Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS LEBIH DALAM MENGENAL DEFINISI, BENTUK TUBUH,

HABITAT, CIRI MORFOLOGI DAN FISIOLOGI, ADAFTASI (TINGKAH


LAKU, MORFOLOGI) DAN PENEGEMBANGBIAKAN DARI JENIS - JENIS
ALGA YANG ADA DILAUT BAWAH BESERTA CONTOHNYA

PAPER

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Kelautan pada
semester ganjil yang di ampu oleh ibu Siti Nurkamillah. M.Pd.

Oleh :

Mahisa Rani

16543025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TERAPAN DAN SAINS
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
GARUT
2019
ALGA MERAH

Alga adalah biota laut yang umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu, tidak
mempunyai akar, batang maupun daun sejati tetapi hanya menyerupai batang yang disebut
thallus. Alga tumbuh dengan mendekatkan dirinya pada karang lumpur, pasir, batu dan
tumbuhan lain secara spesifik (Anggadiredja, dkk, 2006). Untuk susunan tubuhnya,
umumnya bersel banyak (multiseluler), tetapi ada juga yang bersel tunggal (uniseluler) dan
sering juga membentuk filamen (benang) (Hidayat, 2006).
Alga merah (Phylum Rhodophyta) merupakan salah satu kelompok alga yang sering
dimanfaatkan potensinya secara ekonomis. Jenis-jenis alga merah antara lain Gracilaria
gigas, Gracilaria salicornia, Gracillaria verrucosa, Amphiroa rigida, Hypnea asperi,
Eucheuma cottonii, Eucheuma edule, Kappaphycus alvarezii, Eucheuma spinosum,
Laurencia elata, Gelidium latifolium dan lain sebagainya. Alga merah memiliki potensi
kandungan yang dapat dimanfaatkan, diantaranya agar dan carrageenan. Agar merupakan
senyawa polisakarida sulfat yang memiliki sifat-sifat koloid sehingga banyak dimanfaatkan
untuk formulasi berbagai produk.
Agar-agar dan karaginan adalah sejenis senyawa polisakarida yang terdapat dalam
alga merah. Kedua senyawa tersebut banyak digunakan dalam industri makanan, farmasi,
kosmetik, tekstil, kesehatan, dan lain-lain sebagai bahan aditif yang penting. Perairan tropis
di Indonesia dengan keragaman jenis makroalga penghasil agar-agar dan karaginan yang
cukup tinggi mempunyai potensi yang baik untuk pengembangan usaha budidaya dan
pengolahannya.
Untuk dapat mengolah dan memanfaatkan senyawa tersebut diperlukan cukup
banyak hasil analisis kimia mulai dari tahap pasca panen, ekstraksi, dan pemurnian,
pengujian sifat dan kualitas, sampai penggunaannya dalam berbagai macam industri. Oleh
karena itu penelitian tentang analisis senyawa kimia dalam alga merah dan pemanfaatannya
sangat menarik untuk dilakukan sebagai upaya untuk memanfaatkan potensi kekayaan
alam di Indonesia.
Alga merah yang berada di daerah beriklim tropis dan perairan laut di dekat pantai
memiliki nilai ekonomi dan ekologi penting. 5000-6000 jenis alga merah, diklasifikasikan
dalam divisi Rhodophyta. Alga merah adalah salah satu kelas dari alga berdasarkan zat
warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin
dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini pada
umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis, tidak berflagel, memiliki
kemampuan menimbun kalsium karbonat di dalam dinding selnya. Alga ini dapat mencapai
panjang antara 10 cm sampai 1 m dan berbentuk benang atau lembaran. Contoh :
Eucheuma, Gelidium, Glacilaria, Batrachospermum, Chondrus, Porphyra, Poliysiphonia,
Nemalion. Peranan alga merah Eucheuma spinosum, Gracilaris, Gelidium merupakan
penghasil agar-agar. Alga merah berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga yang
lembayung atau kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau lembaran dan
mengandung klorofil A, B, serta karotenoid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna
merah fikoeritrin sebagai pigmen utama yang mengadakan flouresensi.
Ciri-ciri alga merah :
a. Talus berupa helaian atau berbentuk seperti pohon.
b. Tidak memiliki flagela.
c. Dinding sel terdiri dari komponen yang berlapis-lapis. Dinding sel sebelah dalam
tersusun dari mikrofibril, sedangkan sisi luar tersusun dari lendir. Dinding sel alga
merah mengandung polisakarida tebal dan lengket yang bernilai komersial.
d. Memiliki pigmen fotosintetik fikobilin dan memiliki pirenoid yang terletak di dalam
kloroplas. Pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan atau hasil
asimilasi. Hasil asimilasinya adalah sejenis karbohidrat yang disimpan dalam bentuk
tepung fluorid, fluoridosid (senyawa gliserin dan galaktosa), dantetes minyak. Tepung
fluorid jika ditambah lodium menunjukkan warna kemerah-merahan.
Adaptasi
Alga merah umumnya bersifat autotrof. Akan tetapi ada pula yang heterotrof, yaitu
yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya bersifat parasit pada alga lain.
Habitat
Alga merah umumnya hidup di laut yang dalam, lebih dalam daripada tempat hidup
alga cokelat. Sepertiga dari 2500 spesies yang telah diketahui, hidup di perairan tawar dan
ada juga yang hidup di tanah. Biasanya organisme ini merupakan penyusun terumbu karang
laut dalam. Alga merah berperan penting dalam pembentukan endapan berkapur, baik
dilautan maupun di perairan tawar.
Reproduksi
Alga merah dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual
terjadi melalui pembentukan dua anteridium pada ujung-ujung cabang talus. Anteridium
menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatium. Gametangium betina disebut
karpogonium yang terdapat pada ujung cabang lain. Karpogonium terdiri dari satu sel
panjang. Bagian karpogonium bawah membesar seperti botol, sedangkan bagian atasnya
membentuk gada atau benang dan dinamakan trikogen. Inti sel telur terdapat di bagian
bawah yang membesar sepertibotol. Spermatium mencapai trikogen karena terbawa air
(pergerakan secara pasif). Spermatium kemudian melekat pada trikogen. Setelah dinding
perlekatan terlarut,seluruh protoplasma spermatium masuk dalam karpogonium. Setelah
terjadi pembuahan, terbentuklah sumbat di bagian bawah karpogonium. Sumbat itu
memisahkan karpogonium dan trikogen. Zigot hasil pembuahan akan membentuk benang-
benang sporogen. Dalam sel-sel di ujung benang sporogen itu, terbentuk spora yang
masing-masing memiliki satu inti dan satu plastida; spora tersebut dinamakan karpospora.
Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel ujung benang sporogen sebagai protoplasma
telanjang berbulu cambuk. Karpospora ini mula-mula berkecambah menjadi protalium
yang akhirnya tumbuh menjadi individu baru lengkap dengan alat-alat generatifnya.
Reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk tetraspora. Tetraspora akan menjadi
gametangium jantan dan gametangium betina. Gametangium jantan dan betina akan
bersatu membentuk karposporofit. Karposporofit kemudian menghasilkan tetraspora,
Contoh anggota-anggota Rhodophyta antara lain: Corrallina, Palmaira, Batrachospermum
moniliforme, Gelidium, Gracilaria,Eucheuma, dan Scicania furcellata.
Ciri-ciri Morfologi Rhodophyta
 Talus berupa helaian atau berbentuk seperti pohon. Banyak alga merah yang
tubuhnya dilapisi kalsium karbonat.

 Tidak memiliki flagela

 Dinding sel terdiri dari komponen yang berlapis-lapis. Dinding sel sebelah dalam
tersusun dari mikrofibril, sedangkan sisi luar tersusun dari lendir. Komponen kimia
mikrofibril terutama adalah xilan, sedangkan komponen kimia dinding mikrofibril
luarnya adalah Dinding sel alga merah mengandung polisakarida tebal dan lengket
yang bernilai komersial.

 Memiliki pigmen fotosintetik fikobilin dan memiliki pirenoid yang terletak di


dalam kloroplas. Pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan atau
hasil asimilasi. Hasil asimilasinya adalah sejenis karbohidrat yang disimpan dalam
bentuk tepung fluorif, fluoridosid dan tetes minyak. Tepung fluroid jika ditambah
iodin menunjukkan warna kemerah-merahan.
Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi dan deskripsi dari beberapa spesies alga merah.

1). Galaxaura rugosa

Klasifikasi

Divisi : Thallophyta

Subdivisi : Algae

Kelas : Rhodophyceae

Subkelas : Floridae

Ordo : Nemalionales

Famili : Galaxauraceae

Genus : Galaxaura

Spesies : Galaxaura rugosa

Spesies ini memiliki ciri-ciri diantaranya mempunyai talus silindris, berbuku-buku


pendek (sekitar 1-1,5 cm). Percabangan dichotomous tidak teratur membentuk rumpun
yang merimbun dibagian atas. Ujung talus tumpul dan agak membentuk lubang. Tinggi
rumpun dapat mencapai sekitar 5-7 cm, permukaan tubuh licin, mengandung sedikit
keragen, jika berkoloni atau bergerombol membentuk formasi seperti bola. Keadaan
warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau
merah. Menurut (Aslan,1998) perubahan warna sering terjadi karena faktor
lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian
antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan. Spesies ini umumnya
ditemui di laut dalam.

2). Gelidium sp

Klasifikasi

Divisi : Thallophyta

Subdivisi : Algae

Kelas : Rhodophyceae

Subkelas : Floridae

Ordo : Gelidiales
Famili : Gelidiaceae

Genus : Gelidium

Spesies : Gelidium sp

Spesies ini memiliki tubuh mengandung keragen sehingga memilki tekstur yang
kenyal, talus terdiri atas batang primer dan percabangan sekunder, di ujung cabang
terdapat spical pit yang berbentuk bulat yang merupakan titik tumbuh. Alga ini
memiliki holdfast (cakram) yang berfungsi sebagai tempat melekat pada terumbu
karang sehingga dapat beradaptasi dengan gerakan ombak pada zona pasang-surut, bila
bergerombol membentuk struktur mirip kipas. Keragen pada gelidium dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan pasta, bahan pembuat cream jelly, agar-agar dan
roti. Selain itu Gelidium sp. memiliki kadar protein yang tinggi dan berbagai macam
vitamin yang penting. Habitat spesies ini adalah laut dalam.

3). Graciaria sp

Klasifikasi

Divisi : Thallophyta

Subdivisi : Algae

Kelas : Rhodophyceae

Subkelas : Floridae

Ordo : Gelidiales

Famili : Gracilariaceae

Genus : Gracilaria

Spesies : Gracilaria sp

Spesies ini tidak memiliki filoid, seluruh tubuhnya berupa cauloid, dengan ujung
cauloid runcing . Tubuh berupa thalli berbentuk silindris / gepeng dengan tipe
percabangan menyirip, mulai dari yang sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun.
Thalli memilki struktur menyerupai gel atau lunak seperti tulang rawan, memilki air
bladder untuk menyimpan udara sehingga membantu Gracilaria untuk tegak atau
berdiri didalam air. Habitat : laut dalam.

F. Contoh Spesies Rhodophyta


Beberapa contoh Rodophyta adalah sebagai berikut.
 Eucheuma spinosum, banyak dibudidayakan karena menghasilkan agar, banyak
terdapat di perairan Indonesia.

 Chondrus crispus, juga dibudidayakan yang dikenal sebagai rumput laut.

 Gelidium coulteri dan Gracilaria sp., sebagai bahan pembuatan agar-agar banyak
terdapat di perairan negara yang agak dingin.

 Carolina sp. merupakan anggota Rhodophyta (ganggang merah) yang tubuhnya


dilapisi oleh kalsium karbonat.

 Dasya, Batracnospermum, Scinaiafurcellata, Porphyra perforata, Polysphonia,


Halosaccion glandiforme, Bossea orbigniana, dan sebagainya.

Perkembangbiakan Rhodophyta

Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.

a. Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan


spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid.
Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya
haploid.
b. Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel
kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat
perkembangbiakan jantan disebut spermatogonium yang menghasilkan spermatium
yang tak berflagel. Sedangkan alat kelamin betina disebut karpogonium, yang
menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang
diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang baru yang
menghasilkan aplanospora dengan pembelahan meiosis. Spora haploid akan
tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi
pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit.

Kandungan alga merah yang bermanfaat dalam bidang kedokteran gigi


1. Sorbitol
Salah satu kandungan yang terdapat dalam alga merah Bostrychia scorpiodes
mengandung 13,6 persen sorbitol. Sorbitol baik digunakan sebagai pemanis pengganti
sukrosa karena mempunyai keuntungan antara lain tidak bersifat kariogenik. Sorbitol
termasuk dalam golongan gula alkohol yang mempunyai keunikan yaitu gula alkohol
tidak mempunyai gugus karbonil dalam rantainya. Fakta ini membuat gula alkohol
kurang reaktif secara kimiawi sehingga kurang berpartisipasi dalam pembentukan
asam pada plak gigi.
2. Kalsium dan Fosfor
Dalam alga merah terkandung mineral kalsium dan fosfor yang memiliki manfaat
dalam pembentukan struktur tulang dan gigi.
Hasil olahan alga merah yang dimanfaatkanbidang kedokteran gigi
1. Karanginan
Karanginan adalah senyawa hidrokloid. Merupakan senyawa polisakarida rantai
panjang yang diekstrak dari rumput laut karagenofit seperti Eucheuma sp., Hypnea sp.
Karaginan berperan sangat penting sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan),
thickener (bahan pengentalan), pembentuk gel, pengemulsi dan lain-lain (Imeson
2010). Sifat ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, pasta gigi, obat-obatan,
kosmetik, tekstil, cat, dan industri lainnya.
2. Agar-agar
Agar merupakan hidrokoloid rumput laut yang memiliki kekuatan gel yang sangat
kuat. Senyawa ini dihasilkan dari proses ekstraksi rumput laut kelas Rhodophyceae
terutama genus Gracilaria, Gelidium. Dalam kedokteran gigi, biasanya agar-agar ini
digunakan sebagai bahan cetak reversible.

ALGA COKLAT

Di antara semua jenis alga, alga cokelat atau Phaeophyta (berasal dari bahasa
Yunani phaios,'kehitaman', 'cokelat') merupakan jenis alga yang terbesar dan yang paling
kompleks. Seluruh alga ini adalah multiseluler dan sebagian besarnya hidup di air laut.
Kebanyakan eukariota yang disebut rumput laut adalah alga cokelat itu sendiri. Dua
kelompok lain yaitu, alga merah dan alga hijau juga termasuk rumput laut. Warna alga
cokelat disebabkan oleh adanya pigmen cokelat (fukosantin), yang secara dominan
menyelubungi warna hijau dari klorofil pada jaringan. Selain fukosantin, ganggang cokelat
juga mengandung pigmen lain seperti klorofil a, klorofil c, violaxantin, beta karoten,
diadinoxantin.
Ciri-Ciri Phaeophyta:

1. Ukuran talus mulai dari mikroskopis sampai makroskopis. Ada yang berbentuk
tegak, bercabang, atau filamen dasar.
2. Alga ini mempunyai kloroplas tunggal, ada beberapa yang berbentuk lempengan
cakram, dan ada pula yang seperti benang.
3. Alga ini memiliki pirenoid (tempat cadangan makanan) yang terdapat di dalam
kloroplas. Cadagan makanan yang terdapat pada alga ini berupa laminarin.
4. Bagian dinding selnya tersusun dari lapisan selulosa, sedangkan bagian
luar tersusun dari gumi. Pada dinding sel ruang intersel ditemukan asam alginat
(algin).
5. Alga cokelat mempunyai jaringan transportasi air dan zat makanan yang analog
dengan jaringan transportasi pada tumbuhan darat.

Habitat
Alga cokelat umumnya hidup di air laut terutama laut terutama laut yang agak
dingin dan sedang. Hanya beberapa jenis yang hidup di air tawar. Di daerah subtropik,
ganggang cokelat hidup pada daerah intertidal, yaitu di atas daerah litoral sampai
sublitoral. Di daerah tropis biasanya hidup di kedalaman 220 m pada air yang jernih.
Reproduksi
Reproduksi pada ganggang cokelat terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual dan sekseual. Reproduksi aseksual dengan pembentukan zoospora berflagel dan
fragmentasi, sedangkan reproduksi terjadi secara oogami atau isogami. Reproduksi
sekseual ganggang ini hampir serupa dengan pembiakan generatif tumbuhan tingkat tinggi.
Sebagai contoh adalah reprosuksi seksual pada Fucus vesiculosus. Organisme ini selain
berkembang biak secara seksual dengan oogami.
Proses oogami: Ujung-ujung lembaran talus yang fertil membentuk reseptakel,
yaitu badan yang mengandung alat pembiak. Di dalam reseptakel terdapat konseptakel
yang mengandung anteridium yang mengandung sel kelamin jantan berupa spermatozoid
dan oogonium yang merupakan penghasil sel telur dan benang-benang mandul (parafisis).
Anteridium berupa sel-sel berbentuk jorong yang terletak rapat satu sama lain pada
filamen pendek bercabang-cabang yang muncul dari dasar dan tepi konseptakel. Tiap
antteridium menghasilkan 64 spermatozoid.
Oogonium berupa badan yang duduk di ata tangkai. Oogonium ini jumlahnya
banyak sekali dan tiap-tiap oogonium mengandung 8 sel telur. Tetapi hanya 40% dari sel
telur yang dapat dibuahi, dan hanya satu atau dua dari setiap 100.000 spermatozoid dapat
membuahi sel telur. Zigot lalu membentuk dinding selulosa dan pektin, kemudian melekat
pada suatu substrat dan tumbuhan menjadi individu baru yang diploid.

Contoh Alga Cokelat:

1. Fucus serratus
2. Macrocystis pyrifera
3. Sargassum vulgare
4. Turbinaria decurrens

Adaptasi Fisiologi

Cara Reproduksi Phaeophyta (Alga Cokelat)


Perkembangbiakan pada Phaeophyta dilakukan secara aseksual (vegetatif) dan
seksual (generatif). Reproduksi aseksual alga cokelat dilakukan
denganfragmentasi dan pembentukan spora (aplanospora dan zoospora). Zoospora yang
dihasilkan memiliki flagel yang tidak sama panjang dan terletak di bagian lateral (sisi atau
pinggir).

Sedangkan perkembangbiakan seksual dilakukan dengan isogami, anisogami,


atau oogami. Fucus vesiculosis adalah salah satu contoh alga cokelat yang berkembang
biak secara oogami. Ada cara reproduksi generatif/seksual ganggang cokelat yang mirip
dengan tumbuhan tingkat tinggi, yaitu ujung-ujung lembaran talusnya yang fertil
membentuk suatu badan yang mengandung alat pembiak disebut reseptakel.

Di dalam reseptakel ini terdapat konseptakel yang mengandung anteridium yang


menghasilkan sel kelamin jantan berupa spermatozoid dan oogonium yang menghasilkan
sel telur (ovum) dan benang-benang mandul yang disebut parafisis. Anteridium berupa sel-
sel berbentuk corong yang muncul dari dasar dan tepi konseptakel, oogonium berupa badan
yang duduk di atas tangkai.Jika spermatozoid dapat membuahi sel telur akan terbentuklah
zigot. Zigot lalu membentuk dinding selulosa dan pektin yang tebal, kemudian melekat
pada suatu substrat seperti bebatuan, selanjutnya tumbuh menjadi individu baru yang
kromosom tubuhnya diploid.

Contoh dan Peranan Phaeophyta (Alga Cokelat) dalam Kehidupan

Banyak jenis Phaeophyta yang bermanfaat bagi manusia. Beberapa jenis


menghasilkan bahan makanan manusia. Di negara lain kelp dimanfaatkan untuk makanan
ternak dan pupuk, karena kandungan nitrogen dan kaliumnya tinggi tetapi kandungan
fosfornya rendah. Phaeophyta juga menghasilkan algin (asam alginat), suatu koloid yang
berguna sebagai bahan penstabil pada pembuatan es krim. Algin juga penting dalam
industri farmasi, yaitu untuk bahan pembuatan pil, tablet, salep, dan obat pembersih gigi.

Beberapa contoh Phaeophyta adalah sebagai berikut.

 Fucus vesiculosus, tingginya dapat mencapai 30 – 100 cm, hidup menempel di


bebatuan yang tampak jika air surut. Terdapat gelembung udara sepanjang sisi talus
yang bercabang-cabang seperti garpu. Ujungnya membesar yang membentuk
konseptakel.

 Sargassum siliquosum, hidup menempel bebatuan di sepanjang pantai berbatu


daerah tropis. Namun di pantai Atlantik bagian utara jenis Sargasssum natans hidup
bebas mengapung di permukaan laut. Ukuran Sargassum beragam dari yang kecil
hingga yang panjangnya mencapai ratusan meter.
 Macrocystis integrifolia atau kelp, ukurannya sangat besar, di pantai barat Amerika
Utara panjangnya ditemukan dapat mencapai tiga kilometer. Kelp hidup menempel
kuat di bebatuan dengan bantuan talus yang menyerupai akar.

 Laminaria sinclairii merupakan jenis ganggang cokelat penghasil asam alginat yang
dibutuhkan untuk produksi tekstil, makanan, dan kosmetik.

 Fucus serratus, termasuk alga warna cokelat yang berdiferensiasi menjadi bentuk
yang mengapung.

 Postelia merupakan contoh alga cokelat yang banyak dijumpai.

 Turbinaria decurens, Dictyota sp., Dictyosiphon sp., Nereocystis sp. adalah contoh
lain dari spesies Phaeophyta atau ganggang cokelat.

 Alga cokelat yang terbesar, kelp, dimanfaatkan dalam berbagai industri


makanan maupun farmasi. Algin (asam alginat) yang merupakan bagian koloid dan
ganggang cokelat digunakan dalam pembuatan es krim, pembuatan es krim,
pembuatan pil, tablet, salep, obat pembersih gigi, lotion, dan krem sebahis
mencukur. Selain itu, alga cokelat juga dimanfaatkan untuk makanan ternak dan
sebagai pupuk, karena kandung nitrogen dan kaliumnya cukup tinggi, sedangkan
kandungan fosfornya rendah.

ALGA HIJAU

Ganggang hijau atau alga hijau merupakan kelompok tumbuhan berklorofil yang
terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni dan merupakan filum alga yang terbesar
jumlah spesiesnya di air tawar. Di dalam alga terkandung bahan- bahan organik seperti
polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Alga hijau ini
mempunyai dinding sel berupa selulosa, serta memiliki pigmen berupa klorofil a dan b,
karoten, dan xantofil. Klorofil a mempunyai jumlah terbanyak yang menyebabkan
warna hijau pada alga ini. (Maddi et al, 2011)
Gambar 1. Ganggang hijau Cladophora sp.

Gambar 1. Ganggang hijau (Cladophora sp)


Sumber :
www.algaebase.org
Sejauh ini pemanfaatan ganggang atau alga sebagai komoditi perdagangan dan
bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis
alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat
bermanfaat bagi bahan baku industri biomassa, makanan, kosmetik, farmasi dan lain-
lain.

Habitat

Ganggang hijau merupakan golongan terbesar diantara ganggang dan sebagian


besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada
umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Jenis
yang hidup di air tawar, bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya
cukup seperti kolam, danau, genangan air, Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan
semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab. Beberapa anggotanya hidup di air
mengapung atau melayang, sebagian hidup sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang
hidup melekat pada tumbuhan.
Gambar 2. Habitat Ganggang Hijau
Sumber :
www.algaebase.org
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang
hidup bebas di air terutama tubuhnya yang bersel satu dan dapat berperan aktif merupakan
penyusun fitoplankton. Sebagaian besar fitoplankton adalah anggota alga hijau, pigmen
klorofil yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau
merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.

Selain itu, banyak peneliti mengatakan bahwa alga hijau berfilamen sangat
merugikan sehingga alga ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan
pada perairan. Jika keberadaan alga berfilamen di perairan melimpah, alga ini dapat
mengeluarkan busa dan lendir sehingga dapat menurunkan kualitas perairan (Sze,
1993). Alga hijau berfilamen banyak ditemukan di perairan tawar. Alga berfilamen ini
merupakan benang-benang yang panjang dan hanya beberapa ikan yang memanfaatkan
alga berfilamen sebagai pakan alaminya.

Namun tidak semua alga berfilamen ini merugikan. Menurut Margalef (1983) in
Cambra and Aboal (1992), alga hijau berfilamen mempunyai filamen bercabang yang
bervariasi yang memanfaatkan air dengan baik sebagai tempat hidupnya dan sangat baik
mengontrol penyerapan nutrien. Di perairan tergenang, selain dapat menyerap nutrien
dalam air juga dapat mentransfer suhu panas secara horisontal dalam kaitannya
dengan gradien suhu. Di samping itu, alga berfilamen yang bercabang dengan struktur
cabang yang agak kasar dapat menurunkan turbulensi air (Margalef 1983 in Cambra and
Aboal 1992).

Alga hijau di air tawar mempunyai cara-cara berkembang biak yang beraneka
ragam untuk mempertahankan hidup. Alga hijau dapat berkembang biak dengan cara
aseksual dan seksual. Cara perkembangbiakan aseksual dengan membelah diri dan
membentuk macam-macam spora, sedangkan perkembangbiakan secara seksual
dilakukan dengan konjugasi. Alga berfilamen dan bentuk multiseluler lainnya
kemungkinan bereproduksi dengan cara fragmentasi atau dengan cara membebaskan
zoospora dari sel vegetatif (Darley 1982). Pada alga berfilamen, pertumbuhan terjadi
dengan melakukan pembelahan sel. Spirogyra, Cladophora dan alga filamen lainnya
akan mengalami pertumbuhan biomassa tiga kali lipat hanya dalam tiga hari dan rata-rata
sangat cepat selama beberapa periode (Cambra & Aboal 1992).

Klasifikasi

Terdiri atas satu kelas yaitu Clorophceae, dimana terdiri dari 4 ordo :

 Clorochealles
 Tetraspolares
 Zygmanetales
 Vovocales
1. Clorochealles
Sel sel vegetatif tidak mempunyai bulu cambuk jadi tidak bergerak.
Mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Clorochealles hidup sebagai plankton
dalam air tawar, kadang kadang juga pada kulit pohon atau juga tembok tembok
yang basah. Ada yang hidup bersimbiosis dengan fungsi dengan lichnes bahkan ada
yang hidup dalam plasma binatang rendah. Misalnya Chlorella vulgaris dalam
infusoria dan hydra Tetraporales Agrerasi pallamoid dan berkoloni, fllagellata non
motil, sel sel dengan vocuola contractile tubuh basal dan bentuk dinding
mata,dinding glikoprotein
2. Zygmanatales
Dari suku Zygmataceae serta marga zygnema dan spirogyra. Kedua marga
ini tidak membentuk spora aseksual. Pada spirogyra memilliki paranoid yang
banyak kloroplas bentuk spiral. Sedangkan pada zygnema memiliki dua kloroplas
bentuk bintang. Perkembangan seksual molekul konyugasi, dimana tiap sel dalam
fillamen menghasilkan satu gamet tidak memiliki flagel.
3. Volvocales
Dari kelas Clamidominaceae, bangsa Clamidomonas merupakan sel
vegetatif berflagel dapat bergerak dan uniseluler. Pembiakan seksual terjadi dengan
peleburan sel vegetatif dan aseksual dengan pembelahan sel. Dalam koloni besar
terdapat sel vegetative yang beasar, sel ini adalah Gonidia yang merupakan sel
pemula dari koloni anak. Pembiakan seksual dengan cara oogami. Konjugasi sel
gamet volvox.
Contoh Clorophyta

 Chlorella
 Volvox
 Ulva
 Tydemania
 Udotea
 Halimeda
 Dyctyopsphaera

Adaftasi Clorophyta

 Adaftasi Morfologi

Pada alga Clorophyta ini menyimpan hasil kegaiatan fotosintesis sebagai hasil
bahan makana cadangan didalam selnya. Alga ini memiliki kloroplas yang berwarna hijau.
Mengandung klorofil a dan klorofil b serta karcinoid. Pada kloroplas terdapat pyronoid
hasil asimilasi berupa tepung dan lemak. Cloropyceae terdiri atas sel kecil yang merupakan
koloni berbentuk benang yang bercabang cabang atau tidakadapula yang mebentuk koloni
yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi.

 Adaftasi fisiologi

Cara bereproduksi

Reproduksi Secara Aseksual (Vegetatif)

 Pembentukan zoospora (spora kembara). Spora ini memiliki 4 bulu, vakuola


kontraktil, kebanyakan memiliki 1 bintik mata (stigma), dan dapat bergerak
dengan berenang karena mempunyai flagela.
 Pembelahan biner. Alga hijau yang berkembang biak dengan pembelahan
biner, biasanya dilakukan oleh alga yang bersel satu (uniseluler).
 Fragmentasi. Ganggang hijau yang perkembangbiakannya secara
fragmentasi dilakukan oleh alga berbentuk benang atau yang berkoloni

Reproduksi Secara Seksual (Generatif)

Anisogami. Ingatlah kembali yang terjadi pada Cyanophyta. Selain secara aseksual,
alga hijau dapat pula berkembang biak secara seksual (generatif), yaitu dengan anisogami.
Gamet jantan selalu bergerak bebas yang sangat menyerupai zoospora, sedangan gamet
betina kadang-kadang tidak dapat bergerak, jadi merupakan suatu oogonium. Setelah
terjadi perkawinan, akan menghasilkan suatu zigot yang selanjutnya akan tumbuh menjadi
alga yang baru.

Konjugasi. Selain itu, ada pula ganggang hijau yang reproduksi generatifnya
berlangsung dengan cara konjugasi, yaitu perpaduan dua gamet yang membentuk
zigospora. Zigospora ini tidak memiliki alat gerak, sehingga tidak dapat berpindah tempat.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Alga Hijau


Pertumbuhan alga hijau dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti faktor
lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju pertumbuhan alga
diantaranya adalah suhu, cahaya, pH, dan konsentrasi elemen-elemen esensial atau nutrien
yang dipakai untuk fotosintesis. Suhu
Suhu
Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme
akuatik memilki kisaran suhu tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya. Alga hijau

akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 200C-300C (Goldman & Horne 1983).

Skala suhu untuk pertumbuhan alga Cladophora antara 150C-250C (Harris, 2008).

Cahaya
Cahaya sangat mempengaruhi tingkah laku organisme akuatik. Pigmen klorofil
menyerap cahaya biru dan merah, karoten menyerap cahaya biru dan hijau, fikoeritrin
menyerap warna hijau, dan fikosianin menyerap cahaya kuning. Menurut Wells et al.
(1999), di perairan cahaya memiliki dua fungsi utama yaitu memanasi air sehingga terjadi
perubahan suhu dan berat jenis (densitas) dan selanjutnya menyebabkan terjadinya
pencampuran massa dan kimia air, dan merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis
alga dan tumbuhan air. Beberapa filamen alga mulai tumbuh kurang dari satu meter
dengan penetrasi cahaya yang sampai ke dasar kolam (Pennstate 2006).

Ph

pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang


dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium
bersifat tidak toksik. Namun, pada suasana alkalis (pH tinggi) lebih banyak ditemukan
amonia yang tak terionisasi dan bersifat toksik (Tebbut 1992). Pada pH kurang dari 4,
sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah
(Haslam, 1995)

Nutrien

Suplai nutrien berasal dari hasil dekomposisi bahan organik dan regenerasi dari
nutrien, dan oleh pengadukan vertikal air yang memungkinkan sediaan nutrien yang
tersimpan di lapisan air di bawah dapat dimanfaatkan di lapisan air permukaan. Riley et al.
(1949) menyatakan bahwa laju populasi ganggang hijau di perairan dibatasi oleh
konsentrasi fosfat. Nitrogen dan Fosfor akan menyatu di dalam struktur sel alga dengan
rasio N:P yaitu 16:1 (Redfield 1958 in Summers 2008).

Dampak positif dan negatif ganggang hijau dalam kehidupan yaitu;

Dampak positif
1. Sebagai sumber protein sel tunggal.
2. Sebagai plankton, merupakan salah satu komponen penting dalam rantai
makanan di perairan tawar.
3. Menghasilkan O2 (oksigen) dan hasil fotositensis yang diperlukan
oleh hewan lain untuk bernafas.

Dampak negatif

1. Dapat mengganggu jika perairan terlalu subur.


2. Membuat air berubah warna dan menjadi bau.

Cladophora sp
Cladophora adalah alga hijau yang berbentuk seperti benang bercabang hijau.
Bentuk benang atau jaringnya sangat kuat dan sangat tipis. Ditemukan secara alami
terjadi di sepanjang pantai, danau, dan sungai. Alga ini tumbuh terendam menempel di
batu, tanaman bawah air dan permukaan keras lainnya. Seperti tumbuh, ia memiliki
kecenderungan untuk mengumpulkan puing-puing mengambang dan akhirnya
melepaskan dari rumah bawah lautnya karena kurangnya sinar matahari menembus
daerah yang lebih rendah. Tubuh Cladophora dominan berwarna hijau, yang telah
tua berwarna agak kecoklatan
ANALISIS ASPEK BIOLOGIS DAN ADAPTASI BENTHOS YANG SALING
KOMENSALISME , MUTUALISME DAN YANG PARASIT SERTA BERIKAN
CONTOHNYA

PAPER

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Kelautan pada
semester ganjil yang di ampu oleh ibu Siti Nurkamillah. M.Pd.

Oleh :

Mahisa Rani

16543025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TERAPAN DAN SAINS
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
GARUT
2019
ADAPTASI BENTHOS YANG SALING KOMENSALISME ,
MUTUALISME DAN YANG PARASIT

Seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi saling mempengaruhi satu dengan
yang lain. Sehingga tidak mungkin satupun makhluk hidup dapat hidup tanpa tergantung
dengan makhluk yang lain.

Dalam sebuah area lingkup ekosistem, tentunya ada banyak komponen biotik dan abiotik
yang akan saling berpengaruh antara satu dengan yang lain. Adanya interaksi antar
komponen biotik dan abiotik dalam sebuah lingkungan yang tentu akan menyebabkan
simbiosis

Simbiosis sendiri terdiri dari beberapa jenis yakni simbiosis mutualisme, komensalisme
dan juga parasitisme. Dalam simbiosis ini, salah satu pihak akan diuntungkan sementara
pihak lainnya tidak akan dirugikan

Benthos Komensalisme

1. Definisi Komensalisme
Pengertian simbiosis komensalisme adalah sebuah interaksi antara dua makhluk hidup
yang menguntungkan salah satu organisme sementara organisme lain tidak dirugikan dan
tidak diuntungkan pula. Artinya salah satu makhluk hidup akan diuntungkan sementara
makhluk hidup lain tidak terpengaruh. Sementara dari istilah, simbiosis memiliki arti
interaksi antara makhluk hidup yang berbeda jenis dalam satu area dan waktu tertentu yang
saling berkaitan erat.Sedangkan komensalisme merupakan setingkat dengan hubungan
antara dua organisme yang melibatkan satu organisme yang bisa memberikan manfaat
tanpa merusak organisme yang lain.

2. Contoh Benthos Komensalisme


 Udang dengan timun laut

Hubungan antara udang dan mentimun laut juga merupakan salah satu dari contoh
simbiosis komensalisme yang ada di lautan. Udang biasanya menunggangi mentimun laut.
Tujuannya untuk memperoleh sisa-sisa makanan dari timun laut.Keuntungan akan
didapatkan oleh udang berupa sisa-sisa makanan, sementara mentimun laut tidak akan
mendapat keuntungan maupun kerugian pula.

 Ikan badut dengan anemon laut

Contoh simbiosis komensalisme juga dapat ditemui pada hubungan antara ikan badut
dan anemon laut. Ikan badut yang hidup di antara tentakel anemon laut akan terlindung dari
pemangsanya. Anemon mengeluarkan zat racun yang dapat melukai ikan-ikan lain di
sekitarnya, tapi ikan badut tidak terpengaruh karena kulitnya mengeluarkan lendir
pelindung.Keuntungan akan didapat oleh ikan badut yang terlindungi dari pemangsa,
sementara anemon laut tidak diuntungkan dan tidak dirugikan pula.

 Cacing pipih dan kepiting

Hubungan antara cacing pipih dan kepiting merupakan salah satu simbiosis
komensalisme yang bisa ditemui di ekosistem air. Cacing pipih akan menempel pada
kepiting dengan tujuan untuk mendapatkan sisa-sisa makanan pada kepiting.Cacing pipih
tentu akan mendapatkan keuntungan dengan memperoleh makanan, sementara kepiting
tidak dirugikan dan tidak diuntungkan.

Simbiosis Mutualisme

1. Definisi Simbiosis Mutualisme

simbiosis mutualisme adalah hubungan yang terjadi antara makhluk satu dengan
makhluk yang lainnya dan dalam hubungan ini dapat menimbulkan keuntungan bagi
masing masing pihak. Simbiosis mutualisme bersifat menguntungkan karena kedua belah
pihak yang menjalin simbiosis sama-sama mendapatkan keuntungan dalam melakukan
interaksi.

2. Contoh dari simbiosis mutualisme


 Landak laut atau Bulu babi dengan kepiting

Kepiting suka 'menggendong' landak laut di punggungnya dan membawanya berjalan


di dasar laut. Ternyata kepiting memanfaatkan duri-duri tajam landak laut sebagai
perlindungan. Sedikit hewan yang berani macam-macam dengan landak laut, maka
kepiting pun aman dari serangan predator. Sedangkan si landak laut pun untung karena bisa
dapat tumpangan gratis

 . Udang pistol dan ikan goby

Ikan yang satu ini memang tidaklah terlalu besar ukurannya, rata-rata hanya 1-5 cm
saja, walaupun ikan ini juga bisa mencapai ukuran 10 cm pada jenis tertentu. Ikan Goby
banyak ditemukan di perairan tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Mayoritas spesies
termasuk keluarga Gobiidae.Ikan ini berhabitat di sepanjang pantai, hamparan pasir dan di
antara karang di dalam lautan . Dua sirip di punggung ikan goby, adalah salah satu ciri yang
mudah dikenali.Mudah menemukannya, belum tentu mudah pula mengabadikannya. Ada
banyak faktor yang menyebabkan si goby cukup sulit diabadikan, seperti sifatnya yang
selalu bereaksi terhadap gerakan yang mendekatinya. Ikan Goby akan dengan cepat lari
atau bersembunyi jika ada sesuatu yang dianggapnya membahayakan dirinya.
Ikan Goby yang mudah ditemukan di perairan tropis dan subtropis, termasuk Indonesia
| Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia.Selain itu, ada hal yang sangat unik dalam
hidup si ikan goby. Ikan mungil ini dalam hidupnya menjalin hubungan saling
menguntungkan atau simbiosis mutualisme dengan hewan lainnya, yaitu si udang
pistol.Udang pistol (Alpheus spp.) merupakan anggota Krustasea yang bertubuh kecil,
kuat, dan biasanya banyak dijumpai di perairan dangkal, terutama di terumbu karang di
daerah tropis dan subtropis. Udang Alpheus juga dikenal snapping shrimp, karena dapat
menimbulkan bunyi yang meletik disaat predator menyerang.Jenis udang pistol marga
Alpheus menyebar luas di perairan tropis dan subtropis. Dengan seperti di terumbu karang,
di lubang pasir di daerah pasang surut dan di dalam lumpur di perairan hutan mangrove,
serta hidup sebagai simbion dari beberapa hewan invertebrata seperti, anemon,
ekhinodermata, annelida, spons dan ikan (banner & banner 1966, dan abele & felgenhauer
1982).Ikan goby dan udang pistol tinggal di dalam lubang yang sama, di dasar perairan
yang dangkal, dengan kedalaman sekitar 3 – 5 meter. Sepanjang kehidupannya ikan goby
dan udang pistol ini hidup bersama. Dan kehidupan tersebut dilalui secara akur, saling
memberi dan menjaga.

Kehidupan bersama tersebut dimulai dengan penggalian lubang tidak begitu dalam,
sekitar 5,5 cm dan berdiameter 3,5 cm oleh udang Alpheus. Lubang tersebut berfungsi
sebagai tempat tinggal dan akan dihuni bersama. Biasanya ikan gobi hanya akan tinggal
sementara saja di siang hari, sedangkan pada malam hari akan digunakannya sebagai
tempat beristirahat.

Ikan Goby dan Udang pistol (Alpheus spp.) sepanjang kehidupannya ikan goby dan
udang pistol ini hidup bersama. Dan kehidupan tersebut dilalui secara akur, saling memberi
dan menjaga | Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia. Kedua jenis hewan ini
mempunyai aktivitas mencari makan siang dan malam hari. Waktu mereka keluar dari
lubang tidak tepat, tergantung dari aktivitas yang akan dilakukan oleh kedua hewan
tersebut.

Saat akan keluar dari lubang, ikan gobi akan “menuntun” udang pistol. Ikan gobi akan
berada di posisi terdepan dan udang pistol akan menempelkan antenenya, pada ekor ikan.
Mereka akan selalu “bergandengan” hingga di luar lubang. Demikian pula bila mereka
kembali masuk ke dalam lubang. Udang akan berjalan mundur, dengan posisi tetap di
belakang dan bergandengan. Hal ini selalu dilakukan, karena udang pistol tidak dapat
melihat dalam gelap menyerang.Dan ikan goby, akan segera menggoyangkan ekornya,
apabila merasa akan ada bahaya. Getaran itu lah yang memberi tahu si udang pistol yang
memang tidak mempunyai penglihatan yang bagus. Dan hampir setiap saat udang pistol
mendorong pasir dari dalam lubang mereka, karena menjaga lubang tempat tinggalnya
senantiasa luas, cukup untuk dihuni bersama

 Belut laut dan udang

Belut laut memiliki hubungan simbiosis mutualisme dengan udang pembersih. belut
tersebut membiarkan udang tersebut membersihkan sisa makanan dimulutnya agar sisa
makanan tersebut tidak membusuk di mulutnya.

Simbiosis Parasitisme

1. Definisi Simbiosis Parasitisme

Simbiosis parasitisme adalah suatu hubungan anatara dua organisme yang berlainan
jenis. Yang satu disebut inang dan satunya disebut parasite, dimana parasite ini tergantung
dan hidup pada pengorbanan inangnya.

2.Contoh dari Simbiosis Parasitisme

 Parasite pada belut laut

Parasite parasite yang menempel pada belut laut pada penjelasan sebelumnya yaitu
dirugikan dengan keberadaan parasite pada mulutnya .

 Ikan Peari dan Timun Laut

Ikan peari dan timun laut memiliki hubungan simbiosis parasitisme. Ikan peari hidup
di kloaka timun laut yang mereka masuk melalui anus. Ikan peari kemudian menerobos
membrane pernapasan dan menempatkan rumahnya. Peari pakan ikan pada jaringan
ketimun laut pernafasan dan gonad. Mereka juga menempatkan sarang mereka dimalam
hari untuk makan, ketika ikan peari meninggalkan timun laut untuk mencari makan merka
mengikuti aroma kimia yang membuat mereka kembali ke anus timun laut itu

Anda mungkin juga menyukai