Anda di halaman 1dari 8

1.

Alasan dilakukan PMA


Jawab :
a. Tidak ada metode analisis yang sesuai untuk analit tertentu dalam matriks sampel yang
khusus
b. Metode yang ada mengandung galat dan pengganggu analisis, shg tidak lagi reliable, dan
menampakkan kecermatan dan keseksamaan yang rendah
c. Metode yang ada terlalu mahal, membutuhkan waktu yang lama, sumber energy yang
banyak, dan tidak dapat diotomatisasikan
d. Metode yang ada tidak memberikan kepekaan dan keselektifan dalam sampel dan matriks
yang dimaksud
e. Terdapat teknik dan instrument baru yang membutuhkan pembuktian kinerja metode
analisis
f. Adanya kebutuhan untuk menggunakan metode alternative yang teruji kinerjanya

2. Tujuan dan sasaran PMA


Jawab :
Untuk memperoleh metode analisis yang :
a. Bebas galat
b. Memberikan informasi analitik yang baik (selektivitas, kecermatan, dan keseksamaan)
c. Mudah dilakukan, dapat diinformasikan / dapat dilakukan dalam waktu yang singkat
d. Murah dan cepat
3. Tahapan PMA
Jawab :
Tahap I ; Perencanaan dan Pengembangan
a. Menentukan masalah analisis, berkaitan dg apa yang akan dilakukan (penentuan kualitatif,
kuantitatif, / uji batas)
b. Mengumpulkan informasi berkaitan dg masalah analisis di atas
Sampel (analit dan matriks)
Metode analisis yang ada
Instrument yang tersedia
Perlakuan awal
Metode baku
Persyaratan yang telah ditentukan
c. Menyusun kriteria pemilihan metode
Kriteria numerik
Kriteria ekonomis
Kriteria kepraktisan
d. Pemilihan dan disain metode analisis berdasarkan informasi dan criteria
Informasi analit yang diperlukan :
Struktur molekul dan rumus kimia bahan aktif
Sifat fisikokimia (kelarutan, ph, stabilitas, spectra uv)
Rute / alur pengadaan bahan
Metode analisis yang telah digunakan
Sejarah pengembangan metode
Komposisi formulasi sediaan (kadar bahan aktif, eksipien yg digunakan, data stabilitas
eksipien)
Pustaka yg digunakan
Jenis sediaan lain yg megandung bahan aktif yg sama dan metode pengujiannya
Penentuan kriteria kinerja metode.
Kriteria adalah level yang baik yang harus dicapai. Tergantung pada tujuan analisis yang
dilakukan (kualitatif, kuantitatif, atau pemisahan). Harus ditentukan oleh eksperimenter
sebelum percobaan dimulai. Secara umum kriteria yg digunakan :
Waktu analisis
Jumlah sampel
Biaya analisis
Kualitas data (akurasi, presisi, sensitivitas)
Kemudahan dan kepraktisan metode
Kualitas data (informasi yang dihasilkan setara dengan metode baku)
Kriteria numerik kinerja metode meliputi :
Akurasi
Presisi
Sensitivitas
Selektivitas
Batas deteksi dan kuantisasi
Rentang konsentrasi
4. Cara memilih prosedur / metode analisis dalam PMA
Jawab :
Dalam menentukan prosedur / metode analisis, dilakukan pendekatan berdasarkan :
Sifat analit ; sifat fisika, sifat kimia, kadar analit, jenis matriks, dan bentuk sampel
Sifat metode ; sensitivitas, akurasi, dan presisi MA

Berdasarkan Golongan Masalah :


Problem analitik sama dg problem analitik senyawa sebelumnya, maka
dilakukan transfer/adopsi MA yang ada
Hampir sama, maka dimodifikasi
Sama sekali baru, maka perlu membuat prosedur baru dengan PMA
Pemilihan Metode juga bisa berdasarkan :
Metode yg sudah ada
Metode lain yang dapat diperkirakan dari unsure penyusun, gugus fungsi dan ikatan kimia
Bahan pembantu / matriks yg digunakan (mengganggu / tidak)
Kadar senyawa aktif dalam sampel
Persyaratan hasil analisis yang harus digunakan
5. Kriteria metode analisis yang baik
Jawab :
Kriteria adalah level yang baik yang harus dicapai. Tergantung pada tujuan analisis yang
dilakukan (kualitatif, kuantitatif, atau pemisahan). Harus ditentukan oleh eksperimenter
sebelum percobaan dimulai. Secara umum kriteria yg digunakan :
Waktu analisis
Jumlah sampel
Biaya analisis
Kualitas data (akurasi, presisi, sensitivitas)
Kemudahan dan kepraktisan metode
Kualitas data (informasi yang dihasilkan setara dengan metode baku)
Kriteria numerik kinerja metode meliputi :
Akurasi
Presisi
Sensitivitas
Selektivitas
Batas deteksi dan kuantisasi
Rentang konsentrasi
6. Peranan bahan baku pembanding dalam PMA
Jawab :
Sebagai standar dalam pengujian. Hasil PMA yang baik adalah jika sama atau lebih baik dari
metode analisis bahan baku pembanding.
Pengertian Validasi
Validasi merupakan tindakan pembuktian dengan cara yang untuk dilakukan karena dengan
validasi ini kita dapat mengetahui kesesuaian suatu metode analisis dengan tujuan
penggunaannya (Badan POM, 2006).sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan,
sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun pengawasan
mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan (Badan POM, 2006).

Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,
berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut
memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

Validasi biasanya diperuntukkan untuk metode analisa yang baru dibuat dan dikembangkan.
Sedangkan untuk metode yang memang telah tersedia dan baku (misal dari AOAC, ASTM,
dan lainnya), namun metode tersebut baru pertama kali akan digunakan di laboratorium
tertentu, biasanya tidak perlu dilakukan validasi, namun hanya verifikasi. Tahapan verifikasi
mirip dengan validasi hanya saja parameter yang dilakukan tidak selengkap validasi (Riyadi,
2009).

Dilakukan dengan semua peralatan yang telah dikalibrasi dan diuji kesesuaian sistemnya dan
menggunakan baku pembanding yang sudah dibakukan dan disimpan di tempat yang sesuai.

Suatu metode analisa perlu divalidasi apabila :


* Suatu metode tersebut harus dikembangkan untuk suatu permasalahan yang khusus,
* Metode yang selama ini sudah rutin direvisi untuk suatu pengembangan atau diperluas
untuk memecahkan suatu permasalahan analisa yang baru,
* Hasil quality control menunjukkan bahwa metode yang sudah rutin tersebut berubah
terhadap waktu,
* Metode rutin yang digunakan di laboratorium yang berbeda atau dilakukan oleh analis yang
berbeda atau dilakukan dengan peralatan yang berbeda.

Tujuan validasi metode analisis adalah untuk membuktikan bahwa semua metode analisa
yang digunakan dalam pengujian maupun pengawasan mutu senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan secara konsisten (Priyambodo, 2007). Jadi, dalam Validasi metode analisa yang
diuji atau divalidasi adalah PROTAP (prosedur tetap) pengujian yang bersangkutan.

PROTAP tersebut bisa disusun oleh Bagian QC atau oleh Bagian R&D. Apabila PROTAP-
nya belum tersedia maka harus dibuat terlebih dahulu, baru divalidasi.
PROTAP metode analisa tersebut, bisa jadi disusun berdasarkan :
a. Metode Analisa Adopsi
Metode analisa dimana prosedur pengujian diambil dari dokumen resmi seperti Farmakope
Indonesia, United State Pharmacope, British Pharmacope, dan lain lain. Parameter yang diuji
adalah Akurasi dan Presisi.
b. Metode Analisa Eksplorasi
Metode analisa dimana prosedur pengujiannya tidak terdapat dalam kepustakan/ dokumen
resmi. Metode ini bisa berasal dari eksplorasi. Semua parameter yang harus diuji,
selektifitas / spesifitas, linieritas, akurasi, presisi, LOD, LOQ, dan robustness.
c. Modifikasi dari prosedur pengujian yang telah ada (Modifikasi).

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis
diuraikan dan didefinisikan sebagaimana cara penentuannya.
1. Kecermatan (accuracy)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar
analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery)
analit yang ditambahkan.
Kecermatan hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam
keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya
dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan
peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan
suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur (Harmita, 2004).

Menurut Harmita (2009), keterulangan adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang
kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek.
Keterulangan dinilai melalui pelaksanaan penetapan terpisah lengkap terhadap sampel-
sampel identik yang terpisah dari batch yang sama, jadi memberikan ukuran keseksamaan
pada kondisi yang normal.

2. Keseksamaan (precision)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual,
diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara
berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogeny (Harmita, 2004).
Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi).
Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan (repeatability) atau ketertiruan
(reproducibility).
Sesuai dengan ICH, presisi harus dilakukan pada 3 tingkatan yang berbeda yaitu:
a. Keterulangan yaitu ketepatan (precision) pada kondisi percobaan yang sama (berulang)
baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya.
b. Presisi antara yaitu ketepatan (precision) pada kondisi percobaan yang berbeda, baik
orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya.
c. Ketertiruan merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium yang lain.

3. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat
tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada
dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan
(degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang
ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan
dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang
ditambahkan (Harmita, 2004).

4. Linearitas dan Rentang


Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung
atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi
analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit
yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas
yang dapat diterima (Harmita, 2004).

5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi


Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih
memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan
parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan
sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat
dan seksama (Harmita, 2004).
Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode analisis itu
menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak menggunakan instrumen batas
tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat.
(Harmita, 2004).

6. Ketangguhan metode (ruggedness)


Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau
lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada
kondisi operasi normal antara lab dan antar analis (Harmita, 2004).

7. Kekuatan (Robustness)
Merupakan kapasitas suatu metode analisis untuk TIDAK terpengaruh oleh variasi-variasi
kecil dalam parameter metode analisa

8. Stabilitas
Untuk memperoleh hasil-hasil analisis yang reprodusibel dan reliable, maka sampel, reagen
dan baku yang digunakan harus stabil pada waktu tertentu (misalkan 1 hari, 1 minggu, 1
bulan, atau tergantung kebutuhan) (Gandjar dan Rohman, 2009).
http://catatantarbiyahkehidupan.blogspot.co.id/2013/11/pengembangan-metode-analisis.html

http://wahyuriyadi.blogspot.co.id/2009/03/validasi-metode-analisis.html

https://priyambodo1971.wordpress.com/cpob/kualifikasi-dan-validasi-paradigma-
baru/validasi-metode-analisa-vma/

http://pharmacy-zone.blogspot.co.id/2013/02/validasi-metode-analisa_7.html

Anonim, 2012, Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan Pengawas Obat dan
Makanan, Jakarta.
Chan, Chung Chown., Herman Lam., Y.C. Lee., Zue Ming,. 2004. Analitical Method
Validation And Instrument Performance Verification. John Willey & sons, Inc publication.
Ney Jersey.
Priyambodo, Bambang. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama :
Yogyakarta.
Tetrasari, Hermini. 2003. Validasi Metode Analisis. Pusat Pengkajian Obat dan
Makanan BPPOM.
Gandjar, Gholib., dan Rohman, 2009. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Harmita, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004.
Badan POM. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Hal 1-122
Riyadi, Wahyu. 2009. Validasi Metode Analisis. Chem-Is-Try

http://setyokobreni.blogspot.co.id/2014/07/validasi-metode-analisis-menurutfda.html

Gaya penulisan daftar pustaka APA (American Psychological Association)

Nama website/situs. Tanggal artikel dibuat. Judul Artikel. Waktu mengakses. Url lengkap.

Contoh: Padamu Negeri. (2016, 17 Juli). Keterampilan Menulis Paragraf . Diperoleh 19


Agustus 2016, dari http://padamu.net/keterampilan-menulis-paragraf/

Catatantarbiyahkehidupan. (2013, 16 November). Pengembangan Metode Analisi. Di akses


pada 26 Maret 2017, dari
http://catatantarbiyahkehidupan.blogspot.co.id/2013/11/pengembangan-metode-analisis.html
Setyokobreni. (2014,20Juli). Validasi Metode Analisa. Diakses pada 26 Maret 2016, dari
http://setyokobreni.blogspot.co.id/2014/07/validasi-metode-analisis-menurutfda.html

Anda mungkin juga menyukai