Anda di halaman 1dari 8

Nama MHS :Ditya Oktaviani Dosen :Apt. Zainab, M.

Si

NIM/Klas : 1800023222 Asisten :-


Gol/Kel :1/6 Nilai :
Hari/Tgl Prak : 1 April 2021 Laporan

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGEMBANGAN OBAT TRADISIONAL


PERCOBAAN II

OPTIMASI PELARUT PENGEKSTRAKSI DENGAN METODE SLD

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2021
PERCOBAAN I
OPTIMASI PELARUT PENGEKSTRAKSI DENGAN METODE SLD

A. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan optimasi campuran 2 macam pelarut (etanol P
dan air) pada saat membuat ekstrak, salah satunya dengan metode Simplex Lattice
Design (SLD).

B. DASAR TEORI
1. Daun Teh
Tanaman (daun) teh (Camellia sinensis) adalah spesies tanaman yang daun
dan pucuk daunnya digunakan untuk membuat teh. Teh adalah bahan minuman
yang secara universal dikonsumsi di banyak negara serta berbagai lapisan
masyarakat (Tuminah, 2004).
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobinta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Theales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
Camellia sinensis, suatu tanaman yang berasal dari famili theaceae,
merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 10 - 15 meter di alam bebas
dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika dibudayakan sendiri. Daun dari tanaman ini
berwarna hijau muda dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Tanaman
ini memiliki bunga yang berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya
berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua (Mahmood et al., 2010). Buahnya
berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing-masing buah dengan
ukuran sebesar kacang (Mahmood et al., 2010).
Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh (Camellia sinensis)
melalui proses pengolahan tertentu. Secara umum berdasarkan cara/poses
pengolahan tertentu. Teh dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu teh
hijau, teh oolong, teh putih dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara
meninaktifasi enzim oksidase / fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar,
dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas, buat dengan
cara memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah.
Teh hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatis
terhadap kandungan katekin teh. Sementara, teh oolong dihasilkan melalui proses
pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling penggulungan daun,
dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Oleh karena itu, teh oolong
disebut sebagai teh semi-fermentasi, yang memiliki karakteristik khusus
dibandingkan teh hitam dan teh hijau (Hartoyo, 2003).
Komposisi kimia pada teh terdiri dari kafein, tanin, protein, gula dan
minyak atsiri yang terbentuk karena fermentasi dan menghasilkan aroma yang
khas (Johnson dan Peterson, 1974). Menurut Potter (1973), daun teh mengandung
3 komponen penting yang akan memengaruhi mutu minuman, yaitu, kafein, tanin
dan senyawa turunannya, juga minyak atsiri.
2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan zat terlarut atau senyawa yang tercampur
dalam suatu larutan berdasarkan perbedaan kelarutannya. Faktor yang dapat
mempengaruhi proses ekstraksi diantaranya teknik ekstraksi yang akan digunakan,
pelarut bahan yang akan diekstrak, serta ukuran partikel yang akan diekstrak dan
temperatur udara. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses ekstraksi,
adalah:
a. Selektivitas, pelarut yang digunakan harus selektif untuk mengekstraksi zat-
zat tertentu yang ingin diekstrak agar dapat menghasilnya hasi ekstraksi yang
murni.
b. Pelarut yang digunakan harus memiliki kemampuan untuk melarutkan
senyawa ekstraksi yang tinggi
c. Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh
larut dalam bahan ekstraksi.
d. Kerapatan, pelarut sebaiknya memiliki perbedaan kerapatan yang besar
dengan bahan yang akan di ekstrak.
e. Pelarut jangan sampai menimbulkan perubahan pada komponen-komponen
bahan ekstraksi. Tapi dalam kasus tertentu perubahan secara kimia diperlukan
untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi.
f. Titik didih dari pelarut dan bahan yang akan di ekstrak tidak boleh terlalu
dekat karena proses pemisahan biasa dilakukan dengan cara penguapan,
distilasi dan rektifikasi.
g. Sebaiknya pelarut yang akan digunakan tidak mudah terbakar, tidak korosif,
tidak beracun, memiliki viskositas yang rendah, bukan merupakan emulsifier,
serta memiliki kondisi stabil secara kimia maupun fisika.
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara
dingin dan cara panas. Jenis-jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut:
a. Ekstraksi yang dilakukan secara dingin dapat dilakukan dengan
1) Maserasi yang merupakan metode ekstraksi yang menggunakan teknik
pemisahan dengan proses sederhana, di mana pelarut digunakan dan
diaduk beberapa kali pada suhu kamar.
2) Perkolasi adalah metode ekstraksi yang terjadi menggunakan pelarut
dalam bahan yang akan diekstraksi.
3) Metode soxhletasi atau okletation adalah ekstraksi dengan pelarut selalu
baru dengan bantuan alat khusus dan pengadukan terus menerus.
Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing.
b. Ekstraksi secara panas juga dapat dilakukan dengan
1) Metode Refluks yang merupakan metode ekstraksi yang terjadi dengan
pemanasan, sehingga titik didih tertentu tercapai.
2) Metode ekstraksi Infus adalah ekstraksi dengan air sebagai pelarut saat
dipanaskan.
3) Dekokta adalah proses infus yang hanya dilakukan dalam periode waktu
yang lebih lama.
4) Metode Destilasi uap, ekstraksi dengan penguapan. Sama seperti metode
dingin, masing-masing metode ini juga memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.
3. Cairan penyari
Pemilihan cairan penyari yang baik harus mempertimbangkan beberapa
kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi
netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya
menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan
diperbolehkan oleh peraturan (Anonim, 1986).
Pelarut organik kurang digunakan dalam penyarian, kecuali dalam proses
penyarian tertentu. Salah satu contoh eter minyak tanah digunakan untuk menarik
lemak dari serbuk simplisia sebelum dilakukan proses penyarian. Untuk penyarian
ini, Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air,
etanol, etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih
terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol-air (Anonim,
1086).
a. Air : Air dipertimbangkan sebagai penyari, karena murah dan mudah
diperoleh, stabil, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, tidak
beracun, dan alamiah. Kerugian penggunan air sebagai penyari adalah tidak
selektif, sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak, dan untuk
pengeringan diperlukan waktu lama. Disamping itu adanya air akan
mempercepat proses hidrolisa sehingga untuk memekatkan sari air
dibutuhkan waktu dan bahan bakar lebih banyak bila dibandingkan dengan
etanol (Anonim, 1986).
b. Etanol : Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif,
kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun,
netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala
perbandingan, dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
Sedang kerugiannya adalah bahwa etanol mahal harganya. Etanol dapat
melarutkan alkaloida basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin,
antrakinon, flavonoid, steroid, damar, dan klorofil, lemak, malam, tanin dan
saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu hanya terbatas.
Untuk meningkatkan penyarian biasa digunakan campuran antara etanol dan
air (Anonim, 1986).
4. Simplex Lattice Design
Formula yang optimal seringkali dapat diperoleh dengan penerapan
Simplex Lattice Design. Penerapan Simplex Lattice Design digunakan untuk
menentukan optimasi formula pada berbagai perbedaan komposisi bahan (yang
dinyatakan dalam beberapa bagian) yang jumlah totalnya dibuat tetap yaitu sama
dengan satu bagian. Penerapan Simplex Lattice Design dapat digambarkan dalam
dua komponen pelarut pada dua komposisi yang berbeda.
Prinsip dasar simplex lattice design adalah untuk mengetahui profil efek
campuran terhadap suatu parameter. Dasar dari metode ini adalah adanya dua
variabel bebas, A dan B. Rancangan ini dibuat dengan memilih tiga kombinasi
dari campuran dua variabel tersebut dan dari setiap kombinasi diamati respon
yang didapat. Respon yang diharapkan haruslah yang paling mendekati tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya baik maksimum atau minimum. Hubungan
antara respon dan komponen dapat digambarkan dengan rumus :
Y= a [A] + b [B] + ab [A] [B]
Keterangan :
Y = respon yang diharapkan
a, b, ab = Koefisien yang didapat dari percobaan
[A],[B] = fraksi (bagian) komponen dengan persamaan :
0 ≤ [A] ≤ 1
0 ≤ [B] ≤ 1
[ A ] + [ B] = 1
Untuk mengetahui nilai a, b, dan ab dipelukan tiga (3) percobaan, yaitu :
1. Percobaan 1. Menggunakan komponen A= 1 bagian, berarti percobaannya
menggunakan A saja (A=100%)
2. Percobaan 2. Menggunakan komponen B= 1 bagian, berarti percobaannya
menggunakan B saja ( B = 100%)
3. Percobaan 3. Menggunakan komponen A dan B masing-masing ½ bagian,
berarti percobaannya menggunakan A 50% dan B 50%
Dengan demikian respon yang didapat dari hasil percobaan ke dalam
persamaan diatas maka dapat dihitung harga koefisien a, b, dan ab. Dengan
diketahuinya harga-harga koefisien ini dapat pula dihitung nilai Y (respon)
pada setiap variasi campuran A dan B sehingga dapat digambarkan profilnya
(Amstrong dan James, 1996)
C. ALAT DAN BAHAN
a. Alat : gunting, toples kapasitas 2 L, Erlenmeyer, kertas saring, batang pengaduk,
cawan porselin, timbangan elektrik (sartorius) penangas air, pengaduk, labu
tentukur 25 mL, seperangkat spektrometer UV-Vis.
b. Bahan : daun jambu biji (kelompok 1, 2, 3); daun teh (kelompok 4, 5, 6). air,
Etanol absolut (teknis 96%), Etanol p.a, Metanol, Folin Ciocalteu 7,5%, AlCl3
10%, Na asetat 1M, NaOH 8%
Standar kuersetin : 100, 75, 50 dan 25 g/mL
Standar asam galat : 100, 70, 50, 30, 15 dan 5 g/mL
D. CARA KERJA
1. Penyiapan bahan baku
Serbuk simplisia diayak dengan ayakan mesh no. 40 hingga diperoleh
sebanyak minimal 300 g.
2. Pembuatan larutan baku
a. Timbang saksama lebih kurang 10 mg asam galat
b. masukkan dalam labu tentukur 25 mL.
c. Larutkan dalam metanol P dan tambahkan metanol P sampai tanda.
d. Buat seri pengenceran larutan pembanding dengan kadar berturut-turut 100,
70, 50, 30, 15 dan 5 g/mL (untuk kelompok daun teh).
3. Optimasi jenis cairan penyari dengan sistem simplex lattice design
Optimasi dilakukan dengan menggunakan 3 macam komposisi pelarut
etanol P dan air yaitu 1:0, 0,5:0,5, dan 0:1 (bila skala 10, maka
perbandingannya 10:0, 5:5, dan 0:10).
a. Timbang saksama lebih kurang 1 g serbuk simplisia, sebanyak 3 kali,
b. masukkan masingmasing ke dalam labu Erlenmeyer.
c. Tiap Erlenmeyer ditambahkan 25 mL pelarut dengan perbandingan masing-
masing (yaitu etanol-air 1:0, 0,5:0,5, dan 0:1 atau 25:0, 12,5:12,5, dan 0:25),
ekstraksi selama 1 jam dengan pengaduk magnetik.
d. Saring ke dalam labu tentukur 25 mL, tambahkan pelarut sampai tanda
e. Pipet secara terpisah 1 mL larutan uji dan masing-masing larutan
pembanding ke dalam wadah yang sesuai
f. Tambahkan masing-masing dengan 5,0 mL enceran Folin Ciocalteu LP
(7,5% dalam air)
g. Diamkan 8 menit, tambahkan 4,0 mL NaOH 8%, inkubasi selama 1 jam.
h. Ukur serapan masing-masing pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 730 nm.
i. Lakukan pengukuran blanko dengan cara yang sama tanpa penambahan
larutan uji.
j. Buat kurva kalibrasi dan hitung kadar fenol total dihitung sebagai asam
galat larutan uji (untuk kelompok daun teh).
4. Penyarian sampel dengan pelarut etanol-air 3:7 dan 7:3
Pengujian validitas kurva hasil optimasi metode SLD perlu dilakukan
dengan cara membandingkan respon hasil perhitungan kadar zat aktif dengan
menggunakan kurva SLD dengan hasil penetapan kadar zat aktif yang tersari
dengan menggunakan pelarut etanol-air 3:7 dan 7:3.
a. Timbang saksama lebih kurang 1 g serbuk simplisia, sebanyak 2 kali,
b. Masukkan masingmasing ke dalam labu Erlenmeyer.
c. Tiap Erlenmeyer ditambahkan 25 mL pelarut dengan perbandingan masing-
masing (yaitu etanol-air 0,3:0,7 dan 0,7:0,3 atau 7,5:17,5 dan 17,5:7,5),
ekstraksi selama 1 jam dengan pengaduk magnetik.
d. Saring ke dalam labu tentukur 25 mL
e. Tambahkan pelarut sampai tanda.
f. Lanjutkan dengan proses yang sama untuk mengukur kadar fenol total
dihitung sebagai asam galat (untuk kelompok daun teh).

Anda mungkin juga menyukai