Penggunaan obat-obatan
Definisi Obat :
Obat adalah : Bahan yang menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia.
Sedangkan definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan (1)
pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-
gejalanya pada manusia atau hewan; atau (2) dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan
fungsi organik pada manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan yang disintesis di
dalam tubuh (misalnya : hormon, vitamin D) atau merupakan merupakan bahan-bahan kimia
yang tidak disintesis di dalam tubuh.
Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk
manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa penggolongan obat yang lain, dimana
penggolongan obat itu dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan
serta pengamanan distribusi.
Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi aktivitas obat, yaitu meningkatkan
atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan atau
direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau antara obat dengan makanan serta obat-
obatan herbal.
Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di
keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme
(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan
secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi
dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi
farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar
obat (yang diberikan bersamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga
menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2
atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME
(absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau
menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang
interaksi farmakokinetik.
Obat-obat yang dapat mempengaruhi flora saluran pencernaan adalah antimikroba, khususnya
antibakteri. Pemberian antibakteri spek-trum luas akan mengubah atau menekan flora normal
sehingga meng-akibatkan :
meningkatnya aktivitas antikoagulan oral (antagonis Vitamin K) yang diberikan bersamaan
menurunnya efektivitas sulfasalasin
meningkatnya bioavailabilitas levo-dopa dan digoksin
menurunnya efektivitas kontrasepsi oral.
Warfarin Kloralhidrat
Metabolit utama dari kloralhidrat adalah asam trikloroasetat yang sangat kuat terikat pada
protein plasma. Kloralhidrat mendesak wafrarin dari ikatan protein sehinggameningkatkan
respon antikoagulan.
c. Interaksi Dalam Mekanisme Metabolisme Hepatik
Ada 2 kategori utama reaksi metabolisme yaitu fase I dan Fase II. Reaksi Fase I adalah
serangkaian reaksi yang menimbulkan perubahan kimia yang relative kecil, membuat lebih
banyak senyawa menjadi hidrofilik. Metabolisme fase I bias terjadi selama proses absorbsi
1. Metabolisme obat dipercepat
Berbagai interaksi obat terjadi karena adanya suatu obat yang merangsang
metabolisme obat lain. Di samping itu pemberian secara kronis obat-obat tertentu
dapat pula merangsang metabolisme selanjutnya. Interaksi ini terjadi akibat
meningkatnya aktivitas enzim hepatik yang terlibat dalam metabolisme obat
tersebut.peningkatan aktivitas enzim ini dapat disebabkan oleh :
Peningkatan sintesis enzim sehingga jumlahnya meningkat, yang disebut induksi
enzim
Penurunan kecepatan degradasi enzim
Senyawa yang dapat menginduksi enzim hepatik digolongkan atas dua golongan yaitu
:
Golongan fenobarbital dan senyawa-senyawa yang kerjanya mirip fenobarbital.
Golongan ini yang paling banyak berperan untuk berbagai obat.
Golongan hidrokarbon polisiklik, hanya untuk beberapa obat.
Akibat induksi enzim adalah peningkatan metabolisme obat, yang terjadi karena 3
kemungkinan, yaitu :
Obat merangsang metabolismenya sendiri, karena pemberian kronis. Obat-obat yang
memiliki gejala ini antara lain barbiturat, antihistamin, fenitoin, meprobamat,
tolbutamid, fenilbutazon, dan probenesid
Obat mempercepat metabolisme obat lain yang diberikan bersamaan
Obat merangsang metabolisme sendiri dan juga metabolisme obat lain.
ALKOHOL DISULFIRAM
Interaksi ini merupakan interaksi yang bermanfaat dalam peng-obatan alkoholisme.
Disulfiram menghambat aktivitas dehidrogenase yang bertugas untuk mengoksidasi
asetaldehid, suatu produk oksidasi alkohol, sehingga terjadi akumulasi asetal-dehid di dalam
tubuh, yang menim-bulkan rasa tidak nyaman bagi peminum alkohol, sehingga ia akan
menghentikan minum minuman beralkohol.
MERKAPTOPURIN ALOPURINOL
Dengan menghambat aktiv-itas enzim xantin oksidase, alopu-rinol menurunkan produksi
asam urat sehingga menjadi dasar untuk peng-obatan rematik. Xantin oksidase juga berperan
penting dalam metabolisme obat-obat yang berpotensi toksik, seperti merkaptopurin dan aza-
tioprin, dan bila enzim tersebut dihambat oleh alopurinol, maka efek kedua obat tersebut akan
meningkat dengan nyata.
Tipe-2 interaksi
Interaksi aditif atau sinergistik
Dua obat memiliki efek farmakologi yg sama, efek aditif
alkohol sedatif, tranquilizer Secara definisi, bukan termasuk interaksi
Interaksi aditif dpt terjadi antara dua efek utama atau efek samping,
Interaksi antagonistic
Pasangan obat memiliki aktivitas yang saling berlawanan
Antikoagulan oral memperlama waktu pembekuan darah dengan menghambat secara
kompetitif efek vitamin K
Jika asupan vitamin K meningkat, efek antikoagulan oral dilawan dan waktu protrombin
kembali normal
Interaksi karena perubahan mekanisme transpor obat
Sejumlah obat yang kerjanya pada saraf adrenergik dapat dicegah mencapai tempat
kerjanya oleh adanya obat lain.
Ambilan guanetidin diblok oleh chlorpromazine, haloperidol, tiotixene, dan sejumlah obat
lain, sehingga efek antihipertensi terhambat
Antidepressan trisiklik mencegah ambilan noradrenalin ke dalam saraf adrenergik perifer
sehingga efek pressornya meningkat
Interaksi karena gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Peningkatan kepekaan miokardium terhadap glikosida digitalis (kemungkinan efek toksik)
akibat kadar kalium plasma menurun karena efek pengurasan kalium oleh diuretik
Kadar litium plasma dapat meningkat jika diuretik thiazide digunakan, karena klirens lithium
berubah, akibat perubahan ekskresi natrium
Makanan dapat menurunkan atau meningkatkan efek obat. Interaksi antara obat dan
makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita
gunakan. Untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat dan makanan, bukan berarti
penggunaan obat dan makanan dalam waktu yang bersamaan tidak dapat dilakukan melainkan
perlu pengaturan waktu minum obat dan makanan yang tepat.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi besar kecilnya interaksi obat pada seseorang :
1. Usia
2. Berat Badan
3. Jenis Kelamin
4. Kondisi Pengobatan
5. Dosis Obat
6. Obat lain yang diterima
7. Vitamin, Herbal, suplemen serat yang sedang digunakan
Beberapa contoh Interaksi obat dan makanan (IM) dan perhatian waktu minum obat
yang tepat (T) :
Ampicillin (Viccillin) :
(IM) : Makanan dapat memperlambat absorpsi obat
(T) : Ampicillin diminum pada saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
Antikoagulan, contoh Warfarin (Simarc-2):
(IM) : Makanan yang banyak mengandung vitamin K dapat menurunkan efektifitas dari
Warfarin.
(T) : Obat tidak boleh diminum bersama dengan makanan yang banyak mengandung Vitamin K,
seperti brokoli, bayam dan rebung (bambu muda)...apalagi yang sudah tua jangan dimakan!
Bisacodyl (Dulcolax) :
(IM) : Makanan yang mengandung susu dapat melarutkan lapisan/salut gula, tablet bisacodyl
dilapisi oleh salut enterik yang bertujuan untuk mencegah obat mengiritasi lambung.
(T) : Obat diminum pada saat perut kosong. Setelah minum obat, dalam waktu 1 jam tidak boleh
makan makanan atau minuman yang mengandung susu.
Ciprofloxacin (Ciproxin) :
(IM) : Makanan yang mengandung kalsium dapat menyebabkan terbentuknya ikatan kompleks
yang susah di absorpsi.
(T) : Obat tidak boleh diminum bersama makanan yang banyak mengandung kalsium, contoh :
susu, yogurt
Perindopril (Bioprexum) :
(IM) : Makanan dapat menurunkan perindoprilat (bahan aktif obat) sekitar 43%
(T) : Perindopril diminum pada saat perut kosong.
Sucralfat (Inpepsa) :
(IM) : Makanan dapat menurunkan efek obat
(T) : Obat diminum pada saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan atau
pada malam sebelum tidur
Tetracycline (Tetrin) :
(IM) : Makanan dapat menurunkan absopsi obat sekitar 46%. Produk susu dapat menyebabkan
terbentuknya ikatan kompleks yang susah diabsopsi sehingga menurunkan absopsi obat sekitar
20-75%.
(T) : Obat diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Hindari penggunaan
Tetracycline bersama dengan makanan atau produk susu.
Theophylline (Theobron) :
(IM) : Absopsi obat meningkat apabila diminum bersama makanan yang mengandung tinggi
lemak. Hal ini dapat beresiko toksik/berbahaya di dalam tubu
(T) : Hindari minum obat bersama makanan yang mengandung lemak tinggi
Meskipun tidak semua obat dipengaruhi atau dapat berinteraksi dengan makanan,
sangatlah penting untuk memperhatikan aturan minum dari setiap obat yang digunakan agar
tujuan penggunaan obat dapat tercapai secara maksimal.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya Interaksi obat dan makanan:
1. Jagalah obat tetap berada di dalam wadah / tempat aslinya sehingga memudahkan untuk
mendapatkan informasi mengenai obat pada label obat.
2. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan kepada
apoteker atau dokter
3. Baca aturan pakai, perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum dalam label dan
wadah obat.
4. Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih
5. Tanyakan kepada apoteker atau dokter mengenai informasi tentang makanan, minuman dan
suplemen serta yang harus dihindari ketika meminum obat
INTERAKSI OBAT
Interaksi Famakokinetik
1. Interaksi pada proses absorpsi
Interaksi dalam absorbs di saluran cerna dapat disebabkan karena
a. Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antar senyawa
obat yang mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat mengalami
penurunan kecepatan absorpsi.
Contoh: interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al2+ dalam antasid yang
menyebabkan jumlah absorpsi keduanya turun.
b. Perubahan pH
Interaksi dapat terjadi akibat perubahan harga pH oleh obat pertama, sehingga
menaikkan atau menurukan absorpsi obat kedua.
Contoh: pemberian antasid bersama penisilin G dapat meningkatkan jumlah absorpsi
penisilin G
c. Motilitas saluran cerna
Pemberian obat-obat yang dapat mempengaruhi motilitas saluan cerna dapat
mempegaruhi absorpsi obat lain yang diminum bersamaan. Contoh: antikolinergik yang
diberikan bersamaan dengan parasetamol dapat memperlambat parasetamol.
b. Inductor enzim
Pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya
sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat menurunkan kadar obat dalam
plasma, sehingga menurunkan efeknya atau toksisitasnya.
Contoh: pemberian estradiol bersamaan denagn rifampisin akan menyebabkan kadar
estradiol menurun dan efektifitas kontrasepsi oral estradiol menurun.
4. Interaksi pada proses eliminasi
a. Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat
jika suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-obat yang
dapat merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut yang dapat
menimbulkan efek toksik.
Contoh: digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal
(aminoglikosida, siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul efek
toksik.
b. Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal
Jika di tubulus ginjal terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem
trasport aktif yangsama dapat menyebabkan hambatan sekresi.
Contoh: jika penisilin diberikan bersamaan probenesid maka akan menyebabkan klirens
penisilin turun, sehingga kerja penisilin lebih panjang.
c. Perubahan pH urin
Bila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal. Jika
harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat asam lemah,
sedangkan jika harga pH turun akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat
basa lemah.
Contoh: pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan ammonium
klorida maka akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi ammonium klorida
akan mengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan ionisasi pseudorfedrin dan
eliminasi dari pseudoefedrin juga meningkat.
Beberapa contoh interaksi obat dengan obat
1. Interaksi obat pada pengobatan infeksi bekteri (interaksi antibiotika)
Aminoklikosida Antibiotika sefalosporin
Efek samping merugikan dari masing-masing obat dapat meningkat.
Akibatnya ; ginjal mungkin rusak. Gejala yang dilaporkan : pengeluaran air
kemih berkurang,ada darah dalam air kemih, rasa haus yang berkelebihan,
hilang nefsu makan,pusing,mengantuk dan mual.
Aminoglikosida Digoksin (Lanoxin)
Efek digoksin dapat berkurang .Digoksin digunakan untuk mengobati layu
jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak teratur .
Akibatnya ; kelainan jantung mungkin tidak terkendali dengan baik. Catatan ;
Hanya aminoglikosida neomisin (Mycifradin,Neobiotic) yang berinteraksi.
Sefalosporin Kloramfenikol (Chloromycetin, Mychel)
Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang secara berlebihan.
Gejala yang dilaporkan ; sakit tenggorokan, demam, kedinginan, tukak mulut,
perdarahan atau memar di seluruh tubuh ,tinja hitam pekat dan kehilangan
tenaga yang tidak lazim. Kloramfenikol diberikan untuk infeksi yang berbahaya,
yang tidak cocok bila diobati dengan antibiotika lain yang kurang begitu efektif.
1. Sulfur
Dapat berupa unsure (elemental) sulfur atau ikatan (compound) sulfur. Menurut
Mills dan Kligman (1972) untuk sulfur bersifat komedogenik.
2. Resorsin
Konsentrasi resorsin 1-10 %,pemakaian bahan ini berkurang setelah dikenal benzoil
perokaida.
3. Asam Salisilat
Asam salisilat selain sebagai iritan juga mempunyai sifat keratolitik pada konsentrasi
diatas 3 %.
4. Asam Vitamin A (Asam retionik,tretinoin) mempunyai efek sebagai iritan.
5. Benzoil peroksida, mempunyai efek sebagai iritan
Anti Iritasi merupakan aspek vital dari formula perawatan kulit. Apapun
penyebabnya, iritasi adalah permasalan untuk semua jenis kulit , namun sangat sulit untuk
dihindari, apakah itu Karena matahari, kerusakan oksidatif dari polusi,atau dari produk
perawatan kulit yang digunakan , iritasi dapat menjadi permasalahan terus menerus dari
kulit. Ironisnya, bahkan bahan-bahan yang dibutuhkan seperti zat-zat tabir surya, pengawet,
exofilant kulit, dan zat-zat pembersih dapat menyebabkan iritasi. Bahan-bahan lain seperti
pewangi, menthol, dan ekstrak tanaman yang menyebabkan kulit sensitif adalah penyebab
utama iritasi dan umumnya tidak memberikan hasil yang menguntungkan bagi kulit, jadi
pengunaan zat-zat ini tidak berguna, setidaknya jika serius ingin menciptakan dan
mempertahankan kulit yang sehat.
Anti Iritasi sangat membantu karena memberikan waktu penyembuhan bagi kulit dan
mengurangi permasalahan oksidatif dan sumber kerusakan eksternal. Anti iritasi seperti
metil salisilat bekerja sebagai anti iritan lokal dan mampu berpenetrasi sehingga
menghasilkan efek analgesis.
Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah menyingkirkan
pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisik maupun kimiawi. Bila hal ini dapat
dilaksanakan dengan sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka dermatitis iritan tersebut
akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan topikal, mungkin cukup dengan
pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering. Apabila diperlukan, untuk mengatasi
peradangan dapat diberikan kortikosteroid topical, misalnya hodrokortison atau untuk
kelainan yang kronis bisa diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat. Pemakaian alat
pelindung yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan,untuk
mencegah kontak dengan bahan tersebut.
Interaksi Obat Acne Vulgaris Pada Penanganan Lesi Inflamasi dan Komedo Tertutup dan
Terbuka
Cara Kerja Obat :
Tretinoin bekerja dengan mengeliminasi peningkatan keratinisasi dan penebalan epitel
folikel dengan cara mempercepat pergantian sel. Clindamycin phospate bekerja dengan
menghambat produksi enzim dan inflamasi atau aktivitas oleh P. acnes pada sebum.
Interaksi Obat :
Dengan sabun atau kosmetik yang mengandung obat atau bersifat abrasive.
Cleanser atau preparat jerawat yang mengandung peeling agent seperti
resorcinol, salicylic acid, sulfur.
Preparat topikal yang mengandung alkohol seperti after-shave lotion, astringent,
perfumed toiletris, shaving cream atau lotion.
Kosmetik atau sabun yang mempunyai sifat mengeringkan.
Dengan produk untuk rambut seperti semir rambut atau penghilang bulu.
Obat-obat yang membuat fotosensitif seperti fluoroquinolone, phenothiazine,
sulfonamide, thiazide diuretic.