Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari
suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi
juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen
dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair
(solven) sebagai separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen
dalam campuran.Komponen-komponen kimia yang terkandung
di dalam bahan organik seperti yang terdapat di dalam tumbuh-
tumbuhan sangat dibutuhkan oleh keperluan hidup manusia,
baik komponen senyawa tersebut digunakan untuk keperluan
industri maupun untuk bahan obat-obatan. Komponen tersebut
dapat diperoleh dengan metode ekstraksi dimana ekstraksi
merupakan proses pelarutan komponen kimia yang sering
digunakan dalam senyawa organik untuk melarutkan senyawa
tersebut dengan menggunakan suatu pelarut.
Ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara berdasarkan wujud
bahannya yaitu:
1. Ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat
larut dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.
2. Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair
yang saling bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan
salah satu zat Ekstraksi padat cair secara umum terdiri dari maserasi,
refluktasi, sokhletasi, dan perkolasi. Metoda yang digunakan tergantung
dengan jenis senyawa yang kita gunakan. Jika senyawa yang kita ingin sari
rentan terhadap pemanasan maka metoda maserasi dan perkolasi yang kita
pilih, jika tahan terhadap pemanasan maka metoda refluktasi dan sokletasi
yang digunakan (Safrizal,2017).
Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair
dengan pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling
bercampur sehingga terjadi distribusi sampel di antara kedua
pelarut tersebut. Pendistribusian sampel dalam kedua pelarut
tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD/koefisien
distribusi
B. Rmusan masalah
1. Bagaimana klasifikasi dari ektrak dan ektraksi
2. Apa jenis - jenis dari ektrak dan ektraksi
3. Apa yang mempengaruhi faktor kimia pada ektrak
4. Bagaimana cara menghaislkan ekstrak yang baik
C. Tujuan
1. Dapat memahami perbedaan ektrak dan ektraksi
2. Dapat mengetahui cara pembuatan ektrak dengan baik
3. Dapat mengetahui jenis- jenis ektrak dan ektraksi
4. Dapat mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi
ektraksi
BAB II
PENDAHULUAN

A. Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dari pemisahan senyawa aktif
dari jaringan senyawa obat dengan menggunakan pelarut terpilih melalui
prosedur standar. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang
diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani
menurut cara yang sesuai. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau sebagian dari pelarut
diuapkan lalu massa atau serbuk yang tersisa di taruh pada suatu wadah atau
tempat yang sudah disiapkan hingga memenuhi bobot sesuai dengan yang
telah ditentukan.
Secara garis besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga
langkah dasar yaitu :
1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan sampel,
biasanya melalui proses difusi.
2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut membentuk
fase ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa antimikroba dan
antioksidan yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak dengan
pelarut. Pada proses ekstraksi dengan pelarut, jumlah dan jenis senyawa yang
7 masuk kedalam cairan pelarut sangat ditentukan oleh jenis pelarut yang
digunakan dan meliputi dua fase yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi.
Pada fase pembilasan, pelarut membilas komponen-komponen isi sel yang
telah pecah pada proses penghancuran sebelumnya. Pada fase ekstraksi, mula-
mula terjadi pembengkakan dinding sel dan pelonggaran kerangka selulosa
dinding sel sehingga pori-pori dinding sel menjadi melebar yang
menyebabkan pelarut dapat dengan mudah masuk kedalam sel. Bahan isi sel
kemudian terlarut ke dalam pelarut sesuai dengan tingkat kelarutannya lalu
berdifusi keluar akibat adanya gaya yang ditimbulkan karena perbedaan
konsentrasi bahan terlarut yang terdapat di dalam dan di luar sel (Voigt, 2014)
Ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara berdasarkan wujud
bahannya yaitu:
1. Ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut
dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.
2. Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling
bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zat
Ekstraksi padat cair secara umum terdiri dari maserasi, refluktasi,
sokhletasi, dan perkolasi
Metoda yang digunakan tergantung dengan jenis senyawa yang kita
gunakan. Jika senyawa yang kita ingin sari rentan terhadap pemanasan maka
metoda maserasi dan perkolasi yang kita pilih, jika tahan terhadap pemanasan
maka metoda refluktasi dan sokletasi yang digunakan (Safrizal,2017). Pada
ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan
pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur
sehingga terjadi distribusi sampel di antara kedua pelarut tersebut.
Pendistribusian sampel dalam kedua pelarut tersebut dapat ditentukan dengan
perhitungan KD/koefisien distribusi
B. Jenis-Jenis Ekstrak Berdasarkan konsistensinya, ekstrak dapat
dibedakan menjadi:
a. Ekstrak Cair (Extractum Liquidum) Ekstraksi cair (extractum liquidum)
merupakan ekstrak yang diperoleh dari hasil ekstraksi dalam bentuk cair
dan dengan atau tanpa proses penguapan.
b. Ekstrak Kental (Extractum spissum) Ekstraksi kental (extractum spissum)
merupakan hasil dari proses ekstraksi yang berbentuk cair kemudian
mengalami proses penguapan.
c. Ekstrak Kering (Extractum Siccum) Ekstraksi kering (extractum siccum)
merupakan hasil dari ekstrak kental yang digunakan dalam proses
formulasi dengan tambahan bahan tertentu.
C. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mutu dari suatu
ekstrak, antara lain:
1. Bahan Baku (Simplisia)
a. Jenis dan Varietas Tanaman
b. Umur Tanaman
c. Bagian Tanaman yang Digunakan
d. Kondisi Lingkungan Tumbuh Tanaman
e. Waktu Pemanenan
2. Proses Ekstraksi
a. Metode Ekstraksi
b. Pelarut Ekstraksi
c. Rasio Bahan Baku dan Pelarut
d. Suhu Ekstraksi
e. Waktu Ekstraksi
f. Penggunaan Teknologi Ekstraksi (Maserasi, Perkolasi, Sokletasi, dll.)
3. Proses Pemurnian dan Pemekatan
a. Metode Pemurnian (Kristalisasi, Distilasi, Kromatografi, dll.)
b. Suhu dan Tekanan Selama Pemurnian
c. Penggunaan Bahan Tambahan (Adsorben, Penyaring, dll.)
4. Penanganan Pasca Ekstraksi
a. Pengeringan Ekstrak
b. Pengemasan Ekstrak
c. Kondisi Penyimpanan Ekstrak
5. Analisis dan Kontrol Kualitas
a. Penetapan Kadar Senyawa Aktif
b. Uji Aktivitas Biologis
c. Uji Kemurnian dan Identifikasi Senyawa
d. Uji Stabilitas Ekstrak
Faktor-faktor di atas sangat menentukan mutu akhir dari suatu
ekstrak, baik dari segi kandungan senyawa aktif, aktivitas biologis,
kemurnian, maupun stabilitas. Oleh karena itu, pengendalian dan
optimalisasi pada setiap tahap proses sangat penting untuk menghasilkan
ekstrak dengan mutu yang tinggi dan konsisten.
D. Faktor-faktor kimia yang mempengaruhi mutu dari suatu ekstrak
meliputi:
1. Kandungan Senyawa Aktif
Konsentrasi senyawa aktif dalam ekstrak sangat mempengaruhi
efektivitas dan kegunaan ekstrak tersebut. Kandungan senyawa aktif yang
tinggi akan meningkatkan aktivitas biologis ekstrak.
2. Kandungan Senyawa Kontaminan
Kontaminan seperti logam berat, pestisida, atau mikroba dapat
memengaruhi keamanan dan kualitas ekstrak. Kandungan kontaminan
yang tinggi dapat mengurangi mutu ekstrak.
3. Profil Senyawa
Komposisi senyawa dalam ekstrak juga mempengaruhi sifat fisik,
kimia, dan biologis dari ekstrak tersebut. Profil senyawa yang kompleks
dan beragam dapat meningkatkan potensi terapeutik ekstrak.
4. Aktivitas Biologis
Aktivitas biologis dari ekstrak, seperti antioksidan, antiinflamasi, atau
antimikroba, juga merupakan faktor penting dalam menentukan mutu
ekstrak. Aktivitas biologis yang tinggi menandakan kualitas ekstrak yang
baik.
5. Stabilitas Kimia
Stabilitas kimia ekstrak dalam berbagai kondisi penyimpanan (suhu,
cahaya, kelembaban) juga mempengaruhi mutu ekstrak. Ekstrak yang
stabil akan memiliki umur simpan yang lebih lama dan konsistensi kualitas
yang baik.
6. Kelarutan
Kelarutan ekstrak dalam berbagai pelarut juga merupakan faktor
penting. Kelarutan yang baik akan memudahkan penggunaan ekstrak
dalam berbagai formulasi.
7. Reaksi Kimia
Kemungkinan terjadinya reaksi kimia antara senyawa-senyawa dalam
ekstrak juga perlu diperhatikan. Reaksi kimia yang tidak diinginkan dapat
mengurangi mutu ekstrak.
Memahami faktor-faktor kimia yang mempengaruhi mutu ekstrak
sangat penting dalam pengembangan dan produksi ekstrak yang
berkualitas tinggi dan konsisten. Dengan memperhatikan faktor-faktor ini,
produsen dapat mengoptimalkan proses produksi untuk menghasilkan
ekstrak dengan mutu yang optimal.
E. Dalam pengujian mutu ekstrak, terdapat beberapa parameter penting
yang harus dievaluasi, antara lain:
1. Organoleptik
a. Bentuk (cair, kental, padat)
b. Warna
c. Bau
d. Rasa
2. Karakteristik Fisik
a. Bobot Jenis
b. Viskositas
c. Titik Lebur
d. Kelaruta
e. pH
3. Karakteristik Kimia
a. Kadar Senyawa Aktif
b. Profil Senyawa (Kromatografi)
c. Kadar Air
d. Kadar Abu
e. Kadar Logam Berat
f. Kadar Pestisida
g. Kadar Mikroba
4. Aktivitas Biologis
a. Uji Antioksidan
b. Uji Antimikroba
c. Uji Antiinflamasi
d. Uji Sitotoksisitas
e. Uji Toksisitas
5. Stabilitas
a. Stabilitas Fisik (Perubahan Organoleptik)
b. Stabilitas Kimia (Perubahan Kadar Senyawa Aktif)
c. Stabilitas Mikrobiologis (Pertumbuhan Mikrob (Pertumbuhan
Mikroba)
6. Kemurnian
a. Identifikasi Senyawa Aktif
b. Uji Cemaran (Logam Berat, Pestisida, Mikroba)
Pengujian parameter-parameter di atas sangat penting untuk
memastikan mutu, keamanan, dan konsistensi dari suatu ekstrak. Hasil
pengujian ini akan menentukan apakah ekstrak tersebut memenuhi
spesifikasi dan standar yang ditetapkan, sehingga dapat digunakan dengan
aman dan efektif. Selain itu, data hasil pengujian juga dapat digunakan
untuk pengembangan formulasi, optimasi proses produksi, serta
pemenuhan regulasi dan sertifikasi terkait ekstrak.
F. Dalam proses ekstraksi, terdapat beberapa faktor penting yang perlu
diperhatikan untuk menghasilkan ekstrak dengan kualitas yang baik,
antara lain:
1. Bahan Baku (Simplisia)
a. Jenis dan Varietas Tanaman
b. Umur Tanaman
c. Bagian Tanaman yang Digunakan
d. Kondisi Lingkungan Tumbuh Tanaman
e. Waktu Pemanenan
2. Proses Pra-Ekstraksi
a. Pengeringan Simplisia
b. Pengecilan Ukuran Simplisia
c. Perlakuan Awal (Maserasi, Pemanasan, dll.)
3. Pemilihan Metode Ekstraksi
a. Maserasi
b. Perkolasi
c. Sokletasi
d. Ekstraksi Ultrasonik
e. Ekstraksi Superkritik
f. Ekstraksi Microwave
4. Pemilihan Pelarut Ekstraksi
a. Polaritas Pelarut
b. Selektivitas Pelarut
c. Toksisitas Pelarut
d. Titik Didih Pelarut
5. Rasio Bahan Baku dan Pelarut
a. Pengaruh terhadap rendemen ekstrak
b. Pengaruh terhadap kandungan senyawa aktif
6. Suhu Ekstraksi
a. Pengaruh terhadap laju perpindahan massa
b. Pengaruh terhadap stabilitas senyawa aktif
7. Waktu Ekstraksi
a. Pengaruh terhadap rendemen ekstrak
b. Pengaruh terhadap kandungan senyawa aktif
8. Proses Pemurnian dan Pemekatan
a. Metode Pemurnian (Kristalisasi, Distilasi, Kromatografi)
b. Suhu dan Tekanan Selama Pemurnian
c. Penggunaan Bahan Tambahan (Adsorben, Penyaring)
Memperhatikan faktor-faktor di atas secara seksama akan
membantu dalam mengoptimalkan proses ekstraksi dan menghasilkan
ekstrak dengan mutu yang tinggi, baik dari segi kandungan senyawa aktif,
aktivitas biologis, maupun kemurnian.
G. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa
kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari
tertentu. Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatanatau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses
pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen
menggunakan pelarut 3 cair(solven) sebagai separating agen. Pemisahan
terjadi atas dasar kemampuan larutyang berbeda dari komponen-komponen
dalam campuran.Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air
merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan
(biasanya dalam air) denganmenggunakan pelarut lain (biasanya organik).
H. Jenis-Jenis Ekstraksi
Jenis ekstraksi berdasarkan campuran:
a. Ekstraksi padat-cair (solid-liquid extraction) Substansi yang di
ekstraksi terdapat di dalam campurannya yang berbentuk padat
b. Ekstraksi cair-cair (liquid-liquid extraction) Substansi yang di
ekstraksi terdapat campuran berbentuk cair Jenis Ekstraksi
berdasarkan proses pelaksanaannya
c. Ekstraksi berkesinambungan (continuous extraction) Ekstraksi dengan
menggunakan pelarut yang sama berulang-ulang sampai proses
ekstraksi selesai.
d. Ekstraksi bertahap (bath extraction) Ekstraksi yang dilakukan dengan
selalu menggantikan pelarut pada setiap tahap sampai proses
pembuatan ekstraksi selesai.
I. Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Ekstraksi
Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain:
a. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal.
Semakin kecil ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan
cair; sehingga laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata
lain, jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan
adalah kecil.
b. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan
pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar
dapat dapat bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan
diapaki pada awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi
zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun, pertama karena gradien
konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental.
c. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang
diekstraksi) di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan
temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
d. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan
proses difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan
partikel ke zat pelarut.
Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi
padat-cair misalnya, dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan
ekstraksi atau pengolahan lanjut dari rafinat (dengan tujuan mendapatkan
kembali sisa-sisa pelarut). Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut ini :
1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponenkomponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,
terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain
(misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak
yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang
diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya di ekstraksi lagi dengan
menggunakan pelarut kedua.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak
yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara
terbatas) larut dalam bahan ekstraksi.
Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin
terdapat perbedaaan kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan
ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah
dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya
berat). Bila beda kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan
dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor
sentrifugal).
4. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan
secara kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya
dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya
pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi.
Seringkali ekstraksi juga disertai dengan 6 reaksi kimia. Dalam hal ini
bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk
larutan.
5. Titik didih Ekstrak dan pelarut
Biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau
rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu dekat,
dan keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi,
akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut
tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang
rendah).
6. Kriteria yang lain Pelarut sedapat mungkin harus:
 Murah
 Tersedia dalam jumlah besar
 Tidak beracun
 Tidak dapat terbakar
 Tidak eksplosif bila bercampur dengan udara
 Tidak korosif
 Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi
 Memilliki viskositas yang rendah
 Stabil secara kimia dan termis. Karena hampir tidak ada pelarut
yang memenuhi syarat di atas, maka untuk setiap proses ekstraksi
harus dicari pelarut yang paling sesuai. Beberapa pelarut yang
terpenting adalah : air, asam-asam organik dan anorganik,
hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton,
hidrokarbon yang mengandung khlor, isopropanol, etanol .
7. Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin
terdapat perbedaaan kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan
ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah
dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya
berat). Bila beda kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus
dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam
ekstraktor sentrifugal).
8. Reaktifitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan
perubahan secara kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi.
Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia
(misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang
tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan 6 reaksi kimia. Dalam
hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada
J. Metode ekstraksi
1. Maserasi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak
digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun sklala industri.
Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut
yang sesuai ke dalam wadah inert yang ttertutup rapat pada suhu kamar.
Proses ektraksi dihentikan ketika tercapai keseimbangan antara konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ektarksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah
memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan dan
besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa
senyawa mungkin saja sulit diektraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain
metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa – senyawa yang
bersifat termobil.
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan
sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah
kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan
pelarut penyari tertentu selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu
disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara
untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan
menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang
bersifat “bisa campur air” (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada
juga pelarut yang bersifat “tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat,
disebut pelarut non polar atau pelarut organik).
Kelebihan dan Kekurangan Metode Maserasi
a. Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana
perendam
2. Biaya operasionalnya relatif renda
3. Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan
b. Kelemahan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya
mampu terekstraksi sebesar 50% saja
2. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun
secara unggul dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai
proses nya sempurna dan umumnya di lakukan pada suhu ruangan.
Prosedur metode ini yaitu bahan di rendam dengan pelarut kemudia
pelarut baru dialirkan secara terus- menerus sampai warna pelarut tidak
lagi berwarna atau tetap bening yang artinya sudah tidak ada lagi senyawa
yang terlarut.
Kelebihan dari metode ini yaitu tidak diperlukan proses tambahan
untuk memisahkan padatan dengan ekstrak sedangkan kelemahan metode
ini adalah jumlah pelarut yang dibutuhkan cukup banyak dan proses juga
memerlukan waktu yang cukup lama, serta tidak meratanya kontak antar
padatan dengan pelarut. ( Sarker, S. D., et al, 2013)
3. Dekoksi
Pada proses dekoksi, bagian tanaman yang berupa batang, kulit kayu,
cabang, ranting, rimpang atau akar direbus dalam air mendidih dengan
volume dan selama waktu tertentu kemudian didinginkan dan ditekan atau
disaring untuk memisahkan cairan ekstrak dari ampasnya. Proses ini sesuai
untuk mengekstrak bahan bioaktif yang dapat larut dalam air dan tahan
terhadap panas. Ekstrak Ayurveda yang disebut quath atau kawath
diperoleh melalui proses dekoksi. Rasio antara massa bagian tanaman
dengan volume air biasanypea 1:4 atau 1:16. Selama proses perebusan
terjadi penguapan air perebus secara terus-menerus, sehingga volume
cairan ekstrak yang diperoleh biasanya hanya seperempat dari volume
semula. Ekstrak yang pekat ini selanjutnya disaring dan segera digunakan
atau diproses lebih lanjut.
4. Ekstraksi dengan alkohol teknis secara fermentasi
Beberapa bahan obat Aryuveda, seperti asava dan arista dibuat
dengan teknik fermentasi dalam mengekstrak bahan aktifnya. Ekstraksi
dilakukan dengan merendam bagian tanaman baik dalam bentuk serbuk
atau dekoksi selama waktu tertentu sehingga terjadi fermentasi dan
pembentukan alkohol secara insitu. Pada saat bersamaan, juga terjadi
ekstraksi bahan aktif dari bagian tanaman tersebut. Alkohol yang terbentuk
juga berfungsi sebagai pengawet. Jika fermentasi dilakukan dalam bejana
dari tanah liat, maka bejana tersebut sebaiknya bukan yang baru atau
bejana tersebut harus pernah digunakan terlebih dahulu untuk merebus air.
Dalam skala besar, tong kayu, ceret porselin atau tangki dari logam
digunakan sebagai pengganti bejana dari tanah liat. Dalam Aryuveda,
teknik ekstraksi ini belum dibakukan. Namun dengan perkembangan
teknologi fermentasi yang semakin mutakhir, teknik ekstraksi ini dapat
dibakukan dalam produksi bahan aktif dari tanaman obat.
5. Ekstraksi kontinyu secara lawan arah
Dalam ekstraksi secara lawan arah, maka bagian tanaman yang
akan diekstrak dan masih segar dihancurkan dengan mesin pencabik
bergigi untuk membentuk luluhan (slurry). Bahan dalam bentuk slurry ini
kemudian digerakkan ke satu arah dalam suatu ekstraktor berbentuk
silinder sehingga berkontak dengan pelarut. Semakin jauh bahan ini
bergerak, maka semakin pekat ekstrak yang diperoleh. Ekstrak dengan
kepekatan tertentu akan keluar dari salah satu ujung ekstraktor, sedangkan
ampas akan keluar pada ujung yang lainnya. Ekstraksi total dapat terjadi
jika jumlah bahan, pelarut dan laju alir pelarutnya dioptimalkan. Proses ini
sangat efisien, hanya memerlukan waktu yang singkat dan tidak beresiko
terhadap suhu tinggi. Beberapa keuntungan dari ekstraksi ini adalah setiap
unit massa bagian tanaman dapat diekstrak dengan pelarut yang lebih
sedikit jika dibandingkan dengan teknik ekstraksi maserasi, dekoksi dan
perkolasi; teknik ini pada umumnya dilakukan pada suhu kamar sehingga
meminimalkan bahan aktif yang rentan terhadap panas terpapar secara
langsung dengan panas; penggilingan bahan tanaman dilakukan dalam
keadaan basah, sehingga panas yang timbul selama
penumbukan/pemecahan diambil oleh air yang terkandung di dalamnya.
Hal ini juga meminimalkan bahan aktif yang rentan terhadap panas
terpapar oleh panas secara langsung; teknik ekstraksi ini dipandang lebih
efisien jika dibandingkan dengan ekstraksi dengan perlakuan panas secara
kontinyu.
Teknik Ekstraksi Non Konvensional
1. Ekstraksi berbantu gelombang ultrasonik (ultrasound assisted
extraction/USE)
Teknik ekstraksi ini dilakukan dengan bantuan gelombang
ultrasonik dengan frekuensi 20-2000 kHz untuk meningkatkan
permeabilitas sel tanaman dan membangkitkan kavitasi. Seperti
gelombang pada umumnya, gelombang ultrasonik bergerak melalui suatu
media dengan mekanisme kompresi dan ekspansi. Langkah ekspansi
menarik molekul-molekul pelarut untuk bergerak menjauh. Langkah
ekspansi menghasilkan gelembung-gelembung dalam cairan pelarut
sehingga menyebabkan penurunan tekanan. Proses ini menghasilkan
sebuah fenomena yang disebut dengan kavitasi, yang berarti pembentukan,
pertumbuhan, dan pemecahan gelembung. Pada tempat-tempat yang dekat
dengan batas partikel padatan, celah antar gelembung pecah secara
asimetrik dan menghasikan gerakan cairan pelarut seperti jet yang sangat
cepat. Lucutan jet pelarut inilah yang sangat berperan dalam penetrasi
pelarut pada permukaan partikel bagian tanaman yang diekstraksi. Energi
yang dihasilkan dari pengubahan energi kinetik yang dimiliki oleh gerakan
gelembung menjadi energi kalor/panas sangatlah besar. Atas dasar prinsip
inilah, ekstraksi berbantu gelombang ultrasonik dikembangkan. Tetapi,
hanya cairan dan cairan yang mengandung padatan saja yang dapat
mengalami efek kavitasi. Peralatan ekstraksi dengan gelombang ultrasonik
terdiri dari sebuah bejana ekstraksi yang dilengkapi dengan pembangkit
gelombang ultrasonik dan waterbath yang mempunyai pengatur suhu.
Dengan adanya energi ultrasonik, maka ekstraksi berbantu gelombang
ultrasonik mempunyai kelebihan dalam mengeluarkan senyawa organik
dan anorganik dari matriks bagian tanaman. Mekanismenya diperkirakan
melalui terjadinya intensifikasi perpindahan massa dan percepatan pelarut
dalam mengakses senyawa bahan aktif yang terkandung dalam sel-sel
bagian tanaman. Mekanisme ekstraksi dengan model ini melibatkan dua
fenomena fisik, yaitu difusi melalui dinding sel bagian tanaman dan
pengeluaran isi sel oleh pelarut setelah dinding sel pecah. Kelebihan
ekstraksi dengan model ini adalah waktu ekstraksi singkat, rendahnya
energi yang digunakan dan sedikitnya pelarut yang diperlukan. Energi
ultrasonik berperan besar dalam menciptakan pencampuran yang efektif,
perpindahan energi yang cepat, menurunkan gradien termal dan suhu
ekstraksi, sangat selektif dalam mengekstraksi bahan aktif, ukuran
peralatan yang kompak/kecil, respon yang lebih cepat pada sistem kendali,
start-up yang cepat, kapasitas ekstraksi yang bisa diperbesar dan dapat
dihilangkannya beberapa tahapan yang tidak perlu. Salah satu kelemahan
ekstraksi ini selain biayanya yang besar juga menurunnya bahan aktif
sebagai akibat dari terbentuknya radikal bebas dan perubahan molekul
bahan obat yang diekstrak karena paparan energi ultrasonik dengan
frekuensi lebih dari 20 kHz.
2. Ekstraksi berbantu medan listrik berdenyut (pulsed-electric field
extraction/PEF)
Pada satu dasawarsa terakhir, teknik ekstraksi ini telah banyak
digunakan dalam proses pengepresan, pengeringan, dan ekstraksi.
Prinsipnya adalah bahwa denyutan medan listrik akan merak struktur
membran sel untuk mempermudah keluarnya bahan aktif dan matriks
bagian tanaman. Ketika sel hidup berada dalam lingkungan medan listrik,
maka sebuah muatan listrik akan bergerak melintasi membran sel.
Beradasarkan karakteristik dipol pada molekul membran, maka potensial
listrik akan memisahkan molekul senyawa bahan aktif atas dasar muatan
mereka dalam membran sel. Setelah muatan listrik dalam membran
melampaui nilai muatan listrik kritis sekitar 1 volt, terjadi tolak-menolak
antara molekul yang membawa muatan sehingga membentuk pori-pori
pada bagian membran yang lemah dan menyebabkan kenaikan
permeabilitas yang sangat drastis. Efektivitas teknik ekstraksi ini sangat
tergantung pada kekuatan medan listrik, energi listrik yang digunakan,
jumlah denyutan, suhu dan karakteristik bagian tanaman yang diekstraksi.
Teknik ini mampu untuk mengurangi terjadinya degradasi pada senyawa
yang tidak tahan panas, meningkatkan rendemen ekstraksi dan mengurangi
waktu ekstraksi.
3. Ekstraksi berbantu enzim (enzyme assisted extraction/EAE)
Senyawa-senyawa yang tidak dapat terjangkau dengan pelarut
selama ekstraksi dengan teknik konvensional, dapat dilakukan hidrolisis
dengan bantuan enzim sebagai perlakuan awal untuk membantu
melepaskan senyawa bahan aktif yang terikat oleh ikatan hidrogen dan
ikatan hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan rendemen ekstraksi.
Penambahan enzim tertentu, seperti selulase, β-glukosidase, β-glukonase,
α-amilase dan pektinase selama proses ekstraksi dapat meningkatkan
rendemen ekstraksi. Beberapa enzim dapat menghidrolisis dan
mendegradasi dinding sel sehingga membantu mempercepat keluarnya
senyawa bahan aktif dari dalam sel. Selulosa, hemiselulosa dan pektin
dapat dihidrolisis menggunakan enzim selulose, β-glukosidase dan
pektinase. Hal ini disebabkan oleh aktivitas enzim-enzim tersebut yang
mampu merusak dinding sel dan menghidrolisis bantalan polisakarida dan
lemak. Teknik ekstraksi ini pada umumnya digunakan untuk
mengekstraksi minyak yang terdapat di dalam berbagai jenis biji-bijian.
Faktor-faktor yang memepengaruhi keberhasilan ekstraksi dengan teknik
ini adalah komposisi dan konsentrasi enzim, ukuran partikel bagian
tanaman yang akan diekstraksi, rasio padatan dengan air, waktu hidrolisis,
dan kadar air dalam partikel. Teknik ini merupakan teknik yang ramah
lingkungan karena untuk mengekstraksi senyawa bahan aktif dan minyak
menggunakan air sebagai pelarut bukan pelarut organik. Selain itu, teknik
ini menggunakan pelarut yang tidak mudah terbakar dan tidak beracun.
4. Ekstraksi berbantu gelombang mikro (microwave assisted
extraction/MAE)
Ekstraksi ini merupakan teknik ekstraksi untuk mengekstraksi
bahan aktif dari berbagai jenis bahan baku menggunakan pelarut cair yang
sesuai dengan bantuan gelombang mikro. Gelombang mikro merupakan
medan elektromagnet dengan rentang frekuensi 300 MHz hingga 300
GHz. Gelombang mikro terdiri dari dua medan yang berosilasi saling
tegak lurus, yaitu medan listrik dan medan magnet.
Prinsip pemanasan menggunakan gelombang mikro adalah
didasarkan pada tumbukan secara langsung pada bahan-bahan polar.
Beberapa keuntungan mengekstraksi dengan teknik ini adalah laju
pemanasan yang lebih cepat, gradien suhu yang rendah, ukuran peralatan
lebih kecil dan rendemen ekstraksi yang tinggi. Teknik ekstraksi ini lebih
selektif dalam mengekstraksi bahan organik dan organometalik yang
berikatan sangat kuat dengan matriks induknya. Teknik ekstraksi ini juga
ramah lingkungan karena menggunakan pelarut dalam jumlah sedikit.
Optimasi ekstraksi dengan metode ini didasarkan pada jenis pelarut,
konsentrasi pelarut, ukuran partikel matriks bagian tanaman, waktu dan
daya pembangkit gelombang mikro untuk meningkatkan kemampuan
ekstrak bahan aktif dalam menyumbangkan elektron.
5. Ekstraksi dengan cairan pelarut bertekanan (pressurized liquid
extraction/PLE)
Pada prinsipnya, teknik ekstraksi ini menggunakan tekanan tinggi
untuk menjaga agar pelarut tetap berupa cairan meskipun berada pada
suhu yang lebih tinggi daripada titik didihnya. Teknik ekstraksi ini
membutuhkan sedikit pelarut karena pengoperasiannya pada suhu dan
tekanan yang tinggi sehingga mempercepat proses ekstraksi. Suhu yang
tinggi meningkatkan kelarutan bahan aktif dalam pelarut, laju perpindahan
massa, menurunkan viskositas dan tegangan permukaan pelarut. Hal inilah
yang menyebabkan tingginya laju ekstraksi pada teknik ekstraksi dengan
cairan pelarut bertekanan. Penggunaan pelarut yang hanya sedikit
menjadikan teknik ekstraksi ini digolongkan sebagai teknik ekstraksi yang
ramah lingkungan.
6. Ekstraksi dengan fluida superkritik
Pada dasarnya, setiap bahan dapat berada dalam wujud padat, cair
dan gas. Keadaan superkritik merupakan suatu kedaan yang khas dan
hanya dapat dicapai oleh suatu bahan pada suhu dan tekanan di atas titik
kritiknya. Titik kritik didefinisikan sebagai suatu suhu dan tekanan yang
pada keadaan tersebut suatu bahan tidak dapat dibedakan antara fase cair
dan gas. Pada keadaan superkritik, sifat fisik yang dimiliki oleh suatu
bahan dalam fase gas dan fase cair tidak ada lagi, sehingga bahan tersebut
juga tidak dapat dicarikan dengan mengubah nilai suhu dan tekanannya.
Fluida superkritik mempunyai nilai tetapan difusi, viskositas dan tegangan
permukaan seperti gas, tetapi densitas dan daya ekstraksi senyawa dari
sumbernya dalam waktu yang singkat dan rendemennya yang tinggi.
Ekstraksi dengan metode ini dapat mengurangi penggunaan pelarut
organik dan menaikkan kapasitas produksi. Keuntungan dengan
menggunakan metode ini adalah fluida superkritik mempunyai tetapan
difusi yang lebih tinggi, tetapi viskositas dan tegangan permukaannya
lebih rendah daripada pelarut organik yang berwujud cair. Hal ini
mempermudah penetrasinya ke dalam tanaman dan meningkatkan laju
perpindahan massa. Oleh karena itu, waktu ekstraksi dengan fluida
superkritik lebih pendek jika dibandingkan dengan ekstraksi konvensional;
kontak antara fluida superkritik dengan bagian tanaman yang diekstraksi
secara terus-menerus dapat menyebabkan ekstraksi berlangsung sempurna;
karena daya larutnya dapat diatur dengan mengubah nilai suhu dan
tekanan sistemnya, maka selektivitas fluida superkritik lebih tinggi
daripada pelarut organik cair biasa; pemisahan solut bahan aktif dari
pelarut dapat dilakukan dengan menurunkan tekanan fluida superkritik,
sehingga proses ini mudah dan hemat waktu ekstraksi; ekstraksi dapat
dilakukan pada suhu rendah, sehingga mengurangi resiko kerusakan
senyawa bahan aktif oleh panas dan pelarut organik; ekstraksi dengan
fluida superkritik dapat dilakukan baik untuk matriks bagian tanaman
dalam jumlah besar maupun kecil; penggabungan teknologi ekstraksi
dengan fluida superkritik dengan sistem kromatografi dapat dilakukan
secara online, sehingga sistem ini sangat sesuai untuk senyawa bahan aktif
yang sangat mudah menguap; ekstraksi ini hanya menggunakan sedikit
pelarut organik; dapat direcycle dan digunakan kembali sehingga
mengurangi pembentukan limbah; ekstraksi ini dapat dirangkai untuk
keperluan tertentu, muali dari skala miligram untuk proses laboratorium
hingga berskala ton dalam industri. Parameter yang harus dikendalikan
dalam teknik ini adalah suhu, tekanan, ukuran partikel matriks bagian
tanaman, kadar air tanaman yang akan diekstraksi, waktu, laju alir
volumetrik karbondioksida dan rasio massa pelarut terhadap bagian
tanaman yang diekstraksi. Selain itu, teknik pengumpulan analit,
penggunaan pelarut, laju alir pelarut, pengendalian laju pelarut dan
tekanan serta pembatas kolom ekstraksi juga turun berperan dalam
meningkatkan efisiensi ekstraksi. Recovery bahan aktif biasanya
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu dan tekanan ekstraksi.
7. Proses fitonik
Proses fitonik merupakan proses ekstraksi yang baru dan
menggunakan pelarut hidrofluorokarbon. Teknik ekstraksi ini menawarkan
beberapa keuntungan dari segi kelestarian lingkungan, kesehatan dan
keamanan jika dibandingkan dengan teknik ekstraksi konvensional untuk
menghasilkan minyak atsiri, perisa dan ekstrak tanaman. Bahan aktif yang
diekstrak dari bagian tanaman dengan teknik ini, umumnya adalah bahan
pengharum dalam minyak atsiri, bahan aktif antara, ekstrak antibiotik,
oleoresin, pewarna alami, perisa dan ekstrak fitofarmaka yang bisa
langsung digunakan tanpa perlakuan lanjutan baik secara fisik maupun
kimia. Selain untuk mengekstraksi, teknik ini juga digunakan untuk
memurnikan ekstrak kasar dari proses ekstraksi yang lain dari lilin,
pengotor dan biosida. Proses ekstraksi dengan metode ini sangat
menguntungkan karena pelarut dapat diatur sesuai dengan keperluannya.
Pelarut lain yang sudah dimodifikasi kepolarannya juga dapat digunakan
untuk mengekstrak berbagai jenis bahan aktif dengan selektifitas yang
tinggi. Pada umumnya, bahan aktif yang diekstrak dengan teknik ini hanya
mengandung residu pelarut yang sangat rendah (kurang dari 20 ppb)
sehingga sering tidak terdeteksi. Pelarut yang digunakan dalam teknik ini
tidak bersifat asam atau basa, sehingga hampir tidak ada potensi terjadi
reaksi kimia antara pelarut dengan bahan aktif yang diekstrak. Alat
ekstraksi fitonik ditutup dengan sangat rapat sehingga dapat didaur ulang
dan dipungut kembali seluruhnya pada akhir proses ekstraksi tanpa terjadi
kebocoran yang dapat menyebabkan lepasnya pelarut ke lingkungan. Jika
terjadi kebocoran sekalipun, pelarut tidak mengandung klorin sehingga
tidak membahayakan lapisan ozon. Satu-satunya peralatan yang
disediakan adalah energi listrik. Sisa bagian tanaman yang tidak terekstrak
biasanya kering dan ramah lingkungan. Keunggulan teknik ini adalah
produk bahan aktif yang dihasilkan tidak rusak karena tidak terpapar
dengan suhu tinggi; tidak memerlukan penghampaan sehingga tidak terjadi
kehilangan bahan volatil yang berharga; proses berlangsung pada pH
netral dan tanpa oksigen sehingga produk bahan aktif tidak mengalami
kerusakan akibat reaksi hidrolisis atau oksidasi; mempunyai selektifitas
yang tinggi, kondisi operasi mudah diatur sehingga produk bahan aktif
yang diinginkan juga bisa diperkirakan dengan baik; ramah lingkungan
karena pelarut yang digunakan tidak mudah terbakar, tidak beracun, tidak
menyebabkan emisi gasgas berbahaya ke atmosfer dan bahan sisa tanaman
bersifat tidak berbahaya dan tidak menimbulkan masalah pada lingkungan;
murah karena tidak memerlukan banyak energi listrik dan keseluruhan
pelarut yang digunakan dapat didaur ulang dan dipungut kembali. Teknik
ini biasanya diterapkan pada bidang bioteknologi (produksi antibiotik),
industri obat herbal, makanan, minyak atsiri dan perisa serta pada produksi
bahan aktif lain. Teknik ekstraksi ini juga digunakan pada pemurnian
ekstrak kasar bahan aktif dari proses ekstraksi lainnya serta dalam
penghilangan biosida dan pestsida dari biomassa.
Ekstraksi Cara Panas
Pada metode ini melibatkan pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung. Adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses
ekstraksi dibandingkan dengan cara dingin. Beberapa jenis metode
ekstraksi cara panas, yaitu:
1. Ekstraksi refluks
Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan
pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut
tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Pada umumnya
dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada rafinat
pertama. Kelebihan metode refluks adalah padatan yang memiliki
tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung dapat diekstrak
dengan metode ini. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan
jumlah pelarut yang banyak ( Irawan, B., 2013).
2. Ekstraksi dengan alat soxhlet
Ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut
yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik
(kondensor). Pada metode ini, padatan disimpan dalam alat soxhlet dan
dipanaskan, sedangkan yang dipanaskan hanyalah pelarutnya. Pelarut
terdinginkan dalam kondensor, kemudian mengekstraksi padatan.
Kelebihan metode soxhlet adalah proses ekstraksi berlangsung secara
kontinu, memerlukan waktu ekstraksi yang lebih sebentar dan jumlah
pelarut yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan metode maserasi
atau perkolasi. Kelemahan dari metode ini adalah dapat menyebabkan
rusaknya solute atau komponen lainnya yang tidak tahan panas karena
pemanasan ekstrak yang dilakukan secara terus menerus (Sarker, S. D.,
et al., 20013; Prashant Tiwari, et al., 2015).
Ekstraksi Cair-Cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama
digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak
mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau karena
kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Ekstraksi cair-cair
selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif
bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
sesempurna mungkin.Pada ekstraksi cair-cair, zat terlarut dipisahkan dari
cairan pembawa (diluen) menggunakan pelarut cair. Campuran cairan
pembawa dan pelarut ini adalah heterogen, jika dipisahkan terdapat 2 fase
yaitu fase diluen (rafinat) dan fase pelarut (ekstrak). Perbedaan konsentrasi
zat terlarut di dalam suatu fasa dengan konsentrasi pada keadaan
setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) zat
terlarut dari larutan yang ada. Gaya dorong (driving force) yang
menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat ditentukan dengan
mengukur jarak sistem dari kondisi setimbang (Indra Wibawa,
2015).Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang
digunakan harus memenuhi kriteria yaitu kemampuan tinggi melarutkan
komponen zat terlarut di dalam campuran, kemampuan tinggi untuk
diambil kembali, perbedaan berat jenis antara ekstrak dan rafinat lebih
besar, pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah
campur, tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi, tidak
merusak alat secara korosi, tidak mudah terbakar, tidak beracun dan
harganya relatif murah (Martunus & Helwani, 2016).
K. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi
Berikut faktor – faktor yang mempengaruhi ekstraksi (Ubay, 2016).
1. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat
terlarut yang terekstrak dan kecepatan ekstraksi.
2. Suhu
Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat
terlarut ke dalam pelarut.
3. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah
senyawa yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat.
4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin
kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran
partikel semakin kecil.
5. Pengadukan
Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi
antarapelarut dengan zat terlarut.
6. Lama waktu
Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang lebih
banyak, karena kontak antara zat terlarut dengan pelarut lebih lama.
L. Pembagian Ekstrak Berdasarkan Kandungan Senyawa Aktif
1. Ekstrak Alkaloid:
Ekstrak yang mengandung senyawa alkaloid, yaitu senyawa organik
nitrogen heterosiklik yang memiliki aktivitas farmakologis. Contoh:
ekstrak akar Catharanthus roseus yang mengandung alkaloid vinblastin
dan vinkristin.
2. Ekstrak Flavonoid:
Ekstrak yang mengandung senyawa flavonoid, yaitu senyawa
polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, dan lain-lain.
Contoh: ekstrak daun teh yang mengandung flavonoid katekin.
3. Ekstrak Terpenoid:
Ekstrak yang mengandung senyawa terpenoid, yaitu senyawa
hidrokarbon yang berasal dari unit isoprena. Terpenoid memiliki berbagai
aktivitas biologis. Contoh: ekstrak daun Artemisia annua yang mengandung
terpenoid artemisinin.
4. Ekstrak Steroid:
Ekstrak yang mengandung senyawa steroid, yaitu senyawa lipid yang
memiliki struktur cincin siklopentanoperhidrofenantrena. Steroid memiliki
aktivitas hormonal dan lain-lain. Contoh: ekstrak akar Dioscorea yang
mengandung steroid diosgenin.
5. Ekstrak Fenolik:
Ekstrak yang mengandung senyawa fenolik, yaitu senyawa yang memiliki
gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada cincin aromatik. Senyawa fenolik
memiliki aktivitas antioksidan. Contoh: ekstrak biji anggur yang
mengandung senyawa fenolik resveratrol.
6. Ekstrak Glikosida:
Ekstrak yang mengandung senyawa glikosida, yaitu senyawa yang
terdiri dari aglikon (senyawa non-gula) dan glikon (senyawa gula).
Glikosida memiliki berbagai aktivitas biologis. Contoh: ekstrak daun
Digitalis yang mengandung glikosida kardioaktif.
Pembagian ekstrak berdasarkan kandungan senyawa aktifnya ini penting
untuk mengetahui potensi aktivitas biologis dan aplikasi dari masing-
masing jenis ekstrak. Dengan mengetahui kandungan senyawa aktif, kita
dapat memanfaatkan ekstrak secara optimal sesuai dengan kebutuhan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemilihan teknik ekstraksi bergantung pada bagian tanaman yang akan
disektraksi dan bahan aktif yang diinginkan. Oleh karena itu, sebelum
ekstraksi dilakukan perlu diperhatikan keseluruhan tujuan melakukan
ekstraksi. Tujuan dari suatu proses ekstraksi adalah untuk memperoleh suatu
bahan aktif yang tidak diketahui, memperoleh suatu bahan aktif yang sudah
diketahui, memperoleh sekelompok senyawa yang struktur sejenis,
memperoleh semua metabolit sekunder dari suatu bagian tanaman dengan
spesies tertentu, mengidentifikasi semua metabolit sekunder yang terdapat
dalam suatu mahluk hidup sebagai penanda kimia atau kajian metabolisme.
Adanya perkembangan jaman yang disertai dengan perkembangan
teknologi mengakibatkan terjadi perubahan pada teknik ekstraksi. Ekstraksi
yang semula membutuhkan waktu yang cukup lama dan alat yang banyak,
sekarang dapat lebih cepat dengan berbagai macam teknik modern yang
memudahkan proses ekstraksi.
BAB I
PENDAHULUAN

C. Latar Belakang
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari
suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi
juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen
dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair
(solven) sebagai separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen
dalam campuran.Komponen-komponen kimia yang terkandung
di dalam bahan organik seperti yang terdapat di dalam tumbuh-
tumbuhan sangat dibutuhkan oleh keperluan hidup manusia,
baik komponen senyawa tersebut digunakan untuk keperluan
industri maupun untuk bahan obat-obatan. Komponen tersebut
dapat diperoleh dengan metode ekstraksi dimana ekstraksi
merupakan proses pelarutan komponen kimia yang sering
digunakan dalam senyawa organik untuk melarutkan senyawa
tersebut dengan menggunakan suatu pelarut.
Ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara berdasarkan wujud
bahannya yaitu:
1. Ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat
larut dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.
2. Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair
yang saling bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan
salah satu zat Ekstraksi padat cair secara umum terdiri dari maserasi,
refluktasi, sokhletasi, dan perkolasi. Metoda yang digunakan tergantung
dengan jenis senyawa yang kita gunakan. Jika senyawa yang kita ingin sari
rentan terhadap pemanasan maka metoda maserasi dan perkolasi yang kita
pilih, jika tahan terhadap pemanasan maka metoda refluktasi dan sokletasi
yang digunakan (Safrizal,2017).
Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair
dengan pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling
bercampur sehingga terjadi distribusi sampel di antara kedua
pelarut tersebut. Pendistribusian sampel dalam kedua pelarut
tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD/koefisien
distribusi
D. Rmusan masalah
5. Bagaimana klasifikasi dari ektrak dan ektraksi
6. Apa jenis - jenis dari ektrak dan ektraksi
7. Apa yang mempengaruhi faktor kimia pada ektrak
8. Bagaimana cara menghaislkan ekstrak yang baik
C. Tujuan
1. Dapat memahami perbedaan ektrak dan ektraksi
2. Dapat mengetahui cara pembuatan ektrak dengan baik
3. Dapat mengetahui jenis- jenis ektrak dan ektraksi
4. Dapat mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi
ektraksi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang maha esa karena berkat
rahmatnya kami mampu menyelesaikan tugas yang telah diberikan serta diberi
kelancaran saat mengerjakan makalah ini. Tanpa pertolongannya tentunya kami
tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah kepada junjungan kita baginda Nabi Besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Apt. Almahera, S.Farm.,
M.Farm. selaku dosen mata kuliah Galenika Fakultas Kesehatan Universitas
Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat. Makalah ini berisi tentang Ektrak
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi para
pembaca, dan bisa bermanfaat. Terlepas dari itu makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami berharap saran dan kritikan untuk perbaikan
makalah ini.
Mataram, 01 April 2024

Penulis

Anda mungkin juga menyukai