Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas dari salah satu dosen mata kuliah Fitikomia II.
Tugas yang penulis susun yaitu sebuah makalah yang berjudul “METODA EKSTRAKSI
DAN METODA ISOLASI”.
Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen mata kuliah Fitikomia II.

Penulis menyadari bahwa tidak mungkin tugas ini dapat selesai apabila dilakukan
tanpa bantuan, bimbingan, dorongan dan nasihat dari berbagai pihak yang telah membatu.
Karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
bersangkutan dalam pembuatan tugas ini .

Dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis sehingga tugas ini tidak
sesempurna yang diharapkan karena masih banyak kekurangannya . Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Terlepas dari
itu, penulis berharap agar tugas ini dapat bermanfaat dikemudian hari untuk segala pihak
yang membutuhkan .

Sekian yang dapat penulis sampaikan semoga tugas ini dapat bermanfaat.

‘Wasalamualaikum Wr.Wb.’

Jakarta, 18 mei 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tumbuhan, terpenoid berguna sebagai hormon pertumbuhan dan sebagai
pelindung untuk menolak serangga dan serangan mikroba. Sedangkan pada
pengobatan, senyawa ini dapat mengendalikan aktivitas bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif.
Pada suatu bahan alam mengandung berbagai macam zat. Keragaman dari
jenis dan jumlah struktur molekul yang dihasilkan oleh tumbuhan sangat banyak.
Masalah utama dari penelitian di bidang fitokimia ini ialah untuk menyusun data yang
ada mengenai setiap golongan senyawa khusus. Apabila diperkirakan terdapat ribuan
alkaloid tumbuhan dan perhatian ahli farmakologi pada alkaloid baru sedemikian
besar sehingga alkaloid baru terus ditemukan dan dipaparkan.
Untuk menganalisanya suatu zat pada bahan alam diperlukan metoda
pemisahan, pemurnian dan identifikasi. Metoda pemisahan zat dari bahan alam yang
akan digunakan dilakukan dengan metoda ekstraksi dan isolasi. Metoda ekstraksi dan
isolasi yang digunakan bergantung pada tekstur dan kandungan air dari bahan
tumbuhan yang akan diekstraksi.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Mengetahui pengertian Terpenoid
1.2.2 Mengetahui secara umum mengenai metoda ekstrasi, isolasi dan identifikasi
senyawa monoterpen
1.2.3 Mengetahui penggunaan metoda ekstraksi dan isolasi

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dapat dikaji anatara lain:
1.3.1 Apakah pengertian Terpenoid?
1.3.2 Apakah pengertian metoda ekstraksi?
1.3.3 Apa sajakah jenis-jenis metoda pemisahan?
1.3.4 Apa sajakah macam-macam metoda ekstraksi?
1.3.5 Apa sajakah tahapan proses ekstraksi?
1.3.6 Apakah pengertian metoda isolasi?
1.3.7 Apa sajakah tahapan proses isolasi?
1.3.8 Bagaimana metoda ekstraksi dan metoda isolasi digunakan?
BAB II

ISI

2.1 Terpenoid
2.1.1 Pengertian

Terpenoid adalah komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai


bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan disebut sebagai
minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari
penentuan struktur secara sederhana yaitu dengan perbandingan atom
hidrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu delapan banding
lima. Dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa
tersebut adalah golongan terpenoid.
Terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau
lebih unit C -5 yang disebut unit isoprene. Unit C-5 ini dinamakan demikian
karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isoprene.
Secara umum biosintesa dari terpenoid terjadi dengan tiga reaksi dasar yaitu:
1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam
mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,
seskui-, di-, tri-, tetra-, dan poli- terpenoid.
3. Penggabungan ekor unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan
steroid.

Berdasarkan unit isoprene terpenoid dapat dikelompokkan sebagai berikut:

N
o Jenis Senyawa Jumlah atom karbon Sumber
1 Monoterpenoid 10 Minyak atsiri
2 Seskuiterpenoid 15 Minyak atsiri
3 Diterpenoid 20 Resin Pinus
4 Triterpenoid 30 Damar
5 Tetraterpenoid 40 Zat warna karoten
6 Politerpenoid ≥40 Karet alam

Terpenoid yang tersusun atas dua isoprene membentuk senyawa golongan


monoterpenoid (C10H16), seskuiterpen (C15H24) tersusun atas tiga unit isoprene.
Diterpenoid (C20H32) tersusun atas empat unit isoprene, triterpenoid (C30H42)
tersusun atas enam unit isoprene, dan tetraterpen (C40H64) tersusun atas delapan
isoprene.
2.2 Ekstraksi
2.2.1 Pengertian
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling melarutkan, biasanya air dan
yang lainnya pelarut organik. Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan
melarutkan bahan campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan
ini adalah kelarutan bahan dalam pelarut tertentu.
2.2.2 Metoda Pemisahan
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau skelompok senyawa yang
mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala
laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk
mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering
disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat
dalam suatu sampel (analisis laboratorium).
Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu metode pemisahan sederhana dan metode
pemisahan kompleks.
a. Metode Pemisahan Sederhana
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara
satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan
yang relatif sederhana.
b. Metode Pemisahan Kompleks
Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja,
diantaranya penambahan bahan tertentu,pengaturan proses mekanik alat,
dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya
menggabungkan dua atau lebih metode sederhana.
3. Metoda Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan
campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah
kelarutan bahan dalam pelarut tertentu. Beberapa macam ekstraksi adalah
ekstraksi dengan menggunakan pelarut, ekstraksi destilasi uap dan destilasi
dengan cara lain.

2.1.3.1 Ekstraksi dengan menggunakan pelarut


a. Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung. Ekstraksi dengan menggunakan metoda ini bertujuan untuk
menghindari rusaknya senyawa akibat pemanasan. Jenis ektraksi dingin
diantaranya:
1) Maserasi
Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan menggunakan
pelarut diam, atau dengan beberapa kali pengocokan pada suhu ruang.
Maserasi kinetic merupakan metoda maserasi dengan pengadukan
secara sinambung tapi yang ini jarang digunakan.
2) Perkolasi
Perkolasi merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut
yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang
umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosesnya terdiri dari tahap
pengembangan bahan, maserasi antara, perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai
diperoleh ekstrak yang jumlahnya satu sampai lima kali volume bahan.

b. Ekstraksi Cara Panas


Metoda ini melibatkan panas pada prosesnya. Dengan adanya panas
secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan dengan
cara dingin. Ekstraksi dengan cara panas ada beberapa macam, diantaranya:
1) Refluks
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan
pada titik didih pelarut tersebut. Selama waktu tertentu dan sejumlah
pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Umumnya
dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada residu
pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi sempurna, ini bahasa
buku lagi. Prosedurnya: masukkan sampel dalam wadah, pasangkan
kondensor, panaskan. Pelarut akan mengekstraksi dengan panas, terus
akan menguap sebagai senyawa murni dan
kemudian didinginkan dalam kondensor, turun lagi ke wadah,
mengekstraksi lagi dan begitu seterusnya. Proses umumnya dilakukan
selama satu jam.

2) Ekstraksi dengan alat Soxhlet


Ekstraksi ini merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu
baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini
sampel disimpan dalam alat Soxhlet dan tidak dicampur langsung
dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan
hanyalah pelarutnya, pelarut didinginkan dalam kondensor dan pelarut
dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel.

3) Digesti
Merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan
kontinyu) yang dilakukan pada suhu lebihtinggi dari suhu ruangan,
secara umum dilakukan pada suhu 40C – 50C.

4) Infusa 
Infusa merupakan proses ekstraksi dengan merebus sample
(khusunya simplisia) pada suhu 90C

2.1.3.2 Ekstraksi dengan destilasi uap


Pada ekstraksi dengan menggunakan uap merupakan ekstraksi
senyawa dengan kandungan yang mudah menguap. Biasanya digunakan
pada campuran senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 0C atau
lebih. Atau suhu mendekati 100 0C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih. Campuran dipanaskan melalui uap
air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga
dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke
kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.
Prinsip dari ekstraksi jenis ini adalah penyarian minyak menguap
dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air
dipanakskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu
sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yanf terdapat dalam
simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju
kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga,
campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah
dan akan memisahkan antara air dan minyak atsiri.

2.1.3.3 Cara Ekstraksi Lainnya


a. Ekstraksi Berkesinambungan
Proses ekststraksi ini dilakukan berulang dengan pelarut yang
berbeda atau resirkulasi pelarut dan peosesnya tersusun berurutan
beberapa kali. Dilakukan untuk meningkatkan edisiensi (jumlah
pelarut) dan dirancang untuk bahan dalam jumlah besar yang terbagi
dalam beberapa bejana ekstraksi.
b. Superkritikal Karbondioksida
Digunakan untuk ekstraksi serbuk simplisia dan umumnya
digunakan gas karbondioksida. Dengan variable tekanan dan
temperature akan diperoleh spesifikasi kondisi polaritas tertentu yang
sesuai untuk melarutkan senyawa dengan kandungan tertentu.
c. Ekstraksi Ultrasonik
Menggunakan getaran ultrasonic > 20000 Hz. Prinsipnya
meningkatkan permeabilitas dinding sel. Hasil ekstraksi tergantung
pada frekuensi getaran, kapasitas alat dan proses ultrasonic.
d. Ekstraksi Energi Listrik
Energi listrik yang digunakan dalam bentuk medan listrik,
medan magnet dan elektrik discharger. Energi listrik ini dapat
mempercepat dan meningkatkan hasil dengan prinsip menimbulkan
gelombung spontan dan menyebarkan gelombang ultrasonic.
4. Tahapan Ekstraksi
Untuk memperoleh kandungan senyawa organic dari jaringan tumbuhan
kering yaitu dengan cara menghaluskan terlebih dahulu bahan kemudian
mengekstraksi serbuk bahan dengan alat Soxhlet menggunakan sederetan pelarut
secara berganti-ganti. Ekstrak yang diperoleh kemudian dijernihkan dengan
menggunakan penyaring dan pompa air dan dipekatkan. Ekstrak yang pekat
dimungkinkan dapat mengkristal jika dibiarkan. Bila sudah terdapat Kristal maka
ekstrak harus disaring. Bila terdapat senyawa tunggal, Kristal dapat dimurnikan
dengan pengkristalan kembali.

2.2 Isolasi
2.2.1 Pengertian
Pada dasarnya isolasi senyawa kimia dari bahan alam itu adalah sebuah
cara untuk memisahkan senyawa yang bercampur sehingga dapat menghasilkan
senyawa tunggal yang murni. Seperti halnya pada saat kita ingin mendapatkan
suatu senyawa yang terdapat pada tumbuhan. Pada tumbuhan terkandung ribuan
bahkan jutaan senyawa, baik yang dikategorikan sebagai metabolit primer
ataupun metabolit sekunder. Pada kebanyakan kasusm proses isolasi senyawa
dari bahan alam mentargetkan untuk mengisolasi senyawa metabolit sekunder,
karena senyawa metabolit sekunder telah terbukti dapat memberikan manfaat
terhadap kehidupan manusia.

2.2.2 Tahapan Isolasi


Beberapa tahapan isolasi adalah sebagai berikut:
a. Melakukan ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik.
b. Melakukan pemisahan dengan berbagai metoda kromatografi antara lain
menggunakan metoda partisi, kromatografi kolom, Kromatografi planar,
kromatografi radial, HPLC dll.
c. Elusidasi struktur senyawa yang telah diisolasi dengan menggunakan
berbagai metoda spectroskopi seperti Inframerah, spektum massa, NMR dll
d. Ujikan aktivitas farmakologis senyawa yang telah berhasil diisolasi
2.3 Aplikasi Ekstraksi dan Isolasi
Banyak aplikasi dari ekstraksi dan isolasi sederhana dapat ditemukan dalam
keseharian manusia, teknik ekstraksa dan isolasi yang lebih modern dengan beberapa
langkah prosedur yang rumit dapat ditemukan di laboratorium Kimia. Ekstraksi dan
isolasi dapat digunakan untuk bahan-bahan berikut :
a. Bahan-bahan aktif dari tumbuhan atau organ-organ binatang untuk keperluan
farmasi
b. Gula dari umbi
c. Minyak dari biji-bijian
d. DNA dan RNA dari sela
e. Zat warna dari tumbuhan
f. Logam-logam dari mineralnya, dsb.

Inilah beberapa macam aplikasi metoda ekstraksi dan isolasi yang biasa
digunakan:
2.3.1 Ekstraksi fluida superkritis untuk menghasilkan minyak sawit merah kaya
β-Karoten

Sifal β-Karoten yang tidak stabil oleh panas dan cahaya, menyebabkan
perlu dipelajarinya suatu teknik ekstraksi yang menggunakan daerah superkritis
suatu pelarut untuk mengekstrak minyak sawit yang kaya β –karoten. Dilakukan
penelitian untuk meningkatkan ekstrak minyak sawit kaya akan β –karoten.
Kondisi-kondisi ekstraksi yang dilakukan dalam penelitian pendahuluan, pada 3
tekanan (3500, 4000, dan 4500 psi) dengan 3 suhu pemanasan (35 °C, 40 °C dan
45 °C) selama waktu ekstraksi 4 jam, diperoleh kondisi optimum ekstraksi
minyak sawit dari mesokarp sawit yaitu pada tekanan 4500 psi dan suhu 40 °C.
Pada kondisi tekanan 4500 psi, suhu 40 °C berhasiil diekstrak minyak dengan
rendemen 15,46% berat kering atau efektifitas ekstraksinya adalah 40,64%,
dengan kadarasam lemak bebas pada minyak sawit 55,21%, kandungan
karotenoid 140,59 ppm, dan indeks bias minyak sawit 1,465.

2.3.2 Isolasi dan karakterisasi senyawa flavonoid dari daun tanaman obat
Orthosiphon stamineus
Enam senyawa flavonoid sudah di isolasi dari daun tanaman obat
Orthosiphon stamineus. Strukturnya terdiri sebagai eupatorin, sinensetin, 5-
hidroksi-6,7,3′,4′-tetrametoksiflavonoid, salvigenin, 6-hidroksi-5,7,4′-
trimetoksiflavonoid dan 5,6,7,3′-tetrametoksi -4′-hidroksi -8-C-preniflavonoid.

2.3.3 Ekstraksi minyak dari alga

Ekstraksi minyak dari ganggang merupakan salah satu proses yang dapat
menentukan keberlanjutan minyak berbasis alga biodiesel. Banyak produsen
minyak alga menggunakan kombinasi pelarut mekanik menekan dan kimia dalam
mengekstraksi minyak.

2.3.4 Ekstraksi enzimatik

Ekstraksi enzimatik menggunakan enzim untuk mendegradasi dinding sel


dengan air berfungsi sebagai pelarut, ini membuat fraksinasi minyak jauh lebih
mudah. Biaya proses ekstraksi ini diperkirakan jauh lebih besar dari ekstraksi
heksana.

2.3.5 Kejutan osmotik

Kejutan osmotik adalah pengurangan mendadak tekanan osmotik, hal ini


dapat menyebabkan sel-sel dalam larutan pecah. Kejutan osmotik kadang-kadang
digunakan untuk melepaskan komponen seluler, seperti minyak.

2.3.6 Ekstraksi, isolasi dan uji keaktifan senyawa aktif buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa) sebagai pengawet makanan alami

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan


teknik ekstraksi batch dengan variasi temperatur operasi dan variasi rasio umpan
terhadap pelarut metanol. Analisis fitokimia dilakukan terhadap ekstrak dan
dilengkapi dengan uji antioksidan dengan metode inhibisi radikal bebas DPPH
(1, 1-diphenyl-2-picrylhydrazyl).

Metode tray drier dan kering angin menghasilkan ekstrak dengan


komponen bioaktif terlengkap. Metode pengeringan dengan matahari kehilangan
senyawa alkaloid selama pengeringan sedangkan bahan beli selain kehilangan
senyawa alkaloid, juga kehilangan senyawa saponin. Proses pengeringan buah
mahkota dewa dengan tray drier mampu memberikan aktivitas antioksidan
ekstrak tertinggi dengan nilai DPPH ekuivalen sebessar 0,200 μmol DPPH/mg
padatan kering. Metode pengeringan lain seperti pengeringan dengan matahari
dan kering angin serta pembanding bahan beli dari pasar tradisional
menghasilkan nilai DPPH ekuivalen secara berurutan sebesar 0,037, 0,117 dan
0,117 μmol DPPH/mg padatan kering. Tititk maksimum dari penelitian ini
tercapai pada T=50ºC dan rasio F:S= 1:50 (g/mL) dengan perolehan oleoresin
maksimum sebesar adalah 0,3034 g oleoresin/g padatan kering dan aktivitas
antioksidan maksimum sebesar 0,2925 μmol DPPH/g padatan kering.

2.3.7 Ekstraksi dan isolasi alumunium dari bauksit

Aluminium sangat sulit diekstraksi melalui ekstraksi karbon karena


tergolong dalam deret elektrokimia (deret reaktivitas) yang tinggi. Diperlukan
suhu yang tinggi untuk memudahkan ekstraksi. Ekstraksi aluminium dapat
menggunakan elektrolisis. Bijih diubah menjadi aluminium oksida murni dengan
proses Bayer, kemudian dielektrolisis dalam kriolit (senyawa aluminium yang
lain) yang telah dilelehkan. Aluminium oksida mempunyai titik didih yang
terlalu tinggi untuk dielektrolisis sendirian. Bijih aluminium biasanya berupa
bauksit. Bauksit adalah aluminium oksida kotor. Pengotor yang banyak terdapat
dalam bauksit adalah besi oksida, silikon dioksida, dan titanium dioksida.

Anda mungkin juga menyukai