0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
44 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang toleransi dan farmakokinetik barbiturat. Terjadi dua jenis toleransi yaitu toleransi farmakokinetik yang disebabkan peningkatan metabolisme obat, dan toleransi farmakodinamik yang disebabkan adaptasi sel atau reseptor akibat paparan obat secara terus menerus walaupun jumlah obat yang mencapai reseptor tidak berkurang. Barbiturat dapat menyebabkan toleransi melalui kedua mekanisme ter
Dokumen tersebut membahas tentang toleransi dan farmakokinetik barbiturat. Terjadi dua jenis toleransi yaitu toleransi farmakokinetik yang disebabkan peningkatan metabolisme obat, dan toleransi farmakodinamik yang disebabkan adaptasi sel atau reseptor akibat paparan obat secara terus menerus walaupun jumlah obat yang mencapai reseptor tidak berkurang. Barbiturat dapat menyebabkan toleransi melalui kedua mekanisme ter
Dokumen tersebut membahas tentang toleransi dan farmakokinetik barbiturat. Terjadi dua jenis toleransi yaitu toleransi farmakokinetik yang disebabkan peningkatan metabolisme obat, dan toleransi farmakodinamik yang disebabkan adaptasi sel atau reseptor akibat paparan obat secara terus menerus walaupun jumlah obat yang mencapai reseptor tidak berkurang. Barbiturat dapat menyebabkan toleransi melalui kedua mekanisme ter
Toleransi terhadap barbiturate dapat terjadi secara farmakodinamik maupun
secara farmakokinetik. Toleransi farmakodinamik berperan dalam penurunan efek, dan berlangsung lebih lama daripada toleransi farmakokinetik. Toleransi terhadap efek sedasi dan hipnosisterjadi lebih segera dan lebih kuat daripada efek antikonvulsi. PERNAPASAN. Barbiturat menyebabkan depresi napas yang sebanding dengan besarnya dosis. Pemberian barbiturat dosis sedative hampir tidak berpengaruh terhadap pernapasan, sedangkan dosis hipnotik oral menyebabkan pengurangan frekuensi dan amplitudo napas, ventilasi alveoli sedikit berkurang, sesuai dengan keadaan tidur fisiologis. Farmakokinetik Hipnotik-sedatif barbiturat yang biasanya diberikan secara oral diabsorbsi cepat dan sempurna. Barbiturat bentuk garam natriumnya diabsorbsi lebih cepat daripada bentuk asam bebasnya, terutama bila diberikan sebagai sediaan cair. Mula kerja bervariasi antar 10 60 menit, bergantung kepada zat serta bentuk formulasinya, dan dihambat oleh adanya makanan di lambung. Secara suntikan IV, barbiturat digunakan untuk mengatasi status epilepsi, dan menginduksi serta mempertahankan anestesi umum. Barbiturat didistribusi secara luas dan dapat lewat plasenta. Barbiturat yang sangat larut lemak, yang digunakan sebagai penginduksi anestesi, misalnya thiopental dan metoheksital, setelah pemberian secara IV, akan ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini menyebabkan penurunan kadarnya dalam plasma dan otak secara cepat, menyebabkan pasien sadar dalam waktu 5 15 menit setelah penyuntik dengan dosis anestetik. Setelah depot lemak jenuh, terjadi redistribusi ke aliran sistemik, akibatnya pemulihan setelah pemberian barbiturat sangat larut lemak memerlukan waktu yang lama. Kecuali barbiturat yang kurang larut lemak, seperti aprobarbital dan fenobarbital, barbiturat dimetabolisme dan atau dikonjugasi hampir sempurna di hati sebelum dieksresikan lewat ginjal. Oksidasi gugusan pada atom C-5 merupakan metabolisme yang terutama menghentikan aktivitas biologisnya. Oksidasi tersebut menyebabkan terbentuknya alcohol, keton, fenol atau asam karboksilat, yang dieksresikan dalam urine sebagai obat bebas atau konjugatnya dengan glukoronat. (Farmakologi dan Terapi ed V, hal148-150) Tim Departemen Farmakologi FKUI. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI
Toleransi adalah penurunan efek farmakologik akibat pemberian berulang. Berdasarkan
mekanisme nya ada dua jenis toleransi, yakni toleransi farmakokinetik dan toleransi farmakodinamik. Toleransi farmakokinetik biasanya terjadi karena obat meningkat metabolismenya sendisri (obat merupakan self inducer), misalnya barbiturat dan rifampisin. Toleransi farmakodinamik atau toleransi seluler terjadi karena proses adaptasi sel atau reseptor terhadap obat yang terus-menerus berada di lingkungannya. Dalam hal ini jumlah obat yang mencapai reseptor tidak berkurang, tetapi karena sensitivitas reseptornya berkurang maka responnya berkurang. Toleransi ini dapat terjadi terhadap barbiturat, opiat, benzodiazepin, amfetamin dan nitrat organik. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007)