Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

EKSTRAKSI PADAT CAIR


(SOXHLETASI)

Oleh :
Ni Made Adinda Ari Maharani (2208511017)
Kelompok 6A

PRGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
EKSTRAKSI PADAT CAIR

I. PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
1. Mempelajari pemisahan senyawa dari padatan dengan
ekstraksi.
2. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi proses
ekstraksi
3. Mempelajari prinsip kerja ekstraksi soxhletasi.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan ekstraksi dengan
metode soxhletasi
5. Megidentifikasi hasil

1.2. Tinjauan Pustaka


1.2.1. Definisi Dauh Teh
Daun teh adalah daun dari tanaman teh (Camellia
sinensis) yang biasa digunakan untuk membuat minuman
teh. Tanaman teh tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dan
daunnya telah digunakan untuk pembuatan minuman sejak
ribuan tahun yang lalu. Daun teh mengandung senyawa-
senyawa aktif seperti katekin, flavonoid, dan kafein, yang
memberikan manfaat kesehatan seperti antioksidan, anti-
inflamasi, dan meningkatkan metabolisme. Daun teh juga
dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan
produk olahan seperti ekstrak padat cair, kapsul suplemen,
dan kosmetik (Sudarmadji, 1989).
Daun teh yang digunakan sebagai ekstraksi padat cair
adalah bahan baku untuk pembuatan ekstrak teh yang
berbentuk padat atau bubuk. Ekstrak padat cair dapat
dihasilkan melalui beberapa metode, namun umumnya
melalui proses ekstraksi menggunakan pelarut seperti air
atau etanol. Daun teh yang digunakan untuk pembuatan
ekstrak padat cair dapat berasal dari berbagai jenis teh,
seperti teh hijau, hitam, oolong, atau putih (Sudarmadji,
1989).
Proses pembuatan ekstrak padat cair biasanya dimulai
dengan pengeringan daun teh segar, kemudian dihancurkan
menjadi serbuk halus. Serbuk daun teh kemudian diekstraksi
menggunakan pelarut dalam suhu dan waktu tertentu,
sehingga senyawa-senyawa yang terkandung di dalam daun
teh dapat larut dan terpisah dari bahan-bahan lainnya.
Setelah itu, ekstrak dikeluarkan dari pelarut dengan cara
pengeringan, penyaringan, dan pengecilan ukuran partikel
hingga menjadi bubuk (Sudarmadji, 1989).
Ekstrak padat cair daun teh digunakan sebagai bahan
baku untuk berbagai produk olahan, seperti minuman teh
instan, kapsul suplemen, dan kosmetik. Kandungan senyawa
aktif dalam ekstrak padat cair daun teh seperti polifenol,
katekin, dan kafein, memiliki manfaat kesehatan seperti
antioksidan, anti-inflamasi, dan meningkatkan metabolisme
(Kirk dan Othmer, 1994).

1.2.2. Definisi Ekstraksi


Secara sederhana ekstraksi dapat didefinisikan
sebagai proses pemindahan satu atau lebih komponen dari
satu fase ke fase yang lainnya. Namun dibalik definisi
sederhana ini tersimpan kerumitan yang cukup besar.
Pemisahan berkebalikan dengan intuisi termodinamik,
karena entropi diperoleh melalui pencampuran, bukan
pemisahan; metode ekstrkasi dikembangkan berdasarkan
perpindahan menuju kesetimbangan, sehingga kinetika
perpindahan massa tidak dapat diabaikan (Majid dan
Nurkholis, 2008).
Ekstraksi padat – cair atau leaching adalah transfer
difusi komponen terlarut dalam dari padatan inert ke dalam
pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik
karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke
keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi.
Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang
diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut
dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan
yang larut karena efektivitasnya (Lucas, 1949).

1.2.3. Jenis – jenis Ekstraksi


Beberapa jenis ekstraksi padat – cair (Syukri, 1999), yaitu :
1.2.3.1. Ekstraksi maserasi: Metode ini dilakukan dengan
cara mencampurkan bahan dengan pelarut selama
beberapa waktu, biasanya beberapa jam atau hari.
Setelah itu, pelarut dan bahan dipisahkan dengan
cara penyaringan atau filtrasi. Metode ekstraksi ini
cocok untuk senyawa-senyawa yang larut dalam
pelarut tertentu.
1.2.3.2. Ekstraksi perkolasi: Metode ini melibatkan proses
aliran pelarut melalui bahan yang akan diekstrak
dengan kecepatan tertentu. Bahan yang digunakan
di dalam perkolator umumnya berupa serbuk atau
irisan, dan pelarut akan diulang-ulang dialirkan
melalui bahan hingga senyawa-senyawa yang
diinginkan terekstrak. Metode ini cocok untuk
senyawa-senyawa yang membutuhkan waktu yang
lama untuk terekstrak secara maksimal.
1.2.3.3. Ekstraksi Soxhlet: Metode ini melibatkan proses
sirkulasi pelarut melalui bahan yang akan diekstrak
dengan menggunakan alat Soxhlet. Alat ini terdiri
dari corong ekstraksi, labu, kondensor, dan
pengumpul. Pelarut diawali dengan memanaskan
bahan hingga mendidih dan uapnya naik ke atas
hingga ke kondensor. Kemudian uap pelarut
mengalami kondensasi dan menetes ke dalam labu
pengumpul. Metode ini cocok untuk senyawa-
senyawa yang sukar terlarut dalam pelarut.
1.2.3.4. Ekstraksi ultrasonik: Metode ini menggunakan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk
merusak sel dan jaringan tumbuhan sehingga
senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya
lebih mudah diekstrak. Metode ini cocok untuk
senyawa-senyawa yang membutuhkan waktu yang
singkat untuk terekstrak secara maksimal.
1.2.3.5. Ekstraksi destilasi: Metode ini menggunakan uap air
untuk merubah bentuk senyawa menjadi gas dan
kemudian dikondensasikan kembali menjadi cairan.
Metode ini cocok untuk senyawa-senyawa yang
mudah menguap dan mempunyai titik didih lebih
rendah dari pelarutnya.

1.2.4. Faktor - faktor Ekstraksi


Berikut faktor - faktor yang mempengaruhi ekstraksi
(Perry dan Green, 1984) :
1.2.4.1. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari,
jumlah zat terlarut yang terekstrak dan kecepatan
ekstraksi
1.2.4.2. Suhu
Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan
jumlah zat terlarut ke dalam pelarut.
1.2.4.3. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan
memperbesar pula jumlah senyawa yang terlarut.
Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat.
1.2.4.4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran
partikel bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain,
rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran
partikel semakin kecil
1.2.4.5. Pengadukan
Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat
terjadinya reaksi antara pelarut dengan zat terlarut.
1.2.4.6. Lama waktu
Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan
ekstrak yang lebih banyak, karena kontak antara zat
terlarut dengan pelarut lebih lama.

1.2.5. Syarat Pelarut


Pemilihan pelarut merupakan salah satu faktor yang
penting dalam proses ekstraksi. Jenis pelarut yang digunakan
dalam proses ekstraksi mempengaruhi jenis komponen aktif
bahan yang terekstrak karena masing-masing pelarut
mempunyai selektifitas yang berbeda untuk melarutkan
komponen aktif dalam bahan. Berbagai syarat pelarut yang
digunakan dalam proses ekstraksi (Day dan Underwood,
1998), yaitu sebagai berikut:
1.2.5.1. Memiliki daya larut dan selektivitas terhadap
solute yang tinggi. Pelarut harus dapat melarutkan
komponen yang dinginkan sebanyak mungkin dan
sesedikit mungkin melarutkan bahan pengotor.
1.2.5.2. Bersifat inert terhadap bahan baku, sehingga tidak
bereaksi dengan komponen yang akan diekstrak.
1.2.5.3. Reaktivitas. Pelarut tidak menyebabkan perubahan
secara kimia pada komponen bahan ekstraksi.
1.2.5.4. Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi.
1.2.5.5. Tidak korosif. tidak beracun, dan tidak mudah
terbakar
1.2.5.6. Stabil secara kimia dan termal dan tidak berbahaya
bagi lingkungan.
1.2.5.7. Memiliki viskositas yang rendah, sehingga mudah
untuk dialirkan.
1.2.5.8. Murah dan mudah didapat, serta tersedia dalam
jumlah yang besar.
1.2.5.9. Memiliki titik didih yang cukup rendah agar mudah
diuapkan.
1.2.5.10. Memiliki tegangan permukaan yang cukup rendah

1.2.6. Prinsip Ekstraksi Padat – Cair


Prinsip ekstraksi padat-cair adalah adanya
kemampuan senyawa dalam suatu matriks yang kompleks
dari suatu padatan, yang dapat larut oleh suatu pelarut
tertentu. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
tercapainya kondisi optimum ekstraksi antara lain: senyawa
dapat terlarut dalam pelarut dengan waktu yang singkat,
pelarut harus selektif melarutkan senyawa yang dikehendaki,
senyawa analit memiliki konsentrasi yang tinggi untuk
memudahkan ekstraksi, serta tersedia metode memisahkan
kembali senyawa analit dari pelarut pengekstraksi (Ichwan,
2014).

1.2.7. Definisi Kelebihan dan Kekurangan Soxhletasi


Ekstraksi Soxhlet adalah salah satu metode ekstraksi
kimia yang digunakan untuk memisahkan senyawa organik
yang terkandung dalam suatu sampel padat atau cairan.
Metode ini dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa
organik dari berbagai sumber, seperti tumbuhan, hewan, dan
produk alami lainnya (Mukhriani, 2014).
Proses ekstraksi Soxhlet melibatkan tiga komponen
utama, yaitu corong, perkolator, dan kondensor. Sampel
organik ditempatkan dalam corong, yang kemudian diisi
dengan pelarut yang cocok. Pelarut kemudian dipanaskan
hingga mendidih, dan uapnya naik ke atas menuju
kondensor. Di sana, uap kondensasi dan kembali ke dalam
corong dan meresap ke dalam sampel organik. Proses ini
berlanjut secara berulang-ulang, yang membuat senyawa
organik terekstraksi dari sampel dan terkumpul dalam
pelarut (Mukhriani, 2014).

Gambar 1.2.7.1 Alat Soxhletasi


(Sumber : Mukhriani, 2014)

Kelebihan dari metode ekstraksi soxhlet, yaitu mtode


ini sangat efektif dalam mengekstraksi senyawa organik dari
sampel, terutama jika senyawa yang ingin diekstraksi sangat
sulit larut dalam pelarut. Namun, metode ini juga memiliki
beberapa kekurangan, termasuk waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan proses ekstraksi, dan kebutuhan untuk
penggunaan pelarut yang cukup besar (Mukhriani, 2014).
Metode ekstraksi soxhlet umumnya digunakan dalam
bidang farmasi, kosmetik, dan industri makanan untuk
mendapatkan senyawa aktif dari bahan alami, seperti
tanaman atau rempah-rempah. Proses ekstraksi Soxhlet
memungkinkan para peneliti dan industri untuk memperoleh
senyawa organik dalam bentuk murni dan dapat digunakan
dalam berbagai aplikasi (Sudarmadji, 1989).

II. METODE PERCOBAAN


2.1 Alat dan Bahan
2.1.1. Alat
1. Satu set alat ekstraksi soxhlet
2. Labu alas bulat
3. Cawan petri
4. Gelas arlogi
5. Mortar dan alu
6. Neraca analitik
7. Benang Kasur
8. Gelas beaker
9. Klem dan statif
10. Sudip

2.1.2. Bahan
1. Daun teh kemasan 15 gram
2. Etanol
3. Air
4. Vaselin
5. Aluminium foil
6. Batu didih
7. Kertas sarin
2.2 Prosedur Kerja

Serbuk teh dihaluskan dengan mortar dan alu lalu di


timbang sebanyak 15 gram dan dibungkus dengan kertas
saring lalu diikat atas dan bawahnya

Dimasukkan serbuk teh kedalam alat soxhletasi. Kemudian


dimasukkan etanol sebanyak 60% daro volume labu.
Ekstraksi dilakukan sebanyak 7 kali.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 3.1.1 Hasil Pengamatan Rkstraksi Padat – Cair
Waktu Hasil
No Percobaan Sirkulasi
(menit) Thimble Labu
Hijau tua Hijau lumut
1. 1 19
kehitaman bening

2. Ekstraksi 3 47 Hijau tua Hijau tua

Hijau
3. 7 76 Hijau bening
kehitaman
IV. SIMPULAN
1. Pemisahan metode eksraksi padat cair yaitu analisis mengenai
pemisahan senyawa dari padatan untuk diambil ekstraknya.
Percobaan ini menggunakan metode ekstraksi alat soxhletasi yang
dilakukan dengan cara memasukkan sampel ke selongsong,
kemudian dimasukkan pelarut dan sirkulasi yang terjadi selama 7
kali.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi ekstraksi, yaitu jenis pelarut,
suhu, rasio pelarut dan bahan baku, ukuran partikel, pengadukan, dan
lama waktu.
3. Prinsip kerja dari ekstraktor soxhlet adalah salah satu model ekstraksi
(pemisahan/pengambilan) yang menggunakan pelarut sehingga
terjadi ektraksi yang berkelanjutan dengan adanya jumlah pelarut
konstan yang juga dibantu dengan pendingin balik (kondensor)
uapnya akan menguap melalui thumble dan akan menabrak dinding-
dinding kondensor hingga akan terjadi proses kondensasi
(pengembunan) pada sifon penuh kemudian akan disalurkan kembali
kepada labu alas bulat.
4. Kelebihan dan kekurangan ekstraksi menggunakan metode
soxhletasi, yaitu dimana kelebihan dari metode ekstraksi soxhlet,
yaitu mtode ini sangat efektif dalam mengekstraksi senyawa organik
dari sampel, terutama jika senyawa yang ingin diekstraksi sangat sulit
larut dalam pelarut. Sedangkan kekurangannya adalah waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan proses ekstraksi, dan kebutuhan
untuk penggunaan pelarut yang cukup besar.
5. Hasil ekstraksi yang di dapatkan adalah terjadinya perbedaan warna
pada setiap sirkulasi yang di lakukan. Perbedaan warna yang ada di
dalam thumble maupun di dalam labu.
DAFTAR PUSTAKA

Day, dan Underwood. 1998. Quantitave Analysis: Analisis Kimia Kuantitatif,


Terbitan ke-2. Surabaya: Penerbit Erlangga.
Ichwan, R. 2014. Ekstraksi Andrografolid dari Andrographis paniculata (Burm.f.)
Nees Menggunakan Ekstraktor Soxhlet. Pharmaciana, 4(1): 85-92.
Kirk, R. E., dan Othmer, D. F. 1994. Encyclopedia of Chemical Technology. New
York: Interscience Willey.
Lucas, 1949. Principles And Practice In Organic Chemistry. New York : Jhon
Willey And Sons, Inc.
Majid, N.T., dan Nurkholis. 2008. “Pembuatan Teh Rendah Kafein melalui Proses
Ekstraksi dengan Pelarut Etil Asetat”, 2 : 8.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan, 7(2): 361-367.
Perry, R. H., dan Green, D. W. 1984. Perry's Chemical Engineers Hand Book, 6 th.
ed. Tokyo: Mc. Graw Hill Co.
Sudarmadji. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian Edisi I. Yogyakarta:
Liberty.
LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Data Pengamatan
Lampiran 1.2 Tugas dan soal
1. Sebutkan syarat pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
padat cair !
Jawab: Syarat pelarut yang dapat digunakan dalam proses
ekstraksi, yaitu :
- Memiliki daya larut dan selektivitas terhadap solute yang
tinggi. Pelarut harus dapat melarutkan komponen yang
dinginkan sebanyak mungkin dan sesedikit mungkin
melarutkan bahan pengotor.
- Bersifat inert terhadap bahan baku, sehingga tidak bereaksi
dengan komponen yang akan diekstrak.
- Reaktivitas. Pelarut tidak menyebabkan perubahan secara
kimia pada komponen bahan ekstraksi.
- Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi.
- Tidak korosif. tidak beracun, dan tidak mudah terbakar
- Stabil secara kimia dan termal dan tidak berbahaya bagi
lingkungan.
- Memiliki viskositas yang rendah, sehingga mudah untuk
dialirkan.
- Murah dan mudah didapat, serta tersedia dalam jumlah yang
besar.
- Memiliki titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan.
- Memiliki tegangan permukaan yang cukup rendah

2. Apa yang dimaksud dengan lemak/ minyak dan bagaimana


indentifikasinya ?
Jawab: Lemak atau minyak adalah senyawa organik yang terdiri dari
asam lemak dan gliserol. Lemak umumnya tidak larut dalam air
tetapi larut dalam pelarut organik seperti etanol dan eter. Perbedaan
emak dan minyak yaitu dimana lemak biasanya mengacu pada
senyawa organik padat pada suhu kamar, sedangkan minyak
mengacu pada senyawa organik cair pada suhu kamar. Ada beberapa
cara untuk mengidentifikasi lemak atau minyak, di antaranya:
- Tes kertas: Letakkan tetesan lemak atau minyak pada kertas
atau kain, kemudian perhatikan apakah tetap ada noda minyak
atau tidak setelah beberapa saat. Lemak atau minyak akan
meninggalkan noda yang sulit dihilangkan.
- Tes nyala: Minyak atau lemak dapat diuji dengan membakar
sedikit di bawah api. Lemak atau minyak yang murni akan
menghasilkan nyala yang tenang, kuning kebiruan dan tidak
banyak asap.
- Pengamatan mikroskopik: Lemak dan minyak dapat diamati di
bawah mikroskop. Minyak dan lemak memiliki refraktifitas
yang berbeda, yang memungkinkan pengamatan mikroskopik
yang akurat.
- Uji Saponifikasi: Uji ini melibatkan penambahan basa kuat ke
lemak atau minyak. Hasil reaksi akan menghasilkan sabun dan
alkohol.
- Pengukuran suhu leleh: Setiap lemak atau minyak memiliki
suhu leleh yang berbeda, dan pengukuran suhu leleh dapat
membantu mengidentifikasi jenis lemak atau minyak yang ada.
3. Bagaimana saudara menentukan ekstraksi yang saudara lakukan
sudah dianggap selesai ?
Jawab : Cara menentukannya, yaitu ketika terjadinya perubahan
warna pada thimble dimana warnanya lebih transparan/transparan
dan pada wadah labu memiliki warna lebih pekat/sangat pekat.
4. Berikan contoh beberapa proses ekstraksi padat cair yang saudara
ketahui !
Jawab: Beberapa ekstraksi padat – cair, yaitu ekstraksi kafein dari
biji kopi, ekstraksi alkaloid dari tumbuhan, ekstraksi pigmen dari
tanaman, ekstraksi minyak atsiri dari tumbuhan, ekstraksi garam
dari air laut, dan ekstraksi vitamin dari bahan pangan.
5. Apa fungsi penambahan natrium sulfat anhidrat dalam proses
ekstraksi ?
Jawab: Natrium sulfat anhidrat (Na2SO4) digunakan dalam proses
ekstraksi sebagai agen pengering atau drying agent. Fungsi utama
natrium sulfat anhidrat dalam ekstraksi adalah untuk menyerap air
yang terdapat dalam pelarut dan ekstrak, sehingga mempercepat
proses pengeringan dan meminimalkan waktu yang diperlukan
untuk mendapatkan hasil yang kering dan murni.
Lampiran 1.3 Dokumentasi praktikum

Serbuk teh digerus/dihaluskan Serbuk teh telah halus dirimbang


menggunakan mortar dan alu. sebanyak 15 gram.

Gambar rangkaian alat ekstraksi Proses ekstraksi daun teh.


soxhlet.

Anda mungkin juga menyukai