Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI SPESIES MIKROALGA DARI BERBAGAI CARA

HIDUPNYA

Oleh
Nama
NIM
Kelompok
Rombongan
Asisten

: Silviyatun Nimah
: B1J013016
:4
:3
: Sri Turna Asih

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alga merupakan organisme yang dianggap sebagai nenek moyang tumbuhan
saat ini. Alga memiliki beberapa karakteristik yang juga dimiliki oleh tumbuhan saat
ini seperti pigmen klorofil. Alga secara morfologi dapat terbagi menjadi dua
golongan yaitu mikroalga (alga dengan ukuran mikroskopis) dan makroalga (alga
yang berukuran makro). Namun, secara spesifik bentuk tubuh beserta ukurannya
tidak akan sama persis dengan tumbuhan dan ukuran tubuhnya sekalipun dalam
bentuk makro tidak mudah dilihat dengan mata telanjang. Mikroalga merupakan
tumbuhan thalus yang berklorofi dan mempunyai pigmen tumbuhan yang dapat
menyerap cahaya matahari melalui proses fotosintesis. Hidup di air tawar, payau, laut
dan hidup secara terestrial, epifit, dan epizoic.
Mikroalga merupakan mikroba tumbuhan air yang berperan penting dalam
lingkungan sebagai produser primer, disamping bakteri dan fungi yang ada disekitar
kita. Sebagian mikroalga bersifat fotosintetik, mempunyai korofil untuk menangkap
energy matahari dan karbon dioksida menjadi karbon organic yang berguna sebagai
sumber energy bagi kehidupan consumer seperti kopepoda, larva moluska, udang dan
lain-lain. Selain perannya sebagai produsen primer, hasil sampinga fotosintesa
mikroalga yaitu oksigen juga berperan bagi respirasi biota disekitarnya. Pengetahuan
tentang fikologi telah berkembang pesat setelah beragam jenis alga dengan
karakteristiknya masing-masing berhasil diidentifikasi.
Mikroalga umumnya bersel satu atau berbentuk benang, sebagai
tumbuhan dan dikenal sebagai fitoplankton. Fitoplankton memiliki zat hijau daun
(klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan
oksigen dalam air. Sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut,
fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik masih kecil maupun
yang dewasa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai indikator kesuburan suatu
perairan. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas
perairan laut apabila jumlahnya berlebihan. Contoh kelas Dinoflgellata tubuhnya
memiliki kromatopora yang menghasilkan toksin (racun), dalam keadaan blooming
dapat mematikan ikan. Dewasa ini fitoplankton telah banyak dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan manusia antara lain bidang : bidang perikanan, industri farmasi
dan makanan suplemen, pengolahan limbah logam berat, sumber energi alternatif
biodiesel.

Keberadaan mikroalga atau kelimpahan mikroalga di lingkungan sangat


bervariasi terutama di areal yang lembap. Kelimpahan mikroalga di alam yang begitu
luas belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh manusia. Hal ini dikarenakan kurangnya
identifikasi dari mikroalga.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman
mikroalga ditinjau dari berbagai cara hidupnya di alam.
C. Tinjauan Pustaka
Populasi alam dari suatu fitopalnkton menunjukkan keragaman genetisn
makhluk hdiup. Penelitian mengenai fitoplankton lebih mengarah pada pengaruh
fitoplankton dalam mengatasi racun (Eigemann, 2013). Sampai saat ini kurang lebih
20.000 jenis mikroalga telah teridentifikasi dan hanya sedikit yang telah dapat
diisolasi dan dikultur. Beberapa mikroalga tidak dikultur karena belum ada yang
mencoba untuk mendapatkannya. Beberapa juga belum dapat dikultur karena
perkembangan metode isolasi dan kultur mikroalga belum begitu baik. Berbagai jenis
mikroalga merupakan organisme fotosintetik, kebanyakan uniseluler, dan struktur
reproduksinya kurang berkembang baik (Feldman, 1951).
Mikroalga adalah mikroorganisme fotosintetik dengan morfologi sel yang
bervariasi, baik uni-selular maupun multiselular (membentuk koloni kecil). Sebagian
besar mikroalga tumbuh secara fototrofik, meskipun tidak sedikit jenis yang mampu
tumbuh secara heterotrofik. Ganggang hijau-biru prokariotik (cyanobacteria) juga
termasuk dalam kelompok mikroalga.

Dalam Bergey's Manual of Systematic

Bacteria, kelompok mikroorganisme ini ditempatkan bersama-sama dengan klas


Oxyphotobacteria, dalam divisi Gracilicutes (Isnasetyo, 1995).
Mikroalga terkadang hidup dengan bersimbiosis dengan organisme lain
seperti fungi. Simbiosis antar keduanya dapat membentuk lichen. Mikroalga
mendapatkan perlindungan sedangkan jamur mendapatkan nutrisi dari mikroalga.
Identifikasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri
yang beraneka ragam dari individu-individu. Kemudian mencari perbedaanperbedaan yang mantap sifatnya diantara individu-individu yang nampaknya sama.
Sel mikroalgae dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8 divisi algae merupakan bentuk
unicellulair. Dari 8 divisi algae, 6 divisi telah digunakan untuk keperluan budidaya

perikanan sebagai pakan alami. Setiap divisi mempunyai karakteristik yang ikut
memberikan andil pada kelompoknya, tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan
perbedaan-perbedaan dari lainnya. Ada 4 karakteristik yang digunakan untuk
membedakan divisi mikro algae yaitu tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe
komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel. Selain itu morfologi sel dan bagaimana
sifat sel yang menempel berbentuk koloni / filamen adalah merupakan informasi
penting didalam membedakan masing-masing group (Prihatini, 2007)..

II.

MATERI DAN METODE


A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini meliputi pipet tetes, beaker
glass, mikroskop cahaya, object glass, cover glass, botol kecil/Konica, planktonet,
ember.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel mikroalga dari air
kolam D3, akuades steril.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam acara Identifikasi Spesies Mikroalga dari
Berbagai Cara Hidupnya
1. Sampel mikroalga dari air diambil dengan planktonet dan dimasukan botol.
2. Dengan menggunakan pipet tetes sampel mikroalga diambil satu tetes dan
diteteskan diatas objek glass, tututp dengan cover glass diamati dibawah
mikroskop.
3. Identifikasikan dan klasifikasikan jenis mikroalga yang diperoleh menggunakan
buku identifikasi atau web identifikasi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Gambar 3.1 Pediastrum sp.

B. Pembahasan
Pengetahuan tentang fikologi telah berkembang pesat setelah beragam jenis
alga dengan karakteristiknya masing-masing berhasil dikultur. Berbagai institusi di
dunia telah menyimpan koleksi kultur mikroalga yang potensial dapat dimanfaatkan
untuk berbagai aplikasi (Brotowidjoyo, 1995). Mikroalgae juga berperan sebagai
indikator pencemaran perairan dan agen bioremidiasi (Prihatini et al., 2007).
Berdasarkan hasil yang didapat, ditemukan 3 spesies mikroalga, yaitu
Pediastrum sp., Coelastrum astroideum, Rhizoclonium sp. Mikroalga tersebut
memiliki klasifikasi/deskripsi masing-masing antara lain :
1. Pediastrum sp.
Klasifikasi Pediastrum sp. :
Divisi

: Chlorophyta

Class

: Chlorococcales

Famili

: Hidrodictyaceae

Genus

: Pediastrum

Spesies

: Pediastrum sp.
Ciri-ciri sel dan koloni tanpa selabung gelatin yang mencolok, sel membentuk

seperti piring datar melingkar, sel tubuh dalam bentuk poligonal, dengan tanduk
menyerupai tonjolan. Pediastrum banyak ditemukan pada kolam-kolam yang
permanen atau semi permanent. Pediastrum koloninya mengapung, berisi 2 128
(biasanya 4-64) sel poligonal (bersudut banyak) yang tersusun dari satu bidang pipih
setebal selnya. Senobium mungkin padat atau berlubang. Jika jumlah sel senobium
ada 16 atau lebih, cenderung membentuk lingkaran-lingkaran yang ke arah dalam
makin kecil. Pada setiap lingkaran berisi sel dengan jumlah yang tertentu. Terjadi
atau

tidak

terjadinya

keteraturan

ini

ditentukan

oleh

faktor-faktor

yang

menmpengaruhi zoospora pada saat mulai membentuk koloni. Sel-sel lingkaran tepi
(perifer) sering berbeda bentuknya dengan sel-sel bagian dalam dan sel perifer
mungkin punya satu, dua, atau tiga taju atau penonjolan (prosesus) yang tidak
dimiliki sel-sel bagian dalam. Dinding sel mungkin mulus, berongga atau retikularis.
Sel muda memiliki kloroplas parietal bentuk cakram dengan satu pirenoid. Sel tua
memiliki satu kloroplas yang difuse (meluas) dan mungkin memiliki lebih dari satu
pirenoid. Sel dewasa mungkin memiliki satu, dua, empat, atau delapan nukleus (14
spiro). Perkembangbiakan aseksual dengan membentuk zoospore. Sedangkan secara

seksual dengan isogami. Pediastrum merupakan fitoplankton yang berfungsi sebagai


makanan ikan. Daerah yang kaya plankton merupakan daerah perairan yang kaya
ikan. Pediastrum merupakan produser primer, yaitu sebagai penyedia bahan organic
dan oksigen bagi hewan-hewan air, seperti ikan, udang, dan serangga air. Keberadaan
produser mengundang kehadiran konsumen, predator, dan organisme lain yang
membentuk ekosistem perairan (Prasetyo, 1987).
2.

Coelastrum astroideum
Klasifikasi Coelastrum astroideum

Divisi

: Plantae

Phylum

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Chlorococcales

Famili

: Coelastraceae

Genus

: Coelastrum

Spesies

: Coelastrum astroideum
Tergolong planktonik dengan bentuk sel seperti bola tersusun atas 64 sel. Sel

berbentuk bulat telur segitiga, dengan ujung luar bulat, dinding berkelut. Selnya
terhubung ke spesies lain . mempunyai kloroplas yang mengandung satu inti.
Membentuk koloni, hidup di perairan tawar, bersifat autotrof. Perkembangbiakan
dengan vegetative membentuk zoospore sedangkan dengan generative membentuk
isogami (Olenina, 2006).
3.

Rhizoclonium sp.
Klasifikasi Rhizoclonium sp.

Divisi

: Viridiplantae

Phylum

: Chlorophyta

Class

: Ulvophyceae

Ordo

: Cladophorales

Famili

: Cladophoraceae

Genus

: Rhizoclonium

Spesies

: Rhizoclonium sp.
Bentuk layaknya rhizois tanpa filament. Selnya mempunyai ukuran 40-60 m

dan tebal mencapai 25-40 m. dinding sel lebih tebal. Tanaman melayang di bagian
bawah atau melibatkan dengan substrat lain. Biasanya dibudidayakan di air payau
(Prasetyo, 1987).

Air sampel berasal dari kolam D3, air sawah, kolam belakang faperta, dan air
sungai. Hasil yang didapat oleh kelompok lain salah satunya Closterium sp. dengan
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Charophyta
Class
: Zygnemophyceae
Ordo
: Desmidiales
Family
: Closteriaceae
Genus
: Closterium
Speseies
: Closterium sp.
Bentuknya mirip seperti sabit memanjang, melengkung dan meruncing di
bagian ujungnya, memiliki kloroplast sehingga dapat berfotosintesis, memiliki
banyak vakuola di bagian ujung. Reproduksi dengan aseksual yaitu dengan
pembelahan biner, sedangkan dengan seksual yaitu dengan konjungasi untuk
membentuk sebuah hypnozyngote, habitat Closterium sp yaitu pada daerah-daerah
perairan.Sangat penting dalam ekosistem perairan karena merupakan produsen
primer yaitu dapat sebagai penghasil oksigen dan zat organik (Panggabean, 2007).
Selain itu, ditemukan pula spesies Haematococcus
Divisi

: Chlorophyta

Kelas

: Chlorophyceae

Bangsa

: Volvocales

Suku

: Haematococcaceae

Marga

: Haematococcus

Jenis

: Haematococcus sp.
Ciri-ciri umum Haematococcus sp:

1.

Sel-sel flagelata dan berkoloni dinding glikoprotein

2.

Umumnya koloni, diselaputi oleh gelatin, dinding sel mengandung selulosa

3.

jumlah flagel 2

4.

bentuk koloni bulat, speris atau elipsoid

5.

sel dalam koloni ada yang seragam ada yang berbeda

6.

Memiliki banyak anggota (Brotowidjoyo, 1995).


Berdasarkan hasil pembagian lokasi dapat terlihat bahwa masing-masing

lokasi mempunyai tingkat keanekaragaman yang berbeda. Namun, ada beberapa


spesies yang mempunyai tingkat keragaman yang tinggi. Keanekaragaman
fitoplankton

dipengaruhi

oleh

tingginya

komposisi

fitoplankton

disuatu

perairan.Apabila suatu perairan memiliki tingkat komposisi fitoplankton yang tinggi

maka keanekaragaman dari fitoplankton tersebut tinggi (Nurfadillah, 2012).


Keanekaragaman
komunitas.Semakin

spesies
tinggi

erat
indeks

kaitannya

dengan

keanekaragaman

keseimbangan
suatu

ekosistem

dalam
maka

keseimbangan ekologi dalam ekosistem tersebut juga semakin tinggi. Kemerataan


fitoplankton dipengaruhi oleh suhu karena setiap spesies mempunyai kisaran
toleransi suhu yang berbeda-beda. Suhu berpengaruh langsung pada proses
fotosintesis dan proses fisiologis yang selanjutnya berpengaruh terhadap kemampuan
metabolisme, pertumbuhan dan reproduksinya (Odum, 1993).

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarrkan hasil praktikum kali ini dapat diperoleh kesimpulan :
1. Hasil identifikasi yang didapat terdiri atas Pediastrum sp., Rhizoclonium sp., dan
Coelastrum asteroideum.
2. Hasil identifiaksi dari berbagai unit lokasi dapat dikatakan mempunyai
keberagaman karena didapat spesies yang berbeda disetiap lokasi.
B. Saran
Saran untuk acara ini sebaiknya, dalam proses identifikasi harus dengan teliti.

DAFTAR REFERENSI
Brotowidjoyo, M. D., D. Triwibowono dan E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar
Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Yogyakarta: Liberty.
Eigemann, F., P. vanormelingan., Shabine Hitt. Aensitivity of the Green Alga
Pediastrum duplex Meyen Allelochemicals Is starin-specific and Not realeted
to Co-occurance with Allelopathic Macrophytes. PLOS One, 8 (10) : 2-11
Feldman, Y. 1951. Ekology of Marine Algae. Stanford University, California
Prihatini, N. B., W. Rachmayanti, W. Wardhana. 2007. Pengaruh Variasi
Fotoperiodisitas Terhadap Pertumbuhan Chlorella Dalam Medium Basal
Blod. Biota, 12 (1): 32-39.
Isnansetyo, A. & Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton.
Yogyakarta: Kanisius.
Olenina, I.et all. 2006 Biovolumes and size-classes of phytoplankton in the Baltic
Sea HELCOM Balt. Sea Environ, 106: 144.
Panggabean, L. M. G. 2007. Koleksi Kultur Mikroalgae. Jurnal Oseana, 32(2), pp.
11-20.
Prasetyo, Imam. 1967. Mikroalga. Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai