“EKSTRAKSI”
Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA
2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................iii
EKSTRAKSI ....................................................................................................................................... 1
I. TEORI – TEORI EKSTRAKSI ............................................................................................. 1
II. TUJUAN EKSTRAKSI .......................................................................................................... 2
III. JENIS EKSTRAKSI............................................................................................................... 3
IV. METODE EKSTRAKSI......................................................................................................... 4
V. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI ..................................... 8
VI. KOEFISIEN TRANSFER MASA PADA EKSTRAKSI...................................................... 9
VII. PELARUT ............................................................................................................................. 10
VIII.PERHITUNGAN SPESIFIKASI ALAT ............................................................................. 13
IX. CONTOH EKSTRAKTOR .................................................................................................. 18
X. CARA KERJA ALAT .......................................................................................................... 19
XI. GAMBAR DAN DIMENSI ALAT ...................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 21
iii
EKSTRAKSI
I. TEORI – TEORI EKSTRAKSI
Pemisahan merupakan suatu cara untuk memisahkan dua zat atau lebih yang
saling bercampur, prinsip pemisahan campuran didasarkan pada perbedaan sifat-sifat
fisik zat penyusunnya, diantaranya seperti wujud zat, ukuran partikel,titik leleh, titik
didih, dan kelarutan. Salah satu contoh proses pemisahan adalah dengan menggunakan
metode ekstraksi, metode ekstraksi bertujuan untuk menarik semua komponen kimia
yang terdapat dalam simplisia.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.
Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejumlah gugus yang
diinginkan dan mungkin merupakan gugus pengganggu dalam analisis secara
keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif
(Aisyah, 2015). Proses ini biasanya dilakukan ketika suatu kandungan bahan ingin
diisolasi dari suatu bahan untuk kepentingan tertentu.
Ektrasi adalah jenis pemisahan satu atau beberapan bahan dari suatu padatan
atau cairan. Proses ekstrasi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut
kemudian terjadi kontak anatar bahan dan pelarut sehingga pada bidang antar muka
bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan masaa dengan cara difusi
(Sudjadadi.1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi anatar lain yaitu ukuran bahan
baku, pemilihan pelarut, waktu proses ekatrasi suhu ektrasi. Ukuran bahan baku yang
kecil baku yang kecil akan menghasilkam hasil yang rendah. Pemilihan pelarut akan
mempengaruhi suhu ekstraksi dan waktu proses ekstraksi. Jika suhu tinggi, maka akan
menghasilkan sisa pelarut yang tinggi pula (Anam.2010:74).
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini
berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi.
Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan
sebaliknya (Sutriani, L. 2008).Pemilihan pelarut umumnya dipengaruhi oleh
selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling bercampur, kerapatan, reaktivitas dan
titik didih.
1
II. TUJUAN EKSTRAKSI
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat
ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut.Secara umum, terdapat empat situasi dalam
menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme.
Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat
modifikasi yang sesuai untukmengembangkan proses atau menyesuaikan
dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya
alkaloid, flavanoidatau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari
senyawa ini bahkan keberadaannya belumdiketahui. Dalam situasi seperti ini,
metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yangdiminati dapat
diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang
sesuaiuntuk kelompok senyawa kimia tertentu
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan
biasanya dibuat dengancara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM)
seringkali membutuhkan herba yang dididihkandalam air dan dekok dalam air
untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin
jikaekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut,
khususnya jika tujuannya untukmemvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara
apapun. Situasi ini(utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika
tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau
didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa
dengan aktivitas biologi khusus.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan
menembusdinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat
aktif akan larut dalam pelarutorganik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi
keluar sel dan proses ini akan berulang terussampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
2
III. JENIS EKSTRAKSI
1. Ekstraksi Padat Cair
Proses pemisahan pektin yang terkandung dalam kulit buah pisang dapat
dilakukan dengan metode ekstraksi dengan pelarut. Ekstraksi padat cair atau
leaching merupakan metode pemisahan satu atau beberapa komponen (solute)
dari campurannya dalam padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan
menggunakan pelarut (solvent) berupa cairan (Treybal, R. E., 1981). Pemisahan
dapat terjadi karena adanya driving force yaitu perbedaan konsentrasi solute di
padatan dengan pelarut dan adanya perbedaan kemampuan melarut komponen
dalam campuran.
Pada bahan alami, solute biasanya terkurung di dalam sel sehingga pada
proses pengontakan langsung antara pelarut dengan solute mengakibatkan
terjadinya pemecahan dinding sel karena adanya perbedaaan tekanan antara di
dalam dengan di luar dinding sel. Apabila salah satu berlangsung relatif lebih
cepat, maka kecepatan ekstraksi ditentukan oleh proses yang lambat, tetapi bila
kedua proses berlangsung dengan kecepatan yang tidak jauh berbeda, maka
kecepatan ekstraksi ditentukan oleh kedua proses tersebut (Sediawan dan
Prasetya, 1997).
2. Ekstraksi Cair-cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama
digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin
dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya
terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-
cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif
bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna
mungkin.
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute
dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran
diluen dan solven ini adalah heterogen ( immiscible, tidak saling campur), jika
dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak).
Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasadengan konsentrasi pada
keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan)
3
solute dari larutanyang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan
terjadinya proses ekstraksi dapatditentukan dengan mengukur jarak system dari
kondisi setimbang.
2) Perkolasi
Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun
secara unggun dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai
prosesnya sempurna dan umumnya dilakukan pada suhu ruangan.
Prosedur metode ini yaitu bahan direndam dengan pelarut, kemudian
pelarut baru dialirkan secara terus menerus sampai warna pelarut
tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya sudah tidak ada
lagi senyawa yang terlarut. Contoh: Penyarian zat aktif yang
dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam,
kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang
bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyaridialirkan dari
atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai
keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi,
kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan
gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu
dipekatkan.
5
mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
6
menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian
seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian
sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4
jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
7
V. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi yaitu (Kirk-
Othmer, 1998; Perry, R., et al, 1984):
a. Perlakuan pendahuluan
Perlakuan pendahuluan dapat berpengaruh terhadapat rendeman dan
mutu ekstrak yang dihasilkan. Perlakuan pendahuluan meliputi pengecilan
ukuran dan pengeringan bahan. Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin
besar luas kontak antara padatan dengan pelarut, tahanan menjadi semakin
berkurang, dan lintasan kapiler dalam padatan menjadi semakin pendek (laju
difusi berbanding lurus dengan luas permukaan padatan dan berbanding terbalik
dengan ketebalan padatan), sehingga proses ekstraksi menjadi lebih cepat dan
optimal. Teknik pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan cara pemotongan,
penggilingan, maupun penghancuran.
b. Temperatur
Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas akan meningkat
dengan meningkatnya temperatur. Namun temperatur yang terlalu tinggi dapat
merusak bahan yang diekstrak, sehingga perlu menentukan temperatur
optimum.
c. Faktor pengadukan
Pengadukan dapat mempercepat pelarutan dan meningkatkan laju difusi
solute. Pergerakan pelarut di sekitar bahan akibat pengadukan dapat
mempercepat kontak bahan dengan pelarut dan memindahkan komponen dari
permukaan bahan ke dalam larutan dengan jalan membentuk suspensi serta
melarutkan komponen tersebut ke dalam media pelarut (Larian, 1959).
Pengadukan dapat dilakukan dengan cara mekanis, pengaliran udara atau
dengan kombinasi keduanya.
8
VI. KOEFISIEN TRANSFER MASA PADA EKSTRAKSI
Perpindahan massa pada ekstraksi padat cair merupakan fungsi dari dua fase
yang berkontak atas dasar perbedaan konsentrasi zat terlarut diantara kedua fase
tersebut. Sistem yang digunakan untuk proses ekstraksi padat cair adalah batch.
Neraca massa solut dalam cairan (Treybal, 1981) :
9
VII. PELARUT
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas,
yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan
sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia
organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut biasanya
memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut
yang didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut
biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar.
Sebagian besar reaksi kimia secara luas dilakukan di dalam larutan. Larutan
terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut (solvent) pada umumnya
adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, sedangkan zat lainnya
dianggap sebagai zat terlarut (solute).Pelarut memenuhi beberapa fungsi dalam reaksi
kimia, dimana pelarut melarutkan reaktan dan reagen agar keduanya bercampur,
sehingga hal ini akan memudahkan penggabungan antara reaktan dan reagen yang
seharusnya terjadi agar dapat merubah reaktan menjadi produk. Pelarut juga bertindak
sebagai kontrol suhu, salah satunya untuk meningkatkan energi dari tubrukan partikel
sehingga partikel-partikel tersebut dapat bereaksi lebih cepat, atau untuk menyerap
panas yang dihasilkan selama reaksi eksotermik.
Untuk mencapai proses ekstraksi yang baik, pelarut yang digunakan harus
memenuhi kriteria sebagai berikut (Martunus & Helwani, 2004;2005):
1. kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran.
2. kemampuan tinggi untuk diambil kembali.
3. perbedaan berat jenis antara ekstrk dan rafinat lebih besar.
4. pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur.
5. tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi.
6. tidak merusak alat secara korosi.
7. tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah.
10
Beberapa contoh pelarut yang dipakai dalam kegiatan praktikum adalah:
a. n-Heksana
n-Heksana (CH3(CH2)4CH3) adalah pelarut petroleum yang mudah
menguap. Ikatan pada heksana bersifat tunggal dan kovalen sehingga
menyebabkan n-heksana tidak reaktif sehingga sering digunakan sebagai
pelarut inert pada reaksi senyawa organik. Heksana mempunyai karakteristik
sangat tidak polar dan mudah menguap. Berat molekul heksana adalah 86,17
gram/mol dengan titik leleh -94,3 sampai -95,3°C (Daintith, 1994).
b. Kloroform
Kloroform (CHCl3) merupakan salah satu senyawa haloform yang
mudah menguap, tidak berwarna; titik leleh -63,5°C; titik didih 61°C. Senyawa
ini diproduksi melalui proses klorinasi metana atau melalui reaksi haloform.
Kloroform digunakan sebagai pelarut dan bahan dasar untuk membuat senyawa
lainnya (Daintith, 1994).
c. Asam asetat
Asam asetat (CH3COOH) merupakan asam karboksilat berwujud cairan
kental jernih dengan aroma yang khas.. Senyawa asam asetat murni dinamakan
asam asetat glasial yang diproduksi dengan cara mengoksidasi etanol atau
butana dengan bantuan Mangan (II) atau Kobalt (II) etanoat terlarut pada suhu
200°C (Daintith, 1994).
d. Etil asetat
Etil asetat (C2H5COOH) merupakan senyawa turunan steroid yang
memiliki berat molekul 72,08 g/mol. Pelarut ini bersifat semi-polar (Daintith,
1994).
e. Aseton
Aseton (CH3COCH3) digunakan sebagai pelarut karena bersifat
higroskopis, baunya ringan, tidak berwarna, sangat volatil, tidak ada residu dan
mudah terbakar. Mempunyai berat molekul 58,1 g/mol dengan titik leleh -94,6
°C; titik didih 56,1ºC (Daintith, 1994).
11
f. Etanol
Etanol atau alkohol (C2H5OH) merupakan cairan tidak berwarna yang
larut dalam air, densitas 0,6 (0ºC) titik leleh -169ºC , titik didih -102ºC.
Memiliki gugus hidroksil (OH) pada alkohol yang menyebabkan bersifat polar,
sedangkan gugus alkil (R) merupakan gugus non polar. Proporsi dari kedua
gugus tersebut merupakan faktor yang menentukan sifat alkohol (Daintith,
1994).
g. Metanol
Metanol (CH3OH) adalah cairan yang tidak berwarna, densitas 0,79
gram/mL; titik leleh -98°C, titik didih 64°C. Senyawa ini dibuat melalui
oksidasi katalitik dari metana dan digunakan sebagai pelarut serta sebagai bahan
baku untuk industri kimia (Daintith, 1994).
12
Deret eluotropi perlarut.
13
14
15
16
17
IX. CONTOH EKSTRAKTOR
1. Tangki Ekstraktor
Tipe Tangki : Single Tank
Material : Stainles Steel Plate SUS 304
Tipe Sisi Bawah : Cone
Tipe Sisi Atas : Flate Bar (Flens)
Diameter Drain Valve : 1 ¼ inch
Diameter Safety Valve : ½ inch
Kapasitas Maksimal : 20 Liter
Kapasitas Minimal : 5 Liter
Panjang Tangki : 400 inch
Diameter Tangki : 10 inch
Jarak Tangki Dari Dasar : 750 inch
Diameter Batang Pengaduk : 12 mm
Tipe Jaket : Glass Woll
Ketebalan Jaket : 10 inch
2. Heater
Tipe Pemanas Heater : Immersion
Daya Pemanas Heater : 1100 watt/220 vac
Power Supply : 220 vac/ 1 ph
Kontrol Panel : Safety Valve
3. Kondensor
Diameter Kondensor : 3/4 inch
Schedule Pipa : 20
Diameter Tangki : 600 inch
Tinggi Tangki : 500 inch
Tipe Pipa Kondensor : Rectangular Pipe 40x40
4. Motor
Tipe : 21K6R6N-C
Daya : 220 VA, 28 Watt
Arus : 0,13 Ampere
18
Kecepatan Putaran : 21 rpm
Rasio Gear Box : 1 : 60
Tipe Gear : 26N-60K
Diameter Pengait Pengaduk : 8 mm
Panjang Pengait Pengaduk : 15 mm
5. Kondisi Operasi
Tekanan : 2 Bar
Temperature : Maksimal 1250C
Kecepatan Pengadukan : 1300 rpm
19
XI. GAMBAR DAN DIMENSI ALAT
20
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. 2015. Ekstraksi. Wordpress. Com. Diakses : 04 Desember 2019.
22