Anda di halaman 1dari 32

Panduan

Penggunaan obat-obatan
Definisi Obat :

Obat adalah : Bahan yang menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia.
Sedangkan definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan (1)
pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-
gejalanya pada manusia atau hewan; atau (2) dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan
fungsi organik pada manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan yang disintesis di
dalam tubuh (misalnya : hormon, vitamin D) atau merupakan merupakan bahan-bahan kimia
yang tidak disintesis di dalam tubuh.

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk
manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa penggolongan obat yang lain, dimana
penggolongan obat itu dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan
serta pengamanan distribusi.

PEDOMAN PENGGUNAAN OBAT-OBAT RESEP SECARA AMAN


1. Ikuti petunjuk dengan seksama.
2. Jangan ubah dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter Anda.
3. Jangan hentikan penggunaan obat resep tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan
dokter.
4. Jangan lumatkan atau pecah-pecahkan pil kecuali disebutkan demikian dalam petunjuk
pemakaian.
5. Berhati-hatilah terhadap pengaruh obat pada saat Anda mengemudi atau melakukan
aktivitas lainnya.
6. Cari tahu bagaimana obat itu bereaksi dengan alkohol dan dengan obat lainnya baik yang
diresepkan maupun yang dijual bebas.
7. Jika Anda pernah menyalahgunakan obat atau zat-zat lainnya, beri tahu dokter Anda.
8. Jangan gunakan obat yang diresepkan untuk orang lain, dan jangan berikan obat Anda
kepada orang lain.
INTERAKSI OBAT

Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi aktivitas obat, yaitu meningkatkan
atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan atau
direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau antara obat dengan makanan serta obat-
obatan herbal.
Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di
keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme
(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan
secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi
dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi
farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar
obat (yang diberikan bersamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga
menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2
atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME
(absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau
menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang
interaksi farmakokinetik.

Interaksi obat mengakibatkan :


Berkurang atau hilangnya khasiat terapi.
Meningkatnya aktivitas obat, dan dapat terjadi reaksi toksik obat

Jenis Interaksi Obat berdasarkan mekanisme :


Interaksi farmakokinetika : bila suatu interaktan mengganggu absorbsi, distribusi,
biotransformasi (metabolisme) dan ekskresi obat objek.
Interaksi farmakodinamika :bila interaktan dan obat objek bekerja pada tempat kerja,
reseptor, atau sistem fisiologi yang sama
A. Interaksi Obat secara Farmakokinetika :
a. Interaksi Dalam Mekanisme Absorbsi
Obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap dari saluran cerna ke dalam
sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi interaksi selama obat melewati saluran cerna.
Absorpsi obat dapat terjadi melalui transport pasif maupun aktif, di mana sebagian besar obat
diabsorpsi secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat dari daerah dengan kadar tinggi ke
daerah dengan kadar obat yang lebih rendah. Pada transport aktif terjadi perpindahan obat
melawan gradien konsentrasi (contohnya ion-ion dan molekul yang larut air) dan proses ini
membutuhkan energi. Absorpsi obat secara transport aktif lebih cepat dari pada secara tansport
pasif. Obat dalam bentuk tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati membran sel,
sedangkan obat dalam bentuk terion tidak larut lemak dan tidak dapat berdifusi. Di bawah
kondisi fisiologi normal absorpsinya agak tertunda tetapi tingkat absorbsi biasanya sempurna.
Bila kecepatan absorpsi berubah, interaksi obat secara signifikan akan lebih mudah terjadi,
terutama obat dengan waktu paro yang pendek atau bila dibutuhkan kadar puncak plasma yang
cepat untuk mendapatkan efek.
Mekanisme interaksi akibat gangguan absorpsi antara lain :

1. Kompleksasi dan adsorbsi (interaksi langsung)


Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antar senyawa
obat yang mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat mengalami
penurunan kecepatan absorpsi. Interaksi ini dapat dihindarkan bila obat yang berinteraksi
diberikan dalam jangka waktu minimal 2 jam.
Interaksi langsung :

OBAT A OBAT B EFEK INTERAKSI

Tetrasiklin Antasida (mengandung Terbentuk kelat tak


ion logam) Susu terabsobsi. Absorbsi
bermineral (mengandung tetrasiklin dan logam tertentu
logam) (Fe2+) berkurang

Levodopa FeSO4 Terbentuk kompleks kelat,


absorbsi levodopa berkurang

Digoksin, Kolestiramin, Pengikatan obat A oleh obat


Digitoksin kortikosteroid, tiroksin B, absorbsi obat A berkurang

Digoksin, Kaolin-pektin Sda


Linkomisin

Rifampisin Bentonit (bahan pengisi Sda


tablet)

2. Perubahan pH saluran pencernaan


pH cairan saluran cerna mempengaruhi laju absorbsi obat yang bersifat asam atau basa
lemah.Pada pH cairan saluran cerna yang alkalis obat asam terionisasi, kurang terabsorbsi,
misalnya akibat adanya antasid, akan meningkatkan kelarutan obat yang bersifat asam yang
sukar larut dalam saluran cerna, misalnya aspirin. Dengan demikian dipercepatnya disolusi
aspirin oleh basa akan mempercepat absorpsinya. Akan tetapi, suasana alkalis di saluran cerna
akan mengurangi kelarutan beberapa obat yang bersifat basa (misalnya tetrasiklin) dalam
cairan saluran cerna, sehingga mengurangi absorpsinya. Berkurangnya keasaman lambung
oleh antasida akan mengurangi pengrusakan obat yang tidak tahan asam sehingga
meningkatkanbioavailabilitasnya.Ketokonazol yang diminum per oral membutuhkan medium
asam untuk melarutkan sejumlah yang dibutuhkan sehingga tidak memungkinkan diberikan
bersama antasida, obat antikolinergik, penghambatan H2, atau inhibitor pompa proton
(misalnya omeprazol). Jika memang dibutuhkan, sebaiknya abat-obat ini diberikan sedikitnya 2
jam setelah pemberian ketokonazol.
OBAT A OBAT B EFEK INTERAKSI

NaHCO3 Aspirin pH lambung asam, kecepatan


absorbsi aspirin meningkat

NaHCO3 Tetrasiklin pH lambung turun, tetrasiklin


kurang larut, absorbsi berkurang

H2-bloker Ketokonazol(asam Kelarutan ketokonazol berkurang,


(hambat sekresi lemah) absorbsi berkurang
asam lambung)

3. Perubahan motilitas atau laju pengosongan lambung


Usus halus adalah tempat absorbsi utama untuk semua obat termasuk obat bersifat
asam. Disini absorbsi terjadi jauh lebih cepat dari pada di lambung. Oleh karena itu, makin
cepat obat sampai di usus halus, makin cepat pula absorbsinya. Kecepatan pengosongan
lambung biasanya hanya mempengaruhi kecepatan absorbsi tanpa mempengaruhi jumlah obat
yang diabsorbi. Ini berarti, kecepatan pengosongan lambung biasanya hanya mengubah tinggi
kadar puncak dan waktu untuk mencapai kadar tersebut tanpa mengubah bioavailibilitas obat.
Karena kapasitas metabolisme dinding usus halus lebih terbatas dibandingkan kapasitas
absorbsinya, maka makin cepat obat ini sampai di usus halus, makin tinggi bioavailibilitanya.
OBAT A OBAT B EFEK INTERAKSI

Antikolinergik Parasetamol Obat A memperlambat


Antidepresi trisiklik Diazepam obat B keluar dari
Analgesik narkotik Fenilbutazon lambung, absorbsi B terhambat
Propranolol
Levodopa

Antikolinergik Digoksin Obat A memperlama transit di


usus, absorbsi B meningkat

Metoklopramid Parasetamol Obat A mempercepat obat B


Diazepam keluar dari lambung, absorbsi B
Fenilbutazon cepat
Propranolol

Penghambatan enzim pencernaan


Obat-obat atau makanan tertentu dapat mempengaruhi sistem transpor enzim sehingga
mempengaruhi absorbsi obat-obat spesifik pada usus. Alopurinol dan sediaan atau makanan
yang mengandung besi tidak boleh diberikan secara bersamaan karena alopurinol memblok
sistem enzim yang mencegah absorbsi besi. Kelebihan absorbsi dan kelebihan muatan besi
pada pasien dapat terjadi sehingga menyebabkan hemosiderosis (deposit hematin yang tidak
larut di dalam jaringan).
Asam folat pada umumnya terdapat di dalam makanan dalam bentuk poliglutamat
yang sukar terabsorbsi. Agar absorbsi mudah ter-jadi, maka poliglutamat itu harus diubah
menjadi turunannya yang mu-dah terabsorbsi, yaitu folat. Perubahan ini dikatalisis oleh enzim
konjugase di dalam usus. Fenomena interaksi ditemukan pada pasien yang mengalami anemia
akibat kekurangan asam folat setelah diberi fenitoin. Berdasarkan hal ini disimpulkan bahwa
fenitoin menghambat aktivitas enzim konjugase yang mengubah poliglutamat menjadi asam
folat.

Perubahan flora saluran pencernaan


Flora normal usus berperanan antara lain untuk :
sintesis vitamin K
memecah sulfasalsin menjadi bagian-bagian yang aktif yaitu sulfapiridin dan 5-amino
salisilat.
metabolisme obat-obat tertentu seperti levodopa dan digoksin
hidrolisis glukuronida yang dieks-kresi melalui empedu sehingga memperpanjang kerja
obat-obat tertentu seperti kontrasepsi oral.

Obat-obat yang dapat mempengaruhi flora saluran pencernaan adalah antimikroba, khususnya
antibakteri. Pemberian antibakteri spek-trum luas akan mengubah atau menekan flora normal
sehingga meng-akibatkan :
meningkatnya aktivitas antikoagulan oral (antagonis Vitamin K) yang diberikan bersamaan
menurunnya efektivitas sulfasalasin
meningkatnya bioavailabilitas levo-dopa dan digoksin
menurunnya efektivitas kontrasepsi oral.

b. Interaksi Dalam Mekanisme Distribusi (Kompetisi dalam ikatan protein plasma)


Distribusi obat adalah distribusi obat dari dan ke darah dan beberapa jaringan tubuh
( misalnya lemak, otot, dan aringan otak) dan proporsi relative obat di dalam jaringan.
Setelah suatu obat diabsorbsi ke dalam aliran darah maka obat akan bersirkulasi dengan
cepat ke seluruh tubuh, waktu sirkulasi darah rata rata adalah 1 menit. Saat darah
bersirkulasi obat bergerak dari aliran darah dan masuk ke jaringan jaringan
tubuh. Sebagian terlarut sempurna di dalam cairan plasma, sebagian diangkut dalam
bentuk molekul terlarut dan dalam bentuk terikat protein plasma (albumin).Ikatan protein
sangat bervariasi, sebagian terikat sangat kuat.
Banyak obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam terutama pada
albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam a1-glikoprotein. Oleh karena
jumlah protein plasma terbatas, maka terjadi kompetisi antara obat bersifat asam maupun
antara obat bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama. Tergantung dari kadar
obat dan afinitasnya terhadap protein, maka suatu obat dapat digeser dari ikatannya
dengan protein oleh obat lain, dan peningkatan kadar obat bebas menimbulkan peningkatan
efek farmakologinya. Akan tetapi keadaan ini hanya berlangsung sementara karena
peningkatan kadar obat bebas juga meningkatkan eliminasinya sehingga akhirnya tercapai
keadaan mantap yang baru dimana kadar obat total menurun tetapi kadar obat bebas
kembali seperti sebelumnya (mekanisme konpensasi).
Beberapa contoh obat yang berinteraksi di dalam proses distribusi yang memperebutkan
ikatan protein adalah sebagai berikut
Warfarin Fenilbutazon
Kedua obat ini terikat kuat pada protein plasma, tetapi fenilbutazon memiliki afinitas
yang lebih besar, sehingga mampu menggeser warfarin dan jumlah / kadar warfarin
bebas meningkat Aktivitas antikoagulan meningkat terjadi resiko pendarahan.

Warfarin Kloralhidrat
Metabolit utama dari kloralhidrat adalah asam trikloroasetat yang sangat kuat terikat pada
protein plasma. Kloralhidrat mendesak wafrarin dari ikatan protein sehinggameningkatkan
respon antikoagulan.
c. Interaksi Dalam Mekanisme Metabolisme Hepatik
Ada 2 kategori utama reaksi metabolisme yaitu fase I dan Fase II. Reaksi Fase I adalah
serangkaian reaksi yang menimbulkan perubahan kimia yang relative kecil, membuat lebih
banyak senyawa menjadi hidrofilik. Metabolisme fase I bias terjadi selama proses absorbsi
1. Metabolisme obat dipercepat
Berbagai interaksi obat terjadi karena adanya suatu obat yang merangsang
metabolisme obat lain. Di samping itu pemberian secara kronis obat-obat tertentu
dapat pula merangsang metabolisme selanjutnya. Interaksi ini terjadi akibat
meningkatnya aktivitas enzim hepatik yang terlibat dalam metabolisme obat
tersebut.peningkatan aktivitas enzim ini dapat disebabkan oleh :
Peningkatan sintesis enzim sehingga jumlahnya meningkat, yang disebut induksi
enzim
Penurunan kecepatan degradasi enzim
Senyawa yang dapat menginduksi enzim hepatik digolongkan atas dua golongan yaitu
:
Golongan fenobarbital dan senyawa-senyawa yang kerjanya mirip fenobarbital.
Golongan ini yang paling banyak berperan untuk berbagai obat.
Golongan hidrokarbon polisiklik, hanya untuk beberapa obat.
Akibat induksi enzim adalah peningkatan metabolisme obat, yang terjadi karena 3
kemungkinan, yaitu :
Obat merangsang metabolismenya sendiri, karena pemberian kronis. Obat-obat yang
memiliki gejala ini antara lain barbiturat, antihistamin, fenitoin, meprobamat,
tolbutamid, fenilbutazon, dan probenesid
Obat mempercepat metabolisme obat lain yang diberikan bersamaan
Obat merangsang metabolisme sendiri dan juga metabolisme obat lain.

Akibat farmakologis dari induksi enzim ini adalah :


peningkatan bersihan ginjal
penurunan kadar obat di dalam plasma
Contoh obat yang dapat berinteraksi dalam proses metabolisme:
WARFARIN FENOBARBITAL
Melalui induksi enzim, feno-barbital meningkatkan laju metabolisme antikoagulan kumarin,
seperti warfarin, sehinga terjadi penurunan respon terhadap antikoagulan karena lebih
cepat termetabolisme dan ter-ekskresi, yang memungkinkan timbulnya resiko pembentukan
trombus.
KONTRASEPSI ORAL FENOBARBITAL
Fenobarbital maupun bebe-rapa obat yang lain meningkatkan metabolisme hormon steroid,
termasuk estrogen dan progestin yang digunakan dalam kontrasepsi oral, sehingga dapat
menggagalkan kerja dari kontrasepsi oral tersebut.

2. Metabolisme obat dihambat


Sejumlah reaksi obat didasarkan pada penghambatan obat tertentu oleh obat lain, sehingga
terjadi peningkatan durasi dan intensitas aktivitas farmakologi dari obat yang dihambat.
Penyebab terhambatnya metabolisme obat, yaitu :
Penghambatan ireversibel terhadap enzim yang bertanggung jawab untuk biotransformasi
obat
Suatu obat bersaing dengan obat lain untuk bereaksi dengan enzim pemetabolisis yang
sama, di mana obat yang terdesak akan meng-alami pengahambatan metabolisme.
Contoh obat yang berinteraksi pada penghambatan metabolisme antara lain sebagai
berikut :

ALKOHOL DISULFIRAM
Interaksi ini merupakan interaksi yang bermanfaat dalam peng-obatan alkoholisme.
Disulfiram menghambat aktivitas dehidrogenase yang bertugas untuk mengoksidasi
asetaldehid, suatu produk oksidasi alkohol, sehingga terjadi akumulasi asetal-dehid di dalam
tubuh, yang menim-bulkan rasa tidak nyaman bagi peminum alkohol, sehingga ia akan
menghentikan minum minuman beralkohol.
MERKAPTOPURIN ALOPURINOL
Dengan menghambat aktiv-itas enzim xantin oksidase, alopu-rinol menurunkan produksi
asam urat sehingga menjadi dasar untuk peng-obatan rematik. Xantin oksidase juga berperan
penting dalam metabolisme obat-obat yang berpotensi toksik, seperti merkaptopurin dan aza-
tioprin, dan bila enzim tersebut dihambat oleh alopurinol, maka efek kedua obat tersebut akan
meningkat dengan nyata.

d. Interaksi Dalam Mekanisme Ekskresi


Interaksi Obat dengan Perubahan pH Urin
Perubahan pH urin mengakibatkan perubahan bersihan ginjal, melalui perubahan jumlah
reabsorbsi pasif di tubuli ginjal, yang hanya bermakna secara klinis bila:
- Fraksi obat yang diekskresikan melalui ginjal cukup besar, lebih dari 30%
- Obat berupa basa lemah dengan pKa 7,5 10 atau asam lemah dengan pKa 3,0 7,5.
Interaksi yang mempengaruhi ekskresi obat melalui ginjal hanya akan nyata secara
klinis bila obat atau metabolit aktifnya tereliminasi secara berarti oleh ginjal. pH urin dapat
mempengaruhi aktivitas obat dengan mengubah kecepatan bersihan ginjal.Bila berada dalam
bentuk tak terion, maka obat akan lebih cepat berdifusi dari filtrat glomerular kembali ke dalam
aliran darah. Dengan demikian, untuk obat basa, seperti amfetamin, sebagian besar berada
dalam bentuk tak terion dalam urin basa, sehingga banyak yang tere-absorbsi ke dalam darah,
yang akibatnya dapat memperlama aktivitasnya.
Senyawa yang dapat meningkatkan pH urin adalah natrium bikarbonat, sehingga bila
diberikan bersamaan dengan amfetamin dosis tunggal, maka efek amfetamin dapat
berlangsung selama beberapa hari.
Sebaliknya, obat yang bersifat asam, seperti salisilat, sulfonamid, fenobarbital, lebih cepat
terekskresi bila urin alkalis (pH tinggi). Oleh karena itu pemberian bersama-sama obat ini
dengan obat yang me-ningkatkan pH urin, seperti diuretik penghambat karbonat anhidrase
(asetazolamid), atau antasida sistemik (natrium bikarbonat), dapat mempercepat bersihan obat
asam sehingga efeknya cepat hilang.

Interaksi Obat dengan Perubahan Transpor Aktif


Penghambatan sekresi pada tubuli ginjal terjadi akibat kompetisi antarobat atau
antarmetabolit untuk sistem transpor aktif yang sama, terutama sistem transpor untuk obat
asam atau metabolit yang bersifat asam. Proses ini mungkin melibatkan sistem enzim di dalam
ginjal. Obat-obat tersebut diangkut dari darah melintasi sel-sel tubuli proksimal dan masuk ke
urin, melalui transpor aktif.
Bila obat diberikan bersamaan maka salah satu di antaranya dapat mengganggu
eliminasi obat lainnya.Sebagai contoh, pemberian bersamaan antara probenesid dan penisilin.
Probenesid menghambat ekskresi penisilin sehingga kadar antibiotik ini di dalam darah tetap
tinggi dan efeknya lama. Waktu paruh eliminasi penisilin akan meningkat 2 3 lebih lama. Hal
ini merupakan interaksi yang menguntungkan untuk pengobatan infeksi.
Contoh lain adalah antara fenilbutazon dan asetoheksamid. Fenilbutazon meningkatkan
efek hipoglikemik dari asetoheksamid dengan menghambat ekskresi metabolit aktif-nya, yakni
hidroksiheksamid, se-hingga kadar metabolit tersebut dalam darah lebih tinggi dari normal,
sehingga insulin plasma meningkat dan glukosa darah berkurang

B. Tipe Interaksi Obat secara Farmakodinamik


Interaksi farmakodinamik berebeda dengan interaksi farmakikinetik. Pada interaksi
farmakokinetik teradi perubahan kadar obat obyek oleh karena perubahan pada proses
absorbs, distribusi, metabolism, dan ekskresi obat. Pada interaksi farmakodinamik tidak terjadi
perubahan kadar obat obyek dalam darah , tetapi yang terjadi adalah perubahan efek obat
obyek yang disebabkan oleh obat presipitan karena pengaruhnya pada tempat kerja obat,
artinya ada perubahan tindakan obat tanpa perubahan konsentrasi serum melalui factor factor
farmakikinetik.
Efek adisi terjadi ketika dua obat atau lebih dengan efek yang sama digabungkan dan
hasilnya adalah jumlah efek secara tersendiri sesuai dosis yang digunakan. Efek aditif
ini mungkin bermanfaat atau berbahaya terhadap klien.Hal ini dinyatakan dengan 1
+1= 2. Salah satu contohnya barbiturate dan obat penenang yang diberikan secara
berasamaan sebelum bedah untuk membuat pasien rileks.
Efek sinergis terjadi ketika dua obat atau lebih, dengan atau tanpa efek yang sama
digunakan secara bersamaan untuk mengombinasikan efek yang memiliki outcome
yang lebih besar dari jumlah komponen aktif satu obat Saja.
Potensiasi mengambarkan efek sinergistik tertentu; suatu interaksi obat dimana hanya
satu dari dua obat yang tindakannya diperbesar oleh keberadaan obat kedua
Reaksi antagonis memiliki efek sinergisme yang sebaliknya dan menghasilkan suatu
efek kombinasi yang lebih rendah dari komponen aktif secara terpisah ( protamine yang
diberikan sebagai antidotum terhadap aksi antikoagulan dari heparin).

Tipe-2 interaksi
Interaksi aditif atau sinergistik
Dua obat memiliki efek farmakologi yg sama, efek aditif
alkohol sedatif, tranquilizer Secara definisi, bukan termasuk interaksi
Interaksi aditif dpt terjadi antara dua efek utama atau efek samping,
Interaksi antagonistic
Pasangan obat memiliki aktivitas yang saling berlawanan
Antikoagulan oral memperlama waktu pembekuan darah dengan menghambat secara
kompetitif efek vitamin K
Jika asupan vitamin K meningkat, efek antikoagulan oral dilawan dan waktu protrombin
kembali normal
Interaksi karena perubahan mekanisme transpor obat
Sejumlah obat yang kerjanya pada saraf adrenergik dapat dicegah mencapai tempat
kerjanya oleh adanya obat lain.
Ambilan guanetidin diblok oleh chlorpromazine, haloperidol, tiotixene, dan sejumlah obat
lain, sehingga efek antihipertensi terhambat
Antidepressan trisiklik mencegah ambilan noradrenalin ke dalam saraf adrenergik perifer
sehingga efek pressornya meningkat
Interaksi karena gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Peningkatan kepekaan miokardium terhadap glikosida digitalis (kemungkinan efek toksik)
akibat kadar kalium plasma menurun karena efek pengurasan kalium oleh diuretik
Kadar litium plasma dapat meningkat jika diuretik thiazide digunakan, karena klirens lithium
berubah, akibat perubahan ekskresi natrium

Faktor faktor yang mempengaruhi interaksi obat


1. Usia
Fisiologi tubuh, metabolisme dan eliminasi pada bayi, anak dan orang dewasa berbeda.
2. Bobot badan
Perbandingan dosis obat bobot badan menentukan konsentrasi obat yang mencapai
sasaran.
3. Kehamilan
Pengosongan lambung, metabolisme , ekskresi/filtrasi glomerolus .
4. Obat dalam asi
Ampisilin, eritromisin, kanamisin, linkomisin, kloramfenikol, rifampisin, streptomisin sulfat,
tetrasiklin, dll.
5. Variasi diurenal
Hormon kortikosteroid dari korteks adrenal pada pagi hari , mlm hari
6. Toleransi
MK : Induksi enzim
7. Suhu tubuh
Distribusi ekskresi, ikatan, aktivitas enzim
8. Kondisi patologik
Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal.
9. Genetik
Defisiensi enzim
10. Waktu pemberian
Sesudah makan/ sebelum makan
Kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual (populasi tertentu
lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan
kapasitas metabolisme antar individu ), penyakit tertentu ( terutama gagal ginjal atau penyakit
hati yang parah), dan faktor- faktor lain ( dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian
kronik).
Sekarang ini, potensi efek yang tidak terduga sebagai akibat dari interaksi antara obat
dan obat lain atau makanan telah ditetapkan. Risiko interaksi obat akan meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah obat yang digunakan oleh individu. Hal ini juga menyiratkan risiko
yang lebih besar pada orang tua dan mengalami penyakit kronis, karena mereka akan
menggunakan obat-obatan lebih banyak daripada populasi umum. Risiko juga meningkat bila
rejimen pasien berasal dari beberapa resep. Peresepan dari satu apotek saja mungkin dapat
menurunkan risiko interaksi yang tidak terdeteksi (McCabe, et.al., 2003). Interaksi obat
potensial seringkali terjadi pada pasien rawat inap yang diresepkan banyak pengobatan.
Prevalensi interaksi obat meningkat secara linear seiring dengan peningkatan jumlah obat yang
diresepkan, jumlah kelas obat dalam terapi, jenis kelamin dan usia pasien

Pasien Yang Rentan Terhadap Interaksi Obat


Orang lanjut usia
Orang yang minum lebih dari satu macam obat
Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati
Pasien dengan penyakit akut
Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
Pasien yang memiliki karakteristik genetic tertentu
Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter
Pasien lanjut usia mempunyai resiko yang lebih tinggi , karena :
Lebih berkemungkinan memperoleh terapi berbagai macam obat sehingga berpotensi
gangguan fungsi ginjal dan hati.
Kepatuhan pasien yang kurang
Adanya gangguan degenerative yang mempengaruhi banyak sistem dan mengganggu
mekanisme kompensasi homeostatic

Hal yang perlu diperhatikan tentang interaksi obat


1. Tidak semua obat yang berinteraksi signifikan secara klinik
2. Interaksi tidak selamanya merugikan.
3. Jika dua obat berinteraksi tidak berarti tidak boleh diberikan
4. Interaksi tidak hanya untuk terapi yang berbeda tetapi kadang untuk mengobati penyakit
yang sama.
5. Interaksi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengobatan.
Guna interaksi obat
1. Meningkatkan kerja obat
Contoh : sulfametoksasol, analgetik dan kafein
2. Mengurangi efek samping
Contoh : anestetika dan adrenalin
3. Memperluas spektrum
Contoh : kombinasi antiinfeksi
4. Memperpanjang kerja obat
Probenesid dan penisilin.
INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN

Makanan dapat menurunkan atau meningkatkan efek obat. Interaksi antara obat dan
makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita
gunakan. Untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat dan makanan, bukan berarti
penggunaan obat dan makanan dalam waktu yang bersamaan tidak dapat dilakukan melainkan
perlu pengaturan waktu minum obat dan makanan yang tepat.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi besar kecilnya interaksi obat pada seseorang :
1. Usia
2. Berat Badan
3. Jenis Kelamin
4. Kondisi Pengobatan
5. Dosis Obat
6. Obat lain yang diterima
7. Vitamin, Herbal, suplemen serat yang sedang digunakan

Akibat interaksi obat dan makanan


1. Dapat menghambat kerja obat
2. Muncul efek samping obat yang merugikan atau menguntungkan
3. Muncul Efek samping baru.

Beberapa contoh Interaksi obat dan makanan (IM) dan perhatian waktu minum obat
yang tepat (T) :

Alendronic Acid (Alovell) :


(IM) : Makanan dapat menyebabkan terbentuknya ikatan kompleks yang susah diabsorpsi.
(T) : Obat diminum pada saat perut kosong, minimal 30 menit sebelum makan dan dalam posisi
duduk tegak selama minimal 30 menit. Hindari pemberian obat bersama makanan dan susu.

Ampicillin (Viccillin) :
(IM) : Makanan dapat memperlambat absorpsi obat
(T) : Ampicillin diminum pada saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
Antikoagulan, contoh Warfarin (Simarc-2):
(IM) : Makanan yang banyak mengandung vitamin K dapat menurunkan efektifitas dari
Warfarin.
(T) : Obat tidak boleh diminum bersama dengan makanan yang banyak mengandung Vitamin K,
seperti brokoli, bayam dan rebung (bambu muda)...apalagi yang sudah tua jangan dimakan!

Bisacodyl (Dulcolax) :
(IM) : Makanan yang mengandung susu dapat melarutkan lapisan/salut gula, tablet bisacodyl
dilapisi oleh salut enterik yang bertujuan untuk mencegah obat mengiritasi lambung.
(T) : Obat diminum pada saat perut kosong. Setelah minum obat, dalam waktu 1 jam tidak boleh
makan makanan atau minuman yang mengandung susu.

Captopril (Capoten, Captesin) :


(IM) : Makanan dapat menurunkan absorpsi Captopril sekitar 42%-56%.
(T) : Obat diminum pada saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
Captopril dapat meningkatkan Kalium. Hindari makanan yang mengandung tinggi Kalium,
seperti : Pisang, Jeruk, dan sayuran hijau. Peningkatan Kalium didalam tubuh dapat
menyebabkan kecepatan denyut jantung menjadi tidak teratur.

Ciprofloxacin (Ciproxin) :
(IM) : Makanan yang mengandung kalsium dapat menyebabkan terbentuknya ikatan kompleks
yang susah di absorpsi.
(T) : Obat tidak boleh diminum bersama makanan yang banyak mengandung kalsium, contoh :
susu, yogurt

Cisapride (Guaporside, Predisia-5) :


(IM) : Makanan dapat meningkatkan jumlah obat yang diabsorpsi tetapi tidak meningkatkan
kecepatan absopsi obat.
(T) : Cisapride diminum pada saat perut kosong atau diminum 15 menit sebelum makan.

Isosorbide dinitrate (Farsorbid, Cedocard) :


(IM) : Makanan dapat menurunkan absopsi obat
(T) : Isosorbide dinitrate diminum pada saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah
makan.

Omeprazole (Losec, OMZ) :


(IM) : Makanan dapat menghambat absopsi Omeprazole
(T) : Obat diminum sebelum makan
Propranolol (Inderal) :
(IM) : Makanan yang banyak mengandung protein dapat meningkatkan jumlah obat di dalam
darah.
(T) : Propranolol diminum pada saat perut kosong. Hindari makanan yang banyak mengandung
protein seperti putih telur.

Perindopril (Bioprexum) :
(IM) : Makanan dapat menurunkan perindoprilat (bahan aktif obat) sekitar 43%
(T) : Perindopril diminum pada saat perut kosong.

Rifampicin (Rifamtibi, Rimactane) :


(IM) : Makanan dapat menghambat absopsi obat
(T) : Rifampicin diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan

Sucralfat (Inpepsa) :
(IM) : Makanan dapat menurunkan efek obat
(T) : Obat diminum pada saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan atau
pada malam sebelum tidur

Tetracycline (Tetrin) :
(IM) : Makanan dapat menurunkan absopsi obat sekitar 46%. Produk susu dapat menyebabkan
terbentuknya ikatan kompleks yang susah diabsopsi sehingga menurunkan absopsi obat sekitar
20-75%.
(T) : Obat diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Hindari penggunaan
Tetracycline bersama dengan makanan atau produk susu.

Theophylline (Theobron) :
(IM) : Absopsi obat meningkat apabila diminum bersama makanan yang mengandung tinggi
lemak. Hal ini dapat beresiko toksik/berbahaya di dalam tubu
(T) : Hindari minum obat bersama makanan yang mengandung lemak tinggi

Meskipun tidak semua obat dipengaruhi atau dapat berinteraksi dengan makanan,
sangatlah penting untuk memperhatikan aturan minum dari setiap obat yang digunakan agar
tujuan penggunaan obat dapat tercapai secara maksimal.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya Interaksi obat dan makanan:

1. Jagalah obat tetap berada di dalam wadah / tempat aslinya sehingga memudahkan untuk
mendapatkan informasi mengenai obat pada label obat.
2. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan kepada
apoteker atau dokter
3. Baca aturan pakai, perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum dalam label dan
wadah obat.
4. Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih
5. Tanyakan kepada apoteker atau dokter mengenai informasi tentang makanan, minuman dan
suplemen serta yang harus dihindari ketika meminum obat
INTERAKSI OBAT

I . INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT


Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-
efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak
dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara satu obat dengan obat lain.
Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat
dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus.
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam
farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME)
obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sfat farmakodinamik obat
tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan agonis untuk reseptor
yang sama.
Interaksi obat yang paling umum melibatkan hati. Beberapa obat dapat memperlambat
atau mempercepat proses enzim hati. Ini dapat mengakibatkan perubahan besar pada tingkat
obat lain dalam aliran darah yang memakai enzim yang sama. Beberapa obat memperlambat
proses ginjal. Ini meningkatkan tingkat bahan kimia yang biasanya dikeluarkan oleh ginjal.

A. Interaksi Obat Mempengaruhi ADME Obat


Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di
keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme
(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan
secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi
dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi
farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar
obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga
menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2
atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME
(absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau
menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang
interaksi farmakokinetik.

Interaksi Famakokinetik
1. Interaksi pada proses absorpsi
Interaksi dalam absorbs di saluran cerna dapat disebabkan karena
a. Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antar senyawa
obat yang mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat mengalami
penurunan kecepatan absorpsi.
Contoh: interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al2+ dalam antasid yang
menyebabkan jumlah absorpsi keduanya turun.
b. Perubahan pH
Interaksi dapat terjadi akibat perubahan harga pH oleh obat pertama, sehingga
menaikkan atau menurukan absorpsi obat kedua.
Contoh: pemberian antasid bersama penisilin G dapat meningkatkan jumlah absorpsi
penisilin G
c. Motilitas saluran cerna
Pemberian obat-obat yang dapat mempengaruhi motilitas saluan cerna dapat
mempegaruhi absorpsi obat lain yang diminum bersamaan. Contoh: antikolinergik yang
diberikan bersamaan dengan parasetamol dapat memperlambat parasetamol.

2. Interaksi pada proses distribusi


Di dalam darah senyawa obat berinteraksi dengan protein plasma. Seyawa yang asam
akan berikatan dengan albumin dan yang basa akan berikatan dengan 1-glikoprotein.
Jika 2 obat atau lebih diberikan maka dalam darah akan bersaing untuk berikatan
dengan protein plasma,sehingga proses distribusi terganggu (terjadi peingkatan salah
satu distribusi obat kejaringan).
Contoh: pemberian klorpropamid dengan fenilbutazon, akan meningkatkan distribusi
klorpropamid.
3. Interaksi pada proses metabolisme
a. Hambatan metabolisme
Pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya
sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat menaikkan kadar salah satu obat
dalam plasma, sehingga meningkatkan efeknya atau toksisitasnya.
Contoh: pemberian S-warfarin bersamaan dengan fenilbutazon dapat menyebabkan
mengkitnya kadar Swarfarin dan terjadi pendarahan.

b. Inductor enzim
Pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya
sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat menurunkan kadar obat dalam
plasma, sehingga menurunkan efeknya atau toksisitasnya.
Contoh: pemberian estradiol bersamaan denagn rifampisin akan menyebabkan kadar
estradiol menurun dan efektifitas kontrasepsi oral estradiol menurun.
4. Interaksi pada proses eliminasi
a. Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat
jika suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-obat yang
dapat merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut yang dapat
menimbulkan efek toksik.
Contoh: digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal
(aminoglikosida, siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul efek
toksik.
b. Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal
Jika di tubulus ginjal terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem
trasport aktif yangsama dapat menyebabkan hambatan sekresi.
Contoh: jika penisilin diberikan bersamaan probenesid maka akan menyebabkan klirens
penisilin turun, sehingga kerja penisilin lebih panjang.
c. Perubahan pH urin
Bila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal. Jika
harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat asam lemah,
sedangkan jika harga pH turun akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat
basa lemah.
Contoh: pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan ammonium
klorida maka akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi ammonium klorida
akan mengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan ionisasi pseudorfedrin dan
eliminasi dari pseudoefedrin juga meningkat.
Beberapa contoh interaksi obat dengan obat
1. Interaksi obat pada pengobatan infeksi bekteri (interaksi antibiotika)
Aminoklikosida Antibiotika sefalosporin
Efek samping merugikan dari masing-masing obat dapat meningkat.
Akibatnya ; ginjal mungkin rusak. Gejala yang dilaporkan : pengeluaran air
kemih berkurang,ada darah dalam air kemih, rasa haus yang berkelebihan,
hilang nefsu makan,pusing,mengantuk dan mual.
Aminoglikosida Digoksin (Lanoxin)
Efek digoksin dapat berkurang .Digoksin digunakan untuk mengobati layu
jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak teratur .
Akibatnya ; kelainan jantung mungkin tidak terkendali dengan baik. Catatan ;
Hanya aminoglikosida neomisin (Mycifradin,Neobiotic) yang berinteraksi.
Sefalosporin Kloramfenikol (Chloromycetin, Mychel)
Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang secara berlebihan.
Gejala yang dilaporkan ; sakit tenggorokan, demam, kedinginan, tukak mulut,
perdarahan atau memar di seluruh tubuh ,tinja hitam pekat dan kehilangan
tenaga yang tidak lazim. Kloramfenikol diberikan untuk infeksi yang berbahaya,
yang tidak cocok bila diobati dengan antibiotika lain yang kurang begitu efektif.

B. Interaksi obat pada penanganan kelainan jantung


1. Obat angina /antiaritmika Diuretika
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah.
Akibatnya ; Hipotensi postural dengan gejala yang menyertainya: pusing, lemah,
pingsan, penurunan tekanan darah yang hebat dapat menyebabkan kejang dan
syok. Diuretika menghilangkan kelebihan cairan dari tubuh dan digunakan untuk
mengobati tekanan darah tinggi dan layu jantung.
2. Disopiramida (Norpace) Biperiden (Akineton)
Kombinasi ini dapat menimbulkan efek antikolinergik yang berlebihan.
Akibatnya ; Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, nanar, rasa tak enak pada
lambung, sembelit, kencing sulit, mungkin timbul psikosis toksik (disorientasi,
agitasi, meracau) sikrimin digunakan untuk mengendalikan tremor akibat penyakit
perkinson atau akibat pengobatan dengan antipsikotika.
3. Disopiramida (Norpace) Fenitoin (Dilantin)
Efek disopiramida dapat berkurang . Akibatnya ; denyut jantung yang tak teratur
dapat dikendalikan dengan baik. Fenitoin digunakan untuk mengendalikan kejang
pada kelainan seperti ayan. Obat lain yang mirip fenitoin juga berinteraksi , misalnya
mesantoin (mefinitoin) dan peganone (etotoin).

C. Interaksi pada penanganan ayan dan kejang


1. Fenitoin (Dilantin) Trimetadion (Tridione)
Efek trimetadion dapat berkurang. Trimetadion juga merupakan antikonvulsan yang
digunakan untuk mengendalikan serangan jantung. Akibatnya ; Kemampuan
mengendalikan serangan kejang dapat hilang kecuali jika dosis disesuaikan. Karena
kedua obat merupakan depresan system saraf pusat,amati terjadinya gejala akibat
depresi berlebihan : mengantuk,pusing,nanar,dan hilang kewaspsadaan mental.
2. Primidon (Mysoline) Fenitoin (Dilantin)
Efek fenitoin dapat berkurang. Fenitoin juga meripakan antikonvulsan yang
digunakan untuk mengendalikan kejang. Akibatnya ; serangan kejang tak dapat
dikendalikan sesuai dengan yang dikehendaki. Interaksi ini beragam,bergantung
pada perorangan. Pada beberapa pasien efek fenitoin dapat bertambah jika dosis
primidon meningkat; pada pasien lain efek primidon yang meningkat.
Fenitoin (Dilantin) Metilfenidat (Ritalin)
Efek fenitoin dapat meningkat. Akibatnya ; efek samping yang merugikan mungkin
terjadi akibat terlalu banyak fenitoin. Gejala yang dilaporkan antara lain gangguan
penglihan,nanar. Metilfenidat digunakan untuk menanggulangi perilaku hiperkinetik
serta gangguan belajar pada anak-anak ,narkolepsi,depresi ringan ,acuh tak acuh
atau pikun.

II . INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN


A. Apa Itu Interaksi Obat-Makanan
Setiap saat, ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat,
perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu bisa
terjadi, tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa obat hanya
dipengaruhi oleh makanan tertentu. Interaksi obat-makanan dapat terjadi dengan obat yang
diresepkan oleh dokter, obat yang dibeli bebas, produk herbal, dan suplemen diet.
Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang
langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan umumnya tidak akan menyebabkan
perubahan yang berarti terhadap kesehatan anda.

B. Bagaimana makanan dan obat Berinteraksi


Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda. Sering, zat
tertentu di dalam makanan memberikan efek. Perubahan-perubahan lain dapat disebabkan
oleh jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan cara makanan tersebut disiapkan. Salah
satu cara yang paling umum terjadi, dimana makanan mempengaruhi efek obat adalah
dengan mengubah cara obat tersebut diuraikan ( dimetabolisme ) oleh tubuh anda. Jenis
protein yang disebut enzim, memetabolisme banyak obat. Pada sebagian besar obat,
metabolisme adalah proses yang terjadi di dalam tubuh terhadap obat dimana obat yang
semula aktif/ berkhasiat, diubah menjadi bentuk tidak aktifnya sebelum dikeluarkan dari
tubuh. Sebagian obat malah mengalami hal yang sebaliknya, yakni menjadi aktif setelah
dimetabolisme, dan setelah bekerja memberikan efek terapinya, dimetabolisme lagi
menjadi bentuk lain yang tidak aktif untuk selanjutnya dikeluarkan dari tubuh. Beberapa
makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik
dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika
makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat
menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan berada lebih lama
dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki.

1. Apa Saja Interaksi Makanan Dan Obat Yang Umum Terjadi


Makanan yang mengandung zat Tyramine ( seperti bir, anggur, alpukat, beberapa
jenis keju, dan berbagai daging olahan ) memperlambat kerja enzim yang memetabolisme
obat penghambat MAO ( kelompok obat antidepresi ) dan dapat menyebabkan efek yang
berbahaya, termasuk tekanan darah tinggi yang serius. Beberapa jenis makanan dapat
mencegah obat tertentu untuk diserap ke dalam darah setelah ditelan, dan yang lain
sebaliknya dapat meningkatkan penyerapan obat. Contohnya, jika anda meminum segelas
susu ketika menggunakan obat antibiotik tetrasiklin, calcium yang ada dalam susu akan
mengikat tertrasiklin, membentuk senyawa yang tidak mungkin dapat diserap oleh tubuh ke
dalam darah. Sehingga efek yang diharapkan dari obat tetrasiklin tidak akan terjadi. Di sisi
lain, meminum segelas jus citrus bersamaan dengan suplemen yang mengandung zat besi
akan sangat bermanfaat karena vitamin C yang ada dalam jus akan meningkatkan
penyerapan zat besi. Akhirnya, beberapa makanan benar-benar bisa mengganggu efek
yang diinginkan dari obat. Contohnya, orang yang menggunakan obat pengencer darah
warfarin seharusnya tidak mengkonsumsi secara bersamaan dengan makanan yang
banyak mengandung vitamin K seperto brokoli, atau bayam. Vitamin K membantu
pembekuan darah, sehingga melawan efek dari obat warfarin. Efek yang sebaliknya, terjadi
dengan vitamin E, bawang dan bawang putih, karena bahan-bahan ini menghaslkan efek
yang mirip dengan efek warfarin. Konsumsi dalam jumlah besar dari makanan ini dapat
menyebabkan efek warfarin menjadi terlalu kuat.
Beberapa Contoh Interaksi Obat Dan Makanan
Tidak semua obat berinteraksi dengan makanan. Namun, banyak obat-obatan yang
dipengaruhi oleh makanan tertentu dan waktu Anda memakannya. Berikut adalah
beberapa contohnya:
1. Jus jeruk menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme obat sehingga
mengintensifkan pengaruh obat-obatan tertentu. Peningkatan pengaruh obat
mungkin kelihatannya baik, padahal tidak. Jika obat diserap lebih dari yang
diharapkan, obat tersebut akan memiliki efek berlebihan. Misalnya, obat untuk
membantu mengurangi tekanan darah bisa menurunkan tekanan darah terlalu
jauh. Konsumsi jus jeruk pada saat yang sama dengan obat penurun kolesterol
juga meningkatkan penyerapan bahan aktifnya dan menyebabkan kerusakan otot
yang parah. Jeruk yang dimakan secara bersamaan dengan obat anti-inflamasi
atau aspirin juga dapat memicu rasa panas dan asam di perut.
2. Kalsium atau makanan yang mengandung kalsium, seperti susu dan produk susu
lainnya dapat mengurangi penyerapan tetrasiklin.
3. Makanan yang kaya vitamin K (kubis, brokoli, bayam, alpukat, selada) harus
dibatasi konsumsinya jika sedang mendapatkan terapi antikoagulan (misalnya
warfarin), untuk mengencerkan darah. Sayuran itu mengurangi efektivitas
pengobatan dan meningkatkan risiko trombosis (pembekuan darah).
4. Kafein meningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu (enoxacin, ciprofloxacin,
norfloksasin).Untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau
halusinasi, yang terbaik adalah menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa
pengobatan.
2. Makanan Yang Meningkatkan Efek Beberapa Obat
Obat yang efeknya dapat ditingkatkan oleh makanan dn biasanya harus digunakan
bersamaan dengan makanan agar didapatkan efek yang tetap :

a. Obat Jantung pemblok beta


Digunakan untuk mencegah angina ,untuk menormalkan kembali denyut jantung
yang tidak beraturan,dan untuk menanggulangi tekanan darah tinggi. Nama paten
pemblok beta : Blocadren, Corgard, Inderal, Lopressor, Ternomin, Visken.
Karbamazepin (Tregretol) Antikolvusan yang digunakan untuk mencegah
serangan.
Diazepam (Valium) Suatu Trankuilansia
Diuretika - Digunakan untuk mrngobati tekanan darah tinggi dan layu jantung .
Nama paten Diuretika yang berinteraksi : Anhydron, Aquatag, Aquatensin,
Diucardin, Diulo, Diuril, Enduron, Esidrix, Exna, Hydrodiuril, Hydromox, Hygroton,
Metahydrin, Naqua, Naturetin, Oretic, Ranese, Saluron, Zaroxylyn.
Hidralazin (Apresoline) Digunakan untuk menanggulangi tekanan darah tinggi
Nitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin) Suatu antimikroba, digunakan untuk
mengobati infeksi saluran kemih.
Fenitoin (Dilantin) Suatu antikonvulsan yang digunakan untuk mencegah
serangan
Spironolakton (Aldactazide, Aldactone) Suatu diuretika, digunakan untuk
menanggulangi tekanan darah tinggi dan layu jantung.

3. Makanan Yang Menurunkan Efek Beberapa Obat


Gunakan obat berikut ini satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan untuk
mencegah interaksi yang mungkin menurunkan efek obat :
Kaptopril (Capoten) Digunakan untuk menanggulangi tekanan darah tinggi dan
layu jantung. Antibiotika kecuali Antibiotika yang tidak dipengaruhi oleh
makanan.
Amoksisilin (Amoxil, Larotid, Polymox, Robamox, Trymox, Wymox) Becampisilin
(Spectrobid)
Doksisilin (Doxychel, Vibramycin, Vibratab)
Hefasilin (Versapen)
Eritromisin estolat (Ilosone)
Eritromisin salut enterik (E-Mycin, Ery-Tab, Eryc, Ilotycin, Robimycin)
Minoksiklin(Minocin)
Makanan beralkali Metenamin (Hiprex, Mandelamine, Urex)
Efek metenamin dapat berkurang, Metenamin digunakan untuk mengobati infeksi
saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Akibatnya : Infeksi mungkin tidak
terobati dengan baik. Hindari makanan beralkali seperti amandel, susu mentega,
kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kepala susu, buah-buahan, (kecuali berry, prem,
buah prem yang dikeringkan ), susu, sayuran (kecuali jagung , miju-miju)
Makanan Beralkali Kinidin(Cardioquin, Duraquin, Quignalute Dura-Tabs,
Quinidex Extentabs, Ouinora)
Efek kinidin dapat meningkat . Kinidin digunakan untuk menormalkan kembali
denyut jantung yang tak beraturan. Akibatnya ; mungkin terjadi efek samping
merugikan karena terlalu banyak kinidin disertai gejala jantung berdebar atau
denyut jantung tidak teratut,pusing,sakit kepala,telinga berdenging dan gangguan
penglihatan. Hindari makanan seperti ; Amandel, susu, mentega, kastanye, sari
buah jeruk, kelapa, kepala susu, buah-buahan (kecuali jagung,miju-miju)
Makanan beralkali-Kinin (Coco-Quinine, Quinamm, Quine)
Efek kinin dapat meningkat. Kinin adalah obat bebas yang digunakan untuk
mengobati malaria dan untuk kejang kaki malam hari. Akibatnya ; mungkin terjadi
efek samping merugikan karena terlalu banyak kinin disertai gejala pusing,sakit
kepala,telinga berdenging dan gangguan penglihatan. Hindari makanan bertalkali
seperti ; Amandel, susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kepala susu,
buah-buahan (kecuali jagung, miju-miju)
Makanan berkarbohidrat Asetaminofen
Efek asetaminofen dapat berkurang . Asetaminofen adalah obat pengjilang nyeri
dan demam yang masyhur . Akibatnya ; nyeri atau demam mungkin tidak hilang
sebagaimana mestinya . Sumber karbohidrat : Roti, Biskuit, korma, jeli, dll. Nama
paten asetaminofen : Anacin-3, Bromo-seltzer, Datlir, Excedrin PM, Febrinol,
Liquiprin, percogesic, Phenaphen, Tapar, Tempra, Tylenol, Valadol.
Sate sapi atau hamburger Obat asma (Turunanan teofilin)
Efek obat asma dapat berkurang . Obat asma membuka jalan udara di paru-paru
dan mempermudah pernapasan penderita asma . Akibatnya ; asma mungkin tidak
terkendali dengan baik.
Makanan berserat banyak Digoksin (Lanoksin)
Efek digoksin dapat berkurang. Digoksin digunakan untuk mengobati layu
jantungan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak beraturan.
Akibatnya ; Kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik.
Gunakan digoksin satu jam sebelum atau dua jam sesudah menyantap makanan
yang beserat banyak seperti ; Sari buah prem, serealia beras,makanan dari
gandum, biji-bujian , sayuran mentah, sayuran berdaun yang sudah dimasak, dan
buah-buahan.

Susu Dan Produk Susu Antibiotika Tetrasiklin


Efek tetrasiklin dapat berkurang . Tetrasikilin adalah antibiotika yang digunakan
untuk melawan infeksi. Akibatnya ; Infeksi yang diobati mungkin tidak terkendali
dengan baik. Untuk mencegah interaksi,gunakan tetrasiklin satu jam sebelum atau
dua jam sesudah minum susu atau produk susu.
Kekecualian ; Doksisiklin (Doxychel, Vibramycin, Vibratab) dan monosiklin
(Minocin)

III. INTERAKSI OBAT DENGAN KOSMETIK


Interaksi obat pada kulit terhadap bahan pengawet ,dalam hal ini bahan pengawet
yang terdapat di dalam kosmetika dan obat-obat oles ,dapat berupa dermatitis (eksema)
dengan tanda-tanda kulit kering ,bersisik,merah ,berlempuh sampai basah atau retak-
retaknya kulit. Reaksi bisa ringan atau berat dan biasanya disertai dengan rasa terbakar
dan gatal.
Reaksi dapat timbul sebagai urtika atau kadang-kadang berupa pembengkakan
lokal. Sering terjadi timbulnya reaksi kulit pada pemakaian pertama kali dari obat oles atau
kosmetika pada kulit yang terluka atau sedang mengalami iritasi. Interaksi obat pada
penyalahgunaan kosmetik dimana kulit yang wajah yang sensitif cepat sekali memberikan
reaksi iritasi jika salah dalam merawatnya. Biasanya,kulit wajah yang sensitive akan cepat
memerah jika kosmetika yang dipakai tidak cocok. Terasa pedih dan kemudian akan muncul
bimtik-bintik merah yang mengakibatkan kulit menjadi mudah teriritasi . Alkohol yang
terkandung dalam kosmetik biasanya sering menyebabkan iritasi.
Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada setiap orang jika terpapar
pada kulit ; pada konsentrasi yang cukup,pada waktu yang sufisien dengan frekuensi yang
sufisien. Masing-masing individu memiliki predisposisi yang berbeda terhadap berbagai
iritan,tetapi jumlah yang rendah dari iritan menurunkan dan secara bertahap mencegah
kecenderungan untuk meninduksi dermatitis.
Zat-zat iritan mempunyai efek eritem,mengeringkan dan peeling,zat-zat iritan
golongan kemikal, zat ini dapat dalam bentuk larutan,bedak kocok,kompres,pasta,krem,dan
bahan pembersih (cleansing preparation).

1. Sulfur
Dapat berupa unsure (elemental) sulfur atau ikatan (compound) sulfur. Menurut
Mills dan Kligman (1972) untuk sulfur bersifat komedogenik.

2. Resorsin
Konsentrasi resorsin 1-10 %,pemakaian bahan ini berkurang setelah dikenal benzoil
perokaida.
3. Asam Salisilat
Asam salisilat selain sebagai iritan juga mempunyai sifat keratolitik pada konsentrasi
diatas 3 %.
4. Asam Vitamin A (Asam retionik,tretinoin) mempunyai efek sebagai iritan.
5. Benzoil peroksida, mempunyai efek sebagai iritan

Anti Iritasi merupakan aspek vital dari formula perawatan kulit. Apapun
penyebabnya, iritasi adalah permasalan untuk semua jenis kulit , namun sangat sulit untuk
dihindari, apakah itu Karena matahari, kerusakan oksidatif dari polusi,atau dari produk
perawatan kulit yang digunakan , iritasi dapat menjadi permasalahan terus menerus dari
kulit. Ironisnya, bahkan bahan-bahan yang dibutuhkan seperti zat-zat tabir surya, pengawet,
exofilant kulit, dan zat-zat pembersih dapat menyebabkan iritasi. Bahan-bahan lain seperti
pewangi, menthol, dan ekstrak tanaman yang menyebabkan kulit sensitif adalah penyebab
utama iritasi dan umumnya tidak memberikan hasil yang menguntungkan bagi kulit, jadi
pengunaan zat-zat ini tidak berguna, setidaknya jika serius ingin menciptakan dan
mempertahankan kulit yang sehat.
Anti Iritasi sangat membantu karena memberikan waktu penyembuhan bagi kulit dan
mengurangi permasalahan oksidatif dan sumber kerusakan eksternal. Anti iritasi seperti
metil salisilat bekerja sebagai anti iritan lokal dan mampu berpenetrasi sehingga
menghasilkan efek analgesis.
Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah menyingkirkan
pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisik maupun kimiawi. Bila hal ini dapat
dilaksanakan dengan sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka dermatitis iritan tersebut
akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan topikal, mungkin cukup dengan
pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering. Apabila diperlukan, untuk mengatasi
peradangan dapat diberikan kortikosteroid topical, misalnya hodrokortison atau untuk
kelainan yang kronis bisa diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat. Pemakaian alat
pelindung yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan,untuk
mencegah kontak dengan bahan tersebut.

Interaksi Obat Acne Vulgaris Pada Penanganan Lesi Inflamasi dan Komedo Tertutup dan
Terbuka
Cara Kerja Obat :
Tretinoin bekerja dengan mengeliminasi peningkatan keratinisasi dan penebalan epitel
folikel dengan cara mempercepat pergantian sel. Clindamycin phospate bekerja dengan
menghambat produksi enzim dan inflamasi atau aktivitas oleh P. acnes pada sebum.
Interaksi Obat :
Dengan sabun atau kosmetik yang mengandung obat atau bersifat abrasive.
Cleanser atau preparat jerawat yang mengandung peeling agent seperti
resorcinol, salicylic acid, sulfur.
Preparat topikal yang mengandung alkohol seperti after-shave lotion, astringent,
perfumed toiletris, shaving cream atau lotion.
Kosmetik atau sabun yang mempunyai sifat mengeringkan.
Dengan produk untuk rambut seperti semir rambut atau penghilang bulu.
Obat-obat yang membuat fotosensitif seperti fluoroquinolone, phenothiazine,
sulfonamide, thiazide diuretic.

Anda mungkin juga menyukai