PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tumor jinak, 368 orang (13%) terdiagnosis kanker payudara dan sisanya merupakan
dilakukan setelah operasi. Efek yang ditimbulkan dari pengobatan ini lebih buruk dari
kanker yang diderita oleh pasien. Oleh karna itu di butuhkan alternative pengobatan
yang lebih baik untuk meminimalisir efek samping pengobatan secara medis
dkk., 2011).
Potensi biota laut sebagai sumber bahan bioaktif baru banyak diteliti dalam
Sejarah evolusi yang panjang pada biota laut menyebabkan biota laut mempunyai
keaneka ragaman molekul yang sangat tinggi. Berbagai jenis senyawa dengan
bermacam-macam bioaktivitas telah ditemukan dari biota tersebut mulai dari
antibakteri, anti jamur, anti virus, antiplasmodium dan sebagainya (Triyanto, dkk.,
2004).
beranekaragam dan sangat besar jumlahnya serta tiada duanya di dunia. Dengan
kondisi tersebut lautan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan
Bangsa Indonesia, hal ini baik ditinjau dari segi alamnya, sebagai sarana transportasi,
sarana rekreasi, pendidikan dan penelitian, konservasi alam serta sarana pertahanan
keamanan negara. Bahkan untuk masa depan akan lebih banyak ditentukan pada
coral sekitar 590 jenis, seagrass 12 jenis, mangrove 43 jenis, sponge 850 jenis, ikan
karang 2057 jenis, crustacean 1512 jenis, echinodermata 1412 jenis dan moluska
2500 jenis (Pratiwi, 2013).
Salah satu contoh organisme laut yang memiliki kandungan kimia yang
menarik adalah spon. Spon diketahui dapat menghasilkan sejumlahproduk laut yang
terpenoid, steroid, fenolik dan lain-lain (Krisyanella, 2003). Beberapa jenis spon yang
memiliki bioaktivitas yang menarik seperti aktivitas antibakteri dari Petrosia nigran
(Handayani, Sayuti & Dachriyanus., 2008), aktivitas antifungi dari Stylissa
Axinella brenstyla (Yalcin, 2007), dan aktivitas sitotoksik dari spongia sp dan
Senyawa bioaktif ditemukan dari sekitar 11 genera spons. Tiga genera spons
yaitu Haliclona, Petrosia dan Discodemia memiliki efek antikanker yang sangat kuat
Sponge Haliclona sp merupakan salah satu biota laut yang kaya akan
memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel tumor. Biota laut yang biasa disebut
spon laut ini merupakan spesies yang toksik, sementara studi mengenai
uraian diatas maka dilakukanlah penelitian tentang isolasi dan identifikasi senyawa
antikanker dari spons haliclona sp. di kabupaten bulukumba.
B. Rumusan Masalah
pertumbuhan larva udang artemia salina sebagai metode uji aktivitas antikanker
(BSTL).
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi dan isolasi senyawa murni dari spons haliclona yang berasal
larva udang artemia salina sebagai metode uji aktivitas antikanker (BSTL).
D. Manfaat penelitian
2. Sebagai sumber pustaka tentang profil dan kandungan spons haliclona sp.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Filum Forifera. Forifera berasal dari kata Pori = pori-pori, Fera/Faro = memiliki
(Ahmad dan Suryati, 1996). Filum Porifera terdiri dari tiga kelas yaitu : Calcarea,
Demospongiae dan Hexactinellida. Filum Porifera terdiri dari empat kelas yaitu :
tubuhnya sederhana. Spikula sponge ini tersusun dari Kalsium Karbonat dan tidak
mengandung spongin. Sebagian besar sponge dari kelas ini bentuknya kecil-kecil dan
berwarna putih keabu-abuan dan ada beberapa jenis berwarna kuning, merah jambu
dan hijau. Elemen kerangka dari calcarea berbentuk spikula triaxon dan tidak ada
perbedaan megasklera dan mikrosklera. Beberapa jenis sponge ini adalah Sycon
dalam mesohil (lapisan gelatin yang tersusun atas sel-sel amoebosit yang dapat
bagian tubuh porifera). Di dalam mesohil sponge memiliki bentuk sel seperti amoeba
yang berbeda-beda. Acheohytes adalah sel berukuran besardengan ukuran inti sel
yang besar. Sel-sel ini bersifat totipoten, mampu mengakumulasi kalsium di dalam
mesohil untuk memproduksi spikula, tiga sklerosit akan melebur menjadi satu untuk
membentuk spikula pada ruang antar sel (Kosloff, 2003 dalam Pratama, 2014)
di daerah dalam dengan kedalaman 50 meter bahkan ada yang dapat tumbuh
hingga 1 meter. Disebut juga sponge gelas. Spikula terdiri dari silikat dan tidak
dikenal, karena sulit mendapatkan. Contoh sponge ini adalah Euplectella sp dan
abiotik yang sangat kecil. Partikel kecil diambil ke dalam melalui arus yang di
ciptakan oleh colla bodies, partikel tersebut diserap melalui saluran dalam
sponge. Collar bodies dilapisi dengan microvili yang menjebak makanan dan
kemudian melewati vakuola melalui colla bodies menuju ke dalam syncytia (Kosloff,
2003 dalam Pratama, 2014)
3. Kelas Demospongiae
Sponge dari kelas ini tidak memiliki spikula triaxon (spikula kelas Hexactinellida),
Beberapa jenis sponge kelas ini ada yang tidak mengandung spikula tetapi hanya
mengandung serat-serat kolagen atau spongin saja. Contohnya Cliona sp dan Spongia
sp (Pratama, 2014).
pada berbagai ukuran dari beberapa milimeter sampai lebih dari 2 meter. Mereka
dapat membentuk krusta tipis, benjolan, pertumbuhan seperti jari, atau bentuk
guci. Butiran pigmen pada sel amoebocytes sering membuat anggota kelas ini
berwarna cerah, seperti kuning terang, oranye, merah, ungu dan hijau. Tingkatan
organisasi merupakan petunjuk yang dapat diandalkan untuk mengetahui
dari 90% dari 5.000 jenis sponge diketahui tergolong ke dalam Demospongiae.
Perbandingan ini belumlah termasuk dari catatan fosil dimana kurang dari setengah
mayoritas luas hidup Demospongiae tidak memiliki rangka yang dengan mudah
menjadi fosil, begitu keanekaragaman fosil mereka, yang mana ujung-ujungnya
populasi mereka yang sebenarnya. Sebagai spesies dalam jumlah besar dapat
berbeda, dari lingkungan intertidal yang menghasilkan energi hangat yang tinggi
hingga ke perairan abisal yang dalam dan dingin. Tentu saja, semua Porifera yang
hidup di air tawar adalah Demospongiae (Pechenik, 1991). Salah satu spesies dari
Haliclona merupakan salah satu jenis sponge yang termasuk dalam filum
porifera (Sijabat, 2009) kelas Demospongiae dan famili Chalinidae (Massarani, dkk.,
2016). Famili Chalinidae merupakan keluarga terbesar dari ordo Haplosclerida dan
dilaporkan bahwa telah ditemukan 197 spesies dari genus Haliclona didunia (Kang,
dkk., ) populasi terbaru dari Haliclona sp telah ditemukan sejak awal penemuan spon
pada tahun 1989 di Rottnest Island (Abdo, dkk., 2007). Menurut Abdo, dkk (2007)
penyelidikan terbaru mengenai populasi tersebut pada 2 jenis morfologi yaitu Green
Haliclona dan Brown Haliclona memiliki hasil identifikasi yang sama terhadap
Sponge dari genus Haliclona, Xestospongia, dan Amphimedon spp kaya akan
sitotoksisitas yang tidak biasanya seperti pada alkaloid jenis Porifera lain.
panjang yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel tumor. Mekanisme yang
terjadi adalah induksi apoptosis pada sel tumor. Metabolit lain dari Haliclona sp
adalah Triangulyne A, Triangulyne E, Pellynol A, B, C, D, I. Pellynol A menunjukkan
aktivitas
antitumor yang kuat terhadap human colon tumor cell line HCT-116 (IC50 0.026
ini mempunyai sifat sitotoksik kuat terhadap cultured cells serta mempunyai aktivitas
anti tumor terhadap beberapa sel tumor yang diujikan secara in vitro. Goldstein
menemukan adanya senyawa lain yang berperan sebagai toksin. Senyawa tersebut
adalah adocia sulfate-2(AS-2) yang menghambat kerja dari kinesin yang berfungsi
B. Kanker payudara
dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker
paru, hati, perut, kolorektal dan kanker payudara (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Kanker payudar aadalah sel yang mengalami pertumbuhan abnormal pada jaringan
wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker payudara (Rondonuwu, dkk. 2016).
Berdasarkan data penelitian Harrianto dkk di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
tahun 2005, faktor risiko kanker payudara di antaranya adalah riwayat keluarga
Selain itu, juga terdapat faktor risiko lain yang diduga berpengaruh terhadap kejadian
obesitas(Anggorowati, 2013).
Pencarian obat baru anti kanker juga sangat gencar dilakukan. Hal ini
disebabkan kanker masih merupakan penyakit yang mematikan dan belum ada obat
yang dapat menyembuhkan hingga seratus persen. Di Amerika pada tahun 2000
hampir 9.6 juta jiwa terdeteksi mengindap kanker ( NCI, 2003) . Walaupun tingkat
keberhasilan dalam terapi kanker semakin meningkat, namun terapi modern yang ada
saat ini seperti operasi, kemoterapi, atau radiasi bervariasi tingkat kesuksesannya
tergantung pada stadium dan jenis tumor/kanker. Disamping biayanya tinggi, terapi
tersebut juga masih mempunyai efek samping yang tinggi. Hal ini menyebabkan
banyak penderita kanker menyerah karena tidak tahan terhadap efek samping yang
disamping mahalnya biaya pengobatan itu sendiri. Tingginya efek samping dari
yang spesifik terhadap sel kanker saja, tetapi obat tersebut juga menyerang sel-sel
normal. Munculnya sel kanker yang bersifat Multidrug resistance (MDR) atau tahan
terhadap berbagai obat kanker juga memacu peneliti untuk menemukan obat anti
kanker baru yang mampu menembus dan mematikan sel kanker tersebut (Tanaka et
C. Kemoterapi
khusus untuk membunuh sel kanker. Beberapa Jenis kemoterapi antara lain
Neoajuvant, Kemoterapi Ajuvant dan kemoterapi Paliatif (Yudissanta danRatna,
2012). Kemoterapi yang paling baik adalah kemoterapi ajuvan karena telah terbukti
dapat mengurangi efek samping, dapat lebih mengontrol metastasis, serta memiliki
lain efek terhadap fisik dan psikologis. Efek tersebut antara lain alopesia, mual dan
muntah, myalgia, neuropati, rentan infeksi, stomatitis, diare, penurunan imunitas dan
D. Metabolit sekunder
metabolit sekunder terbentuk pada saat tidak ada pertumbuhan sel yang dikarenakan
1. Flavonoid
Flavonoid telah dikenal sebagai produk hasil alam dengan efek yang
sebagai senyawa yang efektif. Flavonid pertama kali ditemukan oleh pemenang
Nobel, Albert Szent Gyorgyi pada tahun 1930. Flavoniod merupakan metabolit
sekunder yang secara kimia mempunyai struktur dasar dengan dua cincin aromatis
dengan tiga atom C diantara C6-C3-C6. Tiga atom C antar cincin tersebut membentuk
cincin ketiga yang berupa heterosiklik O. Kedua cincin aromatis berasal dari
biosintesis yang berbeda, cincin A dari jalur poliketida sementara cincin B berasal
Flavonoid merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas
dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini merupakan
penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah, ungu, dan biru
dalam daun bunga, daun, dan buah pada tumbuhan tinggi. Antosianin adalah molekul
yang tidak stabil. Stabilitas warna dari antosianin sangat dipengaruhi oleh pH,
pelarut, suhu, konsentrasi antosianin dan strukturnya, oksigen, cahaya, asam askorbat,
enzim dan zat lain yang menyertainya. Degradasi dapat terjadi pada proses ekstraksi,
2. Alkaloid
sifat alkali. Sifat inilah yang membuat penamaan golongan senyawa-senyawa ini
disebut sebagai alkaloid. Sifat alkali dimungkinakan karena secara kimia alkaloid
adalah senyawa organik yang mengandung nitrogen baik satu atau lebih dalam bentuk
amina primer sekunder maupun tersier. Defenisis umum yang digunakan untuk
alkaloid dalam kimia hasil alam atau hasil alam adalam senyawa organik siklik yang
mengandung N dengan tingkat oksida negatif yang terdapat secara terbatas dalam
Golongan alkaloid bersifat racun, aktifitas fisiologi yang kuat dan luas bersifat
basa dan nitrogen terdapat sebagai heterosiklik. Alkaloid ini secara biosintesis adalah
merupakan turunan asam amino. Alkaloid yang paling terkenal adalah kelompok
diturunkan dari asam amino dan dianggap sebagai derivat amina sederhana. Atom
derivat amino sehingga disebut alkaloid semu. Pseudo alkaloid yang paling banyak
ditemukan dalam kehidupan ialah kafein yag terdapat pada kopi (Sitorus, 2010: 193).
3. Steroid
biogenetik menunjukkan bahwa steroid yang terdapat dialam berasal dari triterpenoid
METODOLOGI PENELITIAN
bulan Oktober dan dilakukan isolasi dan pengujian bioaktivitas pada bulan di
Laboratorium Kimia Organik Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu oven, lampu UV 254-
336 nm, neraca analitik, pompa vakum, kolom kromatografi cair vakum (KKCV),
adaptor, hotplate, kondensor, steel head, termometer 110C, labu alas bulat 1000 mL,
Erlenmeyer 500 mL, gelas kimia 500 mL, chamber, corong sintered glass, gelas ukur
100 ml, gelas kimia 100 ml, statif, klem, batang pengaduk, spatula, corong, mangkok
kaca, pipet skala, tabung reaksi, pipa kapiler, labu semprot, spatula, batang pengaduk,
pipet tetes 3 ml, botol vial, botol reagen, toples, mangkok kaca, botol kaca, selang,
karet dan ember.
2. Bahan
aquades (H2O), asam sulfat (H2SO4) 10%, batu didih, es batu, ekstrak kental spons,
etanol 96% (C2H5OH), etil asetat (C4H8O2), kain blacu, kertas saring, n-heksan
(C6H14), metanol (CH3OH), plat KLT (Kromatografi Lapis Tipis) ukuran 7x1 cm,
silica G60 (230-400 mesh) no. katalog 7730, silica G60 (230-400 mesh) no. katalog
7733, silica G60 (230-400 mesh) no. katalog 7734 dan tissu.
C. Prosedur Kerja
1. Sampling
Sampel diambil dari kedalaman laut sekitar 3-10 m karena pertumbuhan dan
komunitas dari terumbu karang dan spons adalah optimum pada kedalaman tersebut
(Suharyanto, 2008).
2. Preparasi Sampel
Sampel diambil langsung dari laut, dicuci dan dibersihkan kemudian disimpan
(Aminah, dkk., ).
a. Maserasi
Toples yang telah berisi spons tersebut ditambahkan pelarut metanol (CH3OH).
Hasil maserat kemudian diperas, lalu didestilasi sampai terbentuk ekstrak kental.
Ekstrak yang dihasilkan dimasukkan ke dalam mangkuk yang telah diketahui bobot
b. Uji KLT
Dipotong plat KLT ukuran 7x1 cm kemdudian plat KLT diaktivasi dalam
oven selama 10 menit. Ekstrak kental diencerkan dengan pelarut yang sesuai lalu
sampel ditotol di atas plat KLT dengan pipa kapiler. Plat KLT yang sudah ditotolkan
sampel dimasukkan ke dalam chamber. Setelah dielusi, plat KLT diangkat dan
dikeringkan. Setelah itu, dilihat penampakan noda disinari UV apabila noda tidak
c. Pembuatan Eluen
eluennya yaitu non polar murni 100%, non polar : polar 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6,
3:7, 2:8, 1:9 dan pelarut polar 100%. Kemudian eluen ditampung dibotol reagen.
d. Fraksinasi KKCV
diimpregnasi dengan silica gel no. catalog 7733. Fasa diam atau adsorben KKCV
silica gel no. catalog 7730 dikemas pada kolom KKCV dalam keadaan vakum
kemudian ekstrak yang telah diimpregnasi diratakan diatas fasa diam. Kemudian
permukaan ekstrak ditutup dengan kertas saring. Setelah itu, dialiri dengan eluen
e. Fraksinasi KKG
Percobaan ini dilakukan dengan cara silica G60 (230-400 mesh) no. katalog
7734 yang dialiri dengan n-heksan dimasukkan di dalam kolom gravitasi dan diatur
sedemkian rupa hinga tak ada gelembung udara. Ekstrak kental spons digerus dengan
silica G60 (230-400 mesh) no. katalog 7733 dengan tabung reaksi hingga rata.
Kemudian dimasukkan ke dalam kolom yang berisi silica G60 (230-400 mesh) no.
katalog 7734 yang telah dialiri n-heksan hingga memadat. Setelah itu, dialiri dengan
eluen yang memiliki perbandingan berturut-turut. Setelah itu, fraksi disimpan dalam