Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

EKSTRAKSI

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DOSEN PENGAMPU : HUSNANI, M.Sc., Apt (K)


DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

1. Dhela Puspita (2290964)


2. Dieni Yahdiyanie (2290965)
3. Ending Susmiyati (2290966)
4. Fanka Rahayu (2290967)
5. Farhan Muhamad (2290968)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
2023 – 2024

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Saya panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah Ekstraksi. Makalah ini telah saya susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancarkan pembuatan makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga Makalah Ekstraksi ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pontianak, 29 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................…..ii

DASTAR ISI........................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3

A. Latar Belakang...............................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan ............................................................................................4

BAB II DASAR TEORI.............................................................................5

A. Pengertian Ekskresi.......................................................................5
B. Metode Ekstraksi...........................................................................6
C. Klasifikasi Ekstraksi....................................................................10
D. Jenis – Jenis Ekstraksi.................................................................11
E. Cara – Cara Ekstraksi.................................................................11
F. Contoh Ekstraksi Dengan Corong Pisah...................................17
G. Syarat – Syarat Ekstraksi...........................................................18
H. Tujuan Ekstraksi.........................................................................18

BAB III PENUTUP..................................................................................20

A. Kesimpulan...................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................21

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Kata Pengantar
Di negara-negara maju dan berkembang pada saat ini telah mulai
melakukan berbagai penelitian tentang tumbuhan, hewan, dan biota laut
khususnya di bidang fitokimia, karena maraknya penggunaan tumbuhan dalam
mengobati penyakit tanpa memberikan suatu efek samping yang
nyata.Kemampuan aktivitas dari suatu tumbuhan tentu saja didukung oleh
berbagai komponen kimia yang ada di dalamnya, seperti alkaloid, steroid,
saponin, dll.Sehingga, diperlukan suatu keterampilan dalam menganalisis dan
mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan untuk bisa memperoleh senyawa
kimia yang murni.
Untuk memperoleh kandungan kimia dari suatu tanaman, memerlukan
berbagai tahap pengerjaan.Dimulai dari ekstraksi, skrining, dan identifikasi
komponen kimia dengan metode kromatografi lapis tipis.
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak campur menawarkan
banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.Bahkan dimana
tujuan primer bukan analitis namun preparatif, ektraksi pelarut merupakan
suatu langkah penting dalam urutan menuju ke suatu produk murni itu dalam
laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang
digunakan peralatan yang rumit namun seringkali diperlukan hanya sebuah
corong pisah.Seringkali suatu pemisahan ekstraksi pelarut dapat diselesaikan
dalam beberapa menit, pemisahan ektraksi biasanya bersih dalam arti tak ada
analog. Indonesia memiliki potensi sebagai sumber bahan baku obat-obatan
yang penting. Tumbuh-tumbuhan dapat merekayasa berbagai macam senyawa
kimia yang dimilikinya sebagai mekanisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya terhadap kondisi lingkungan, baik faktor iklim
maupun dari herbivora, serangga dan hama penyakit, oleh karena itu
mempunyai bioaktivitas yang menarik. Senyawa kimia yang dihasilkan
merupakan metabolit sekunder dan dapat dimanfaatkan oleh manusia antara
lain sebagai sumber untuk obat-obatan.

2
Senyawa hasil alam dihasilkan oleh makhluk hidup melalui proses
biosintesa dalam sel. Proses biosintesa yang berlangsung secara enzimatik
dikenal juga sebagai metabolisme sehingga produknya disebut juga metabolit
yang terdiri dari metabolit primer, metabolit sentral dan metabolit sekunder
dengan jalur biosintesanya. Metabolit sentral adalah perantara atau intermediet
untuk menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder.
Berbagai jenis bahan terdapat di alam memiliki jenis, bentuk dan
komposisi yang beragam. Dalam pemanfaatanya, manusia dapat mengambil
seluruh zat dari bahan tersebut atau dapat mengambil beberapa zat yang
dibutuhkannya saja dari suatu bahan. Untuk dapat mengambil atau
memperoleh zat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai proses, salah
satunya yaitu ekstraksi.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu
campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang
tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk
memisahkan sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugs
pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugus
pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
Proses ekstraksi dapat dibedakan menurut bentuk campurannya menjadi
dua jenis, yaitu padat-cair dan cair-cair. Zat yang diekstraksi dalam ekstraksi
padat-cair yaitu berbentuk padatan. Sedangkan pada ekstraksi cai-cair, zat
yang diekstraksi merupakan bentuk cairan. Ekstraksi cair-cair inilah yang
biasa disebut ekstraksi pelarut.
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan
ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode
ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara
dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzen, karbon tetraklorida
atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah
yang berbada dalam kedua fase pelarut.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Ekstraksi?
2. Bagaimana metode ekstraksi ?
3. Apa saja klasifikasi ekstrasi tersebut?
4. Apa saja jenis – jenis ekskreksi ?
5. Bagaimana cara – cara ekstraksi ?
6. Bagaiamanakah ekstraksi dengan corong pisah ?
7. Apa sajakah syarat-syarat ekstraksi ?
8. Apa saja tujuan ekstraksi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ekstraksi.
2. Untuk mengetahui metode ekstraksi.
3. Untuk mengetahui pengklasifikasian ekstraksi pelarut.
4. Untuk mengetahui jenis – jenis ekskreksi.
5. Untuk mengetahui cara – cara ekstraksi.
6. Untuk mengetahui jenis corong pisah.
7. Untuk mengetahui apa itu syarat-syarat ekstraksi.
8. Untuk mengetahui apa itu tujuan ekstraksi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekstraksi
Secara umum definisi ekstraksi pelarut/cair-cair adalah proses pemisahan
suatu komponen/solut dari larutan fase air menggunakan pelarut organik
tertentu. Dalam proses ekstraksi dihasilkan dua jenis larutan yaitu larutan fase
organik dan fase air. Larutan fase organik yang dihasilkan dari proses
ekstraksi adalah larutan yang kaya dengan solut yang diinginkan dan sering
disebut ekstrak sedangkan larutan fase air adalah larutan yang miskin dengan
solut disebut rafinat.
Ekstraksi pelarut menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk
pemisahan analitis. Bahkan di mana tujuan primernya bukanlah analitis namun
preparatif, ekstrasi pelarut dapat merupakan suatu langkah penting dalam
urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam laboratorium organik,
anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan peralatan yang
rumit, namun seringkali hanya diperlukan sebuah corong pisah. Seringkali
suatu permisahan ekstrasi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu
komponen cairan/campuran dari campurannya. Biasanya menggunakan
pelarut yang sesuai dengan komponen yang diinginkan. Cairan dipisahkan dan
kemudian diuapkan sampai pada kepekatan tertentu. Ekstraksi memanfaatkan
pembagian suatu zat terlarut antar dua pelarut yang tidak saling tercampur
untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain.
Ekstraksi memegang peranan penting baik di laboratorium maupun industry.
Di laboratorium, ekstraksi seringkali dilakukan untuk menghilangkan atau
memisahkan zat terlarut dalam larutan dengan pelarut air yang diekstraksi
dengan pelarut lain seperti eter, kloroform, karbondisulfida atau benzene.
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari baian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

5
ketebalannya, sehingga diperlukan metode ektraksi dengan pelarut tertentu
dalam mngekstraksinya (Harbone, 1987 ; Ditjen POM, 1986).
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia
dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat
aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian, hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes RI 1995).
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat
tertentu, terutama kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda. Pada umumnya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut
yang didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam
campuran, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Bahan yang akan
diekstrak biasanya berupa bahan kering yang telah dihancurkan, biasanya
berbentuk bubuk atau simplisia (Sembiring, 2007).

B. Metode Ekstraksi
Kandungan kimia dari suatu tanaman atau simplisia nabati yang berkasiat
obat umumnya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga perlu
dipisahkan secara selektif menjadi kelompok-kelompok tertentu. Salah satu
contohnya adalah alkaloid yang banyak terdapat pada tanaman berbunga.
Secara kimia alkaloid merupakan basa organik yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen di dalam satu cincin. Alkaloid di dalam tanaman berada
dalam bentuk garam dari asam-asam organik lemah. Alkaloid bebas dapat
larut dalam pelarut organik seperti kloroform, sedangkan garam-garam
organik larut dalam larutan air (Goeswin, 2007).
Prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut
polar dan senyawa non-polar dalam pelarut non-polar. Serbuk simplisia
diekstraksi berturut-turut dengan pelarut yang berbeda polaritasnya (Harbone,
1996). Proses ekstraksi merupakan penarikan zat pokok yang diinginkan dari
bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dengan zat yang
diinginkan larut (Voight, 1994).

6
Menurut Darwis (2000), ada beberapa metode ekstraksi senyawa yang
umum digunakan, diantaranya adalah:
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut
organik yang digunakan pada suhu ruangan. Proses ini sangat
menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan
perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel, sehingga
metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut
organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
perendaman yang digunakan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi
akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam pelarut tersebut.
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada
sampel sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama
pelarut. Efektivitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa
organik yang sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan.
Keuntungan dari metode ini adalah tidak diperlukannya proses pemisahan
ekstrak sampel, sedangkan kerugiannya adalah selama proses tersebut,
pelarut menjadi dingin sehingga tidak melarutkan senyawa dari sampel
secara efisien.
3. Sokletasi
Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan
penyarian berulang dan pemanasan. Penggunaan metode sokletasi adalah
dengan cara memanaskan pelarut hingga membentuk uap dan membasahi
sampel. Pelarut yang sudah membasahi sampel kemudian akan turun
menuju labu pemanasan dan kembali menjadi uap untuk membasahi
sampel, sehingga penggunaan pelarut dapat dihemat karena terjadi
sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik
untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.

7
4. Destilasi uap
Destilasi uap merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Proses destilasi uap lebih banyak digunakan untuk senyawa organik
yang tahan terhadap suhu tinggi, yang lebih tinggi dari titik didih pelarut
yang digunakan. Pada umumnya lebih banyak digunakan untuk minyak
atsiri. Keuntungan dari metode ini antara lain adalah kualitas ekstrak yang
dihasilkan cukup baik, suhu dan tekanan selama proses ekstraksi dapat
diatur serta waktu yang diperlukan singkat.
5. Pengempasan
Pengempasan merupakan metode pemisahan dengan menggunakan
tekanan untuk mendesak suatu bahan yang akan diekstrak dengan alat
pengepres. Metode ini lebih banyak digunakan dalam proses industri
seperti pada isolasi senyawa dari buah kelapa sawit dan isolasi katekin dari
daun gambir. Pada proses ini tidak menggunakan pelarut.
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk bahan dalam larutan penyari. Metode ini
digunakan untuk menyari zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengembang dalam pelarut, serta tidak mengandung benzoin.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya mudah ditemukan dan
pengerjaannya sederhana (Mustofa, 2008). Kerugian dari metode maserasi
antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup
lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan
untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin dan lilin
(Sudjadi, 1986). Pembuatan ekstrak dengan metode maserasi mengikuti
syarat yaitu bahan dihaluskan dengan cara dipotong-potong atau dibuat
serbuk, kemudian disatukan dengan bahan pengekstraksi (Voight, 1994).
Waktu lamanya maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope
mencantumkan 4-10 hari, menurut pengataman 5 hari sudah memadai
(Voight, 1994). Metode ini tidak menggunakan pemanasan, sehingga zat
aktif yang terkandung dalam bahan tidak rusak. Selama maserasi bahan

8
disimpan di tempat yang terlindungi dari cahaya langsung untuk mencegah
reaksi perubahan warna (Voight, 1994).
Ekstraksi sinambung dilakukan dengan alat soklet. Pelarut penyari
yang ditempatkan di dalam labu akan menguap ketika dipanaskan
melewati pipa samping alat soklet dan mengalami pendinginan saat
melewati kondensor. Pelarut yang telah berkondensasi tersebut akan jatuh
pada bagian dalam alat soklet yang berisi sampel yang telah dibungkus
dengan kertas saring dan merendamnya hingga mencapai bagian atas
tabung sifon. Satu daur sokletasi dapat dikatakan telah terlewati, apabila
alat soklet berisi pelarut telah terendam pelarut sampai bagian atas tabung
sifon, kemudian seluruh bagian pelarut tersebut akan tertarik dan
ditampung pada labu tempat pelarut awal. Proses ini berlangsung terus-
menerus sampai diperoleh hasil ekstraksi yang dikehendaki (Harbone,
1996). Alat soklet terdiri dari labu destilasi sebagai tempat menampung
pelarut dan ekstrak, tabung sifon sebagai tempat menampung sampel dan
tempat terjadinya ekstraksi, pipa di samping tabung sifon sebagai jalur
pelarut yang menguap kemudian didinginkan dan akan jatuh kedalam
tabung sifon (Harbone, 1996).
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau
campuran ozotropik dan tidak dapat digunakan dan tidak dapat digunakan
ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan: diklorometan = 1 : 1
atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan
mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair didalam wadah
(Sudjadi, 1986). Keuntungan ekstraksi dengan cara sokletasi adalah
pelarut yang digunakan lebih sedikit dan waktu yang dibutuhkan lebih
sedikit daripada dengan maserasi atau perkolasi. Kerugian cara ini adalah
tidak dapat digunakan untuk senyawa-senyawa yang termolabil (Harbone,
1996).
Berdasarkan penelitian dari Basuki (2009), metode ekstraksi yang
paling efektif dalam mengekstrak Gelidium sp. untuk menghambat
pertumbuhan E. coli dan Salmonella typhimurium adalah sokletasi 2 kali
penyarian dengan luas zona penghambatan sebesar 30,3 mm² dan 23,9

9
mm². Hal ini dikarenakan pada proses sokletasi digunakan panas sesuai
dengan titik didih pelarut untuk mempercepat kelarutan senyawa aktif
dalam suatu bahan, sehingga senyawa aktif yang dapat diekstraksi semakin
banyak.

C. Klasifikasi Ekstraksi
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik
adalah mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi., sebagai
khelat atau sistem ion berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas proses
ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka proses ekstraksi
berlangsung dengan mekanisme tertentu.
Golongan ekstraksi berikutnya dikenali sebagai ekstraksi melalui solvasi
sebab spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga
adalah proses yang melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi
berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan
diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori terakhir merupakan ekstraksi
sinergis. Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat
yang berakibat pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut
pengekstraksi.
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap,
ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap
merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian
dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan
diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan
dipisahkan.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada banyaknya ekstraksi yang
dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan
berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit.(Khopkar 1990)
Perbandingan antara konsentrasi solut dalam fase organik terhadap solut
dalam fase air disebut koefisien distribusi (Kd). Efisiensi proses ekstraksi atau

10
dapat dinyatakan dengan persen solut yang terekstrak ke dalam fase organik.
diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
E = Persen ekstraksi untuk sekali ekstraksi
D = Perbandingan distribusi
Vw = Volume fase air
Vo = Volume vase organik
Bila volume fase air dan fase organik sama (Vw Vo), persamaan menjadi :
=
Ekstraksi dianggap ideal secara kuantitatif bila E = 100%, berarti :
=
= Persamaan ini menunjukkan bahwa jika Vw Vo, ekstraksi dikatakan
baik untuk harga D besar.

D. Jenis – Jenis Ekstraksi


Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air, dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi dan perkolasi dan dengan alat soxhlet (Ditjen POM,
1986).

E. Cara – Cara Ekstraksi


1. Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok ke dalam bejana, kemudian dituangi
dengan cairan penyari 75 bagian, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari,
terlindung dari cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas
dan ampasnya dicuci dengan cairan penyari. Penyarian diakhiri setelah
pelarut tidak berwarna lagi, lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup,
dibiarkan pada tempat yang tidak bercahaya, setelah dua hari lalu endapan
dipisahkan (Ditjen POM, 1986).

11
2. Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok, menggunakan 2,5 bagian sampai 5
bagian cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-
kurangnya 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam
perkolator, ditambahkan cairan penyari.Massa dipindahkan sedikit demi
sedikit ke dalam perkolator, ditambahkan cairan penyari. Perkolator
ditutup dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dengan kecepatan
1 ml permenit, sehingga simplisia tetap terendam. Filtrate dipindahkan ke
dalam bejana, ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada hari tempat
terlindung dari cahaya (Ditjen POM, 1986).
3. Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan. Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih. Uap
penyari akan naik melalui pipa samping. Cairan penyari turun untuk
menyari zat aktif dalam simplisia. Selanjutnya bila cairan penyari
mencapai sifon, maka seluruh cairan akan turun ke labu alas bulat dan
terjadi proses sirkulasi. Demikian seterusnya sampai zat aktif yang
terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang ditandai jernihnya cairan
yang lewat pada tabung sifon (Dirjen POM, 1986).
4. Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan. Bahan yang akan diekstrasi di rendam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin
tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap,
uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali
menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, demikian seterusnya. Ekstraksi
ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
(Dirjen POM, 1986).
5. Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbankan untuk Menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang

12
tinggi pada tekanan udara normal, yang pada pemanasan biasanya tidak
terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, maka
penyarian dilakukan dengan penyulingan (Dirjen POM, 1986).
Ragam ekstraksi ya ng tepat sudah tentu bergantung pada tekstur
dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis
senyawa yang diisolasi umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan
untuk mencegah terjadi oksidasi enzim/ hidrolisis (Harborne, 1987).
Teknik ekstraksi pelarut merupakan suatu teknik pemisahan yang
lazim, penting dan sangat berguna serta banyak digunakan dalam cabang
kimia analisis. Dasar berfikir ini adalah pemisahan dari campuran solute
lewat proses partisi antar dua pelarut kedalam campuran tidak merusak
residu yang terbentuk sehingga memisahkan ekstrak lebih mudah.
Disamping itu air juga memiliki viskositas rendah sehingga sirkulasi zat
dapat terjadi dengan bebas (Aderson, 1991).
Simplisia yang lunak seperti rimpang,daun, akar, dan ada yang
keras seperti biji, kulit kayu, kulit akar, simplisia lunak mudah ditembus
oleh cairan penyari, karena itu pada penyarian tidak perlu diserbuk sampai
halus, sebaliknya pada simplisia yang keras, perlu dihaluskan terlebih
dahulu sebelum dilakukan penyarian.
Proses penyarian dapat dipisahkan menjadi:
a. Pembuatan Serbuk
Pada umumnya penyarian akan lebih baik bila permukaan simplisia
bersentuhan dengan cairan penyari makin luas, tetapi dalam
pelaksanaannya kehalusan sampel yang terlalu halus akan mempersulit
penyaringan, karena butiran halus tadi membentuk suspense yang sulit
dipisahkan dengan hasil penyarian. Dengan demikian hasil penyarian
tadi tidak murni lagi karena adanya campuran-campuran. Dinding sel
merupakan saringan, sehingga zat yang tidak larut masih tetap berada
dalam sel. Dengan penyerbukan yang terlalu halus menyebabkan
banyak dinding sel yang pecah, sehingga zat tidak diinginkan ikut ke
dalam hasil penyarian.

13
b. Pembasahan
Pembasahan serbuk sebelum dilakukan penyarian dimaksudkan
agar cairan penyari memasuki seluru pori-pori dalam simplisia
sehingga mempermudah penyarian selanjutnya,
c. Penyarian
Pada waktu pembuatan serbuk simplisia, beberapa sel ada yang
dindingnya pecah dan ada sel yang dindingnya masih utuh, sel yang
didndingnya telah pecah, proses pembebasan sari tidak ada yang
menghalangi. Proses penyariannpada sel yang dindingnya masih utuh,
zat aktif yang terlarut pada cairan penyari untuk keluar dari sel, harus
melewati dinding sel, peristiwa osmosis dan difusi yang berperan pada
proses penyarian tersebut.
Adapun beberapa penjelasan singkat mengenai beberapa prinsip
ekstraksi.
 Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi
kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam
labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang
jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan
jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan
akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon
tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.
 Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan
cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

14
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat,
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat,
demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3
kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.
 Prinsip Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan
menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil
mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia,
uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju
kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga,
campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong
pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.
 Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari
simplisia dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Infusa di
buat dengan cara menghaluskan simplisia yang akan digunakan.
Kemudian dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci
dan dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai
dari suhu di dalam panci mencapai 90°C, sambil sekali-sekali
diaduk. Infusa diserkai sewaktu masih panas melalui kain
flanel.Jika kekurangan air ditambah air mendidih melalui
ampasnya.Infusa Simplisia yang mengandung minyak atsiri
diserkai setelah dingin. Penyarian dengan cara ini menghasilkan
sari yang tidak stabil, dan mudah tercemar oleh kapang, oleh sebab
itu air yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih
dari 24 jam.
 Dekokta
Prinsipnya hampir sama dengan infusa, perbedaannya pada
dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai

15
suhu mencapai 90°C. Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia
yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan.
 Maserasi
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, stirak, dan bahan sejenis yang mudah
mengembang. Cairan penyari yang Bila cairan penyari digunakan
air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan
bahan pengawet yang diberikan pada awal penyarian.Metode
maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, stirak dan lilin. Keuntungan cara penyarian
dengan maserasi adalah cara pengerjaan yang digunakan sederhana
dan mudah diusahakan. Sedangkan digunakan dapat berupa air,
etanol, air-etanol, atau pelarut lain. kerugiannya adalah
pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.
 Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia
dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam
sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke
bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di
atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah.
Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan. Hal-hal
yang sangat mempengaruhi lama waktu proses ekstraksi antara
lain:
1) Kapasitas produk mesin
2) Jenis bahan baku herbal
3) Kandungan zat aktif bahan herbal
4) Pelarut yang dipakai yang sesuai dengan kandungan zat aktif

16
Hasil akhir yang diperoleh pada proses ekstraksi adalah: ekstrak
kental/liquid kental yang mengandung sari / kandungan dari bahan baku
tanaman tanpa adanya ampas tanaman.

F. Contoh Pemisahan Dengan Corong Pisah


Corong pisah, alat yang sering kita lihat atau gunakan di laboratorium ini,
merupakan peralatan laboratorium yang fungsinya untuk memisakan dua
cairan yang tidak bercampur karena kepolarannya yang berbeda. Corong pisah
ini biasanya juga digunakan untuk melakukan pemisahan ekstraksi. Pemisahan
dengan corong pisah hanya digunakan untuk pemisahan cair dengan cair. Ada
2 corong pisah yaitu :
1. Corong Pisah Berbentuk Silinder

6. Corong Pisah Berbentuk Buah Pear

Corong mempunyai penyumbat diatasnya dan kran di bawahnya.


Corong pemisah yang digunakan di laboratorium terbuat dari kaca
borosilikat dan krannya terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong
pemisah bervariasi antara 50 ml sampai 3 L. Dalam skala industri, corong
pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.

17
Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya
berupa pelarut organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana,
kloroform, ataupun etil asetat. Kebanyakan pelarut organik berada di atas
fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen.

G. Syarat – Syarat Pelarut Ekstraksi


Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang
mengandung gugus yang bersangkutan.
Adapun syarat pelarut lainnya yaitu:
1. Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan
konstanta distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.
2. Kelarutan pelarut organik rendah dalam air
3. Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air
4. Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun
5. Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya ntk keperluan
analisa lebih lanjut

H. Tujuan Ekstraksi
Adapun tujuan daripada ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen
kimia yang terdapat didalam simplisia. Basic daripada ekstraksi ini adalah
perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan
mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari
organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat
diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses
atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,
misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia
sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.
Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk

18
senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti
dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa
kimia tertentu.
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan
tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional
Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan
dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini
harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah
biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk
memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan
cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul
jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara
acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui
adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut.
2. Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan yang paling baik.
3. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu
campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang
tidak saling bercampur.
4. Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap,
ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current.
5. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam sampel.
6. Metode ekstraksi mencakup ekstraksi secara dingin dan ekstraksi secara
panas. Ekstraksi secara dingin terdiri dari metode maserasi dan metode
perkolasi. Ekstraksi secara panas terdiri dari metode refluks dan metode
destilasi uap.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anindita Kurniawati.,Jurusan Kimia. FMIPA.,Universitas Negeri Semarang,


Indonesia.,Pengaruh Jenis Pelarut Pada Proses Ekstraksi Bunga Mawar
Dengan Metode Maserasi Sebagai Aroma Parfum.,2019

Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi


Tumbuhan. Terjemahan Padwinatan K, Edisi II. Penerbit ITB. Bandung.

Harborne, J.B. 1984. "Phitochemical Method". Chapman and Hall Itd. London.

Judoamidjojo, M.dkk. 1990. "Teknologi Fermentasi". IPB. Bogor.

Moelyono, M.W. 1996. "Panduan Praktikum Analisis Fitokimia". Laboratorium


Farmakologi Jurusan Farmasi FMIPA. Universitas Padjadjaran: Bandung.

Robinson, T. 1991. "The Organic Constituen Plants". 6th Edition.Department


Biochemistry. University of Massachusetts of Higher of

Sudjadi, H. S. 1986. Metode Pemisahan. Kanisius. Jakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. "Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan". UGM


Press: Yogyakarta

21

Anda mungkin juga menyukai