Anda di halaman 1dari 13

OPERASI TEKNIK KIMIA III

“Ekstraksi Padat-Cair atau Leaching”

Disusun Oleh :

1. MUHAMMAD ILYAS (160140033)


2. SANDA MULIA UTARI (160140036)
3. MAYAR UARI (180140092)
4. IRA MAIRIJIA (180140094)
5. SANDI PRASETYA (180140095)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
BUKIT INDAH
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada proses penyeduhan kopi, air digunakan untuk mengeluarkan cita rasa
kopi (komponen transisi atau zat terlarut) dari bubuk kopi (bahan ekstraksi berfase
padat dan mengandung komponen transisi). Pada proses tesebut seharusnya hasil
yang terbentuk adalah berupa kopi cair yang dapat diminum (pelarut dan zat
terlarut) dan bubuk kopi dalam fase padat berkurang dalam penyaring kopi. Tetapi
hal tersebut tidak demikian pada kenyataannya, bubuk dengan fase padat masih
mengandung komponen transisi setelah proses ekstraksi atau dengan kata lain
komponen transisi hanya didapat dari permukaan bubuk kopi saja. Selain itu,
beberapa pelarut juga masih terikat dengan padatan tersebut.
Kebanyakan unsur-unsur biologis, organik dan anorganik terdapat dalam
bentuk campuran dari komponen-komponen yang berbeda dalam padatan. Untuk
memisahkan bagian yang diinginkan atau untuk menghilangkan komponen yang
tidak diinginkan dari fase padat, maka padatan dikontakkan dengan cairan.
(Metode yang digunakan untuk proses tersebut disebut dengan ekstraksi padat-
cair atau leaching. Leaching menurut contoh di atas adalah ekstraksi suatu
konstituen (cita rasa kopi) yang dapat larut pada suatu solid (bubuk kopi) dengan
mempergunakan pelarut air atau dengan kata lain merupakan suatu proses
pemisahan zat yang dapat larut dari campurannya dengan padatan lain yang tidak
dapat larut (inert) dengan menggunakan pelarut cair.
Pada prinsipnya ekstraksi padat-cair maupun ekstraksi cair-cair adalah
sama, akan tetapi pada proses leaching ekstrak didapat dari padatan dan cairan
(umpan), sementara pada ekstraksi cair-cair kedua komponen umpan berfase cair.
Proses ekstraksi layaknya contoh yang disampaikan sebelumnya tersebut
ditentukan oleh jumlah bubuk kopi yang akan dilarutkan, distribusi cita rasa kopi
dalam bubuk kopi serta sifat dan ukuran bubuk kopi.
Bila konstituen yang dilarutkan tersebar merata pada solid, maka yang ada
di permukaan akan larut ke dalam solvent terlebih dahulu (adsorpsi), selanjutnya,
semakin lama pelarut akan semakin sukar menuju sisa solid untuk mencapai

2
konstituen terdalam. Hal ini mengakibatkan kecepatan ekstraksi akan menurun,
karena lapisan larutan tersebut sukar ditembus. Tetapi bila konstituen yang akan
dilarutkan merupakan bagian besar dari solid, maka sisa solid yang berpori akan
pecah menjadi solid halus dan tidak akan mengalami perembesan pelarut ke
lapisan yang lebih dalam.
Pada dasarnya, proses ekstraksi padat-cair yang ditemukan pada proses
penyeduhan kopi bukanlah satu-satunya contoh proses leaching. Masih ada
banyak sekali aplikasi proses leaching dalam kehidupan sehari-hari seperti
ekstraksi minyak dari kacang tanah atau biji bunga matahari, penyeduhan teh dan
lainnya. Dalam dunia industri, ekstraksi padat-cair terdapat dalam industri logam
dengan tujuan untuk pemurnian logam serta untuk memisahkan logam dalam
bentuk gram yang dapat larut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
a. Apakah pengertian dari Ekstraksi dan Leaching?
b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi?
c. Bagaimana prinsip kerja leaching?
d. Apa saja peralatan dan pengaplikasian leaching?

1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mengetahui pengertian
Ekstraksi dan Leaching. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
ekstraksi. Mengetahui peralatan ekstraksi padat-cair atau leaching serta
pengaplikasian leaching pada industri.

3
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian


sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak bercampur untuk mengambil zat
terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain. Seringkali campuran bahan padat
dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan
mekanis atau termis. Misalnya komponen yang saling bercampur sangat erat, peka
terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil atau tersedia dalam
konsentrasi yang terlalu rendah.
Menurut Farmakope Indonesia IV (1995), ekstrak adalah sediaan pekat yang
diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Operasi ekstraksi sering dijumpai didalam industri seperti proses
hydrometallic, industri farmasi (memproduksi bahan aktif), industri minyak bumi
(produksi monomer dan aromates) dan pembersihan air limbah. Dalam hal ini
seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang
mungkin paling ekonomis. Ekstaksi / penyarian adalah kegiatan penarikan zat
aktif yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil
dari ekstraksi adalah ekstrak yang merupakan sediaan kental yang diperoleh
dengan mengekstraksi senyawa aktif dan simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut diuapkan. Jenis
ekstraksi dan cairan mana yang sebaiknya digunakan, sangat tergantung dari
kelarutan bahan kandungan serta stabilitasnya. Pelarut yang digunakan harus
dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
Sebagai tenaga pemisah, solvent harus dipilih sedemikian hingga
kelarutannya terhadap salah satu komponen murninya adalah terbatas atau sama
sekali tidak saling melarutkan. Karenanya, dalam proses ekstraksi akan terbentuk
dua fase cairan yang saling bersinggungan dan selalu mengadakan kontak. Fase

4
yang banyak mengandung diluent disebut fase rafinat sedangkan fase yang banyak
mengandung solvent dinamakan ekstrak. Terbentuknya dua fase cairan,
memungkinkan semua komponen yang ada dalam campuran tersebar dalam
masing-masing fase sesuai dengan koefisien distribusinya, sehingga dicapai
keseimbangan fisis.
Ekstraksi berlangsung dalam dua proses secara paralel, yaitu pelepasan
(release) bahan yang diekstraksi melalui sel tanaman yang telah dirusak dan
pelepasan bahan yang diekstraksi melalui proses difusi. Cara ekstraksi tergantung
pada tekstur, kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi, dan jenis senyawa
yang diekstraksi. Adapun tahap-tahap dari pemisahan dengan ekstraksi sebagai
berikut:
a. Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling
berkontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada
bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi
ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarutan ekstrak.
b. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan
atau filtrasi.
c. Mengisolasi ekstrak dari larutan dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya
dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu, larutan ekstrak
dapat langsung diolah lebih lanjut atau diolah setelah dipekatkan.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Ekstraksi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan secara ekstraksi


adalah sebagai berikut:
1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin
kecil ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair; sehingga
laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk
berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut
pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat

5
bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan didapat pada
awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan
naik dan laju ekstraksinya turun, pertama karena gradien konsentrasi akan
berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental.
3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di
dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk
memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses
difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke
zat pelarut. Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi
padat-cair misalnya, dapat dilakukan pra- 4 pengolahan (pengecilan) bahan
ekstraksi atau pengolahan lanjut dari rafinat (dengan tujuan mendapatkan
kembali sisa-sisa pelarut).
Adapun kriteria pemilihan pelarut (solvent) untuk ekstraksi adalah sebagai
berikut:
a. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-
komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi
bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut
dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu
larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya di
ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
b. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
c. Kerapatan
Sedapat mungkin terdapat perbedaaan kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan
bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah
dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila

6
beda kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan
menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
d. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu
diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk
mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan
reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada
dalam bentuk larutan.
e. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu
dekat, dan keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi,
akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu
tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).

2.3 Leaching

Leaching adalah peristiwa pelarutan searah satu atau lebih senyawaan dari
campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut
melarutkan sebagian bahan padatan sehingga bahan terlarut yang diinginkan dapat
diperoleh.
Ekstraksi padat-cair didefinisikan sebagai operasi pemisahan zat padat yang
dapat larut melalui kontak dengan pelarut. Setelah terjadi 8 kontak padatan
dengan pelarut maka perbedaan konsentrasi aktivitas kimia solute di dalam fasa
padatan dengan fasa pelarut menjadi gaya pendorong berlangsungnya perpindahan
massa solute dari fasa padatan ke fasa pelarut.
Ekstraksi padat-cair merupakan operasi yang melibatkan perpindahan massa
antar fase. Perbedaan aktivitas kimia antara fase padatan dan fase pelarut
mencerminkan sebarapa jauh sistem berada dari kesetimbangan, sehingga akan
menentukan pula laju solute antar fase.

7
2.3.1 Prinsip kerja Leaching

Operasi leaching bisa dilakukan dengan sistem batch, semi batch ataupun
continue. Operasi ini biasanya dilakukan pada suhu tinggi untuk meningkatkan
kelarutan solut di dalam pelarut.Untuk meningkatkan performance, sistem aliran
dapat dibuat secara co-current ataupun counter current. Setelah operasi leaching
selesai, pemisahan fasa padat dari fasa cair dapat dilakukan dengan operasi
sedimentasi, filtrasi atau sentrifugasi. Pemisahan yang sempurna adalah suatu hal
yang hampir tidak mungkin dilakukan karena adanya kesetimbangan fasa,
disamping secara mekanis sangat sulit untuk mencapainya. Jadi selalu ada bagian
yang basah atau air yang terjebak didalam padatan.
Perhitungan dalam operasi ini melibatkan 3 komponen, yaitu padatan,
pelarut dan solut. Asupan umumnya berupa padatan yang terdiri dari bahan
pembawa tak larut dan senyawa dapat larut. Senyawa dapat larut inilah yang
biasanya merupakan bahan atau mengandung bahan yang diinginkan. Bahan yang
diinginkan akan larut sampai titik tertentu dan keluar dari ekstraktor pada aliran
atas. Sementara padatan keluar pada aliran bawah. Sebagaimana disebutkan
diatas, aliran bawah biasanya basah karena campuran pelarut/solut masih terbawa
juga. Bagian atau persentase solut yang dapat dipisahkan dari padatan
basah/kering disebut sebagai rendemen.
Adapun beberapa poin penting yang diperlukan dalam proses ekstraksi
sebagai berikut:
1. Unsur ekstraksi harus disiapkan dengan cara bahwa ekstrak dapat diselesaikan
dengan pelarut dalam waktu singkat, dapat dicapai dengan menggiling,
penggilingan atau bergulir.
2. Hanya ekstrak yang diinginkan yang harus diselesaikan dan diekstraksi . ini
dicapai oleh selektivitas pelarut dan suhu.
3. Ekstrak seharusnya berisikan konsentrasi tinggi dari senyawa ekstrak. Ini
adalah alasan mengapa ekstraksi secara counter-current lebih banyak disukai.
4. Pemisahan solvent dari sisa solution ekstrak menjadi lebih ekonomis. Proses
ektraksi padat-cair meliputi persiapan bahan ekstraksi, pemisahan dan recovery
pelarut dari ekstrak dan pemisahan dan pemulihan pelarut dari ekstraksi residual.

8
2.3.2 Jenis-jenis peralatan Leaching

Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi dicampur berulangkali


dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk (sebaiknya dengan saluran
keluar dibagian bawah). Larutan ekstrak yang dihasilkan setiap kali dipisahkan
dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat). Yang konstruksinya lebih
menguntungkan bagi proses pencampuran dan pemisahan adalah tangki yang
bagian bawahya runcing (yang dilengkapi dengan perkakas pengaduk, penyalur
bawah, maupun kaca intip yang tersebar pada seluruh ketinggiannya). Adapun
alat-alat ekstraksi atau ekstraktor adalah sebagai berikut:
a. Extractor horisontal kontinue (belt extractor)
Prinsip kerja : pada ekstraktor ini, bahan ekstraksi diumpankan secara
kontinu di atas sabuk ayak yang melingkar. Dimana di sepanjang sabuk bahan
dibasahi oleh pelarut atau larutan ekstrak dengan konsentrasi yang meningkat dan
arah aliran berlawanan dengan aliran material padatan. Setelah itu bahan
dikeluarkan dari ekstraktor.

Gambar a : Extractor horisontal kontinue (belt extractor)

b. Hildebrandt extractor
Prinsip kerja : Bahan padat diekstrak sesuai dengan metode perendaman.
Konveyor sekrup yang dipasang di extractor untuk mengangkut material padat.
Aliran solvent berlawanan dengan material padatan yang melalui ekstraktor.

9
Gambar b : Hildebrandt extractor
c. Bonotto ekstraktor
Digunakan untuk ekstraksi dengan arah yang berlawanan saat mengikuti
perendaman method. Bahan padat diangkut oleh mixer pada baki sampai
mencapai bagian terbuka di mana bahan padat jatuh di nampan berikutnya.
Conveyor sekrup pada outlet menarik bahan padat diekstrak (underflow) dan
mencegah keluarnya padatan dari ekstraktor.

Gambar c : Bonotto ekstraktor

2.3.3 Aplikasi Ekstraksi padat-cair atau Leaching pada industri

Penerapan proses ekstraksi telah banyak dilakukan oleh industri-industri di


Indonesia untuk memisahkan komponen-komponen padatan yang terlarut dengan
menggunakan pelarut yang berupa cairan. Berikut dijelaskan pada makalah ini
tentang pengaplikasian proses Ekstraksi-Leaching pada industri kopi.

10
Ekstraksi pada Industri Kopi

Ekstraksi menggunakan pelarut air. Proses ektraksi pada industri kopi siap
saji menggunakan ekstraksi batch. Ekstraksi batch atau ekstraksi bertahap
merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstrak yang tidak tercampur dengan pelarut semula kemudian
dilakukan pengontakkan sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi zat yang akan
di ektraksi pada kedua lapisan, setelah ini di dapatkan lapisan. Didiamkan dan di
pisahkan. Sistem ini terdiri dari beberapa unit pengontak batch yang disusun
berderet atau dalam lingkaran yang di kenal sebagai rangkaian ekstraksi
(ektraction batrrey). Di dalam sisitem ini, padatan dibiarkan stasioner dalam
setiap tangki dan dikontakkan dengan beberapa larutan yang konsentrasinya
makin menurun. Padatan yang hampir tidak mengandung solut meninggalkan
rangkaian setelah dikontakkan dengan pelarut baru, sedangkan larutan pekat 30
sebelum keluar dari rangkaian terlebih dahulu dikontakkan dengan padatan baru
di dalam tangki yang lain. Prosesnya melalui dua tahap yaitu Perkolasi (dingin)
dan Ekstraksi ( panas).

 Perlokasi (dingin)
Penyaringan zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk kopi dimaserasi
selama 3 jam, kemudian serbuk kopi di pindahkan ke dalam bejana silinder
yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan pelarut (air) dialirkan dari
atas ke bawah melalui serbuk kopi tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat
aktif dalam sel-sel serbuk kopi yang dilalui sampai keadaan jenuh. Gerakan ke
bawah disebabkan oleh karena grafitasi, kohesi, dan berat cairan diatas
dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah perkolat yang di
peroleh dan dikumpulkan lalu di pekatkan.

 Ekstraksi (panas)
Ekstraksi bubuk kopi di lakukan secara bach dalam kolom dengan sirkulasi
pelarut air perbandingan 1/3,5 pada suhu 80ºC, selama 45 menit. Sisa bubuk
hasil pelarutan di kempa secara manual untuk mengekstrak komponen kopi

11
yang masih tertinggal. Kisaran rendemen ekstraksi antara 30-32 % (berat). Sisa
bubuk kopi merupakan limbah untuk di olah menjadi biogas.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan suatu zat campuran yang


terdiri dari zat terlarut antara dua pelarut yang tidak bercampur untuk mengambil
zat terlarut dari satu pelarut ke pelarut lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses ekstraksi diantaranya ukuran partikel, zat pelarut, temperatur dan
pengadukan fluida. Leaching adalah bagian dari ekstraksi, dimana proses
pelarutan satu atau lebih senyawa dari campuran padatan dengan cara
mengontakkannya dengan pelarut cair.

13

Anda mungkin juga menyukai