Anda di halaman 1dari 6

SCIENTIA VOL. 8 NO.

1, FEBRUARI 2018

SCIENTIA Jurnal Farmasi dan Kesehatan


SCIENTIA Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus
Website : http://www.jurnalscientia.org/index.php/scientia

8 (1) ; 98 – 103, 2018

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUNGA TAHI


KOTOK (Tagetes erecta L.) DENGAN METODE DPPH (1,1-Difenil-2-
Pikrihidrazil)
Mega Yulia dan Riki Ranova
Akademi Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi
*Email : megayuriano@yahoo.com.sg

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bunga Tahi Kotok
(Tagetes erecta L.) dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrihidrazil)” menggunakan
spektrofotometri UV-VIS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari
ekstrak bunga tahi kotok. Proses ekstraksi sampel dilakukan dengan metode sokletasi
menggunakan tiga jenis pelarut secara bertingk at yaitu, N-heksan, etil asetat dan metanol. Dari
35 gram sampel kering didapatkan ekstrak N-heksan sebanyak 4,36 gram, ekstrak etil asetat 2,5
gram dan ekstrak metanol 5,4 gram. Aktivitas antioksidan diberikan oleh ekstrak etil asetat dan
metanol dengan nilai IC50 berturut-turut sebesar 53,40 ppm dan 181 ppm.

Kata kunci : Tagetes erecta L, Aktivitas Antioksidan, DPPH, Bunga

ABSTRACT

Research has been conducted to determine antioxidant activity of the extract of


Tahi Kotok Flowers (Tagetes erecta L.) with DPPH (1,1-Diphenyl-2-Pikrihidrazil)
method using UV-VIS spectrophotometry. Sample extraction process was done by
soxhletation method using tree types of solvent in stages, n-hexane, ethyl acetate and
methanol. As much as 4.36 grams n-hexane extract, 2.5 grams ethyl acetate extract and
5.4 grams methanol extract were obtained from 35 grams dried sample. Antioxidant
activity was given by extract of ethyl acetate and methanol with IC50 value of 53.40
ppm and 181 ppm.

Keywords: Tagetes erecta L, Antioxidant Activity, DPPH, Flower

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 98


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

PENDAHULUAN metanol. Ekstrak yang didapatkan diuji


Antioksidan merupakan suatu zat aktivitas antioksidan dengan metoda
yang memiliki kemampuan untuk peredaman radikal bebas menggunakan
memperlambat proses oksidasi yang DPPH. Tujuan dari penelitian ini untuk
berdampak negatif di dalam tubuh mengetahui aktivitas antioksidan dari bunga
(Irmawati, 2014). Antioksidan sangat besar tahi kotok, sehingga dapat lebih
peranannya pada manusia dalam mencegah dimanfaatkan sebagai salah satu sumber
terjadinya penyakit, yaitu dengan menekan antioksidan dari bahan alam.
kerusakan sel yang terjadi akibat serangan
radikal bebas (Sudewo, 2012). METODE PENELITIAN
Berdasarkan sumber
perolehannya ada 2 macam antioksidan, Metodologi Penelitian
yaitu antioksidan alami dan antioksidan
buatan (sintetik) (Dalimartha dan Soedibyo, Alat
1999). Adanya kekhawatiran akan Alat yang digunakan adalah alat
kemungkinan efek samping yang belum sokletasi, timbangan digital, perkamen,
diketahui dari antioksidan sintetik lumpang dan alu, penjepit kayu, plat tetes,
menyebabkan antioksidan alami menjadi kaca arloji, bola hisap, pipet volume 5 ml,
alternatif yang sangat dibutuhkan pipet volume 0,5 ml, pipet tetes, labu ukur
(Rohdiana, 2011; Sunarni, 2005). 250 ml, labu ukur 50 ml, labu ukur 10 ml,
Antioksidan alami mampu melindungi spektrofotometer UV-vis (T-70), spatel,
tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan tissue, kapas, vial, alumunium foil, test
oleh radikal bebas dan menghambat tube, corong dan rotary evaporator.
terjadinya penyakit degeneratif serta
mampu menghambat peroksidae lipid pada Bahan
makanan (Sunarni, 2005). Sumber Bunga tahi kotok, DPPH (1,1-
antioksidan alami dapat diperoleh dari Difenil-2-pikrihidrazil), aquadest, serbuk
buah-buahan, sayuran dan bahan makanan Mg, H2SO4, HCL pekat, n-heksan, etil
lainnya (Irmawati, 2014). asetat, metanol, kloroform,amonia, etanol
Salah satu tanaman yang bersifat destilasi, vit.C, pereaksi mayer, FeCL3,
antioksidan adalah bunga tahi kotok norit, asetat anhidrat.
(Tagetes erecta L.). Berdasarkan hasil
penelitian Gutierrez dkk, pada tahun 2006 Pengambilan Sampel
menunjukkan bahwa minyak atsiri dari Bunga tahi kotok didapat dari
bunga tahi kotok memiliki aktivitas Kelurahan Kubu Tanjung, Tigo Baleh, Kota
antioksidan dengan nilai IC50 28.0 µg/ml. Bukittinggi sebanyak 500 gram, kemudian
Secara tradisional bunga ini digunakan dicudi dan dikering-anginkan.
sebagai obat dalam penyembuhan radang
kulit bernanah (pyodermi), infeksi saluran Proses Ekstraksi
nafas bagian atas, pembengkakan payudara Untuk pengambilan ekstraksi dari
(mastitis), radang mata (conjunctivitis), dll bunga tahi kotok menggunakan metode
(Widyaningrum, 2011). Dari literatur sokletasi. Sokletasi dilakukan dengan 3
diketahui bunga tahi kotok mengandung pelarut secara bertingkat yaitu n-heksan,
senyawa tagettin 0,1%, terthienyl, helenian etil asetat dan metanol, dengan cara bunga
0,74%, flavoxanthin dan flavonoid tahi kotok yang telah dikering-anginkan
(Widyaningrum, 2011; Anonim, 2000). dirajang hingga berbentuk masa yang lebih
kecil, lalu sampel dimasukkan kedalam
Berdasarkan hal diatas, maka kertas saring sebanyak 45 gram dan diikat
dilakukan uji aktivitas antioksidan dari kedua ujungnya. Pasang penangas air dan
ekstrak bunga tahi kotok. Proses ekstraksi alat sokletasi, lalu masukkan sampel
dilakukan dengan tiga jenis pelarut secara kedalam alat soklet. Pelarut yang digunakan
bertingkat yaitu, N-heksan, etil asetat dan yaitu n-heksan, etil asetat dan metanol.

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 99


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Kemudian dimasukkan ke dalam soklet, positif jika terbentuk warna biru.


ditambahkan pelarut n-heksan sebanyak Lapisan kloroform disaring dengan norit
250 ml. Lalu dilakukan sokletasi selama 14 dalam plat tetes, biarkan mengering.
jam dengan 117 siklus. Setelah 117 siklus Setelah mengering tambahkan asetat
menunjukkan pelarut bening yang anhidrat dan asam sulfat pekat. Jika
menandakan penyarian sampel telah terbentuknya warna merah berarti positif
sempurna. Dilanjutkan dengan penambahan steroid, sedangkan warna biru atau hijau
250 ml pelarut etil asetat, lalu dilakukan berarti positif terpenoid.
sokletasi selama 13 jam dengan 74 siklus. 3) Pemeriksaan Flavonoid
Lalu ditambahkan pelarut metanol Sampel sebanyak 2 gram dirajang halus,
sebanyak 250 ml dan dilakukan sokletasi dimasukkan dalam tabung reaksi,
selama 19 jam dengan 66 siklus. Kemudian didihkan dengan 5 ml metanol, dan
ekstrak yang didapat dipekatkan dengan saring selagi panas. Filtratnya diuapkan
rotary evaporator sehingga diperoleh sampai kering kemudian dilarutkan
ekstrak kental. dengan aquadest, lalu tambahkan HCl
pekat dan serbuk magnesium. Jika
Uji Skrining Fitokimia terbentuk warna merah berarti positif
1) Pemeriksaan Alkaloid flavonoid.
Pemeriksaan alkaloid dilakukan dengan
metode Culvenor-Fitzgerald, yaitu Uji Antioksidan
sampel sebanyak 2 gram dirajang halus 1. Pembuatan larutan DPPH
gerus didalam lumpang dengan bantuan Sebanyak 5 mg DPPH dilarutkan
pasir bersih, tambahkan 10 ml dengan etanol dalam labu ukur sampai
kloroform. Tambahkan 10 ml larutan 250 ml sehingga diperoleh larutan
amoniak 0,05 N, lalu gerus dan saring dengan konsentrasi 20 µg/ml
kedalam tabung reaksi, tambahkan 0,5 (Molyneux, 2004).
ml asam sulfat 2 N, kocok selama 2 2. Penentuan Panjang Gelombang Serapan
menit dan biarkan sampai terjadi Maksimum DPPH
pemisahan. Ambil lapisan asam, Sebanyak 3,8 ml larutan DPPH 20
pindahkan kedalam tabung reaksi lain, µg/ml dan ditambahkan dengan 0,2 ml
kemudian tambahkan beberapa tetes etanol dalam test tube. Setelah itu
pereaksi mayer. Reaksi positif ditandai dibiarkan selama 30 menit ditempat
dengan adanya kabut putih hingga yang gelap. Serapan larutan diukur
gumpalan putih atau endapan putih yang dengan spektofotometer UV-Vis pada
tidak dapat dituang. panjang gelombang 400-600 nm
2) Pemeriksaan Steroid, Terpenoid dan (Molyneux, 2004). Tentukan panjang
Senyawa Fenolik gelombang maksimum.
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan 3. Pembuatan Sampel
metode simen et al yaitu sampel Untuk pengujian awal masing-masing
sebanyak 2 gram yang telah dirajang sampel ekstrak n-heksan, etil asetat dan
didihkan dengan 25 ml metanol selama metanol dibuat dengan konsentrasi 1000
15 menit, saring selagi panas dan ppm. Hasil % inhibisi menunjukan hasil
filtratnya dikeringkan di atas penangas. 21,23% untuk n-heksan, 91,12% untuk
Ekstrak yang didapat di tambahkan air ekstrak etil asetat dan 78,38 % untuk
suling dan kloroform masing-masing 5 ekstrak metanol. Karena hasil %
ml, kocok dan dibiarkan sampai inhibisi untuk ekstrak n-heksan kecil
terbentuk lapisan. Lapisan air diambil 3 yaitu 21,23% sehingga uji aktivitas
ml kemudian dikocok dalam tabung antioksidannya tidak dilanjutkan.
reaksi lain. Jika terbentuk busa yang Selanjutnya untuk pelarut etil asetat
bertahan selama 15 menit berarti positif larutan uji dibuat dengan konsentrasi
saponin. Uji fenolik dilakukan dengan 100 ppm, 80 ppm, 60 ppm, 40 ppm dan
cara menambahkan beberapa tetes FeCl3 20 ppm. Untuk pelarut metanol larutan
pada 0,5 ml larutan air, reaksi akan uji dibuat dengan konsentrasi 250 ppm,

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 100


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

200 ppm, 150 ppm,100 ppm dan 50 2. Dari uji skrining fitokimia didapatkan
ppm. bunga tahi kotok mengandung senyawa
4. Pembuatan Konsentrasi Vitamin C flavonoid dan terpenoid.
Konsentrasi vitamin C dibuat dengan 3. Proses ekstraksi sampel kering bunga
cara yang sama untuk konsentrasi 60 tahi kotok sebanyak 45 gram
ppm, 50 ppm, 40 ppm, 30 ppm dan 20 menggunakan metoda sokletasi dengan
ppm. tiga pelarut n-heksan, etil asetat dan
5. Uji Antioksidan metanol, diperoleh ekstrak masing-
Masing-masing konsentrasi sampel dan masing sampel sebanyak 4.36 gram, 2.5
konsentrasi vitamin C dipipet sebanyak gram, dan 5.4 gram.
0,2 ml ditambahkan dengan larutan 4. Pengukuran panjang gelombang serapan
DPPH 20 µg/ml sebanyak 3,8 ml. maksimum DPPH pada konsentrasi 20
Campuran didiamkan selama 30 menit µg/ml adalah 516 nm dengan nilai
ditempat yang gelap. Larutan ini absorbansi 0,458.
kemudian diukur absorbansinya pada 5. Hasil pengujian aktivitas antioksidan
panjang gelombang maksimum. ekstrak n-heksan menunjukkan aktivitas
6. Penentuan persentase inhibisi antioksidan lemah dimana konsentrasi
% Inhibisi = 1000 ppm memiliki inhibisi 21,23 %.
6. Ekstrak etil asetat bunga tahi kotok
A1 = Absorbansi kontrol didapat nilai IC50 sebesar 53,40 ppm
A2 = Absorbansi sampel sedangkan ekstrak metanol bunga tahi
Nilai 0% berarti tidak mempunyai kotok didapat nilai IC50nya 181 ppm.
aktivitas antiradikal bebas atau 7. Hasil pengujian aktivitas antioksidan
antioksidan, sedangkan nilai 100% vitamin C didapat nilai IC50 adalah
berarti dilanjutkan dengan pengenceran 30.30ppm.
larutan uji untuk melihat batas
konsentrasi aktivitasnya (Molyneux, Pembahasan
2004).
7. Penetapan IC50dengan persamaan regresi Pada penelitian ini sampel yang
Setelah didapatkan persentase inhibisi, digunakan adalah bunga tahi kotok yang
lalu dilakukan perhitungan secara diambil didaerah Tigo Baleh sebanyak 500
regresi linier (x,y) untuk mendapatkan gram. Bunga tahi kotok dikering anginkan
nilai IC50. dan dirajang hingga berbentuk masa yang
Persamaan regresi y = a + bx lebih kecil. Sampel dikeringkan untuk
y = persentase inhibisi mengurangi kadar air dengan cara dikering-
x = konsentrasi (ppm) anginkan untuk menghindari teroksidasinya
a = besarnya nilai y bila x = 0 sampel dengan sinar matahari langsung.
b = perubahan nilai y bila x berubah Setelah proses pengeringan didapat bunga
sebesar uni satuannya tahi kotok kering sebanyak 280 gram.
Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah Ekstraksi dilakukan dengan metode
mengganti y dengan 50. sokletasi, metode ini dipilih karena pelarut
yang digunakan relatif sedikit dan proses
HASIL DAN PEMBAHASAN penyarian dapat lebih sempurna (Djamal,
2010). Walaupun demikian proses ini
Hasil memiliki kelemahan dimana selama proses
Dari penelitian mengenai uji aktivitas ekstraksi menggunakan panas sehingga
antioksidan ekstrak bunga tahi kotok dapat merusak senyawa yang bersifat
dengan metode DPPH maka diperoleh hasil termolabil. Pelarut yang digunakan yaitu n-
sebagai berikut : heksan, etil asetat dan metanol. Pelarut
1. Sampel bunga tahi kotok segar sebanyak yang digunakan sebelumnya telah
500 gram setelah dikering anginkan didestilasi untuk mengurangi kemungkinan
diperoleh bunga kering sebanyak 280 cemaran atau senyawa-senyawa lain dari
gram.

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 101


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

pelarut. Ekstrak yang didapat dipekatkan Pengujian kedua dengan membuat


dengan rotary evaporator. konsentrasi 500 ppm pada labu ukur 10 ml
Rotary evaporator digunakan untuk dan diencerkan dengan konsentrasi 400
memperoleh ekstrak kental. Prinsip kerja ppm, 300 ppm, 200 ppm dan 100 ppm. Dari
dari rotary evaporator adalah pemisahan hasil pengujian tersebut konsentrasi 500
ekstrak dengan pelarut menggunakan ppm, 400 ppm dan 300 ppm mengalami
pemanasan dibawah titik didih pelarut, perubahan warna ungu menjadi warna
penurunan tekanan pada labu dan kuning dalam waktu kurang dari 30 menit,
pemutaran dengan kecepatan tertentu sehingga dilakukan penurunan konsentrasi.
sehingga senyawa yang terkandung didalam Pada pengujian ketiga konsentrasi
ekstrak tidak rusak oleh suhu tinggi. Proses untuk ekstrak etil asetat bunga tahi kotok
ini dilakukan sampai tidak ada lagi pelarut dibuat dengan larutan induk 100 ppm yang
yang menetes pada labu rotary evaporator. kemudian diencerkan menjadi 80 ppm, 60
Ekstrak kental n-heksan yang diperoleh ppm, 40 ppm dan 20 ppm. Untuk
sebanyak 4.36 gram, ekstrak kental etil konsentrasi ekstrak metanol bunga tahi
asetat sebanyak 2.5 gram, dan ekstrak kotok dibuat dengan larutan induk 500 ppm
kental metanol sebanyak 5,4 gram. kemudian diencerkan menjadi 200 ppm,
Pemeriksaan aktivitas antioksidan 150 ppm, 100 ppm dan 50 ppm. Untuk
dilakukan secara spektrofotometri UV-Vis konsentrasi vitamin C dibuat berdasarkan
menggunakan metode serapan radikal penelitian yang telah dilakukan.
DPPH, karena metode ini sederhana, mudah Besarnya aktivitas antioksidan ditandai
dan pengerjaannya dalam waktu yang dengan nilai IC50 yaitu konsentrasi larutan
singkat. Pemeriksaan aktivitas antioksidan sampel yang dibutuhkan untuk
sampel diawali dengan pengukuran panjang menghambat 50 % radikal bebas DPPH.
gelombang maksimum DPPH pada Nilai IC50 dihitung menggunakan rumus
konsentrasi 20 µg/ml dalam etanol persamaan regresi. Persamaan regresi yang
menggunakan spektrofotometri UV-Vis diperoleh untuk ekstrak etil asetat yaitu y =
diperoleh 516 nm dan absorbansinya 0.88x + 3 dengan koefisien korelasi r2=
sebesar 0.485. Penetapan panjang 0.9625 didapat nilai IC50 sebesar 53.40
gelombang maksimal bertujuan untuk ppm. Persamaan regresi untuk ekstrak
mengetahui besarnya panjang gelombang metanol yaitu y = 0.238x + 6.9 dengan nilai
yang dibutuhkan larutan DPPH untuk r2= 0.9812 dengan nilai IC50nya 181.09
mencapai serapan maksimal. Pada setiap ppm. Untuk vitamin C didapat nilai IC50
pengukuran digunakan blanko tujuannya sebesar 30.30 ppm, kurvanya dapat dilihat
untuk mengeliminasi serapan pelarut yang pada gambar dibawah ini.
digunakan, sehingga yang diserap hanya zat
yang diuji.
Pengujian pertama dengan membuat
konsentrasi 1000 ppm pada labu ukur 10 ml
masing-masing untuk 3 sampel, lalu
diujikan aktivitas antioksidannya dengan
mengambil 0,2 ml larutan 1000 ppm
sampel kemudian ditambahkan 3,8 ml
larutan DPPH 20 µg/ml. Dari hasil
pengujian tersebut diketahui ekstrak n-
heksan memiliki aktivitas antioksidan Gambar 1. Kurva Persentase Inhibisi Ekstrak
lemah dimana persen inhibisinya sebesar Etil Asetat
21,23 % sehingga penelitian tidak
dilanjutkan lagi. Untuk ekstrak etil asetat
dan metanol dilakukan pengenceran lagi
karena aktivitas antioksidannya sangat
tinggi.

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 102


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

dan Diet Suplemen, Trubus


Agriwidya, Jakarta.

Djamal, R., 2010, Kimia Bahan Alam


Prinsip-Prinsip Dasar Isolasi
danIdentifikasi, Universitas
Baiturrahmah, Padang.

Gutierrez, RMP., Luna, HH., Garrido, SH,


Gambar 2. Kurva Persentase Inhibisi Ekstrak 2006, Antioxidant Activity of
Metanol Tagetes ErectaEssential Oil,J, CHIL,
Chem, Soc.

Hartanto, H., 2012, Identifikasi Potensi


Antioksidan Minum Coklat dari
Kakao Lindak (Theobroma cacao L)
Dengan Berbagai Cara Prepasi:
Metoda Radikal Bebas 1,1 Diphenil-
2-Pikrihidrazhyl (DPPH), Skripsi,
Program Studi Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Gambar 3. Kurva Persentase Inhibisi Vitamin Universitas Katolik Widya Mandala,
C Surabaya.

KESIMPULAN Irmawati, 2014, Keajaiban Antioksidan,


Cijantung- Jakarta Timur.
Dari hasil penelitian Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Bunga Tahi Kotok Molyneux, P., 2004, The Use Stable Free
didapat kesimpulan bahwa ekstrak etil Radikal Diphenylpierylhydrazyl
asetat dan ekstrak metanol bunga tahi kotok (DPPH) for Estimating Antioksidan
memiliki aktivitas antioksidan yang sangat Activity, Songklanakarin Journal
bagus yaitu dengan nilai IC50 sebesar 53,40 Science Thecnology, volume 26
ppm untuk ekstrak etil asetat dan 181,09 Nomor 2 : 211-219.
ppm untuk ekstrak metanol, sedangkan
untuk ekstrak n-heksan tidak dilanjutkan Rohdiana, D, 2001, Aktivitas Daya
untuk pengujian aktivitas antioksidannya Tangkap Radikal Polifenol dalam
karena dari pengujian awal dengan Daun Teh, Majalah Jurnal Indonesia
konsentrasi larutan 1000 ppm didapatkan % 12, 1: 53-58.
inhibisi lemah yaitu 21,23%.
Sunarni, T, 2005, Aktivitas Antioksidan
DAFTAR PUSTAKA Penangkap Radikal Bebas Beberapa
Kecambah dari Biji Tanaman Familia
Anonim, 2000, 100 Plus Herbal Indonesia, Papilionaceae, Jurnal Farmasi
www.trubus-online.co.id,Volume 11, Indonesia 2 (2), 2001 : 53-61.
Jakarta, diakses pada tgl 1 November
2016. Sudewo, B., 2012, Basmi Kanker dengan
Herbal, Visimedia, Jakarta.
Dalimartha, S., dan Soedibyo, M, 1999,
Awet Muda dengan Tumbuhan Obat Widyaningrum, 2011, Kitab Tanaman Obat
Nusantara, MedPress, Yogyakarta

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 103

Anda mungkin juga menyukai