Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES TEKNIK KIMIA II

EKSTRAKSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Proses Teknik Kimia II

Disusun Oleh:
Kelompok IV (A3)

Nadila Tasya NIM. 200140082


Fadhilah Zein Dalimunthe NIM. 200140092
Rofiq Imam Wibowo NIM. 200140141
Renanda Pradila Ritonnga NIM. 200140147

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
ABSTRAK
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah
zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat bercampur untuk mengambil zat
terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Tujuannya adalah untuk
mengetahui proses pengambilan minyak dari ketumbar bubuk dan menentukan kadar
minyak atsiri yang diperoleh per satuan berat ketumbar. Tahapan - tahapan yang
dilakukan pada percobaan ini yaitu ekstraksi pada suhu 65˚C selama 90 menit dan
distilasi pada suhu 65˚C selama 90 menit. Metanol yang digunakan sebanyak 250 ml
sebagai pelarut. Densitas yang diperoleh dari minyak atsiri adalah 0,82 gr/ml, dan
randemen yang diperoleh dari percobaan ini adalah 15 %. Kesimpulan yang dapat
diperoleh dari percobaan ini adalah semakin banyak bahan baku yang digunakan
maka kandungan minyak atsiri di dalam bahan baku semakin banyak.
Kata Kunci : Destilasi, Ekstraksi, Ketumbar, Minyak Atsiri dan Randemen.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Ekstraksi


1.2 Tanggal Praktikum : 13 Oktober 2022
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Nadila Tasya NIM. 200140082
2. Fadhilah Zein NIM. 200140092
3. Rofiq Imam NIM. 200140141
4. Renanda Pradila NIM. 200140147
1.4 Tujuan Praktikum : 1. Mengetahui Proses pengambilan minyak dari
serbuk ketumbar
2. Menghitung kadar minyak ketumbar yang
diperoleh per satuan berat ketumbar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehinnga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu
pelarut cair. Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlaarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Sering kali
campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali
dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan.
Misalnya aja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, pka terhadap
panas, beda sifat – sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang
terlalu rendah. Proses ekstraksi diberhentikan ketika tercapainya kesetimbangan
antara bahan dengan pelarut terhadap ekstrak yang dihasilkan (Mukhriani, 2014).
Sebelum melakukan ekstraksi kita terlenih dahulu harus mengetahui sifat –
sifat minyak atsiri. Sifat – sifat fisis minyak atsiri secara umum adalah sebagai
berikut :
1. Warna: minyak atsiri yang baru dipisahkan biasanya tidak berwarna. Oleh
karena penguapan dan mungkin oksidasi warnanya dapat bermacam – macam,
seperti: hijau, coklat, kuning, biru, dan merah.
2. Rasa: bermacam – macam (ada yang manis, pedas, asam, pahit, dan ada pula
yang mempunyai rasa membakar).
3. Bau: merangsang dan khas untuk setiap jenis minyak atsiri.
4. Berat jenis: berkisar antara 0,698 – 1,188 (gr/cm3) pada 15℃. Kisaran nilai
koreksinya adalah antara 0,00042 _ 0,00084 untuk tiap perubahan 1℃.
5. Kelarutan: tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter, kloroform, asam
asetat pekat, dan pelarut organik lain, kurang larut dalam alkohol encer yang
kadarnya kurang dari 70%.
6. Sifat pelarut yang baik untuk lemak, minyak, resin, kamfer, sulfur, dan fosfor.
(Fransiska, 2008).

2.2 Jenis – jenis Ektraksi


Terdapat dua jenis ekstraksi yang terdapat pada ekstraksi pelarut menguap,
yaitu ekstraksi cair – cair dan ekstraksi padat – cair.
a. Ekstraksi padat – cair (leaching)
Ekstraksi padat – cair (leaching) adalah proses pemisahan cairan dari padatan
dengan menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya. Leaching adalah ektraksi
dengan menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya. Proses ini dimaksudbuntuk
mengeluarkan zat terlarut dari suatu padatan atau untuk memurnikan padatan dari
cairan yang membuat padatan terkontaminasi, seperti pigmen. Metode yang
digunakan untuk ekstraksi akan ditentukan oleh banyaknya zat yang larut,
penyebabnya dalam padatan, sifat padatan, dan besarnya partikel. Jika zat terlarut
menyebar merata di dalam padatan, material yang dekat permukaannya akan pertama
kali larut terlebih dahulu.
Pelarut kemudian akan menangkap bagian pada lapisan luar sebelum
mencapai zat terlarut selanjutnya, dan proses akan menjadi lebih sulit dan laju
ekstraksi menjadi turun. Biasanya proses leaching berlangsung dalam tiga tahap,
yaitu: Pertama perubahan fase dari zat terlarut yang diambil pada saat zat pelarut
meresap masuk. Kedua terjadi proses difusi pada cairan dari dalam partikel padat
menuju keluar. Ketiga perpindahan zat terlarut dari padatan ke zat pelarut.
Pada ekstraksi padat – cair, satu atau beberapa komponen yang dapat terlarut
dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara
teknis dalam skala besar terutama di bidang industri bahan alami dan makanan,
misalnya untuk memperoleh bahan – bahan aktif dari tumbuhan atau organ – organ
binatang untuk keperluan farmasi, gula dari umbi, minyak dari biji – bijian, kopi dari
biji kopi.
Alat – alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu berikut ini biasanya merupakan
bagian dari suatu instalasi lengkap, yaitu terdiri dari:
1. Alat untuk pengolahan awal (pengecilan ukiran, pengeringan) bahan ekstraksi.
2. Ekstraksor yang sebenarnya perlengkapan untuk memisahkan (dengan
penjernihan atau penyaringan) larutan ekstrak dari rafinat (seringkali menyatu
dengan ekstraktor).
3. Peralatan untuk mengisolasi ekstrak atau meningkatkan konsentrasi larutan
ekstrak dan memperoleh kembali pelarut (dengan cara penguapan).
b. Ekstraksi cair – cair
Ekstraksi cair – cair adalah proses pemisahan cairan dari suatu larutan dengan
menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya. Ekstraksi cair – cair adalah proses
pemindahan suatu komponen cairan dari suatu larutan ke cairan yang lain (yaitu
pelarutnya). Pada suatu campuran dua cairan yang saling larut, salah satu adlah
sebagai zat terlarut (solute), dan yang lain adalah zat pembawanya (diluent).
Ekstraksi jika dibandingkan dengan distilasi mempunyai banyak keuntungan
yaitu:
1. Distilasi membutuhkan panas yang besar, misalnya pada larutan dengan
relative volatility sangat dekat.
2. Pemisahan pada proses distilasi akan mengalami kesulitan untuk komponen –
komponen azeotrop.
3. Komponen – komponen di dalam larutan dapat rusak dalam proses
pemanasan.
4. Jika komponen yang akan dipisahkan mempunyai perbedaan sifat fisika yang
kecil.
Pada ekstraksi cair – cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala
besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotik, bahan – bahan penyedap,
produk – produk minyak bumi, dan garam – garam logam. Proses ini juga digunakan
untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair.
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada, ekstraksi pelarut atau juga disebut
dengan ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular.
Pemisahan ini dilakukan secara baik dalam tingkat makro maupun dalam tingkat
mikro. Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur. Batasannya
adalah zat terlarut dapat di transfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase
terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian,
pemisahan, serta analisis pada semua kerja (Raihan, 2018).

2.3 Macam – macam Metode Ekstraksi


Adapun macam – macam metode ekstraksi adalah sebagai berikut:
1. Ekstraksi Secara Dingin
a. Maserasi
Maserasi merupakan metode ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan pelarut selama beberapa hari pada suhu
kamar. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplasi yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan pelarut, tidak mengandung benzoin,
tiraks, dan lilin. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana dan
mudah untuk dilakukan. Sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan waktu yang
cukup lama selama masa perendeman, cairan pelarut yang digunakan cukup banyak,
tidak dapat digunakan untuk bahan – bahan yang mempunyai tekstur keras seperti
benzoin, tiraks, dan lilin.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan
langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya
adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan
metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proes perkolasi sehingga tidak
melarutkan komponen secara efisien.
2. Ekstraksi Secara Panas
a. Refluks
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk mengekstraksi bahan – bahan
yang tahan terhadap pemanasan. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil
yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan
kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada
kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada
kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada
selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air
atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam untuk sintesis
senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.
b. Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisa secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul – molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisa dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa sifon. Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel dengan
tekstur yang lunak dam tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung, pelarut
yang dugunakan lebih sedikit dan pemanasannya dapat diatur. Sedangkan
kerugiannya adalah pelarut digunakan secara berulang, ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus – menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan
reaksi peruraian oleh panas. Jumlah total senyawa yang di ekstraksi akan melampaui
kelarutannya sehingga dapat mengendap. Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan
pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ektraksi
dengan campuran pelarut, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena
uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
c. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ektraksi minyak – minyak
penguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap diperuntukkan untuk
menyari simplisa yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen
kimia yang mempunyai titik didih tinggi pad tekanan udara normal. Pelarut yang baik
untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkan yang tinggi
terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan
kepolaran pelaryt dan kepolaran senyawa yang di ekstraksi. Terdapat kecenderungan
kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan sebaliknya (Sholihatin, 2019).
d. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40 – 50℃.
e. Infuse
Infusei adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan – bahan nabati. Proses ini dilakukan
pada temperatur penangas air 96 - 98℃ selama 15 – 20 menit.

2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi


Faktor – faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi antara lain adalah:
a. Ukuran bahan
Pengecilan ukuran bahan bertujuan untuk memperluas permukaan bahan
sehingga mempercepat penetrasi pelarut ke dalam bahan yang akan di ekstrak. Makin
kecil ukuran partikel, makin besar luas permukaan padatan yang kan di ekstrak,
sehinnga dapat memperbesar luas permukaan transfer massa pelarut ke dalam
padatan. Dengan demikian laju difusi pelarut ke dalam padatan menjadi lebih besar,
namun ukuran partikel juga tidak boleh terlalu kecil larena apabila ukurannya terlalu
kecil (halus) maka akan menyebabkan sulitnya proses pemisahan ampas dari ekstrak
yang didapat.
b. Suhu ekstraksi
Ekstraksi akan lebih cepat jika dilakukan pada suhu tinggi. Biasanya kelarutan
dari bahan yang di ekstraksi akan bertambah dengan meningkatnya suhu sehingga
laju ekstraksinya juga tinggi, koefisien difusivitas juga akan swmakin meningkat
degan naiknya suhu sehingga dapat mempercepat laju ekstraksi
c. Pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai pelarut merupakan pelarut pilihan yang
terbaik. Pelarut yang baik adalah pelarut yang tidak merusak solute atau residu,
harganya relatif murah, memiliki titik didih rendah, murni, dan tidak berbahaya.
Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama.
d. Pengadukan
Pengadukan larutan juga penting karena akan meningkatkan difusi eddy dan
perpindaha solute dari permukaan padatan ke badan larutan, selain itu pengadukan
juga mencegah terjadinya pengendapan (Fransiska, 2008).

2.5 Minyak Atsiri


Minyak atsiri atau disebut juga dengan essensial olis, etherical oils, atau
volatile oils adalah senyawa yang mudah menguap yang tidak larut di dalam air dan
merupakan ekstrak alami dari tanaman, baik yang berasal dari daun, bunga, kayu,
biji-bijian, ataupun kulit buah. Komponen senyawa kimiawi dalam minyak atsiri
dapat dibagi dalam 3 golongan yaitu:
1. Hydrocarbon
Senyawa yang termasuk dalam golongan ini terbentuk dari unsur hidrogen (H)
dan karbon (C).
2. Oxygenated Hydorcarbon
Senyawa yang termasuk dalam golongan ini terbentuk dari unsur hidrogen
(H), karbon (C), dan oksigen (O).
3. Komponen-komponen lainnya
Senyawa lainnya seperti asam, lacones, senyawa belerang, nitrogen.
Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas yang memiliki potensi besar di
Indonesia. Setidaknya ada 80 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di
pasar internasional, dan 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia karena
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang dibudidayakan. Salah satu jenis
minyak atsiri yang dapat diproduksi di Indonesia adalah minyak kulit jeruk (citrus
pell oil). Kulit buah jeruk peras (Citrus nobillis L), hasil akibat kurangnya
pengetahuan akan manfaatnya. Secara umum, ekstrak kulit buah jeruk mengandung
asam sitrat, asam amino, dan minyak atsiri. Dari ketiga senyawa di atas, presentase
kandungan minyak atsiri adalah yang tertinggi (Kartika dkk 2013).
Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder
yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan
(hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati)
dalam mempertahankan ruang hidup (Brady, 1999).

2.6 Ketumbar
(Coriandrum sativum) adalah tumbuhan rempah-rempah yang populer.
Buahnya yang kecil dikeringkan dan diperdagangkan, baik digerus maupun tidak.
Bentuk yang tidak digerus mirip dengan lada, seperti biji kecil-kecil berdiameter 1-
2 mm. Ketumbar mempunyai aroma yang khas. Aroma ini disebabkan oleh
komponen kimia yang terdapat dalam minyak atsiri ketumbar. Komponen utama
minyak atsir ketumbar adalah linalool, dengan komponen pendukung lainnya seperti
geraniol, geranil asetat dan camphor. Dalam perdagangan obat ia dinamakan fructus
coriandri. Tumbuhan ini berasal dari Eropa Selatan dan sekitar Laut Kaspia.
Ketumbar biasanya digunakan pelancar pencernaan, peluruh kentut (carminative),
peluruh ASI (lactago), dan penambah nafsu makan (stomachica). Namanya berbeda-
beda di berbagai negara juga di berbagai daerah di Indonesia.

Manfaat yang diambil dari ketumbar adalah dari daun, biji, dan buah. Dari
semua bagian itu terdapat kandungan berupa sabinene, myrcene, a-terpinene,
ocimene, linalool, geraniol, dekanal, desilaldehida, trantridecen, asam petroselinat,
asam oktadasenat, d-mannite, skopoletin, p-simena, kamfena, dan felandren.
Khasiatnya tak sebatas pelancar pencernaan saja. Ketumbar juga berguna untuk
meredakan pusing, muntah-muntah, influenza, wasir, radang lambung dan radang
payudara, campak, masuk angin, tekanan darah tinggi, dan lemah syahwat.Minyak
atsiri ketumbar mengandung coriandrol (linalool). Linalool dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku parfum, farmasi, aroma makanan dan minuman, sabun mandi,
bahan dasar lilin, sabun cuci, sintesis vitamin E, pestisida dan insektisida.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.3 Alat – alat
Adapun alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Seperangkat alat ekstraksi 1 buah
2. Seperangkat alat distilasi 1 buah
3. Thermometer 250 ml 1 buah
4. Neraca digital 1 buah
5. Erlenmeyer 1 buah
6. Kertas saring secukupnya
7. corong 1 buah
8. Piknometer 5 ml 1 buah
9. Aluminium foil secukupnya
10. Magnetic stirer 1 buah
11. Gelas ukur 1 buah
12. Labu leher tiga 1 buah
13. Kondensor 1 buah
14. Statif dan klem 1 buah
15. Hot plate 1 buah
3.1.2 Bahan – bahan
Adapun bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Ketumbar bubuk 55 gram
2. Methanol 250 ml

3.2 Prosedur Kerja


3.1.1 Tahap ekstraksi
Adapun Prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu:
1. Timbang bubuk ketumbar sebanyak 55 gram.
2. Dirangkai alat untuk proses ekstraksi.
3. Kemudian sampel di masukkan kedalam alat ekstraksi.
4. Dimasukkan pelarut (Metanol) dalam labu leher tiga sebanyak 250 ml.
5. Dimasukkan pemanas dan suhu di atur sesuai metanol 65oC sehingga
pelarut menguap, lama waktu ekstraksi di lakukan selama 1 jam 30 menit.
6. Ekstraksi dihentikan dan di saring filtratnya.
3.1.2 Tahap distilasi
1. Dirangkai alat untuk proses destilasi
2. Di masukkan filtrat yang telah di saring ke dalam labu distilasi.
3. Di atur suhunya menjadi 65oC.
4. Di atur putaran dan waktu distilasi selama 1 jam 30 menit.
5. Setelah 2 jam, proses distilasi dihentikan untuk dianalisa.

3.2 Tahap Analisa


3.2.1 Tahap Analisa Rendemen
1. Ditimbang erlenmeyer kosong.
2. Dimasukkan minyak atsiri ke dalam erlenmeyer 250 ml, Kemudian ditimbang
kembali.
3. Hasil pengurangan antara massa erlenmeyer poin 2 dan 1 adalah massa
minyak atsiri yang dihasilkan.
4. Rendemen minyak atsiri dapat diketahui dengan menggunakan rumnus:
Berat Minyak Atsiri-Berat Erlenmeyer Kosong
Rendemen minyak atsiri = x
Berat Sampel
100%......(3.1)
3.2.2 Tahap Analisa Densitas
1. Ditimbang piknometer kosong yang berukuran 5ml.
2. Dimasukkan minyak atsiri ketumbar bubuk yang telah dihasilkan ke dalam
piknometer tersebut, kemudian ditimbang kembali.
3. Hasil pengurangan antara massa piknometer poin 2 dan 1 adalah massa
minyak atsiri.
4. Densitas sampel minyak Atsiri ketumbar bubuk dapat diketahui dengan
rumus:
Berat Minyak Atsiri Ketumbar Bubuk
Densitas = …………………..…………...……
Volume Piknometer
(3.2)
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel 4.1
dan Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tahapan Ekstraksi dan Distilasi pada Percobaan Ekstraksi
No Tahapan Bahan Baku Pelarut Suhu
Waktu (Menit)
(℃)
1. Ekstraksi Ketumbar Bubuk Methanol 65℃ 90
2. Distilasi Hasil Ekstraksi 90
Sumber: (Hasil Praktikum Proses Teknik Kimia II, 2022)
Tabel 4.2 Tahapan Analisa Percobaan Ekstraksi
No Analisa Hasil
1. Rendemen (%) 15 %
2. Densitas (gr/ml) 0,82 gr/ml
Sumber: (Hasil Praktikum Proses Teknik Kimia II, 2022)

4.2 Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengekstraksi suatu zat atau senyawa
menggunakan pelarut, yang mana zat pelarut adalah ketumbar yang sudah dihaluskan
(diblender) dengan pelarut adalah methanol. Setelah di ekstraksi, dilanjutkan dengan
proses distilasi untuk memisahkan antara minyak atsiri dengan methanolnya. Proses
ekstraksi padat – cair akan berlangsung dengan lebih baik bila diameter partikel
diperkecil, begitu pula hambatan difusinya menjadi kecil sehingga laju difusinya
bertambah, oleh karena itu pada praktikum ini kami menggunakan ketumbar bubuk
sebanyak 55 gram (Treybal, 1979).

4.2.1 Analisa Rendemen Minyak Serbuk Ketumbar


Berdasarkan Tabel 4.1 massa bahan baku dengan volume pelarut berpengaruh
signifikan terhadap rendemen minyak atsiri yang dihasilkan. Tinggi rendahnya
rendemen yang didapatkan dipengaruhi oleh kontak antara pelarut dengan bahan
baku. Pada percobaan yang kami lakukan bahwa luas permukaan bahan baku tidak
terlalu hal sehingga hasil yang didapat pada minyak atsiri setelah di destilasi masih
ada kandungan metanol sedikit berbau metanol pada minyak atsiri. Berdasarkan tabel
4.2 rendemen yang didapat adalah 15%. Semakin banyak bahan baku yang digunakan
maka kandungan minyak dalam bahan semakin banyak, akan tetapi jika terlalu
banyak, hasil destilasi minyak atsiri cenderung menurun dan apabila luas permukaan
sampel lebih halus lagi maka akan menghasilkan minyak atsiri yang maksimal.
Apabila massa bahan baku terlalu banyak menyebabkan pelarut yang digunakan tidak
mampu berdifusi dan mendesak minyak atsiri ke permukaan secara optimal.
Akibatnya, minyak atsiri masih banyak yang tertinggal di dalam jaringan bahan baku.
Dalam proses destilasi air-uap, massa bahan baku yang terlalu sedikit juga
tidak efisien karena menyebabkan uap pelarut lebih banyak yang menguap langsung
ke kondensor dari pada yang berdifusi kedalam jaringan dan mendesak minyak atsiri
ke permukaan. Pada praktikum ini rendemen dihasilkan dengan massa minyak atsiri
permassa sampel awal. Hal ini menunjukkan bahwa pada perbandingan tersebut
kemampuan pelarut optimal untuk berdifusi ke dalam jaringan tanaman dan
mendesak minyak atsiri ke permukaan.
4.2.1 Analisa Densitas Minyak Atsiri
Pada praktikum ini densitas dihasilkan dengan massa minyak atsiri per
volume piknometer. Dapat dilihat pada Tabel 4.2 densitas minyak adalah 0,82 gr/ml.
Hal ini menunjukkan bahwa massa bahan baku terhadap volume pelarutnya
berpengaruh terhadap jumlah minyak atsiri yang dihasilkan, tapi tidak berpengaruh
terhadap komposisi minyak atsiri itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan densitas suatu
minyak dipengaruhi oleh jumlah komponen senyawa yang terkandung dalam minyak
atsiri itu sendiri. Densitas minyak atsiri sering dihubungkan dengan berat komponen
yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung di dalam
minyak, semakin besar pula nilai densitasnya.
Jumlah volume pelarut dengan massa bahan baku yang digunakan pada
destilasi air-uap berpengaruh terhadap aroma dan warna minyak atsiri ketumbar yang
dihasilkan, tapi tidak berpengaruh terhadap tekstur minyak tersebut. Aroma, warna
dan tekstur merupakan parameter penting dalam menentukan mutu dan kemurnian
minyak atsiri. Aroma mengindikasikan kandungan yang terdapat dalam minyak atsiri.
Semakin besar massa bahan baku yang digunakan maka akan semakin
menyengat baunya tetapi pada massa bahan baku yang terlalu banyak aroma minyak
atsiri yang ditimbulkan cenderung berkurang. Perbedaan tingkat aroma berasal dari
perbedaan kadar senyawa yang dihasilkan dari minyak atsiri. Berkurangnya aroma
yang timbul pada massa bahan baku yang terlalu banyak dengan volume pelarut yang
tetap diduga didalam minyak, semakin besar pula nilai densitasnya.
Indeks bias minyak atsiri dengan pelarut metanol mempunyai nilai indeks bias
lebih besar dibandingkan dengan nilai indeks bias minyak atsiri dengan pelarut n-
heksana, dan aseton, hal ini disebabkan oleh komponen bergugus oksigen dalam
minyak atsiri yang terekstrak oleh metanol tersuling lebih banyak sehingga kerapatan
minyak akan bertambah dan cahaya yang datang akan sulit dibiaskan menyebabkan
nilai indeks biasnya menjadi lebih besar. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias
yang lebih besar lebih mendekati kemurnian minyak atsiri dibandingkan dengan
minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil (Fransiska, 2008).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengambilan minyak atsiri pada serbuk jahe dengan metode ekstraksi dapat
meningkatkan rendemen.
2. Jenis pelarut, volume pelarut, dan lamanya waktu ekstraksi yang berpengaruh
terhadap proses rendemen minyak ketumbar yang dihasilkan, rendemen yang
didapat adalah 15%.
3. Semakin bear fraksi berat yang terkandung pada minyak maka semakin besar
pula nilai densitasnya, densitas minyak atsiri ketumbar yaitu 0,82 gr/ml
4. Proses pengambilan minyak atsiri dari ketumbar dilakukan dengan cara
diekstraksi menggunakan pelarut methanol.
5. Aroma, warna, dan tekstur merupakan parameter penting menentukan mutu
dan kemurnian minyak atsiri
5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dilakukan pemisahan pelarut
menggunakan ethanol dan bahan yang digunakan itu kemiri bubuk agar dapat
menambah menjadi perbandingan jumlah minyak atsiri yang dihasilkan serta
menambah wawasan juga.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, Fransisca, Laurentia Eka Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Tanaman Sereh
Dengan Menggunakan Pelarut Methanol, Aseton, Dan N-Heksana Setiawan
dan Felycia Edi Soetaredjo. 2008.. Jurnal Widya Teknik Vol 7, No. 2.

Brady, E. James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur, Jilid 1, edisi 5,
Jakarta:Binarupa Aksara.

Mukhriani. 2014. Ekstraksi. Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.


Jurnal Kesehatan, 7(2).

Kartika, Fika Awalia Rizki, dan Eva Hardiani Amanatufahmi. 2013. Pemanfaatan
Limonene dari Kulit Jeruk Nipis (Jeniper) dalam pembuatan Lilin Aromatik
Penolak Serangga (Repelen). PKM-Penelitian.

Mukhriani. 2014. Ekstraksi. Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.


Jurnal Kesehatan, 7(2).

Penuntun Praktikum PTK II. 2021. UNIMAL: Lhokseumawe

Raihan, Raudhatul. 2018. Konsep Leaching atau ekstraksi cair – cair. Teknik Kimia.
Universitas Malkussaleh
Sholihatin. 2019. Apa Itu Ekstraksi??. Farmasi: Universitas Iskandar Muda
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
B.1 Tahap Analisa Rendemen dan Densitas Minyak Atsiri
Diketahui:
1. Berat Erlenmeyer Kosong = 107,3 gr
2. Berat Erlenmeyer + serbuk ketumbar = 115,6 gr
3. Berat minyak ketumbar = 8,3 gr
Berat minyak atsiri
Rendemen Minyak Atsiri = x 100%
Berat sampel awal
8,3
= x 100%
55
= 15 %

B.2 Tahap Analisa Densitas Minyak Atsiri


Diketahui:
1. Berat piknometer kosong = 12,61 gr
2. Berat piknometer + minyak ketumbar = 16,71 gr
3. Berat minyak atsiri = 4,1 gr
Berat minyak atsiri
Densitas Minyak Atsiri =
Volume piknometer
4,1
=
5
= 0,82 gr/ml
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

No. Gambar dan Nama Alat Fungsi Alat

1. Seperangkat Alat Ekstraksi Pemisahan suatu komponen yang


terdapat dalam sampel padat
dengan cara penyarian berulang -
ulang dengan pelarut yang sama,
sehingga semua komponen yang
diinginkan dalam sampel terisolasi
dengan sempurna

2. Seperangkat Alat Distilasi Untuk memisahkan larutan dengan


menguapkan berdasarkan titik didih
larutan

3. Thermometer Untuk mengukur suhu (temperatur)


ataupun perubahan suhu
4. Neraca Digital Untuk mengukur berat atau massa
suatu benda atau zat

5. Erlenmeyer Digunakan untuk proses titrasi


untuk menampung larutan yang
akan dititrasi

6. Kertas Saring Untuk memisahkan partikel


suspensi dengan cairan, atau untuk
memisahkan antara zat terlarut
dengan zat padat
7. Corong Pemisah Digunakan dalam ekstraksi cair –
cair untuk memisahkan komponen
– komponen dalam suatu campuran
antara dua fase pelarut dengan
densitas berbeda yang tak
bercampur

8. Piknometer Untuk mengukur nilai suatu massa


jenis atau densitas aliran fluida

9. Alumunium Foil Untuk menutup bagian mulut alat –


alat yang berupa kaca, dan untuk
wadah serta membungkus sampel
bahan
10. Magnetic Stirer Digunakan untuk mengaduk dan
memanaskan larutan satu dengan
larutan lain yang bertujuan untuk
membuat suatu larutan homogen
dengan bantuan pengaduk batang
magnet

11. Gelas Ukur Sebagai tempat untuk mengukur


suatu larutan

12. Labu Leher Tiga Sering digunakan pada proses


destilasi, pada masing – masing
leher biasa digunakan untuk
thermometer, memasukkan bahan
kimia yang akan didestilasi dan
jalan uap cairan yang akan
dilewatkan pada gelas pendingin
13. Kondensor Untuk proses refluks (pemanasan
dengan pendingin balik)

14. Statif dan Klem Untuk membantu dalam proses


penelitian di laboratorium, seperti
dstilasi, titrasi, ekstraksi, dan
refluks

14. Hot Plate Digunakan untuk memanaskan


campuran / sampel

Anda mungkin juga menyukai