Anda di halaman 1dari 27

INTERAKSI OBAT

Zudan Ady Wijaya, S.Far., Apt


Interaksi obat :
perubahan efek suatu obat akibat pemakaian
obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh
makanan, obat tradisional dan senyawa kimia
lain.

Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika


dua atau lebih obat digunakan bersama-sama
(baik diberikan sebelumnya atau bersamaan)

dapat menguntungkan ataupun merugikan

Menurut jenis mekanisme kerja


 Interaksi Farmakodinamika
 Interaksi Farmakokinetika
INTERAKSI YANG MERUGIKAN

Sedatif dan antihistamin


digunakan secara bersamaan

-> penurunan kesadaran dan


memperlambat reaksi pasien
karena efek penurunan
kesadaran keduanya menjadi
sinergisme
INTERAKSI YG MENGUNTUNGKAN

Penggunaan bersaman antara


metoklopramid dan parasetamol

-> Terjadi peningkatan absorpsi


parasetamol
INTERAKSI FARMAKODINAMIKA

 Interaksi
farmakodinamik biasanya
dihubungkan dengan kemampuan suatu
obat untuk mengubah efek obat lain
tanpa mengubah sifat-sifat
farmakokinetiknya.
1. Pengaruh berlawanan thdp kadar gula
darah (Propanolol -> memperlambat
kenaikan kadar gula darah stlh
pemberian insulin -> hipoglikemi)
LANJUTAN……
2. Pengaruh berlawanan thdp tek. darah
(kerja hipotensif guanetidin diperlambat oleh
amfetamin dan efedrin)

3. Peningkatan nefrotoksis
(Gentamisin yg diberikan bersama furosemida
-> menaikkan nefrotoksis)

4. Peningkatan kecenderungan perdarahan


(dikumarol + asam asetilsalisilat)
dll…
INTERAKSI FARMAKOKINETIKA

 interaksi
farmakokinetik
diakibatkan oleh perubahan laju
atau tingkat absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi (ADME)
1. ABSORPSI
 Biasanya Obat-obat yang digunakan
secara oral
Mekanisme interaksi akibat gangguan
absorpsi antara lain :
a. Interaksi langsung
Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat
dalam lumen saluran cerna sebelum
absorpsi dapat mengganggu proses
absorpsi. Interaksi ini dapat dihindarkan
atau sangat dikurangi bila obat yang
berinteraksi diberikan dalam jangka
waktu minimal 2 jam.
LANJUTAN…..
b. perubahan pH saluran cerna
Cairan saluran cerna yang alkalis,
misalnya akibat adanya antasid, akan
meningkatkan kelarutan obat yang
bersifat asam yang sukar larut dalam
saluran cerna, misalnya aspirin.

Ketokonazol yang diminum per oral


membutuhkan medium asam untuk
melarutkan sejumlah yang dibutuhkan
sehingga tidak memungkinkan diberikan
bersama antasida,
LANJUTAN……..
c. Pembentukan senyawa kompleks tak
larut atau khelat, dan adsorsi
Interaksi antara antibiotik golongan
fluorokinolon (siprofloksasin, enoksasin,
levofloksasin, lomefloksasin, norfloksasin,
ofloksasin dan sparfloksasin) dan ion-ion
divalent dan trivalent (misalnya ion Ca2+ ,
Mg2+ dan Al3+ dari antasida dan obat lain
-> terbentuknya senyawa kompleks.

Beberapa obat antidiare (yang


mengandung atapulgit) menyerap obat-
obat lain, sehingga menurunkan absorpsi.
LANJUTAN……..
d. Obat terikat pada sekuestran asam empedu
(BAS : bile acid sequestrant)

Kolestiramin dan kolestipol dapat berikatan


dengan asam empedu dan mencegah
reabsorpsinya,
akibatnya dapat terjadi ikatan dengan obat-obat
lain terutama yang bersifat asam (misalnya
warfarin).
Sebaiknya interval pemakaian kolestiramin atau
kolestipol dengan obat lain selama mungkin
(minimal 4 jam).
LANJUTAN……..
e. perubahan fungsi saluran cerna
percepatan atau lambatnya pengosongan
lambung, perubahan vaksularitas atau
permeabilitas mukosa saluran cerna, atau
kerusakan mukosa dinding usus
Obat yang Obat yang Efek interaksi
dipengaruhi mempengaruhi

Digoksin Metoklopramida Absorpsi digoksin dikurangi


Propantelin Absorpsi digoksin ditingkatkan
(karena perubahan motilitas usus)

Digoksin Kolestiramin Absorpsi dikurangi karena ikatan


Tiroksin dengan kolestiramin
Warfarin

Ketokonazol Antasida Absorpsi ketokonazol dikurangi


Penghambat H2 karena disolusi yang berkurang
Obat yang Obat yang Efek interaksi
dipengaruhi mempengaruhi

Penisilamin Antasida yang Pembentukan khelat penisilamin


mengandung Al3+, yang kurang larut menyebabkan
Mg2+ , preparat berkurangnya absorpsi
besi, makanan penislinamin
Antibiotik Antasida yg Terbentuknya kompleks yang sukar
kuinolon mengandung terabsorpsi
Al3+,Mg2+ , Fe2+, Zn,
susu
Tetrasiklin Antasida yang Terbentuknya kompleks yang sukar
mengandung Al3+, terabsorpsi
Mg2+ , Fe2+, Zn,
susu
2. DISTRIBUSI
obat diabsorpsi ke dalam sistem sirkulasi 
obat di bawa ke tempat kerja di mana obat

Selama berada di aliran darah, obat dapat


terikat pada berbagai komponen darah terutama
protein albumin.

Obat-obat larut lemak mempunyai afinitas yang


tinggi pada jaringan adiposa, sehingga obat-obat
dapat tersimpan di jaringan adiposa ini.
(golongan fenotiazin, benzodiazepin dan
barbiturat).
obat yang bersifat asam mempunyai afinitas
terhadap protein darah terutama albumin.

Obat yang terikat albumin secara farmakologi


tidak aktif, sedangkan obat yang tidak terikat,
(fraksi bebas), aktif secara farmakologi.

katan protein plasma (PPB : plasma protein


binding) dinyatakan sebagai persen yang
menunjukkan persen obat yang terikat. Obat
yang terikat albumin secara farmakologi tidak
aktif,

Pada pasien dengan hipoalbuminemia kadar obat


bebas atau bentuk aktif akan lebih tinggi
 Asam valproat dilaporkan menggeser fenitoin
dari ikatannya dengan protein 
menghambat metabolisme fenitoin.
Jika pasien mengkonsumsi kedua obat ini,?

kadar fenitoin tak terikat akan meningkat secara


signifikan,  efek samping yang lebih besar.

Sebaliknya, fenitoin dapat menurunkan kadar


plasma asam valproat.

Terapi kombinasi kedua obat ini harus


dimonitor dengan ketat serta dilakukan
penyesuaian dosis.
OBAT-OBAT YANG CENDERUNG BERINTERAKSI PADA
PROSES DISTRIBUSI ADALAH OBAT-OBAT YANG :

 persen terikat protein tinggi ( lebih dari 90%)


 terikat pada jaringan

 mempunyai volume distribusi yang kecil

 mempunyai rasio eksresi hepatic yang rendah

 mempunyai rentang terapetik yang sempit

 mempunyai onset aksi yang cepat

 digunakan secara intravena.

Obat-obat yang mempunyai kemampuan tinggi


untuk menggeser obat lain dari ikatan dengan
protein diantaranya asam salisilat, fenilbutazon,
sulfonamid dan anti-inflamasi nonsteroid.
3. METABOLISME
 Metabolisme dapat mengubah senyawa aktif
yang larut lemak menjadi senyawa larut air yang
tidak aktif, yang nantinya akan diekskresi
terutama melalui ginjal.

 Sebagian besar interaksi obat yang signifikan


secara klinis terjadi akibat metabolisme fase I
dari pada fase II.
A. PENINGKATAN METABOLISME

 Beberapa obat bisa meningkatkan aktivitas


enzim hepatik yang terlibat dalam metabolisme
obat-obat lain.

 Misalnya fenobarbital meningkatkan


metabolisme warfarin sehingga menurunkan
aktivitas antikoagulannya.

 Pada kasus ini dosis warfarin harus ditingkatkan


tapi setelah pemakaian fenobarbital dihentikan
dosis warfarin harus diturunkan
B. PENGHAMBATAN METABOLISME
 Suatu obat dapat juga menghambat metabolisme
obat lainmemperpanjang atau meningkatkan
aksi obat yang dipengaruhi.

 Contoh, alopurinol mengurangi produksi asam


urat melalui penghambatan enzim ksantin
oksidase, yang memetabolisme beberapa obat
yang potensial toksis seperti merkaptopurin dan
azatioprin.

 jika dipakai bersama alopurinol, dosis


merkaptopurin atau azatioprin harus dikurangi
hingga 1/3 atau ¼ dosis biasanya.
4. EKSKRESI
Interaksi bis terjadi karena
 Perubahan ekskresi aktif tubuli ginjal

 perubahan pH urin

 Perubahan aliran darah ginjal

 Probenesid menstimulasi ekskresi asam urat


HASIL INTERAKSI
 Efekyang terjadi dapat berupa :
a. Antagonisme (1+1<2)

artinya kegiatan obat pertama dikurangi


atau ditiadakan sama sekali oleh obat
kedua yang memiliki khasiat
farmakologis yang bertentangan,
misalnya adrenalin dan histamin.
b. Sinergisme (1+1>2)

artinya kerjasama antara dua obat dan


dikenal ada dua jenis yaitu
Adisi (1+1=2), misalnya kombinasi asetosal dan
parasetamol, juga trisulfa.
Potensiasi (1+1>2), kedua obat dapat memiliki
kegiatan yang sama, seperti estrogen dan
progesteron, sulfametoksasol dan trimetoprim,
asetosal dan kodein.
Atau satu obat tidak memiliki efek
bersangkutan misalnya analgetika dan
klorpromazin, dan lain-lainnya.
C. Idiosinkrasi

yaitu peristiwa suatu obat memberikan efek


yang secara kualitatif total berlainan dari efek
normalnya, umumnya disebabkan kelainan
genetika pada pasien bersangkutan. Sebagai
contoh disebut anemia hemolitik (kurang
darah akibat terurainya sel-sel darah) setelah
pengobatan malaria dengan primaquin atau
derivatnya.

Contoh lain pasien pada pengobatan dengan


neuroleptika untuk menenangkannya justru
memperlihatkan reaksi yang bertentangan
dan menjadi gelisah dan cemas (Tjay dan
Rahardja, 1986).
OBAT - OBAT YANG SERING
TERLIBAT DALAM INTERAKSI OBAT
a. Obat-obat dengan indeks terapi yang
sempit artinya: obat yang mempunyai
dosis mulai timbul efek toksik jaraknya
pendek terhadap dosis terapi, dalam
interaksi obat dapat menimbulkan efek
toksik dari obat ebjek.
b Obat-obat yang memerlukan kontrol
dosis yang tepat artinya : obat-obatan
yang disesuaikan dengan kondisi
fisiologik maupun patologik pasien,
misalnya : antikoagulan, antihipertensi,
antidiabetik.
obat-obat yg memiliki rentang terapi sempit

Obat Rentang terapi

Digoksin 0,8 – 2,0 ng/mL


1 – 2,6 mcmol/L

Teofilin 10 –20 mcg/mL


55 – 110 mcmol/L

Fenitoin 10 –20 mcg/mL


20 – 80 mcmol/L

Karbamazepin 4 – 12 mcg/mL
17 – 50 mcmol/L

Anda mungkin juga menyukai