KELOMPOK : C2-5
NAMA ANGGOTA : Rima Novita Puspasari (182210101157)
Vira Yuliana (182210101159)
Zaenab Hasyimia (182210101160)
Moch. Chusnul Rifqi Zauhair (182210101162)
Carolin Enjelin Rumaikewi (182210101164)
HARI/TANGGAL : Senin, 8 Maret 2021
MATERI PRAKTIKUM : Absorpsi Obat Per Oral Secara In Situ
DOSEN : Lusia Oktora Ruma Kumala Sari S.F., M.Sc., Apt.
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari pengaruh pH terhadap absorpsi obat, yang diabsorpsi melalui difusi pasif
dan percobaan dilakukan secara in situ.
Cb (t) Eliminasi
Tabs
Perubahan kadar obat dalam setiap waktu merupakan hasil dan keadaan non steady
(tidak stabil) obat berbanding terbalik dengan panjang usus dengan lajueliminasi dari
darah.ketika obat yang telah hancur di lambung saluran ke usus kecil akan terjadi gradien
konsentrasi non skady state di sepanjang saluran usus.Gradien konsentrasi ini dipengaruhi
oleh laju pengosongan lambung aliran cairan usus.laju penyerapan dan tingkat penyebaran
zat terlarut di saluran koefisien permebealitas yang efektif.
Konstanta laju abs orde 1 yang mungkin secara langsung berkaitan dengan koefesien
permeabilitas efektif (peff).peff merupakan salah 1 parameter yangmempertahankan laju dan
tingkat abs obat pada usus.Rumus kosentrasi absorbsi
𝐴 Keterangan:
𝐾𝑎 = . 𝑃𝑒𝑓𝑓
𝑉 A = Luas Permukaan (Peff)L
=Panjang Usus
V =Volume (𝜋𝑟2𝐿)
Peff berasal dari hukum ficks : 𝐽𝑤𝑎𝑙𝑙 → 𝑃𝑒𝑓𝑓. ∆𝑐
𝑄 𝐶𝑜𝑢𝑛𝑡
𝑃𝑒𝑓𝑓 = − ( ) 𝑙𝑛 ( )
𝐴 𝐶𝑖𝑛
𝑄 𝐶𝑜𝑢𝑛𝑡
𝑃𝑒𝑓𝑓 = − ( ) 𝑙𝑛 ( )
2π𝑟𝑡 𝐶𝑖𝑛
Model yang alternative adalah model pencampuran radial yang lengkap atau tube
parallel.
Keterangan:
Terdapat banyak variasi metode perfsui yang digunakan sebagai model absorbsi salah
satunya adalah metode in situ. Metode ini didasarkan atas penentuan hilangnya obat dari
lumen usus halus secara perfusi dengan kecepatan tertentu. Pada metode in situ, meskipun
hewan coba telah dibedah, pasokan darah,saraf, endoktrin dan limfatik masih dapat berfungsi
sebagai transporter sehingga tingkat penyerapan pada metode ini akan lebih besar daripada
in vitro. Metode ini dikenal pula dengan nama Teknik perfusi, karena usus dilubangi untuk
masuknya ujung kanul. Kanul bagian atas usus untuk masuknya sampel dan bagian
bawahnya untuk keluarganya cairan tersebut.
Metode in situ diasumsikan bahwa obat yang diujikan di dalam keadaan stabil
tidak mengalami metabolisme dalam lumen usus sehingga hilangnya obat dari lumen
usus akan masuk ke dalam plasma darah. Hilangnya obat dari lumen usus tersebut
adalah karena proses absorbsi untuk obat yang bersidat asam lemah atau basa lemah.
Pengaruh ph terhadap kecapatan absorbsi sangat besar, karena pH akan menentukan
besarnya fraksi obat dalam bentuk tak terion. Obat dalam bentuk ini dapat terabsorbsi
secara baik melalui mekanisme difusi pasif.
Metode in situ dapat digunakan untuk mempelajari factor yang dapatberpengaruh terhadap
perbeabilitas dinding usus dan berbagai macam obat. Metode perfusi obat dalam usus dibagi
menjadi 2, yaitu closed loop experiment dan opened expirement “through and through”
klasifikasi tersebut dibedakan berdasarkan keadaan segmen usus
1. Closed Loop Intestinal Perfussion
Larutan obata akan berada pada bagian usus yang terisolir dan cairan usus
yang dihasilkan dianalisis pada waktu tertentu. Cairan perfusi dilewatkan melalui
segmen untuk mengeluarkan cairan dari usus, konsentrasi obat dalam closed intestinal
perfusion diasumsikan menurun pada orde pertama seiring waktu (t), hal tersebut
didefinisikan berdasarkan rumus:
𝐶 = 𝐶𝑜. 𝑒−𝐾𝑎.𝑡 Keterangan: Co = Konsentrasi awal obat
Ka = Konstanta laju absorsi orde pertama
t = waktu
2. Single Pass Intestinal Perfussion
Disebut juga metode through and through, metode ini dirancang untuk
memperkirakan sifat penyerapan obat dengan cairan yang terus menerus mengalir
melalui usus. Metode ini dilakukan dengan menentukan fraksi obat yang terabsorbsi,
setelah larutan obat dialirkan melalui lumen usus dengan Panjang tertentu dan laju
tertentu. Metode ini memiliki kelemahan potensial bahwa obat tersebut terpapar pada
seluruh luas permukaan segmen usus yang tidak menunjukkan situasi in vivo dalam
keadaan tunak, proses absorbsi dapaat dinyatakan dengan persamaan:
−𝑄 𝐶𝑜𝑢𝑛𝑡
𝑃𝑒𝑓𝑓 = . 𝑙𝑛 ( )
𝐴 𝐶𝑖𝑛
−𝑄 𝐶𝑜𝑢𝑛𝑡
𝑃𝑒𝑓𝑓 = . 𝑙𝑛 ( )
2π𝑟𝑡 𝐶𝑖𝑛
Keterangan :
A. Alat
1. Satu set kanula
2. Cutter listrik
3. Jam/timer
4. Gelas piala besar (untuk tempat anastesi)
5. Spektrofotometer
6. Alat/perlengkapan operasi (meja operasi, gunting, benang, danpenggaris)
7. Pompa peristaltik
8. Alat-alat gelas (beaker glass)
9. Timbangan hewan percobaan
B. Bahan
1. Cairan lambung buatasn (CLB) tanpa enzim
2. Cairan usus buatan (CUB) tanpa enzim
3. Larutan PCT pada CLB dan CUB tanpa enzim
4. Tikus putih jantan dengan berat 150-170 gram
5. Larutan eter
6. Larutan natrium klorida 0,9% b/v
V. CARA KERJA
Percobaan absorpsi dilakukan secara in situ, parasetamol per oral. Percobaan dilakukan
dalam dua kondisi uji yaitu pada kondisi asam menggunakan CLB tanpa enzim dengan pH
1,2 dan kondisi normal-basa menggunakan CUB tanpa enzim pH 6,8. Kadar parasetamol
di ukur menggunakan metode spektrofotometeri UV.
b. Pembuatan larutan CUB tanpa enzim (Farmakope Indonesia Edisi V, hal 1698)
Kalium fosfat monobasa Ditimbang 6,8 gram kemudian dilarutkan dengan air
Setelah itu dicampurkan dan ditambahkan dengan 77 ml NaOH 0,2 N dan 500 ml air
4.2. Pembuatan Kurva Baku Parasetamol dalam CLB dan CUB tanpa enzim
Kurva kalibrasi dibuat untuk masing-masing larutan yaitu larutan CLB dan CUB tanpa
enzim
Pengenceran dilakukan untuk memperoleh enam larutan dengan konsentrasi berbeda yaitu
2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm
4.4. Penetapan Kadar Parasetamol CLB dan CUB sebagai Konsentrasi Awal (Co)
Kadar parasetamol dihitung menggunakan persamaan kurva kalibrasi yang didapat dari
pekerjaan point 4.2
Dua ekor tikus putih jantan digunakan, tikus pertama digunakan untuk uji menggunakan
CLB dan tikus kedua digunakan untuk uji menggunakan CUB
Sepanjang linea medina perut tikus dibedah sampai jelas terlihat bagian ususnya
Bagian lambung dicari, diukur 15 cm dari lambung ke arah anal menggunakan benang
dengan hati-hati dibuat lubang dan kanul dimasukkan dan ditali dengan benang
Pemasangan kanul sedemikian rupa sehingga ujungnya mengarah ke bagian anal. Kanul
dihubungkan dengan selang infus menuju labu infus berisi CLB dan CUB
Dari ujung kanul ini usus diukur lagi dengan pertolongan benang ke arah anal sepanjang
20 cm, dan dibuat lubang kedua, selanjutnya dipasang kanul kedua dengan ujung kanul
mengarah ke bagian oral dari usus dengan benang.
Kran infus dibuka dan dibiarkan CUB atau CLB mengalir melalui usus dan keluar sampai
ke gelas kimia, sampai cairan yang keluar jernih
Labu infus diganti dengan CUB atau CLB yang sudah mengandung parasetamol
Volume CUB atau CLB dicatat yang tertampung dalam gelas kimia dan ditentukan
kecepatan alirnya dengan rumus : (Q) = volume terukur / 30 menit
Usus tikus dipotong antara kedua ujung dan diukur panjangnya menggunakan penggaris.
Data yang terukur sebagai l
Ujung usus diikat dan dimasukkan akuades melalui ujung yang lain sampai usus
menggelembung
Diameter usus diukur dengan jangka sorong dan ditentukan jari-jarinya (r)
4.6. Penetapan Kadar Parasetamol dalam CUB atau CLB yang Tertampung sebagai
Konsentrasi Akhir (C1)
Masing-masing absorpsi diukur dengan panjang gelombang maksimum yang sudah dicari
Diameter usus diukur dengan jangka sorong dan ditentukan jari-jarinya (r)
Dihitung Peff (CUB) dan Peff (CLB) menggunakan data yang telah didapat dengan
memasukkan pada persamaan : Peff = - (Q/A) ln (C(1)/C(0)), Peff = - (Q/2ᴨrl) ln
(C(1)/C(0))
Data dianalisis
1. Carilah komposisi CUB dan CLB tanpa enzim pada Farmakope Indonesia V!
Komposisi
▪ 2 g natrium klorida
▪ 3,2 g pepsin P
▪ 7 ml asam hidroklorida P
▪ 1000 ml air
▪ Larutan dapar dengan pH lebih kurang 1,2
Cara pembuatan:
Larutkan 2 g natrium klorida P dan 3,2 g pepsin P dalam 7 ml asam hidroklorida P dan air
hingga 1000 ml. Kemudian ditambahkan pH larutan lebih kurang sampai 1,2. Jika pembuatan
CLB tanpa enzim tidak perlu ditambahkan pepsin P.
Cara pembuatan:
Larutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P dalam 250 ml air, campur dan tambahkan 77 ml
natrium hidroksida 0,2 N dan 500 ml air. Tambahkan 10,0 g pankreatin P, campur dan atur pH
hingga 6,8±0,1 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N atau asam hidroklorida 0,2 N.
Encerkan dengan air hingga 1000 ml. Jika pembuatan CUB tanpa enzim tidak perlu
ditambahkan pankreatin P
50 𝑚𝑔
𝑥 1000 = 100 𝑝𝑝𝑚
500 𝑚𝐿
Ditimbang 50 mg paracetamol dalam 500 mL CLB untuk replikasi 1 dan 500 mL untuk
replikasi 2
x = 0,5 mL
𝑥
• 𝑥 100 𝑝𝑝𝑚 = 4 𝑝𝑝𝑚
25 𝑚𝐿
x= 1 mL
𝑥
• 𝑥 100 𝑝𝑝𝑚 = 6 𝑝𝑝𝑚
50 𝑚𝐿
x = 3 mL
𝑥
• 𝑥 100 𝑝𝑝𝑚 = 8 𝑝𝑝𝑚
25 𝑚𝐿
x = 2 mL
𝑥
• 𝑥 100 𝑝𝑝𝑚 = 10 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
x = 1 mL
𝑥
• 𝑥 100 𝑝𝑝𝑚 = 12 𝑝𝑝𝑚
50 𝑚𝐿
x = 6 mL
125 𝑚𝑔
𝑥 1000 = 2500 𝑝𝑝𝑚
50 𝑚𝐿
Ditimbang 125 mg paracetamol masing – masing dalam CLB dan CUB tanpa enzim hingga
50 mL CLB
DAFTAR PUSTAKA
Aiache, J.M, et al. 1993. Farmasetika, diterjemahkan oleh Dr. widji Soeratri,
terjemahan kedua
Doluisio, J.T., Billups, N.P., Dittert, L.W., Suigita, E.T., dan Swintosky, J.V. (1969).
Drug Absorption. I. An In Situ Rat Gut Technique Yieldding Realistic
Absorption Rates. J. Pharm. Sci. 58(5): 1196-1200
Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan,
Edisi kedua, Airlangga University Press, Surabaya. 167 – 187