapan yang diposisikan pada 1612 cm-1, 1516 cm-1 dan
1429 cm-1 masing-masing menunjukkan getaran pada C--C, C = O dan C=C. Getaran elastis
OH pada gugus fenol diamati pada 1359 cm-1. Puncak penyerapan pada 1315 cm-1 dan
puncak pada frekuensi yang lebih rendah antara 950 cm-1 dan 600 cm-1 menunjukkan
getaran tekukan pada C-H. Getaran peregangan C-O dan fenol diamati pada 1240 cm-1 dan
1210 cm-1. Getaran peregangan dan tekukan keton C-CO-C diamati pada 1163 cm-1, yang
menegaskan bahwa senyawa yang diisolasi adalah quercetin flavonoid. Hasil ini sesuai
dengan literatur sebelumnya untuk struktur molekul quercetin (Chourasiya et al, 2012).

7
Gambar 5. Spektrum FT-IR senyawa yang terisolasi.

Gambar 6. Posisi puncak dan kemungkinan ikatan antar-atom dari senyawa yang
diisolasi.
Metode lain yang sering digunakan dalam analisis senyawa flavonoid quercetin,
yaitu:
2.5.1 HPLC-UV/PDA
Fenolik biasanya dideteksi menggunakan detektor UV/VIS, fotodioda (PDA), dan
detektor fluoresensi UV. Metode lain yang digunakan untuk mendeteksi fenolik meliputi
deteksi coulometric array detection, deteksi PDA online dan elektroray, teknik deteksi
reaksi kimia, spektrometri massa dan deteksi NMR.
Mengingat keberadaan intrinsik ganda terkonjugasi dan ikatan aromatik, setiap
fenol menunjukkan penyerapan yang lebih tinggi atau lebih rendah di wilayah UV atau UV/
VIS. Semua aglikon flavonoid mengandung setidaknya satu cincin aromatik yang secara
efisien menyerap sinar UV. Maksimum pertama, yang ditemukan dalam kisaran 240-285

8
nm, disebabkan oleh cincin-A dan maksimum kedua, yang berada dalam kisaran 300-550
nm, dikaitkan dengan pola substitusi dan konjugasi cincin-C (Mabry et al, 1970).
Substituen sederhana seperti metil, metoksi, dan gugus hidroksil yang tidak terdisosiasi
umumnya hanya memengaruhi perubahan kecil pada posisi maksimum penyerapan.
Deteksi dan karakterisasi aglikon juga berlaku untuk konjugat mereka.
Jelaslah bahwa fenolik menyerap dengan baik dalam kisaran UV dan karenanya
deteksi UV merupakan metode yang mudah untuk melokalisasi fenol dalam limbah kolom.
Namun, tidak ada panjang gelombang tunggal yang cukup untuk pemantauan simultan
dalam berbagai ekstrak tumbuhan alami. Deteksi pada 280 nm umumnya digunakan untuk
pemisahan simultan campuran asam fenolik meskipun untuk pemantauan ganda 254 dan
280 nm, atau 280 dan 320 nm, bisa menjadi panjang gelombang yang ideal. Di sisi lain,
PDA adalah metode yang paling umum, karena memungkinkan untuk memindai spektrum
UV/Vis real-time dari semua zat terlarut yang melewati detektor. Ini bisa membantu
dalam identifikasi senyawa individu dalam ekstrak campuran kompleks, seperti ekstrak
tanaman alami. Berdasarkan pada keuntungan di atas, kemungkinan PDA memberikan
informasi penting tentang kemurnian semua analit.
Masing-masing senyawa flavonoid memiliki perlakuan analisis yang berbeda,
quercetin sendiri setelah sampelnya dipreparasi dan diekstraksi, kemudian dianalisis
menggunakan fase gerak dan fase diam sebagai berikut:
a. Fase Diam : Eclipse XDR-C RP column (150 mm x 4.6 mm, 5 µm)
b. Fase Gerak : A: H2O - asam asetat (97:3; v/v); B: MeOH; gradien: 100% A ke 90% A, 0–
10 min; ke 30% A, 10–40min; ke 100% A, 40 – 47 min; laju alir: 0.9 – 1.0 mL/ min.
c. Detektor : UV 280 nm and 360 nm.
2.5.2 Kromatografi Gas
Dalam analisis menggunakan GC, flavonoid di hidrolisis dan dirubah menjadi
derivate aktifnya, kemdian di injeksikan kedalam kolom non polar (1% phenyl– 99% methyl
polysiloxane or 5% phenyl – 95% methyl polysiloxane) di dalam mode split atau splitless
pada suhu 300 C selama 30-90 menit. Berbeda senyawa memiliki perbedaan perlakuan
dalam analisis kromatografinya, misalnya quercetin, mengggunakan detector MS dengan
detail metode RTX-5 capillary column,
30 m60.32 id, 0.5-lm film thickness; injector
temperature: 2508C; transfer line temperature: 2808C; column temperature programme:
1608C for 1 min, to 2908C at 208C/min and to 3208C at 58C/min.

9
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Quercetin merupakan salah satu jenis dari subkelas flavonoid yaitu jenis flavonols.
Quercetin yang telah diekstraksi dan diisolasi dari tumbuhan tertentu dapat di deteksi atau
dianalisis dengan beberapa cara seperti kromatografi lapis tipis, kromatografi gas, HPLC,
spektrofitometric detection, dan lain-lain. Sebelum dianalisis, sampel dihidrolisis untuk
menghilangan molekul gula dari glikosida, senyawa asam, basa, atau enzim tertentu. Selanjutnya
dilakukan ekstraksi dan sampel diisolasi dan dideteksi dengan beberapa cara seperti kromatografi
gas, kromatografi lapis tipis, dan HPLC UV.

10
DAFTAR PUSTAKA

Materska, M. (2008). Quercetin and Its Derivatives : Chemical Structure and Bioactivity -a Review.
Polish Journal of Food and Nutrition Sciences, 58(4), 407–413.

Ramos, S. (2008). Cancer chemoprevention and chemotherapy: Dietary polyphenols and signalling
pathways. Molecular Nutrition and Food Research, 52(5), 507–526.
https://doi.org/10.1002/mnfr.200700326

Robert, J. N., Van, N. E., Hoorn, D. E. van, Boelens, P. G., Norren, K. van, & Leeuwen, P. A. van.
(2018). Flavonoids a review of probable mechanisms of action. Am J Clin Nutr, 74(4), 418–
425.

Sambandam, B., Thiyagarajan, D., Ayyaswamy, A., & Raman, P. (2016). Extraction and Isolation of
Flavonoid Quercetin from The Leaves of Trigonella foenum-graecum and Their Antioxidant
Activity.

Stalikas, C. D. (2007). Review Extraction , separation , and detection methods for phenolic acids
and flavonoids, 3268–3295. https://doi.org/10.1002/jssc.200700261

Sultana, B., & Anwar, F. (2008). Flavonols (kaempeferol, quercetin, myricetin) contents of selected
fruits, vegetables and medicinal plants. Food Chemistry, 108(3), 879–884.
https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2007.11.053

11
LAMPIRAN

PERTANYAAN FITOKIMIA UNTUK KELOMPOK 11

1. Apa yang dimaksud dari ekstraksi suatu senyawa dan apa saja yang mempengaruhinya?
Jawaban :
Ekstraksi adalah langkah utama untuk recovery dan isolasi fitokimia bioaktif dari bahan
tanaman, sebelum analisis. Ini dipengaruhi oleh sifat kimianya, metode ekstraksi yang
digunakan, ukuran partikel sampel, serta keberadaan zat-zat yang mengganggu.
2. Apa saja kandungan dari daun fenugreek?
Jawaban :
Quercetin dan kaempferol
3. Sebutkan metode analisis yang digunakan dalam mendeteksi keberadaan senyawa
flavonoid, termasuk quercetin !
Jawaban :
Spektrum FT-IR, HPLC-UV, Kromatografi
4. Sebutkan kondisi analisis quercetin!
Jawaban :
Fase Diam : Eclipse XDR-C RP column (150 mm x 4.6 mm, 5 µm)
Fase Gerak : A: H2O - asam asetat (97:3; v/v); B: MeOH; gradien: 100% A ke 90% A, 0–
10 min; ke 30% A, 10–40min; ke 100% A, 40 – 47 min; laju alir: 0.9 – 1.0
mL/ min.
Detektor : UV 280 nm and 360 nm.
5. Quercetin merupakan salah satu jenis dari subkelas flavonoid golongan apa?
Jawab :
Quercetin adalah subkelas flavonoid yaitu golongan flavonol.
6. Sebelum menganalisis suatu quercetin, dilakukan hidrolisis yang bertujuan untuk...
Jawab :
Sebelum dianalisis, sampel dihidrolisis untuk menghilangkan molekul gula dari glikosida,
senyawa asam, basa, atau enzim tertentu.
7. Apa saja manfaat farmakologis dari Fenugreek ?
Jawab :

12
Fenugreek telah dilaporkan menunjukkan sifat farmakologis seperti antimikroba, antivirus,
antitumor, aktivitas anti-inflamasi dan antioksidan.
8. Pada saat metode ekstraksi, setelah daun didapatkan, hal apa yang kemudian dilakukan ?
Jawab :
Setelah didapatkan daunnya, kemudian dikeringkan pada suhu kamar (26°C) selama dua
minggu lalu ditumbuk menjadi bubuk yang homogen.
9. Berapa panjang gelombang pada spektrofotometer yang digunakan untuk mengukur
absrobansi?
Jawab :
510 nm
10. Sebutkan pelarut yang digunakan untuk identifikasi quercetin!
Jawab :
Heksana, etil asetat, dan etanol.
11. Bagaimana cara melakukan visualisasi saat proses separasi dan isolasi?
Jawab :
Mencelupkan pelat ke dalam pereaksi asam vanilin-sulfat dan memanaskannya sampai
warna muncul.
12. Hasil fraksi dari proses separasi yaitu?
Jawab :
bubuk amorf berwarna kuning
13. Mengapa etanol dapat mengekstraksi lebih banyak dibandingkan pelarut yang lainnya?
Jawab:
Ekstrak etanol dapat mengidentifikasi senyawa metabolit lebih banyak daripada pelarut
organik lainnya, hal ini dikarenakan ekstrak etanol mempunyai kesamaan tingkat
kepolaran dengan senyawa yang didapatkan (flavonoid, saponin, tannin, dan alkaloid).
Menurut Markham (1988), aglikon flavonoid adalah polifenol yang mempunyai sifat kimia
senyawa fenol. Adanya sejumlah gugus hidroksil, flavonoid juga bersifat polar dan
karenanya cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol. Menurut Sudarmadji (2003)
etanol dapat mengekstrak senyawa aktif yang lebih banyak dibandingkan jenis pelarut
organik lainnya karena etanol mempunyai titik didih yang rendah yaitu 79˚C sehingga
memerlukan panas yang lebih sedikit untuk proses pemekatan.

13
14. Mengapa senyawa flavonoid dapat dianalisis menggunakan HPLC-UV? Dan apakah metode
analisis yang terbaik?
Jawab: Flavonoid merupakan bagian dari senyawa fenolik. Senyawa fenolik tersusun atas
gugus aromatik dan ganda terkonjugasi, oleh karena itu senyawa tesebut akan
memberikan penyerapan yang baik pada panjang gelombang sinar UV. Flavonoid yang
merupakan bagian dari senyawa fenolik, memiliki serapan pada panjang gelombang 240
dan 270 nm, dan antara 320 dan 380 nm. Untuk mendeteksi komponen fenolik, detektor
yang digunakan pada komponen HPLC adalah detektor UV atau UV-Vis ( Lee 2000).
Menurut Adamoson et al. (1999) HPLC merupakan metode yang efektif untuk
mendeteksi dan menghitung komponen fenol dan metode ini telah digunakan secara luas.
HPLC telah digunakan dalam menghitung prosianidin dalam kakao dan coklat. Dalam
penelitian lain Market al. (2005) mengungkapkan bahwa HPLC merupakan metode yang
telah banyak digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa polifenol seperti flavonol dan
proantosianidin
15. Mengapa diperlukan proses rotavapor pada filtrat setelah tahap ekstraksi-penyaringan?
Jawab:
Rotavapor merupakan alat yang membantu filtrat menjadi lebih pekat. Dalam hal ini,
proses yang dimaksud adalah proses pemekatan. Pemekatan berfungsi untuk
menghilangkan sisa pelarut yang masih terdapat pada filtrat sehingga akan dihasilkan
senyawa metabolit sekunder yang lebih banyak.

14
POST TEST

Apa tujuan dilakukannya proses hidrolisis sebelum menganalisis Quercetin ?

15

Anda mungkin juga menyukai