Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMASI FISIKA

“EKSTRAKSI CAIR – CAIR”

Dosen pembimbing :

Dr. Fikri Alatas, M.Si.,Apt

Disusun oleh :

Renny Yuliani (3311151159)

Kelas D

Program Studi Sarjana Farmasi

Fakultas Farmasi

Universitas Jenderal Achmad Yani

Cimahi

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang mungkin sangat sederhana.

Makalah ini berisikan tentang “Ekstraksi Cair – Cair”. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga
berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
dimiliki sangat kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, 25 Mei 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Untuk memisahkan suatu zat dari zat lain pada suatu campuran dapat
digunakan dengan berbagai macam metode pemisahan. Salah satu metode
pemisahan, yaitu ekstraksi. Metode pemisahan dengan cara ekstraksi paling
banyak dilakukan karena mudah dalam pengerjaanya.
Ekstraksi merupakan pemisahan satu atau beberapa dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses satu atau lebih
komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven)
sebagai separating agen pemisahan atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari
komponen-komponen dalam campuran. Ekstraksi pelarut atau sering disebut
ekstraksi airmerupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam
larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakn pelarut lain (biasanya organik).
Berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut merupakan metode
pemisahan yang paling baik dan populer. Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak
saling bercampur, seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Teknik ini
dapat digunakan untuk preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta
analisis pada semua skala kerja.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah yang akan dibahas, antara lain :
1. Apa itu ekstraksi?
2. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi cair – cair?
3. Bagaimana prinsip ekstraksi cair – cair?
4. Hal - hal apa saja yang harus diperhatikan dalam ekstraksi cair – cair?
5. Apa yang dimasud dengan kosentrasi distribusi?

1.3.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pemisahan dengan
ektraksi cair – cair
2. Untuk mengetahui cara kerja dan prinsip dari ekstraksi cair – cair
3. Untuk mengetahui hal – hal yang harus diperhatikan dalam ekstraksi cair –
cair
4. Untuk mengetahui hubungan antara ekstraksi cair – cair dengan konsentrasi
distribusi
BAB II
EKSTRAKSI CAIR – CAIR

1.1.Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah salah satu proses pemisahan atau pemurnian suatu
senyawa dari campurannya dengan bantuan pelarut. Pelarut yang
digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa
melarutkan material suatu bahan lainnya. Ekstraksi merupakan salah satu
metode pemisahan yang menggunakan sifat fisis, yaitu perbedaan
kelarutan komponen-komponen dalam larutan dengan menggunakan
larutan lain sebagai media pemisah.
Ekstraksi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif
dan bagian tumbuhan obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota
laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tumbuhan dan
hewan memiliki perbedaan begitu pula ketebalannya sehingga diperlukan
metode ekstraksi dan pelarut tertentu untuk mengekstraksinya (Tobo,
2001).
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan
lebih mudah larut dalam pelarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif
dimulai ketika pelarut organik menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga
terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar
sel, dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Tobo, 2001).
Ekstraksi adalah pemisahan zat target dan zat yang tidak berguna
dimana teknik pemisahan berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut
antara dua pelarut atau lebih yang saling bercampur. Pada umumnya, zat
terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau sedikit larut dalam suatu
pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain (Harbone, 1987).
Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh
kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan dengan
pelarut yang sesuai dalam standar prosedur ekstraksi (ICS-UNIDO, 2008;
Ditjen POM, 2000).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehinggga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan
pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, falvonoida dan
lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia
akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat
(Ditjen POM, 2000).

1.2.Ekstraksi Cair – Cair


Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi
dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
a. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran
yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam
usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan
alam seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.
b. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran
yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi
pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau
logam-logam tertentu dalam larutan air.
Ekstraksi pelarut sering digunakan pada kimia analitik, tidak
hanya untuk pemisahan tetapi juga untuk analisis kuantitatif. Untuk
analisis kuantitatif memerlukan pengkhelat (ligan) sebagai ekstraktan
yang menghasilakan kompleks berwarna pada fase organik dan dapat
langsung diukur.
Ekstraksi cair-cair adalah suatu teknik dalam suatu larutan
(biasanya dalam air) dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik),
yang tidak dapat saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu
atau lebih zat terlarut (solute) kedalam fase yang kedua. Pemisahan
yang dapat dilakukan, bersifat sederhana, cepat dan mudah.
Pada ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam
campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut
ekstraksi pelarut, banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod,
atau logam-logam tertentu dalam larutan air. (Yazid,. E,. 2005.)
Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk
memperlakukan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan
analit-analit dari komponen matrix yang mungkin menggangu pada
saat kuantifikasi atau deteksi analit. Disamping itu, ekstraksi pelarut
juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada didalam sampel
dalam jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan
untuk deteksi dan kuantifikasinya. Salah satu fasenya seringkali
berupa air dan fase yang lain pelarut organik seperti kloroform atau
petroleum eter. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan ditemukan
didalam fase air,sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik
akan masuk pada pelarut anorganik. Analit yang tereksasi kedalam
pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut, sedangkan analit yang masuk kedalam fase air seringkali
diinjeksikan secara langsung kedalam kolom.( Rohman,. A,. 2009).
Ekstraksi cair – cair adalah proses pemisahan suatu komponen
dari suatu fasa cair ke fasa cair lainnya. Operasi ekstraksi cair – cair
terdiri dari beberapa tahap, yaitu (Ladda dan degalesesan, 1976) :
1) Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair yang mengandung
zat terlarut (solute) kemudian zat terlarut akan pindah ke fasa zat
pelarut.
2) Pemisahan fasa yang tidak saling terlarut yaitu fasa yang banyak
mengandung pelarut disebut fasa ekstrak dan fasa yang banyak
mengandung pelarut asal disebut fasa rafinat.

1.3.Prinsip Kerja Ekstraksi Cair – cair


Berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut merupakan metode
pemisahan yang paling baik dan populer. Prinsip metode ini didasarkan
pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut
yang tidak saling bercampur, seperti benzena, karbon tetraklorida atau
kloroform. Teknik ini dapat digunakan untuk preparatif, pemurnian,
memperkaya, pemisahan serta analisis pada semua skala kerja
Metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara
bertahap atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak
dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan
menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercmpur yang tidak
tercampur dengan pelarut pertama melalui corong pemisah, kemudian
dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut
pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua
lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih besar
dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya.
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling bercampur
menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan
analitis. Bahkan dimana tujuan primer bukan analitis namun preparatif,
ekstraksi dengan menggunakan pelarut merupakan suatu langkah penting
dalam mencari senyawa aktif suatu tumbuhan, dan kadang-kadang
digunakan peralatan yang rumit namun seringkali diperlukan hanya
sebuah corong pisah. Seringkali suatu pemisahan ekstraksi dengan
menggunakan pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit,
pemisahan ekstraksi biasanya bersih dalam arti tak ada analog
kospresipitasi dengan suatu sistem yang terjadi (Underwood, 1986).
Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling
baik dan popular, alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat
dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip metode ini
didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu
antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzene,
karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut
dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam keadaan dua fase
pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif,
pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua skala kerja (Khopkar,
2008).
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun
hewan lebih mudah larut dalam pelarut organik. Proses terekstraksinya
zat aktif dimulai ketika pelarut organik menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan
berdifusi ke luar sel, dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel
(Tobo, 2001).
Terjadinya proses pemisahan dapat dengan cara :
a. Adsorpsi - Adsorpsi komponen atau senyawa diantara permukaan
padatan dengan cairan (solid liquid interface) - Agar terjadi
pemisahan dengan baik, maka komponen-komponen tersebut harus
mempunyai afinitas yang berbeda terhadap adsorben dan ada
interaksi antara komponen dengan adsorben
b. Partisi fase diam dan fase gerak berupa cairan yang tidak saling
bercampur. Senyawa yang akan dipisahkan akan berpartisi antara
fase diam dan fase gerak.
1.4.Fase dalam Ekstraksi Cair – Cair
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute
dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair.
Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen ( immiscible, tidak
saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat)
dan fase solven (ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu
fasa dengan konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan pendorong
terjadinya pelarutan (pelepasan) solute dari larutanyang ada. Gaya dorong
(driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat
ditentukan dengan mengukur jarak system dari kondisi setimbang.
Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut.
Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven.

Proses ekstraksi cair-cair

Aplikasi ekstraksi cair-cair.


Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi. Yang cair
dicampur berulangkali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki
pengaduk (sebaiknya dengan saluran keluar di bagian bawah). Larutan
ekstrak yang dihasilkan setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan
(pengaruh gaya berat).
Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan misalnya
untuk mengolah bahan dalam jurnlah kecil,atau bila hanya sekali-
sekali dilakukan ekstraksi. Untuk Pemisahan yang dapat dipercaya
antara fasa berat dan fasa ringan, sedikit-sedikitnya diperlukan sebuah
kaca intip pada saluran keluar di bagian bawah tangki ekstraksi.
Selain itu penurunan lapisan antar fasa seringkali dikontrol secara
elektronik (dengan perantara alat ukur konduktivitas),secara optik
(dengan bantuan detektor cahaya 289 hatas) atau secara mckanik
(dengan pelampung atau benda apung). Peralatan ini mudah
digabungkan dengan komponen pemblokir dan perlengkapan alarm,
yang akan menghentikan aliran keluar dan/atau memberikan alarm,
segera setelah lapisan tersebut melampaui kedudukan tertentu.Agar
fasa ringan (yang kebanyakan terdiri atas pelarut organik) tidak masuk
ke dalam saluran pembuangan air,pencegahan yang lebih baik dapat
dilakukan dengan memasang bak penampung (bak penyangga)
dibelakang ekstraktor.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan
secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin,
antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan
garam-garam. logam. Proses ini pun digunakan untuk membersihkan
air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-
cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara
destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan
aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak
ekonomis. Seperti halnya pada proses ekstraksi padat-cair, ekstraksi
cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran
secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua
fasa cair itu sesempurna mungkin.

1.5.Hal – Hal yang Harus Diperhatikan dalam Ekstraksi Cair – Cair


Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang
digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Martunus & Helwani,
2004;2005):
1. Kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam
campuran.
2. Kemampuan tinggi untuk diambil kembali.
3. Perbedaan berat jenis antara ekstrk dan rafinat lebih besar.
4. Pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur.
5. Tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi.
6. Tidak merusak alat secara korosi.
7. Tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah.

Di dalam menganalisis alat ekstraksi, seseorang harus mengetahui dan


menentukan :

1. Kondisi bahan yang akan dipisahkan (umpan), yaitu kecepatan arus


fluida umpan, komposisi.
2. Banyak solut yang harus dipisahkan,
3. Jenis solven yang akan digunakan,
4. Suhu dan tekanan alat,
5. Kecepatan arus solven minimum dan kecepatan arus solven operasi
6. Diameter menara,
7. Jenis alat kontak,
8. Jumlah stage ideal, aktual, dan tinggi menara,
9. Pengaruh panas.
Pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang
digunakan adalah:
a. Selektifitas (factor pemisahan = β)
Fraksi massa solut dalam ekstrak/fraksimassa diluant dalam
ekstrak. Fraksi massa solut dalam rafinat/fraksimassa diluent
dalam rafinat
b. Koefisien distribusi
K = konsentrasi solut dalam fasa ekstrak, Y konsentrasi solut
dalam fasa rafinat, X. Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi
yang besar, sehingga jumlah solvent yangdibutuhkan lebih sedikit.
c. Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan)
Pemisahan solute dari solvent biasanya dilakukan dengan cara
distilasi, sehingga diharapkan harga “relative volatility” dari
campuran tersebut cukup tinggi.
d. Densitas
Perbedaan densitas fasa solvent dan fasa diluent harus cukup
besar agar mudah terpisah. Perbedaan densitas ini akan berubah
selama proses ekstraksi dan mempengaruhi laju perpindahan
massa.
e. Tegangan antar muka (interfasia tension)
Tegangan antar muka besar menyebabkan penggabungan
(coalescence) lebih mudahnamun mempersulit proses
pendispersian. Kemudahan penggabungan lebih
dipentingkansehingga dipilih pelarut yang memiliki tegangan antar
muka yang besar.
f. Chemical reactivity
Pelarut merupakan senyawa yang stabil dan inert terhadap
komponen-komponen dalamsystem dan material (bahan
konstruksi).
g. Viskositas
Tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk
memudahkan penanganan dan penyimpanan.
h. Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar.

Ada tiga faktor penting yang berpengaruh dalam peningkatan


karakteristik hasil dalam ekstraksi cair-cair yaitu (Martunus dkk., 2006;
Martunus & Helwani, 2004; 2005; 2006):

1. Perbandingan pelarut-umpan (S/F).


Kenaikan jumlah pelarut (S/F) yang digunakan akan meningkatan
hasil ekstraksi tetapi harus ditentukan titik (S/F) yang minimum agar
proses ekstraksi menjadi lebih ekonomis.
2. Waktu ekstraksi.
Ekstraksi yang efisien adalah maksimumnya pengambilan solut
dengan waktu ekstraksi yang lebih cepat.
3. Kecepatan pengadukan.
Untuk ekstraksi yang efisien maka pengadukan yang baik adalah yang
memberikan hasil ekstraksi maksimum dengan kecepatan pengadukan
minimum, sehingga konsumsi energy menjadi minimum.

Agar diperoleh hasil yang baik, pemilihan pelarut untuk ekstraksi


ditentukan oleh beberapa pertimbangan sebagai berikut:

 Kelarutannya rendah dalam fase air.


 Viskositasnya cukup rendah dan mempunyai perbedaan rapatan yang
cukup besar dari fase airnya untuk mencegah terbentuknya emulsi.
 Tingkat keberacunan (toksisitas) yang rendah dan tidak mudah terbakar.
 Mempunyai harga KD yang besar untuk zat-zat terlarut sedangkan unutk
zat-zat pengotor yang tidak diinginkan KDnya kecil.
 Mudah mengambil kembali zat terlarut dari pelarut tersebut untuk proses
analisis berikutnya, dalam hal ini perlu diperhatikan titik didih pelarut atau
kemungkinan penggunaan pelarut campuran.

Untuk proses ekstraksi yang baik, pelarut harus memenuhi beberapa


kriteria sebagai berikut (Treybal, 1985):
 Koefisien distribusi yang besar.
 Selektivitas tinggi.
 Mudah diregenerasi.
 Kelarutan dalam larutan umpan rendah.
 Perbedaan densitas dengan umpan cukup besar.
 Tegangan antar muka menengah.Tegangan antar muka yang terlalu tinggi
menyebabkan kesulitan pembentukan tetes (cairan), sedangkan tegangan
antar muka yang terlalu rendah dapat menyebabkan terbentuknya emulsi.
 Mudah diperoleh dan harganya cukup murah.
 Tidak korosif, tidak mudah terbakar dan tidak beracun.

1.6.Koefesiensi Distribusi

Koefisien distribusi merupakan suatu perbandingan kelarutan suatu zat


(sampel) didalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur,
serta mempunyai tetap pada suhu tertentu. Pada ekstraksi cair – cair, satu
komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan
bantuan pelarut. Ekstraksi cair – cair terutama digunakan, bila pemisahan
dengan destilasi tidak mungkin dilakukan (misalya karena pembentukan
azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis.
Metode ekstraksi cair – cair merupakan distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur
seperti benzene, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat
terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase
terlarut. (Pratiwi, 2013)

Menurut hokum distribusi Nerst bila kedalaman dua pelarut tersebut


maka akan terjadi pembagian solute dengan perbandingan tertentu.
Perbandingan konsentrasi solute didalam kedua pelarut adalah tetap.
Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi yang dapat dinyatakan sebagai
berikut (Soebagio, 2005) :

KD = C1/C2 = C organic/C air

Dimana KD: Ketetapan distribusi C2, Co, C1, Ca adalah konsentrasi


solute pada pelarut 1, 2 organik dan air.

Pada dasarnya koefisien distribusi dapat ditentukan apabila harga


temperature tetap. Dapat diketahui besar masing – masing konsentrasi
gugus bersangkutan dalam pelarut yang dipakai. (Day, 2002)
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah ebagai berikut :

1. Ekstraksi merupakan pemisahan satu atau beberapa dari suatu padatan


atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses
satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan
pelarut cair (solven) sebagai separating agen pemisahan atas dasar
kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam
campuran.
2. Ekstraksi cair – cair adalah proses pemisahan suatu komponen dari
suatu fasa cair ke fasa cair lainnya.
a. Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair yang
mengandung zat terlarut (solute) kemudian zat terlarut akan
pindah ke fasa zat pelarut.
b. Pemisahan fasa yang tidak saling terlarut yaitu fasa yang banyak
mengandung pelarut disebut fasa ekstrak dan fasa yang banyak
mengandung pelarut asal disebut fasa rafinat.
3. Ada tiga faktor penting yang berpengaruh dalam peningkatan
karakteristik hasil dalam ekstraksi cair-cair yaitu :
a. Perbandingan pelarut-umpan (S/F)..
b. Waktu ekstraksi.
c. Kecepatan pengadukan.
4. Koefisien distribusi merupakan suatu perbandingan kelarutan suatu zat
(sampel) didalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur,
serta mempunyai tetap pada suhu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Biyantoro, Dwi dan Muhadi, A.W. Kajian Pemisahan Zr-Hf dengan Proses Ekstraksi
Cair – Cair. Yogyakarta. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Dirjen POM,. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Halaman. 10-12.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departeman Kesehatan RI.
Dwi Biyantoro dan M.V. Purwani.“Optimasi Pemisahan Zr – Hf Dengan Cara
Ekstraksi Memakai Solven Topo”( Yogyakarta: J.Tek. Bhn. Nukl, 2013), h.
1-54.
Khopkar, S.M. 2008. Dasar-dasar kimia analitik. Erlangga : Jakarta
Laddha,G.S & Degaleesan, T.S. 1976. Transport Phenomena in Liquid – Liquid
Extraction. Tata MC-Graw Hill. Publishing Co. Ltd. New Delhi
Martunus dkk., 2006; Martunus & Helwani, 2004; 2005; 2006
Rohman,. A,. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Graha Ilmu. Yogyakarta
Soebagio.2005. Kimia Analisis II. Malang: UM Press
Tobo, F. 2001. Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I. UNHAS: Makassar
Underwood, A.L. 1986. Analisis kima kuantitatif. Erlangga : Jakarta
Yazid,. E,. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai