Anda di halaman 1dari 2

TOLERANSI.

Toleransi terhadap barbiturate dapat terjadi secara farmakodinamik maupun


secara farmakokinetik. Toleransi farmakodinamik berperan dalam penurunan efek, dan
berlangsung lebih lama daripada toleransi farmakokinetik. Toleransi terhadap efek sedasi dan
hipnosisterjadi lebih segera dan lebih kuat daripada efek antikonvulsi.
PERNAPASAN. Barbiturat menyebabkan depresi napas yang sebanding dengan
besarnya dosis. Pemberian barbiturat dosis sedative hampir tidak berpengaruh terhadap
pernapasan, sedangkan dosis hipnotik oral menyebabkan pengurangan frekuensi dan
amplitudo napas, ventilasi alveoli sedikit berkurang, sesuai dengan keadaan tidur fisiologis.
Farmakokinetik
Hipnotik-sedatif barbiturat yang biasanya diberikan secara oral diabsorbsi cepat dan
sempurna. Barbiturat bentuk garam natriumnya diabsorbsi lebih cepat daripada bentuk asam
bebasnya, terutama bila diberikan sebagai sediaan cair. Mula kerja bervariasi antar 10 60
menit, bergantung kepada zat serta bentuk formulasinya, dan dihambat oleh adanya makanan
di lambung. Secara suntikan IV, barbiturat digunakan untuk mengatasi status epilepsi, dan
menginduksi serta mempertahankan anestesi umum.
Barbiturat didistribusi secara luas dan dapat lewat plasenta. Barbiturat yang sangat
larut lemak, yang digunakan sebagai penginduksi anestesi, misalnya thiopental dan
metoheksital, setelah pemberian secara IV, akan ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini
menyebabkan penurunan kadarnya dalam plasma dan otak secara cepat, menyebabkan pasien
sadar dalam waktu 5 15 menit setelah penyuntik dengan dosis anestetik. Setelah depot
lemak jenuh, terjadi redistribusi ke aliran sistemik, akibatnya pemulihan setelah pemberian
barbiturat sangat larut lemak memerlukan waktu yang lama.
Kecuali barbiturat yang kurang larut lemak, seperti aprobarbital dan fenobarbital,
barbiturat dimetabolisme dan atau dikonjugasi hampir sempurna di hati sebelum dieksresikan
lewat ginjal. Oksidasi gugusan pada atom C-5 merupakan metabolisme yang terutama
menghentikan aktivitas biologisnya. Oksidasi tersebut menyebabkan terbentuknya alcohol,
keton, fenol atau asam karboksilat, yang dieksresikan dalam urine sebagai obat bebas atau
konjugatnya dengan glukoronat.
(Farmakologi dan Terapi ed V, hal148-150)
Tim Departemen Farmakologi FKUI. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI

http://myyoungpharmacist.blogspot.co.id/2016/05/laporan-praktikum-farmakologi.html
Toleransi

Toleransi adalah penurunan efek farmakologik akibat pemberian berulang. Berdasarkan


mekanisme nya ada dua jenis toleransi, yakni toleransi farmakokinetik dan toleransi farmakodinamik.
Toleransi farmakokinetik biasanya terjadi karena obat meningkat metabolismenya sendisri (obat
merupakan self inducer), misalnya barbiturat dan rifampisin. Toleransi farmakodinamik atau toleransi
seluler terjadi karena proses adaptasi sel atau reseptor terhadap obat yang terus-menerus berada di
lingkungannya. Dalam hal ini jumlah obat yang mencapai reseptor tidak berkurang, tetapi karena
sensitivitas reseptornya berkurang maka responnya berkurang. Toleransi ini dapat terjadi terhadap
barbiturat, opiat, benzodiazepin, amfetamin dan nitrat organik. (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FK UI, 2007)

Anda mungkin juga menyukai