Anda di halaman 1dari 72

MIKROBIOLOGI FARMASI

( ALGAE )
Dosen Pengampu : apt. RACHMI RIDHO, M.Farm.

Disusun Oleh : Kelompok 4


Aying Febrianti (20721011)
Imelda (20721024)
Kansha Nusalsabila (20721027)
Nurmalasari (20721041)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2022
Topik Bahasan
Pola penyebaran
Definisi Algae

Metode pengobatan
Bentuk dan macam - macam Algae

Obat, dosis dan bentuk sediaannya


Karakteristik Algae

Pola pencegahan agar terhindar dari


Penyakit yang disebabkan oleh Algae
penyakit yang disebabkan oleh Algae

Gejala penyakitnya
Peranan Alga
DEFINISI
ALGAe
Pengertian Alga
Ganggang merupakan protista yang bersifat
fotoautotrof atau yang dapat membuat
makanannya sendiri dengan cara
berfotosintentis. Ganggang dapat dengan
mudah ditemukan di air tawar maupun air
laut. Ada yang hidup dengan cara menempel
di suatu tempat atau melayang-layang di air.
Alga merupakan tumbuhan nonvascular yang
memilik bentuk thalli beragam, yaitu uniseluler
atau multiseluler, dan berpigmen fotosintetik.
Dalam dunia tumbuhan alga (ganggang)
termasuk kedalam dunia tallophyta
(tumbuhan talus), karena belum mempunyai
akar, batang dan daun secara jelas.
Hampir semua alga bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya
di air tawar, laut dan tempat-tempat yang lembab. Alga
(ganggang) terbagi menjadi beberapa kelas yaitu
Cyanophyta (ganggang biru), Chlorophyta (ganggang
hijau), Chrysophyta (ganggang keemasan), Phaeophyta
(ganggang coklat), Rhodophyta (ganggang merah) dan
Pyrrophyta (ganggang api).
Pada tubuh ganggang sendiri terdapat zat warna
(pigmen), diantaranya:
Fikosianin : Warna biru
Klorofil : Warna hijau
Fikosantin : Warna perang atau coklat
Fikoeritrin : Warna merah karoten atau warna
keemasan
Xantofil : Warna kuning
KaRAKTERISTIK
UMUM ALGA
Karakteristik/Ciri-ciri umum Ganggang (Alga)

Organisme eukariotik
Bersifat fotoautotrof (berfotosintetis)
Mempunyai klorofil dan pigmen fotosintetik lainnya,
Mempunyai pirenoid
Menyimpan cadangan makanan
Bersifat uniseluler/multiseluler
Soliter/berkoloni
Bereproduksi secara aseksual yaitu membelah diri/fragmentasi/spora
vegetatif, dan seksual yaitu konjugasi/singami/anisogami.
Hidup dengan bebas atau bersimbiosis dengan jamur membentuk lichen.
Tubuh Ganggang (Alga) tidak dapat dibedakan antara akar, batang, dan
daun. Tubuh berupa talus, sehingga termasuk dalam golongan thalophyta
Habitat di perairan baik di air tawar maupun di air laut, tempat lembab.
Menempel di bebatuan (epilitik), tanah/lumpur/pasir (epipalik), menempel
pada tumbuhan sebagai (epifik), dan menempel tubuh hewan (epizoik).
MACAM, bentuk dan
karakteristik ALGA
Alga hijau Alga coklat Alga merah

Alga keemasan Alga biru Alga Api


Ganggang/Alga Hijau
(Chlorophyta)
Alga hijau atau Chlorophyta adalah kelompok alga yang
memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis. Kandungan
klorofil yang banyak membuat alga berwarna hijau. Alga hijau
berbentuk lembaran lembaran benang yang menyerupai lumut.
Anggota alga hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang
bersel banyak, berwujud berkas, lembaran, atau membentuk
koloni. Spesies alga hijau yang bersel tunggal ada yang dapat
berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap. Kelompok
alga hijau ini juga terdiri atas sel-sel kecil yang merupakan
koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak
bercabang, ada juga yang membentuk koloni menyerupai
kormus tumbuhan tingkat tinggi. Bentuk dari kloroplas anggota
alga hijau bermacam-macam. Kloroplas ini ada yang berbentuk
mangkok contohnya Chlorella; berbentuk spiral contohnya
Spirogyra; dan berbentuk bintang.
Karakteristik Alga Hijau
Bersifat uniseluler
Memiliki bintik mata yang berwarna merah (stigma),
Tidak berdinding sel,
Mempunyai flagela,
Dapat bergerak aktif (motil) mirip dengan hewan
Memiliki klorofil a, b, dan berfotositentis mirip
tumbuhan, serta pigmen karoten.
Habitat di air tawar, seperti air kolam, danau, sawah
dan banyak di parit-parit peternakan yang
mengandung kotoran hewan.
Bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan
biner membujur.
Pembelahan sel terjadi dalam keadaan tertentu.
Contoh alga hijau
Bersel tunggal

Chlamydomonas Chlorococcum Chlorella Euglena viridis

Berbentuk koloni

Volvox Hydrodictyon Scenedesmus Pediastrum Dictyosphaerium


Berbentuk lembaran atau tumbuhan tinggi

Ulva Halimeda Chara Nitella

Berbentuk berkas

Spirogyra Ulothrix Oedogonium Derbesia Zygnema


Ganggang/Alga Coklat
(Phaeophyta)
Alga coklat/alga pirang/Phaeophyceae adalah salah satu kelas dari
dari alga Heterokontophyta. Nama alga ini diambil dari pigmen
dominan yang dimiliki, yaitu xantofil yang menyebabkan ganggang
berwarna coklat. Pigmen lain yang dimiliki Phaeophyceae adalah
klorofil dan karotena.

Umumnya, alga cokelat bersifat makroskopis, dapat mencapai ukuran


lebih dari 30 meter, dan mempunyai gelembung-gelembung udara
yang dapat berfungsi sebagai pelampung.
Alga coklat memiliki anggota sekitar 1500 spesies. Semua alga coklat
berbentuk benang atau lembaran, bahkan ada yang menyerupai
tumbuhan tingkat tinggi dengan bagian-bagian serupa akar, batang,
dan daun. Umumnya alga coklat bersifat makroskopis, dan dapat
mencapai ukuran lebih dari 30 meter, dan mempunyai gelembung-
gelembung udara yang berfungsi sebagai pelampung. Hampir semua
alga coklat hidup di laut, terutama di laut yang dingin.
Karakteristik Alga Coklat
Ukuran talus mikroskopis sampai ke makroskopis.
Berbentuk tegak, bercabang atau filamen tidak
bercabang
Mempunyai kloroplas tunggal. Kloroplas berbentuk
lempengan diskoid (cakram) dan ada juga yang
berbentuk b enang
Mempunya pirenoid dalam kloroplas. Pirenoid
adalah tempat menyimpan cadanganmakanan.
Lapisan dalam dinding sel tersusun dari lapisan
selulosa, sedangkan lapisan luar dari gumi. Bagian
antara dalam dinding sel dan bagian luar sel
terdapat algin (asam alginat) Memiliki jaringan
transportasi air dan zat makanan analog dengan
jaringan transportasi tumbuhan darat
Perkembangbiakan
Perkembangbiakan vegetatif (aseksual) dengan
fragmentasi dan pembentukan spora (aplanospora
dan zoospora). Zoospora yang dihasilkan memilki dua
flagela yang tidak sama panjang dan terletak di
bagian lateral.

Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan


isogami, anisogami, atau oogami.
Contoh alga coklat

Fucus vesiculosus Fucus distichus Laminaria

Macrocystis Sargassum siliquosum


Ganggang/Alga Merah
(Rhodophyta)
Alga merah adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat
warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini
disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak
dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini
pada umumnya bersel banyak (multiseluler) dan makroskopis.
Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas
atau lembaran (filamen) dengan dinding sel yang terdiri atas
selulosa dan melekat pada sel pemegang (hold fast cell).

Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan


makanan (sebagai pelengkap minuman penyegar ataupun
sebagai bahan baku agar-agar). Alga merah sebagai bahan
makanan memiliki kandungan serat lunak yang baik bagi
kesehatan usus. Protein yang terkandung dalam alga merah
sekitar 10-47% dari berat keringnya.
Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan
dan hewan lain yang hidup di laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan
bagi manusia misalnya :

Chondrus crispus (lumut Irlandia) dan beberapa genus Porphyra. Chondrus


crispus dan Gigortina mamilosa menghasilkan karagen yang
dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat
pencuci rambut. Alga merah lain seperti Gracilaria lichenoides, Euchema
spinosum, Gelidium dan Agardhiella dibudidayakan karena menghasilkan
bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai agar-agar. Gel ini digunakan
oleh para peneliti sebagai medium biakan bakteri dan fase padat pada
elektroforesis gel, untuk pengental dalam banyak makanan, perekat
tekstil, sebagai obat pencahar (laksatif), atau sebagai makanan penutup.
Karakteristik Alga Merah
Umumnya bersifat multiseluler,
Berbentuk benang atau lembaran
Memiliki dinding sel yang mengandung selulosa dan
pektin dan ada juga yang mengandung zat kapur
(kalsium karbonat), seperti Corralina.
Menyimpan cadangan makanan dalam bentuk
tepung florid (bahan agar-agar)
Reproduksi secara aseksual yaitu dengan
fragmentasi dan pembentukan aplanospora (spora
diam) yang tidak berflagela. Sedangkan reproduksi
seksual adalah pembuahan sel telur oleh
spermatium di dalam karpogonium.
Contoh alga merah

Corraline algae Palmaira Gelidium

Batrachosermum moniliforme Gracillaria


Alga keemasan (Chrysophyta)
Alga Chrysophyta disebut juga ganggang keemasan
(golden algae) atau ganggang pirang. Istilah
“Chrysophyta” berasal dari bahasa Yunani, chrysos
yang berarti “keemasan”. Warna keemasan disebabkan
karena ganggang ini memiliki pigmen berupa karoten
dan xantofil yang jumlahnya dominan
Alga pirang yang hidup di darat sering ditemui sebagai
selaput seperti beludru di tepi kolam, tepi perairan, atau
di tanah yang lembab. Selain laminarin, Chrysophyta
menyimpan kelebihan makanan dalam bentuk minyak
sehingga merupakan komponen penting dalam
pembentukan minyak bumi. Filum Chrysophyta terdiri
atas sekitar 5.300 jenis, dan 5.000 di antaranya adalah
diatom yang sekarang sudah dimasukkan dalam Filum
tersendiri yaitu Bacillariophyta.
Karakteristik Alga Keemasan
Bersifat uniseluler soliter, uniseluler koloni, dan
multiseluler
Berflagela dan tidak berflagela
Berdinding sel dan mengandung hemiselulosa
pektin, atau silika.
Menyimpan cadangan makanan bentuk karbohidrat
atau lemak
Habitat di air tawar dan air laut.
Hidup sebagai organisme fotoautotrof' dan
sebagian menyerap senyawa organik terlarut
(miksotrofik)
Kloroplas berukuran kecil dan berbentuk cakram
atau lembaran
Perkembangbiakan
Ada dua cara perkembangbiakan, seksual (generatif)
dan aseksual (vegetatif). Perkembangbiakan
generatif melalui cara-cara konjugasi, isogami,
anisogami, dan oogami. Perkembangbiakan vegetatif
dilakukan melalui pembelahan sel, fragmentasi,
pemisahan koloni, dan pembentukan spora (baik
aplanospora maupun zoospora).
Contoh alga keemasan
Bersel tunggal :

Ochromonas Navicula sp

Berbentuk berkas :

Vaucheria
Ganggang/Alga biru
(Cyanophyceae)
Alga atau Ganggang Hijau Biru (Cynobacteria)
merupakan kelompok dari Eubacteria (bakteri). Anggota
Cyanobacteria tersebar dalam berbagai tempat
misalnya di perairan, tanah, batu-batuan serta
bongkahan batu. Pada umumnya Alga Hijau Biru
melimpah di perairan yang mempunyai pH Netral atau
perairan yang mempunyai sedikit sifat basa. Sangat
jarang dijumpai di perairan dengan pH kurang dari 4-5
Cynobacteria mengandung sejenis klorofil, dan berbagai
karotenoid juga fikosianin dan fikoeritrin. Dengan adanya
fikosianin, kemudian Cyanobacteria memiliki warna yang
khas yakni hijau kebiru-biruan. Cynobacteria berperan
sebagai tumbuhan perintis yang membentuk
permukaan tanah gundul juga berperan penting dalam
menambah materi organik ke dalam tanah.
Karakteristik Alga Biru
Bersel tunggal (Uniseluler), ada pula yang
berkoloni
Memiliki klorofil, karotenoid serta pigmen
fikobilin yang terdiri dari fikosianin dan
fikoeritrin.
Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa
dan selulose, kadang- kadang berlendir.
Inti sel tidak memiliki membran ( prokariotik)
Perkembangbiakan
Pembelahan Biner: Pada Cyanobacteria uniseluler, sel-sel hasil pembelahan ada
yang langsung memisah, dan ada pula yang tetap bergabung sehingga
membentuk koloni (misalnya Gloeocapsa). Sel-sel hasil pembelahan pada
Cyanobacteria yang berbentuk filamen menyebabkan filamen menjadi bertambah
panjang.
Fragmentasi : pemutusan sebagian tubuh organisme. Bagian tubuh yang terlepas
akan tumbuh menjadi individu baru. Fragmentasi terjadi pada Cyanobacteria yang
berbentuk filamen. Pemutusan bagian tubuh dapat terjadi di bagian-bagian
tertentu pada sel-sel yang mati. Contoh Cyanobacteria yang mengalami
fragmentasi antara lain Oscillatoria sp. dan Plectonema boryanum.
Pembentukan Endospora: Pembentukan endospora terjadi bila kondisi
lingkungan kurang menguntungkan, misalnya pada kondisi kekeringan. Sel yang
mengandung endospora ini disebut akinet. Akinet berasal dari sel vegetatif,
berukuran lebih besar dari sel-sel tubuh lainnya karena mengandung cadangan
makanan, dan berdinding tebal. Bila kondisi lingkungan membaik, maka
endospora akan tumbuh menjadi Cyanobacteria baru, contohnya Nostoc sp.
Contoh alga biru

Chroococcales Chamaesiphonales Hormogonales


Dinoflagellata/Alga Api
(Pyrrophyta)
Filum Pyrrophyta disebut ganggang api karena
memiliki cangkang yang mengandung fosfor yang
mampu memancarkan cahaya bewarna merah
menyala seperti api atau berwarna hijau biru yang
sangat indah terutama dalam kondisi gelap pada
malam hari di air laut, Peristiwa perpendaran cahaya
ini disebut dengan bioluminesens. Contohnya adalah
Noctiluca sp., dan Ceratium sp.
Filum Pyrrophyta sering disebut Dinoflagellata, diberi
nama demikian karena pergerakan yang dibantu
dua flagela mirip cambuk (dalam bahasa Latin, dino
artinya pusaran air).
Karakteristik Alga Api
Bersifat uniseluler.
Sel-sel yang mengandung fosfor.
Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh suhu, kadar
garam, dan nutrisi serta kedalaman air laut.
Tubuh primitif yang umumnya berbentuk ovoid tapi
asimetri.
Memiliki dua flagela, satu terletak di lekukan
longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut
dengan sulcus dan memanjang ke bagian posterior.
Sedangkan yang satunya ke arah transversial yang
ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) melingkari
tubuh atau bentuk spiral di beberapa belokan.
Cadangan makanan berupa amium dalam sitoplasma.
Pada umumnya dinding sel mengandung selulosa.
Perkembangbiakan
Pyrrophyta melakukan reproduksi hanya secara
aseksual, yaitu dengan membelah diri, tetapi
beberapa jenis dapat menghasilkan kista
(stadium istirahat) yang bersifat seksual. Kista
tersebut kemudian akan berkecambah
menghasilkan individu baru pada kondisi yang
cocok.
Contoh Alga Api

Pfiesteria piscicidia Gonyaulax catanella Noctiluca scintillans


PENYAKIT YANG
DISEBABKAN
OLEH alga
Organisme Penyebab: Pseudo-nitzschia sp.
Toksin yang dihasilkan: Asam Domoat
Amnesic Shellfish Poisoning (ASP) adalah satu-satunya keracunan kerang
yang disebabkan oleh diatom. ASP terjadi Apabila mahluk hidup
Amnesic mengkonsumsi kerang-kerangan yang telah terkontaminasi oleh racun
yang setelah diidentifikasi dikenal sebagai domoic acid. Sumber domoic
Shellfish acid adalah diatom dan Pseudo-nitzschia multiseries. Domoic acid
merupakan asam amino tricarboxyluc yang larut dalam air yang bertindak
Poisoning
sebagai analog neurotransmitter glutamat reseptor agonist. Domoic acid
(ASP) terkait secara struktural dan fungsional dengan excitatory neurotoxin
kainic acid, yang diisolasi dari makroalga merah Digenea simplex.
Gejala: efek gastro-intestinal (contoh: mual, muntah, diare) dan efek
syaraf seperti: pusing, disorientasi, lesu dan hilangnya memori jangka
pendek.
Organisme Penyebab: Gambierdiscus toxicus, Ostreopsis
lenticularis, O. siamensis, Prorocentrum lima, P. concavum, P.
mexicanum, Amphidinium carterae, dan klebsii, yang dapat
Ciguatera
tumbuh pada berbagai spesies makroalga merah, coklat, dan
Fish hijau.
Toksin yang dihasilkan: Ciguatoxin/Maitotoxin
Poisoning
(CFP) Ciguatera Fish Poisoning (CFP) adalah peristiwa keracunan yang
dialami oleh manusia dan mamalia lain, setelah mengkonsumsi
berbagai ikan laut yang telah terkontaminasi toksin yang berasal
dari mikroalga toksik.
Peneliti menemukan bahwa toksin ciguatera
diproduksi oleh mikroorganisme bentik yang
Ciguatera kemudian dapat berpindah ke hewan karnivora besar
melalui proses rantai makanan. Ikan-ikan yang
Fish memakan alga yang telah ditempeli mikroorganisme
Poisoning bentik tersebut akan menjadi toksik, dan melalui
(CFP) proses biomagnifikasi pada rantai makanan,
sehingga ikan predator terbesar akan menjadi tempat
penumpukan toksin terbesar (deSylva, 1994).
Gejala: CFP menghasilkan gejala gastrointestinal,
neurologis, dan kardiovaskular. Umumnya, diare,
Ciguatera muntah, dan sakit perut terjadi pada awal, diikuti oleh
disfungsi neurologis termasuk pembalikan sensasi
Fish suhu, nyeri otot, pusing, kecemasan, berkeringat, mati
Poisoning rasa dan kesemutan pada mulut dan jari. Kelumpuhan
dan kematian telah didokumentasikan, tetapi gejala
(CFP) biasanya kurang parah meskipun melemahkan. Waktu
pemulihan bervariasi, dan bisa memakan waktu
berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-
tahun.
Organisme Penyebab: Dinophysis sp.
Toksin yang dihasilkan: Okadaic Acid

Komponen utama Diarrhetic shellfish poison adalah okadaic


Diarrhetic acid. Komponen yang lain adalah pectenotoxin dan yessotoxin.
Shellfish Keracunan yang disebabkan oleh toksin Okadaic acid ini disebut
”Diarrhetic shellfish poisoning”. Keracunan ini diakibatkan
Poisoning mengkonsumsi kepah dan remis. Toksin ini diproduksi oleh alga
(DSP) laut Dinophysis fortii dimana melalui rantai makanan yang
mengakibatkan remis mengandung racun tersebut.
Senyawa dari kelas okadaic acid ini mempunyai efek sebagai
promotor tumor.
Gejala: DSP menghasilkan gejala gastrointestinal, biasanya
dimulai dalam 30 menit sampai beberapa jam setelah
Diarrhetic
konsumsi kerang beracun (Yasumoto dan Murato, 1990).
Shellfish Gejala utama keracunan DSP adalah diare yang akut, dimana
Poisoning serangannya lebih cepat dibandingkan dengan keracunan
(DSP) makanan akibat bakteri. Selain itu, mual, muntah, sakit perut,
kram dan kedinginan.
Organisme Penyebab: Karenia brevis
Toksin yang dihasilkan: Brevetoxins

Neurotoxic Shellfish Poisoning (NSP) adalah penyakit yang


Neurotoxic disebabkan oleh konsumsi kerang moluska yang terkontaminasi
brevetoxins. Brevetoxins adalah neurotoksin alami yang diproduksi
Shellfish
oleh dinoflagellata laut, misalnya Karenia brevis. karenia brevis
Poisoning adalah dinoflagellata yang sangat rapuh dan organisme ini mudah
(NSP) pecah melepaskan racun ke dalam air. Kariena brevis memiliki efek
pada kesehatan manusia, dan selain adanya efek kesehatan pada
manusia, mekarnya K. brevis dapat menyebabkan dampak ekonomi
dan lingkungan yang signifikan.
Brevetoxins terdiri dari sekelompok racun dengan efek
neurologis, terutama gastrointestinal. Cara kerja brevetoxins
Neurotoxic adalah dengan reseptor mengikat saluran natrium yang
Shellfish mengontrol generasi potensial aksi di saraf, otot dan jaringan
Poisoning jantung, meningkatkan masuknya natrium ke dalam sel. Hal ini
mengarah pada aktivasi sel yang tak henti-hentinya
(NSP) menyebabkan kelumpuhan dan kelelahan pada sel-sel.
Gejala:
NSP menyebabkan berbagai gejala baik neurologis maupun gastrointestinal, gejala yang paling
sering dilaporkan adalah
Mual
Muntah
Sakit perut, dan
Neurotoxic Diare,
Namun itu bukan keluhan utama yang muncul, perhatian lebih besar bagi kebanyakan individu
Shellfish adalah gejala neurologis yang mungkin termasuk yaitu
Parestesia pada mulut, bibir, dan lidah
Poisoning Kesemutan perifer
Kelumpuhan anggota tubuh sebagian
(NSP) Bicara cadel
Pusing
Ataksia, dan
Hilangnya koordinasi secara umum
Meskipun rawat inap terkadang diperlukan, tidak ada korban jiwa dilaporkan sebagai hasil dari
NSP (Arnold, 2011). Kebanyakan pasien sembuh dalam dua sampai tiga hari tanpa efek jangka
panjang atau kronis (Baden, 1983; Morris dkk, 1991; Watkins et al, 2008).
Organisme Penyebab: Alexandrium spp., Gymnodinium
catenatum, Pyrodinium bahamense
Toksin yang dihasilkan: Saxitoxins
Paralytic
Shellfish PSP atau Paralytic Shellfish Poisoning adalah toksin yang
hampir selalu dijumpai pada hewan laut. Bahan aktif dalam
Poisoning
toksin PSP adalah cincin heterocyclic guanidin yang populer
(PSP) dengan sebutan saxitoxin. Toksin PSP dihasilkan oleh beberapa
jenls mikroalgae yang hidup di laut dan mikroalgae tersebut
merupakan makanan pokok bagi hewan laut.
Toksin PSP akan diakumulasi di dalam tubuh hewan laut yang
memakan mikroalgae dan toksin tersebut akan terdistribusi pada
Paralytic organ tubuhnya. Dalam kadar tertentu, PSP akan menimbulkan
Shellfish keracunan dan kematian pada udang, kerang dan ikan.
Sedangkan bila hewan laut yang mengandung toksin PSP tersebut
Poisoning
dimakan manusia maka dapat menyebabkan keracunan dan
(PSP) kematian. Keracunan pada manusia akan terjadi bila kadar PSP di
dalam tubuh lebih dari 0,72 mg .
Gejala: Gejalanya meliputi kesemutan, mati rasa, dan rasa
terbakar di daerah perioral, ataksia, pusing, mengantuk,
demam, ruam, dan mengejutkan. Kasus yang paling parah
mengakibatkan henti napas dalam waktu 24 jam setelah
Paralytic
konsumsi kerang beracun.
Shellfish Gejala keracunan pada manusia an tara lain gatal-gatal
Poisoning (tingling), kehilangan rasa (numbness), bibir dan ujung jari
(PSP) kemcrahan seperti tcrbakar (burning of lips and fingertips),
hilangnya kontrol untuk gerakan otot (loss of motor contro!),
perasaan mengantuk (drowsiness), bicaranya kacau
(incoherence), demam (fever), dan kelumpuhan pacta safar
pemapasan (respiratory paralysis).
METODE
PENGOBATAN
Belum ditemukan penawar racun, namun perawatan
medis yang mendukung dapat membantu
menyelamatkan nyawa penderita. Misalnya, diberikan
ventilator mekanik dan oksigen jika terjadi kesulitan
bernapas, diberikan obat penstabil detak jantung jika
terjadi aritmia, terapi cairan untuk membantu
mengekskresi toksin, identifikasi toksin pada urine di
laboratorium untuk mengkonfirmasi diagnosis, dilakukan
kontrol gangguan gastrointestinal, dan lain-lain.
Pengobatan bersifat suportif dan pemulihan
lengkap biasanya terjadi dalam waktu 48 jam
Penggantian cairan
Observasi fungsi pernafasan
Pemberian obat penenang
Pengurangan rasa sakit karena tidak ada
penawar spesifik yang tersedia
contoh kasus
Amnesic Shellfish Poisoning (ASP)

Keracunan kerang amnesik pertama kali ditemukan pada


manusia pada tahun 1987 setelah terjadinya keracunan
makanan di wilayah Kanada timur. Tiga pasien lansia
meninggal dunia, sementara korban-korban lainnya
mengalami permasalahan neurologis jangka panjang.
Para korbannya kehilangan ingatan, sehingga istilah
"amnesik" pun digunakan. Para epidemiolog dari Health
Canada dengan segera berhasil menemukan bahwa
penyakit ini diakibatkan oleh kerang yang dikumpulkan
dari suatu kawasan di Prince Edward Island.
Ciguatera Fish Poisoning (CFP)
Keracunan
.

akibat makan ikan laut kadang muncul di koran

Lombok Post ini, salah satunya diberitakan pada hari Senin


15 Januari 2006 yang lalu. Sebagian korban bahkan
meninggal dunia, dengan puluhan orang harus dirawat.
Tetapi penjelasan tentang keracunan ikan ini masih sangat
jauh dari cukup untuk dapat dijadikan pelajaran oleh
masyarakat, agar dapat menghindarinya di kemudian hari.
Tulisan ini dimaksudkan untuk menambah penjelasan yang
lebih rinci tentang keracunan akibat mengkonsumsi ikan
yang secara ilmiah disebut dengan ciguatera
Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP)
Widiarti
. & Widiarti & Nirmala

(2008) juga pernah menemukan jenis


Prorocentrum spp. yang menempel pada lamun Enhalus acoroides

di perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu dengan jumlah


individu mencapai 355 sel/10 cm2 daun lamun. P. lima selain
mengandung racun Ciguatoksin juga mengandung asam okadat
yang merupakan penyebab Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP)
(2008) juga pernah menemukan jenis Prorocentrum spp. yang
menempel pada lamun Enhalus acoroides di perairan Pulau
Panggang, Kepulauan Seribu dengan jumlah individu mencapai
355 sel/10 cm2 daun lamun. P. lima selain mengandung racun
Ciguatoksin juga mengandung asam okadat yang merupakan
penyebab Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP)
Neurotoxic Shellfish Poisoning (NSP)
.
Diagnosis

NSP didasarkan pada presentasi klinis dan

riwayat konsumsi kerang bivalvia dari daerah berisiko di


Ciamis diagnosis NSP juga dapat dikonfirmasi

yang sesuai, serta temuan
berdasarkan tanda dan gejala
positif brevetoxins dalam sampel biologis. Kemampuan
untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan mengukur
brevetoxins adalah kunci untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang dampak kesehatan
dari konsumsi kerang moluska yang terkontaminasi.
Paralytic Shellfish Poisoning (PSP)
.

Kasus PSP Thailand pertama kali pada tahun 1983 yang menyebabkan
keracunan pada 62 orang dan 1 kematian setelah mengonsumsi kerang

lokal (Mytilus spp.) (IPCS, 1984).


Kasus PSP banyak terjadi di Indonesia seperti: kasus PSP di Lewotobi,

Wulung Gitung, Flores Timur yang menyebabkan keracunan pada 191 orang
dan 9 kematian akibat konsumsi ikan pada 24 November 1983 (Adnan,
1984); kasus PSP di Desa Balang Tiku (Kalimantan Timur) akibat konsumsi

kerang tudai yang menyebabkan 2 kematian dan keracunan massal pada


hampir seluruh penduduk desa pada 12 Januari 1988; kasus PSP di Ujung
Pandang yang menyebabkan 4 kematian akibat konsumsi kerang pada
bulan Agustus 1989; kasus PSP di Lata (Ambon) yang menyebabkan 3
kematian dan 33 orang dirawat di rumah sakit akibat konsumsi “bia manis”
(Hiatula chinensis) pada bulan Juli 1994 (Wiadnyana et al., 1994).
POLA PENCEGAHAN
AGAR TERHINDAR
DARI PENYAKIT
Ikuti saran apa pun yang diberikan oleh pemerintah setempat atau
otoritas kesehatan setempat termasuk penutupan area renang umum
dan penutupan danau.
Hindari kontak dengan air di mana pertumbuhan alga yang berbahaya
dapat terjadi.
Jangan berenang atau berperahu di danau atau area danau yang
terkontaminasi dengan ganggang yang terlihat mekar.
Jangan pernah minum air dari danau, kolam, atau lahan basah kecuali
air tersebut telah diolah dengan bahan kimia atau disaring dengan
benar. Merebus air tidak menghilangkan ganggang atau racun apa pun
dari air.
Jangan memasak dengan, atau menggunakan air yang terkontaminasi
ganggang untuk mencuci piring atau mencuci pakaian.
Sediakan sumber air bersih untuk hewan peliharaan atau ternak
untuk minum jika sumber air alami yang tersedia terkontaminasi
alga.
Berhati-hatilah saat memancing dan mengonsumsi ikan yang
ditangkap dari perairan yang menjadi tempat perkembangbiakan
alga.
peranan alga
Ganggang/alga sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia antara lain :

Ganggang (alga) hijau merupakan sumber dari fitoplanton yang


difungsikan sebagai pakan ikan dan hewan air lainnya
Ganggang (alga) cokelat (Macrocrytis pyrifera) mengandung yodium
dengan mengandung Na, P, N dan Ca yang dimanfaatkan sebagai
suplemen untuk hewan ternak. Mengandung asam alginat, sebagai
pengental produk makanan, industri, dan alat-alat kecantikan
(Laminaria, Macrocytis, Acophylum, dan Fucus).
Ganggang (alga) merah dimanfaatkan untuk makanan suplemen
kesehatan (Porphyra), sumber makanan (Rhodymenia Palmata),
pembuatan agar (Gellidium), dan penghasil karagenan (pengental es
krim).
Dinding sel diatom mengandung zat kresik pada ganggang keemasan
yang berguna untuk industri, misalnya bahan penggosok, penyaring,
bahansa isolasi, dan industri kaca.
daftar pustaka
A.Y. Suroso 1992. Pengantar Criptogamae (Sistematik Tumbuhan Rendah) . Bandung
Hadiansya. 2010. Kunci Determinasi Alga Laut. Prodi Pendidikan Biologi UIN SGD. Bandung
Atmadja, W.S. Kadi, A., Sulistijo & Satari, R. (Eds).1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia.
Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta
Campbell et al. 2005; Solomon et al. 2001
Aunurochim, D. Saptarini, dan D. Yanthi. 2008. Fitoplankton Penyebab Harmful Algae Blooms (HABs)
di Perairan Sidoarjo. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. 7 Hlm.
Basmi. 2000. Planktonologi: Sebagai Indikator Pencemaran Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. IPB. Bogor.
Dianthani, D. 2003. Identifikasi Jenis Plankton di Perairan Muara Badak, Kalimantan Timur. Makalah
Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 8 Hlm.
Faisal, W., K. T. Basuki, dan B. R. Sidharta. 2005. Studi Analisis Kista (Cyst) Harmful Algal Bloom.
Puslitbang Teknologi Maju ± BATAN. Jogjakarta. 208-215 Hlm
daftar pustaka
Wenno, P.A. 2004. Kolonisasi epifit pada daun lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides.
Ichthyos, 3(1):21-26.
Widiarti, R. 2002. Dinoflagellata epibentik pada makroalga di rataan terumbu Pulau Penjaliran Barat,
Teluk Jakarta. Sains Indonesia, 1(7):1-9.
Widiarti, R. and A.E. Nirmala. 2008. Benthic mikcroalgae (dinoflagellate) on seagrass at the reef flat
of Panggang Island, Seribu Islands, North Jakarta. Dalam: LIPI – NAGISA Western Pacific Conference,
Jakarta, 27-28 Oktober 2008.
Adnan, Q. 1994. Tiga tahun kejadian Red Tide di Teluk Jakarta. Dalam: Setiapermana, D., Sulistijo, H.P.
Hutagalung (eds.). Prosiding seminar pemantauan pencemaran laut 7--9 Februari 1994. 2(3):109--119
hlm.
Anderson, D., P. Andersen, V. M. Bricelj, J.J. Cullen, & J. E. Jack Rensel. 2001. Monitoring and
management strategies for harmful algae blooms in coastal waters. APEC-IOCT, Singapura: 268.
Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (DPPK) Provinsi DKI Jakarta. 2006. Kajian Eksistensi
Budidaya Kerang Hijau di Teluk Jakarta. CV. Srikandi Utama Konsultan , Jakarta: 115 hlm.
daftar pustaka
Bres P. Tindakan darurat kesehatan masyarakat pada kejadian luar biasa ; petunjuk praktis.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1995.
Kementerian Kesehatan RI. Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI). Jakarta; 2014. Badan
Pengawasan Obat dan Makanan. Sentra Informasi Keracunan : Laporan KLB Keracunan Pangan
Tahun 2015. Jakarta; 2015. Chin J. Manual pemberantasan penyakit menular. Kandun NI, editor.
Jakarta; 2009. xxxi,739. Sudarmiati S, Zaman B. Mekanisme Keracunan Saraf Akibat Konsumsi
Kerang-Kerangan Yang Terkontaminasi Dinoflagellata Beracun (Studi Literatur). Badan Pusat
Statistik Kabupaten Cirebon. Kabupaten Cirebon Dalam Angka. 2016; Kementerian Kesehatan RI.
PMK No. 3/2013 tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan. Jakarta; 2013. SEARO WHO.
Penyakit Akibat Keracunan Makanan. 2015; Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman
penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan.
Jakarta; 2009. Alexender J et al. Marine Biotoxins in Shellfish- Saxitoxin Group. EFSA J. 2009;1019:1–
76. Australia New Zealand Food. Shellfish toxins in food. 2001.
daftar
istilah
No Itilah Arti

1. Diatom Fitoplankton yang termasuk dalam kelas Bacilariophyceae.

2. Autotrof Organisme yang mampu menghasilkan makanan (energi) sendiri.

3. Fotoautotrof Organisme yang melakukan fotosintesis untuk memperoleh energi.

4. Toksin Zat beracun yang diproduksi di dalam sel atau organisme hidup

5. Karotena Pigmen berwarna jingga.

Tubuh vegetatif tumbuhan rendah yang tidak terbagi atas akar,


6. Thalus
batang, dan daun.

Golongan besar dalam klasifikasi hewan dan tumbuhan yang


7. Filum
mempunyai persamaan sifat dasar tertentu.

8. Fikosianin Kelompok zat warna terdiri atas warna merah dan biru.
No Itilah Arti

Protein yang bekerja sebagai pigmen pelengkap pada algae merah


9. Fikoeritrin
dan alga biru-hijau.

10. Fikobilin Pigmen yang berfungsi mengumpulkan cahaya hijau dan biru.

11. Fragmentasi Pemutusan sebagian tubuh ganggang.

12. Ovoid Oval.

13. Gastrointestinal Sebutan untuk organ pencernaan.

Organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar perairan atau


14. Mikroorganisme bentik
di permukaan substrat dasar perairan.

Proses dimana bahan pencemar konsentrasinya meningkat dengan


15. Biomagifikasi
meningkatnya posisi makhluk hidup pada suatu rantai makanan.
No Itilah Arti

Protein yang bekerja sebagai pigmen pelengkap pada algae merah


9. Fikoeritrin
dan alga biru-hijau.

10. Fikobilin Pigmen yang berfungsi mengumpulkan cahaya hijau dan biru.

11. Fragmentasi Pemutusan sebagian tubuh ganggang.

12. Ovoid Oval.

13. Gastrointestinal Sebutan untuk organ pencernaan.

Organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar perairan atau


14. Mikroorganisme bentik
di permukaan substrat dasar perairan.

Proses dimana bahan pencemar konsentrasinya meningkat dengan


15. Biomagifikasi
meningkatnya posisi makhluk hidup pada suatu rantai makanan.
TERIMA KASIH
Q & A
Pertanyaan 1
(Nirwana 20721039)
Bagaimana mekanisme alga dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan
bagaimana cara pengobatannya terhadap penyakit tersebut?

JAWAB :
Tubuh manusia dapat terpapar penyakit yang disebabkan oleh Alga yaitu karena
mengkonsumsi
kerang-kerangan/berbagai ikan laut yang telah terkontaminasi toksin/racun.
Untuk pengobatannya dilakukan dengan cara :
terapi cairan untuk membantu
mengekskresi toksin
identifikasi toksin pada urine di laboratorium untuk mengkonfirmasi diagnosis
Observasi fungsi pernafasan
Pemberian obat penenang
Pertanyaan 2
(Nesa Fitria 20721037)

Bagaimana cara mengetahui ikan laut yang telah terkontaminasi mikroalga toksik agar
manusia tidak terserang atau mengalami CFP?

JAWAB :
langkah yang perlu ditempuh adalah menetapkan program pemantauan perluasan
organisme berbahaya tersebut dan melakukan pertukaran informasi dengan negara-
negara yang telah melakukan penelitian lebih detil tentang hal itu. Melalui forum The
North Pacific Marine Science Organization (PICES) HAB, dimulailah kegiatan dalam
program berkala internasional untuk mengumpukan data HABs, imbuhnya. Tujuannya
adalah untuk mengukur tingkat racun dalam makanan laut, air laut serta organisme
berbahaya yang termakan oleh makanan laut (ikan, kerang dan sebagainya). Berbagai
informasi tersebut akan menjamin keamanan produk perikanan untuk dikonsumsi
khalayak, sekaligus melindungi lingkungan pesisir beserta ekosistemnya.
Pertanyaan 2
(Nesa Fitria 20721037)

Ir. Tumpak Sidabutar M.Sc., Peneliti P2 Oseanografi-LIPI menambahkan ada sekitar 300
jenis alga yang terkategori sebagai HABs (beracun) yang tersebar di seluruh dunia.
Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 35 jenis alga beracun hidup di perairan
Indonesia. Ada jenis alga Paralytic Shellfish Poisoning (jenis yang beracun dan berbahaya
bagi syaraf) yang tersebar di tiga perairan Indonesia. Peraian yang perlu diwaspadai
tersebut adalah Perairan Ambon, Teluk Kao dan Perairan Lampung, tandasnya.
Pertanyaan 3
(Ubaydullah Choir 20721062)

Apa yang di maksud dengan diatom? Dan bagaimana cara mencegah agar
tidak terpapar penyakit yang disebabkan oleh Alga?

JAWAB :
Diatom adalah suatu kelompok besar dari alga plankton. Diatom merupakan
fitoplankton yang termasuk dalam kelas Bacilariophyceae.
Untuk pencegahannya yaitu hindari kontak dengan air di mana pertumbuhan
alga yang berbahaya dapat terjadi, jangan pernah minum air dari danau,
kolam, atau lahan basah kecuali air tersebut telah diolah dengan bahan kimia
atau disaring dengan benar. Jangan memasak dengan, atau menggunakan air
yang terkontaminasi ganggang untuk mencuci piring atau mencuci pakaian.

Anda mungkin juga menyukai