PONTIANAK
2017
DAFTAR ISI
ii
SAMBUTAN
DIREKTUR
RSU YARSI PONTIANAK
Ditetapkan di : Pontianak,
Pada tanggal : 1 Januari 2017
Direktur
Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak,
iii
KATA PENGANTAR
Proses seleksi obat di RSU YARSI PONTIANAK dari tahun ke tahun semakin diperbaiki.
Hal ini sejalan dengan standar akreditasi dalam Manajemen Pengelolaan dan Penggunaan Obat
(Medication Management and Use), dimana rumah sakit harus memiliki daftar obat yang
digunakan melalui proses yang bersifat kolaboratif dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
keselamatan pasien dan faktor ekonomi.
Atas nama Farmasi dan Terapi RSU YARSI PONTIANAK, saya mengucapkan terima
kasih atas perhatian dan kerja sama segenap pemangku kepentingan. Semoga dengan terbitnya
formularium RSU YARSI PONTIANAK 2017, pelayanan kesehatan di RSU YARSI
PONTIANAK dapat ditingkatkan mutunya.
iv
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM YARSI PONTIANAK
NOMOR:182/Y/RSU/AK-III/2017
TENTANG
PENUNJUKKAN PANITIA FARMASI DAN TERAPI
RUMAH SAKIT UMUM YARSI PONTIANAK
v
3. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47/Menkes/SK/II/1983 tanggal 21 Februari 1983 tentang
Kebijakan Obat Nasional
4. Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor
1009/MenKes/Sk/X/1995 tentang Pembentukan Komite
Nasional Farmasi dan Terapi.
5. Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Departermen
Kesehatan Republik Indonesia Nomor :Hk.00.06.3.3 tentang
Pedoman Kerja untuk Komite
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU MEMBERLAKUAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
: SAKIT UMUM YARSI PONTINAK TENTANG
PENUNJUKKAN PANITIA FARMASI DAN TERAPI DI
RUMAH UMUM SAKIT PONTIANAK
KEDUA Susunan keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi terdiri dari :
: Ketua : dr.Agung Nugroho, Sp. PD
Wakil : dr.Adwin Alamsyahfutra
Sekretaris : Randi Mulyana Putra, S.Farm, Apt
Anggota : dr. Helmi Sastriawan, Sp.B
dr.Alvin Sinaga, Sp.A
dr.Made Arsana, Sp.OG
dr.Ahmad Faqih, Sp.S
dr.Frada
dr.Evy Yulia Kusmayanti
dr.Adhiethya Widianingrum
dr.Chalid Firdaus
vi
dengan bagian lain.
Ditetapkan di : Pontianak,
Pada tanggal : 2 Januari 2017
Direktur
Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak,
vii
PRINSIP PENGGUNAAN OBAT SECARA RASIONAL
Pada dasarnya obat akan diresepkan bila memang diperlukan dan dalam setiap kasus,
pemberian obat harus dipertimbangkan berdasarkan manfaat dan resikonya (cost benefit rasio).
Kebiasaan peresepan obat yang tidak rasional akan berdampak buruk bagi pasien seperti
kurangnya efektivitas obat, kurang aman, pengobatan biaya tinggi dan sebagainya.
Dalam buku Guide to Good Prescribing yang diterbitkan WHO tahun 1994 telah dibuat
pedoman penggunaan obat secara rasional. Langkah-langkah pengobatan rasional tersebut disusun
sebagai berikut:
viii
Langkah 6: Pemantauan Pengobatan
Pemantauan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan dan sekaligus menilai apakah
diperlukan tambahan upaya lain. Pemantauan dapat dilakukan secara pasif maupun
aktif.Pemantauan pasif artinya dokter menjelaskan kepada pasien tentang apa yang harus
dilakukan bila pengobatan tidak manjur. Pemantauan aktif berarti pasien diminta datang kembali
pada waktu yang ditentukan untuk dinilai hasil pengobatan terhadap penyakitnya.
ix
DAFTAR PUSTAKA
1. De Vries TPGM, Henning RH, Hogerzeil HV, Fresle DA. Guide to good prescribing. World
Health Organization. Action Programme on essential drugs. Geneva, 1994
2. Mehta DK, Ryan RSM, Hogerzeil HV (penyunting). WHO model Formulary, WHO, 2004.
x
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU FORMULARIUM
Buku formularium RSU YARSI PONTIANAK edisi tahun 2017 dibagi menjadi 4 bagian:
a. Warna biru: berisi informasi umum
b. Warna putih: berisi daftar obat formularium yang disusun berdasarkan kelas terapi mengikuti
ketentuan pada Buku Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dengan modifikasi
c. Warna merah jambu: berisi lampiran-lampiran:
1. Kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan perbekalan farmasi RSU YARSI
PONTIANAK
2. Kebijakan penggunaan obat generic secara rasional di RSU YARSI PONTIANAK
3. Contoh formulir pengusulan obat baru. Formulir ini digunakan oleh staf medis untuk
mengajukan ususlan obat yang akan dimasukkan dalam formularium. Formulir ini dapat
diminta pada sekretaris Panitia Farmasi dan Terapi RSU YARSI PONTIANAK di
Instalasi Farmasi
4. Contoh formulir permintaan obat non formularium. Formulir ini digunakan oleh staf
medis untuk mengajukan permintaan khusus obat yang tidak tercantum di formularium.
Formulir ini dapat diminta di instalasi farmasi
5. Contoh formulir laporan efek samping obat. Formulir ini dapat digunakan oleh
dokter/apoteker/perawat untuk melaporkan adanya efek samping obat. Formulir ini
tersedia di setiap nurse station, atau dapat diminta ke instalasi farmasi
6. Table interaksi obat
7. Daftar sediaan generik
d. Warna kuning: berisi indeks kelas terapi, indeks obat berdasarkan nama generik, indeksi obat
berdasarkan nama dagang
xi
DAFTAR OBAT FORMULARIUM RUMAH SAKIT YARSI PONTIANAK BERDASARKAN KELAS
TERAPI
NO NO
BENTUK
KELAS URUT NAMA GENERIK KEKUATAN NAMA DAGANG KETR.
SEDIAAN
TERAPI OBAT
1 ANALGESIK,
ANTIPIRETIK,
ANTI-REMATIK,
ANTIPIRAI
1.1 Analgesik
narkotik
1 Fentanil inj; patch inj mcg/jam, 50 mcg/jam Fentanyl (inj.);
1
2.2 ANESTETIK UMUM
1 Isofluran inhalasi cair 250 ml Forane; Aerrane;
Isoflurane (generik)
2 Ketamin HCl inj 10 mg/ml Ketamin- Hameln; Ketamin
HCl (generik)
3 Midazolam inj 5 mg/5 ml amp, 15 mg/ Midazolam-Hameln;
3 ml
4 Propofol inj 1% dlm 20 ml Propofol Lipuro
3 ANTIALERGI
DAN OBAT
UNTUK
ANAFILAKSIS
1 Difenhidramin HCl inj, tab 10 mg/ml Diphenhydramineinj
(generik)
2 Klorfeniramin maleat tab; inj tab 4 mg, inj 5 mg/ml Chlorpheniramine HCl
tablet(generik)
3 Loratadin tab; sirup tab10mg;sirup5mg/5 mlbotol60ml Loratadine tablet 10 mg
(generik)
4 Loratadin + tablet 5mg + 60mg Rhinos SR
Pseudoefedrin
5 Mebhidrolin Napadisilat tablet 50 mg Interhistin
6 Pseudoefedrin drop 7,5 mg Rhinos Neo
7 Pseudoefedrin + tab; susp tab30mg+40mg;susp Rhinofed
Terfenadin 15mg+20mgper5ml
8 cetirizin tab; sirup; tab 10 mg; sir 5 mg/ml, Cetiriine sir: Cetirizine
drop drop 10 mg/ml kapsul10 mg(generik)
9 Siproheptadin HCl kaplet 4 mg Pronicy
4 ANTIDOT DAN
OBAT LAIN
UNTUK
KERACUNAN
4.1 KHUSUS
1 Atropin Sulfat tab; inj tab 0,5 mg; inj 1 mg/ml AtropineSulfate
tablet0,5mg;inj1mg/ml(
generik)
2 Kalsium glukonat inj 100 mg/ml Calcium Gluconate 10%
6 ANTIMIKROBA
6.1 ANTELMINTIK
6.1.1 Antelmintik
Intestinal
2
1 Mebendazol tablet 500 mg Vermox;
2 Pirantel pamoat tab; tab 125mg, 250mg;
suspensi susp 10ml Combantrin;
(125mg/5ml,250mg/5ml)
6.1.2 Antifilaria
6.2 ANTIBAKTERI
6.2.1 GOLONGAN
PENISILIN
1 Amoksisilin kapsul; Kaps 250 mg; kapl 500 Amoxsan;
kaplet; sirup mg; sirup 125 mg/5 ml; Amoxicillin tablet
kering; inj inj 1 g/vial 125 mg; kapsul 250
mg; kaplet 500 mg;
sirup kering 125 mg/
5 ml (generik)
3 Ampisilin tab; sirup tab 250 mg, 500 mg; sirup 125 Ampicillin inj. 1 g
kering; inj mg/5 ml; inj 250 mg/vial, 500 mg/vial, (generik)
1g/vial
6.2.2 Golongan
Aminoglikosida
1 Gentamisin inj 20 mg/2ml, 60 mg/1,5 ml, 80 mg/2 ; Gentamycin inj.80
ml mg(generik)
Golongan
6.2.3
Kloramfenikol
1 Kloramfenikol kapsul; kap250mg;susp 125mg/5ml Chloramphenicol kapsul
suspensi 250 mg; suspense (generik)
2 Tiamfenikol kapsul 250 mg, 500 mg Biothicol ; Thiamphenicol
tablet 500 mg; 250 mg
(generik)
6.2.4 Golongan
Kuinolon
1 Levofloksasin tab 500 mg Levofloxacin tablet 500
mg (generik)
2 Ofloksasin tablet 200 mg, 400 mg Ofloxacin tablet 200 mg;
400mg (generik)
3 Siprofloksasin tab; infus tab500mg;tab; infus Baquinor;
2%, 4% dlm botol 100 ml Ciprofloxacintablet
250mg;500mg;
infus(generik)
6.2.5 Golongan
Makrolid
1 Azitromisin kapsul 250 mg, 500 mg Azithromycine tablet 500
mg (generik)
2 Eritromisin stearat kapsul; tab; kap250mg;tab200 Erythromycin tablet 250 mg;
tab kunyah; mg,500mg;;sirbotol60ml 500 mg; sirup (generik)
sirup kering (200 mg/5 ml)
3
sirup kering125
mg/5ml(generik)
2 cefixime kapsul, sirup 100 mg; 200 mg; sirup kering 100 Cefixime kapsul 100 mg;
kering mg/ 5 ml kaplet 200 mg; sirup kering
100 mg/ 5 ml(generik)
3 Sefotaksim inj 1g SIMEXIM,
TAXEGRAM,LANCEF;C
efotaxime 1 g (generik)
4 Seftriakson inj 1g TRIJECT, TERFACEF,
Ceftriaxone 1 g (generik)
5 sefoperazon inj 1g Sefoperazon (generik)
6.2.7 Golongan
Tetrasiklin
1 Doksisiklin kapsul 100 mg Doxicycline tablet 100 mg
(generik)
2 Oksitetrasiklin kapsul; kaps250mg Oxytetracycline kaps
250mg (generik)
3 Tetrasiklin kapsul 250 mg, 500 mg Tetracycline HCl
kapsul250mg;500mg(ge
nerik)
4 Golongan Lain-lain
5 Klindamisin kapsul 150 mg, 300 mg ; Clindamycinekapsul 150
mg; 300 mg (generik)
6 Kotrikmosaol tab; tab80mg+400mg,160mg+800mg;s Sanprima;
(TMP+SMZ) suspensi uspensi 40mg+200mgper5ml Cotrimoxazoletablet
480mg;suspensi
240 mg/ 5 ml
(generik)
7 Meropenem Inj 1g Meropenem inj1 g
(generik)
8 Metronidazol tab; infus; tab 250 mg, 500 mg; infus 500 Promuba; inj/tablet
suspensi mg/kolf; susp 125 mg/5 ml metroniidazoL500 mg;
(generik)
6.3 ANTI
TUBERKULOSIS
Pyridoxine Hcl
6.4 ANTIFUNGI
1 Flukonazol kapsul; inj kaps 50 mg,150 mg, 200 mg; inj 2 Flukonazol tab 150
mg/ml 100 ml vial mg; Flukonazol drip
(generik)
2 Griseofulvin tablet 125 mg, 500 mg Griseofulvin tablet 125 mg;
500 mg (generik)
3 Ketokonazol tablet 200 mg Ketoconazole tablet 200
mg (generik)
4 Nistatin tab vagina; tab vagina 100.000 IU; susp Nystatin tablet
susp 100.000 IU/ml 500.000 IU (generik)
4
6.5 ANTIMALARIA
1 Kuinin diHCl tab; inj tab 222 mg; inj 300 mg/ ml amp Quinine HCl (generik)
2 Pirimetamin tablet 25 mg Pyrimethamine tablet
25 mg (generik)
3 Sulfadoksin + tablet 500 mg + 25 mg Sulfadoxine-
Pirimetamin Pyrimethamine
(generik)
6.6 ANTIVIRUS
1 Asiklovir tab tab 200 mg, 400 mg Acyclovir tablet 200 mg;
400mg (generik)
7 ANTIMIGRAIN /
VERTIGO
7.1 ANTIMIGRAIN
1 Flunarizin Tablet 5 mg, 10 mg Flunarizine tablet 5 mg
(generik)
7.2 ANTIVERTIGO
1 Betahistin diHCl Tablet 8 mg, 24 mg Betahistin (generik)
8 OBAT YANG
MEMPENGARUHI
DARAH
8.1 ANTIANEMIA
1 Asam Folat tab 1 mg, 5 mg Folic Acid tablet 1 mg; 5
mg (generik);
2 Besi Sukrosa syr 100 mg/5ml Maltofer
(Iron Sucrose )
3 Besi (II) dlm bentuk tablet Tab 15 mg, 360 mg; drops; Hemobion; Iberet Folic-
garam sulfat, fumarat) kombinasi 500, Sangobion; Ferizz
FM (tab 15 mg); Ferizz
(drops); Ferro sulfat
(generik)
4 Sianokobalamin tab; inj tab 50 mcg,100 mcg; inj 500 Cyanocobalamine
mcg/ml, 1000 mcg/ml
8.2 OBAT YANG
MEMPENGARUHI
DARAH
1 Asetosal tablet 80 mg, 100 mg, 160 mg Aspilet
2 Klopidogrel tablet 75 mg Clopidogrel tablet 75 mg
(generik)
3 Hemostatik
4 Asam Traneksamat kapsul; tab; kaps 250 mg; tab 500 mg; inj 250 Kalnex; Asam
inj mg/ 5ml amp, 500 mg/ 5ml amp Traneksamat tablet 500
mg; inj. 250 mg;
500 mg (generik)
5 Vitamin K1 tab; inj tab 10 mg; inj 2 mg/ml Kavita; Neo-K;
Phytomenadione
(generik)
9 PRODUK
DARAH DAN
PENGGANTI
PLASMA
9.1 FRAKSI
PLASMA UNTUK
PEMAKAIAN
KHUSUS
5
9.2 Pengganti
plasma[=
1 Dekstran 40 Infus 10 % dalam NaCl Otsuran L
10 ANTISEPTIK DAN
DESINFEKTAN
10.1 ANTISEPTIK
1 Alkohol cairan; swab 70% Alcohol P
2 Etakr2idin Laktat larutan 0,1% Rivanol
(Rivanol)
3 Hidrogen Peroksida cairan 3% H2O2 P
4 Iodin Povidon larutan; 10% Betadine;
salep
11 DIURETIK
1 Furosemid tab; inj tab 40 mg; inj 20 mg/2 ml Furosemide tablet 40 mg;
inj. (generik)
14 KORTIKOSTEROID
DAN
KORTIKOTROPIN
1 Deksametason tab; inj tab 0,5 mg; inj 4 mg/ CORTIDEX,
ampul, 5 mg/amp, 20 mg/vial Dexamethasone tablet
0,5 mg; 4 mg; inj.
(generik)
2 Metil Prednisolon tab; inj 4 mg, 8 mg, 16 mg; inj Methylprednisolone tablet
asetat 125 mg/ 2ml, 500 mg/8 ml 4 mg; 8 mg;16 mg
(generik).Injeksi:;
Methylprednisolone
inj. 125 mg (generik)
3 Prednison tablet 5 mg Prednison tablet 5 mg
(generik)
15 OBAT
KARDIOVASKULER
15.1 ANTIANGINA
1 Bisoprolol tablet 2,5 mg, 5 mg Bisoprolol tablet 2,5 mg;
5 mg (generik)
2 Diltiazem tab; inj tab 30 mg, 60 mg; inj Diltiazem tablet 30 mg
50 mg (generik)
6
3 Isosorbid dinitrat tab; tab SL; 5 mg Isosorbide Dinitrate tablet
tab 5 mg (generik)
15.2 ANTIDISRITMIA
7
NO NO URUT
BENTUK
KELAS OBAT NAMA GENERIK KEKUATAN NAMA DAGANG KETR.
SEDIAAN
TERAPI
15.3 ANTIHIPERTENSI
15.3.1 Golongan ACE
Inhibitor
1 Kaptopril tablet 12,5 mg, 25 mg Captopril tablet 12,5
mg; 25 mg
(generik)
15.3.2 Golongan Beta Blocker
1 Bisoprolol tablet 2,5 mg, 5 mg Bisoprolol tablet 5
mg (generik)
2 Propranolol HCl tablet 10 mg; 40 mg Blocard;
Farmadral;
Propanolol HCl
tablet 10 mg; 40
mg (generik)
15.3.3 Golongan Calcium Channel
Blocker
1 Amlodipin besilat tablet 5 mg; 10 mg Amlodipine tablet 5
mg; 10 mg
(generik)
2 Diltiazem tab; kapsul; inj tab 30 mg, 60 mg; kaps Diltiazem (generik)
90 mg, 100 mg, 180 mg,
200 mg; inj 50 mg
3 Nifedipin tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg Nifedipine tablet
(oros/retard), 30 mg (oros), 60 10 mg (generik)
mg (oros)
4 Nikardipin inj; tab; kap inj 2 mg/2 ml, 10 mg/10 Perdipine (inj);
ml; tab 20 mg; kap 40 mg
15.3.4 Golongan Angiotensin II
Antagonist
1 Irbesartan tablet 150 mg, 300 mg Irbesartan (generik)
2 Telmisartan tablet 40 mg, 80 mg Micardis
3 Valsartan tab salut 80 mg, 160 mg Valsartan tab 80 mg
selaput (generik)
15.3.5 Golongan Lain-lain
1 Klonidin HCl tab; inj tab 0,075 mg, 0,15 mg; Clonidine HCl tablet
inj 0,15 mg/ml 0,15 mg (generik)
2 Metildopa anhidrat tab salut 250 mg Dopamet
selaput
15.4 GLIKOSIDA JANTUNG
1 Digoksin Tab tab 0,25 mg Digoxin tablet
0,25 mg (generik)
8
3 Simvastatin tablet 10 mg, 20 mg Simvastatin tablet
10 mg; 20 mg
(generik)
15.7 VASODILATOR
1 Flunarizin tablet 5 mg, 10 mg Flunarizin tab 5
mg (generik)
2 Sitikolin inj Inj 250 mg/2 ml, 500 mg/4 ml Citicholine inj 250
mg (generik)
3 Piracetam kaplet; sirup; inj kaplet 400 mg, 800 mg, Piracetam tablet 400
1200 mg; sirup 10%; inj mg; 800
1 g/ 5 ml, 3 g/ 5 ml, 12 mg; 1200 mg; inj. 1
g/ 60 ml g; 3 g; 12 g (generik)
16 OBAT UNTUK KULIT
TOPIKAL
16.1 ANTIFUNGI
1 Ketokonazol gel; krim; 2% Ketoconazole cream
shampoo 2 % (generik)
16.2 ANTIVIRUS
2 Asiklovir krim 5% Acyclovir cream
(generik)
17 ANTIINFLAMASI DAN
ANTIPRURITIK
1 Hidrokortison asetat krim 1%; 2,5% Hydrocortisone
cream (generik)
2 Radix scutellariae + salep 20 g MEBO
Phellodendri cortex +
Rhizoma coptidis
ANTIBIOTIKA SULFA salep 1% Burnazin
18 LARUTAN
ELEKTROLIT,
NUTRISI, DLL
18.1 ORAL
1 Kalium klorida tablet siap tab siap larut 600 mg, KSR
larut;
2 Oralit serbuk 100 g/sachet Renalyte;
Oralit (Generik)
18.2 PARENTERAL
1 Aqua pro injeksi larutan 25 ml; 500 ml; 1000 ml WFI Otsuka; WIDA
WI (1000 ml)
2 Kalium klorida inj 25 meq/vial Kalium Chloride
3 Larutan kombinasi (dlm 1 infus 500 ml KA-EN 3B; Tridex
liter): Natrium 50 mek, K 27B
20 mek, Cl
50 mek, laktat 20 mek,
glukosa 27 g
4 Larutan kombinasi (dlm 1 infus 500 ml KA-EN 3A
liter): Natrium 60 mek, K
10 mek, Cl
50 mek, laktat 20 mek,
glukosa 27 g
5 Larutan kombinasi: Glukosa infus 500 ml OTSU D10-0,18 NS
10% &
Natrium klorida 0,9%=
4:1 (N5)
6 Larutan kombinasi: infus 500 ml OTSU D2,5-1/2 NS
Glukosa 2,5% &
Natrium klorida 0,45%
9
8 Larutan kombinasi: infus 500 ml OTSU D5-1/2 NS;
Glukosa 5% & Natrium WIDA D5-1/2NS
klorida 0,45%
9 Larutan kombinasi: infus 500 ml OTSU D5 NS;
Glukosa 5% & Natrium WIDA D5-
klorida 0,9% = 4:1(N4) NS
10
23 OBAT UNTUK
SALURAN CERNA
23.1 ANTASIDA DAN
ULKUS, ANTIBUSA
1 Antasida DOEN tab; 500 mg Antasida DOEN tab,
suspensi suspensi (generik)
Lansoprazol kapsul 15 mg, 30 mg Lansoprazole
kapsul 30 mg
(generik)
Misoprostol tablet 200 mcg Cytotec; Gastrul,
Misoprostol
(generik)
Omeprazol kapsul; inj kaps 10 mg, 20 mg, 40 mg; inj Omeprazole kapsul
40 mg 20 mg (generik)
Pantoprazol tab; inj tab 20 mg, 40 mg; inj Panloc,pumpisel.
40 mg pantoprazol
NO NO URUT
BENTUK
KELAS OBAT NAMA GENERIK KEKUATAN NAMA DAGANG KETR.
SEDIAAN
TERAPI
Ranitidin tab; inj tab 150 mg, 300 mg; Wiacid, acran,
inj 25 mg/ml; Sirup 75 mg/5ml Ranitidin tablet 150
11
2 Kombinasi: Natrium lauril enema (45 mg + 450 mg +5 Microlax
sulfoasetat mg + 625 mg + 4465 mg)/5
+ Natrium sitrat + asam ml
sorbat + PEG +
Sorbitol
28 OBAT UNTUK
SALURAN NAFAS
28.1 ANTIASMA
1 Aminofilin tab scored; inj tab scored 200 mg; inj 24 Aminophyllin tablet
mg/ml 200 mg; inj.
(generik)
2 Salbutamol tab; sir;; tab 2 mg, 4 mg; sir 2 mg/5 Ventolin;
nebules; i mL; nebules 2,5 Lasal; Salbutamol
mg; rot 200 mcg tablet 2 mg; 4 mg
(generik)
3 Salbutamol + UDV, inhaler 2,5 mg + 0,5 mg UDV; Combivent
Ipratropium Bromida MDI 200 puffs
28.3 MUKOLITIK
28.4 EKSPEKTORAN
12
1 Gliseril Guaiakolat tablet 100 mg Glycerilguaiacolate
(generik)
29 OBAT YANG
MEMPENGARUHI SISTEM
IMUN
29.1 SERUM DAN
IMUNOGLOBULIN
30 VITAMIN DAN
MINERAL
9 Piridoksin HCl (vit B6) tab; inj tab 10 mg, 25 mg; inj Pyridoxin HCl /
100 mg/ml Vitamin B6 tablet 10
mg (generik)
10 Thiamin HCl tab; inj tab 50 mg, 100 mg; inj Vitamin B1
100 mg/ml tablet 50 mg
(generik)
11 Thiamin Tetrahidrofurfuril tab; inj tab 5 mg; inj 10 mg/2 ml Alinamin/Alinamin-F
Disulfid
13
14 Vitamin K3 inj 2 mg/ml Vitamin K3 (generik)
Lain-lain
14
KEBIJAKAN DAN PERATURAN TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGGUNAAN
PERBEKALAN FARMASI DI RSIA PURI BETIK HATI
I. Pendahuluan
Perbekalan farmasi yang dikelola rumah sakit meliputi, alat kesehatan, dan gas
medis.Pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit merupakan salah satu segi manajemen
rumah sakit yang penting karena peran perbekalan farmasi dalam pelayanan kesehatan cukup
besar baik dari sisi medic maupun ekonomi. Inefisiensi dalam pengelolaan perbekalan farmasi
akan berdampak negative terhadap kinerja rumah sakit baik secara medik, ekonomi dan social.
Mutu pelayanan farmasi sangat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
rumah sakit.Oleh karena itu, perbekalan farmasi harus dikelola dengan baik agar selalu tersedia
setiap saat diperlukan dan dengan mutu yang terjamin.Selain itu, penggunaan perbekalan
farmasi yang tidak rasional merupakan masalah besar di semua tingkat pelayanan kesehatan.Di
rumah sakit masalah ini harus mendapat perhatian serius karena dampaknya tidak hanya
terhadap morbiditas dan mortalitas pasien saja tetapi juga terhadap biaya dan mutu pelayanan
kesehatan.
Pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi bersifat multidisipliner yang meliputi
serangkaian kegaiatan, yaitu: pemilihan, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, peresepan,
penyiapan/peracikan, pmeberian dan pemantauan. Rangkaian kegiatan tersebut harus
diselenggarakan secara efektif dan efisien dengan berorientasi pada keselamatan
pasien.Mengingat kompleksnya kegiatan-kegiatan tersebut, maka diperlukan kebijakan dan
peraturan perbekalan farmasi di rumah sakit yang disepakati dan diterapkan sehingga mutu
pelayanan rumah sakit dapat memberikan keselamatan dan kepuasan bagi pasien.
15
III. Panitia Farmasi dan Terapi
1. Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah berdasarkan pengusulan dari
Kepala Bidang/Instalasi dan disahkan oleh Direktur. Keanggotaanya diperbaharui
maksimal setiap 5 tahun sekali
2. Anggota PFT tidak boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi manapun
3. Ketua, sekretaris dan 2 (dua) anggota PFT ditetapkan sebagai pengurus harian
4. PFT menyusun program kerja tentang pemilihan dan penyusunan formularium
5. PFT mengajukan anggaran setiap tahun guna mendukung program kerjanya
6. Tugas PFT mencakup:
a. Sebagai penasehat bagi pimpinan RSU YARSI PONTIANAK dan tenaga kesehatan
dalam semua masalah yang ada kaitannya dengan perbekalan farmasi
b. Menyusun kebijakan penggunaan perbekalan farmasi RSU YARSI PONTIANAK
c. Menyusun formularium obat, dan daftar alat kesehatan, dan reagensia, dan
memperbaharuinya secara berkala. Seleksi obat, alat kesehatan, dan reagensia
didasarkan pada kemanjuran, keamanan, kualitas dan harga. PFT harus mampu
meminimalkan jenis obat yang nama generiknya sama atau jenis obat yang
indikasinya sama
d. Memantapkan dan melaksanakan program dan agenda kegiatan yang menjamin
berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman dan hemat biaya
e. Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan dan penyebaran informasi
tentang hal-hal yang berhubungan dengan seleksi, pengadaan dan penggunaan obat
kepada staf medis RSU YARSI PONTIANAK
f. Berperan aktif dalam penjaminan mutu pemilihan, pengadaan dan penggunaan
perbekalan farmasi
g. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi efek samping obat yang terjadi di RSU
YARSI PONTIANAK
h. Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization review) dan
mengumpanbalikkan hasil tinjauan itu ke seluruh staf medis
7. Dalam mengemban tugas tersebut di atas, PFT perlu mengadakan rapat rutin sekurang-
kurangnya 2 bulan sekali guna membicarakan implementasi dari kebijakan dan peraturan
tentang seleksi, pengadaan, penyimpanan, dan penggunaan perbekalan farmasi
8. Keputusan rapat yang menyangkut kebijakan diambil berdasarkan musyawarah. Bila
musyawarah tidak berhasil, maka dapat dilakukan pemungutan suara
9. Setiap anggota PFT dalam pengambilan keputusan harus bebas dari kepentingan pribadi
atau kelompok, dan semata-mata adalah untuk kepentingan pasien.
IV. Pemilihan
1. Pemilihan terhadap perbekalan farmasi yang akan digunakan di RSU YARSI
PONTIANAK harus dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan asas cost-
effectiveness
2. PFT harus memilih produk obat yang menunjukkan keunggulan dibandingkan produk lain
yang sejenis dari aspek khasiat, keamanan, ketersediannya di pasaran, harga dan biaya
pengobatan yang paling murah. Proses pemilihan obat mengikuti standar prosedur
operasional penyusunan formularium
3. Penyediaan jenis perbekalan farmasi harus dibatasi untuk mengefisiensikan
pengelolaannya dan menjaga kualitas pelayanan
4. Daftar obat yang telah disetujui dan ditetapkan oleh pimpinan RSIA Puri Betik Hati untuk
digunakan dalam pelayanan kesehatan di RSU YARSI PONTIANAK tertuang dalam
buku Formularium RSU YARSI PONTIANAK.
16
5. Proses penyusunan dan revisi formularium (system formularium) harus dirancang agar
dihasilkan formularium yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan
yang rasional. Revisi formularium dilakukan setiap tahun.
6. Kebijakan dan prosedur system formularium harus dimasukkan sebagai salah satu
peraturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua staf medic
7. Komite medik mengajukan usulan obat formularium ke PFT berdasarkan fakta bahwa
obat tersebut tercantum di dalam pedoman pelayanan medic yang diterbitkan oleh komite
medi. Oleh karena itu setiap penggantian obat atau rejimen terapi di dalam pedoman
pelayanan medic harus diberitahukan kepada PFT
8. Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus dilengkapi
dengan iformasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan,
bioavailabilitas dan farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping dan efek toksik,
perhatian khusus, kelebihan obat baru ini dibandigkan dengan obat lama yang sudah
tercantum di dalam formularium, uji klinik, atau kajian epidemiologi yang mendukung
keunggulannya, perbandingan harga dan biaya pengobatan denganobat atau cara
pengobatan terdahulu, kecuali yang memiliki data bioekuivalensi (BE) dan/atau
rekomendasi tingkat I evidence-based medicine (EBM)
9. Obat yang terpilih masuk formularium adalah obat yang memperlihatkan tingkatan bukti
ilmiah yang tertinggi untuk indikasi dan keamanannya. Bila dari segolongan obat yang
sama indikasinya memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah khasiat dan kemamanan yang
sama tinggi, maka pertimbangan selanjutnya adalah dalam hal ketersediannya di pasaran,
harga dan biaya pengobatan yang paling murah.
10. Suatu obat harus dihapuskan dari formularium jika obat tersebut sudah tidak beredar lagi
di pasaran, tidak ada lagi yang meresepkan, atau sudah ada obat lain yang lebih cosf-
effective
11. Pada kasus dimana diperlukan suatu obat yang tidak tercantum dalam formularium, maka
dokter dapat mengjaukan permintaan khusus dengan mengisi Formulir Permintaan
Khusus Obat Non Formularium yang diajukan kepada PFT. Selanjutnya PFT akan
memutuskan apakah penyediaan obat tersebut dapat disetujui atau tidak. Jika dapat
disetujui, maka instalasi farmasi akan melanjutkan proses pengadaannya. Proses
permintaan obat nonformularium mengikuti Standar Prosedur Operasional Pemintaan
Obat Non Formularium
12. Pada keadaan dimana obat yang diperlukan tidak tersedia, maka instalasi farmasi akan
meyampaikan pemberitahuan kepada dokter penulis resep dan menyarankan obat
pengganti jika ada
13. Sosialisasi formularium dilakukan oleh PFT melalui presentasi di hadapan staf medis
14. Buku formularium yang sedang berlaku wajib tersedia di setiap lokasi pelayanan di ruang
rawat, klinik, gawat darurat, ruang dokter dan instalasi farmasi. Setiap dokter harus
memiliki buku formularium yang menjadi acuan selama melakukan praktik di RSU
YARSI PONTIANAK Pengawasan kepatuhan pemekaian obat sesuai formularium
dilakukan secara berjenjang dimulai dari divisi, secara berkala dan berdasarkan data
penggunaan obat dari instalasi farmasi
15. Penyimpangan terhadap penggunaan obat tidak sesuai dengan formularium diberikan
sanksi sesuai dengan yang tercantum peraturan internal staf medis RSU YARSI
PONTIANAK
16. Penghargaan terhatap penggunaan obat sesuai dengan formularium RSU YARSI
PONTIANAK akan diberikan sesuai dengan peraturan yang berlaku
17
V. Perencanaan dan Pengadaan
1. Perencanaan mengacu kepada formularium serta daftar alat kesehatan dan reagensia yang
telah disepakati oleh pengguna dan ditetapkan oleh Direktur
2. Pengadaan obat, alat kesehatan, dan reagensia dilakukan berdasarkan perencanaan yang
diajukan oleh pengguna
3. Pembelian obat yang tidak tercantum dalam formularium serta alat kesehatan dan
reagensia yang tidak tercantum dalam daftar alat kesehatan dan reagensia hanya dapat
dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari PFT dan disetujui oleh direksi
VI. Penyimpanan
1. Area penyimpanan perbekalan farmasi tidak boleh dimasuki oleh petugas selain petugas
farmasi
2. Penyimpanan obat, alat kesehatan, reagensia dan gas medis harus dilakukan ssuai
persyaratan dan standar kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan keamanannya serta
memudahkan dalam pencariannya untuk mempercepat pelayanan
3. Khusus bahan berbahaya seperti bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif,
oksidator/reduktor, racun, korosif, dan berbahaya lainnya harus disimpan terpisah dan
disertai tanda bahan berbahaya
4. Obat narkotika disimpan dalam lemari terpisah dengan pintu berkunci. Untuk
penyimpanan narkotika di gudang dan satelit farmasi, pintu berkunci ganda
5. Obat jadi dan bahan baku harus diberi label yang mencantumkan: kandungan, tanggal
kadaluarsa dan peringatan penting
6. Obat High Alert (obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) harus disimpan ditempat
terpisah dan diberi label khusus mengikuti instruksi kerja penyimpanan obat high alert
7. Elektrolit pekat yang termauk dalam daftar obat high alert, contoh: Kalium klorida 7,46%,
hanya boleh ada di instalasi farmasi. Penyimpanan di tempat terpisah dengan akses
terbatas dan harus diberi label yang jelas untuk menghindari penggunaan yang tidak
disengaja
8. Obat dengan tampilan mirip atau bunyi mirip (Look Alike Sound Alike/LASA) disimpan
tidak berdekatan dan diberi label “LASA”
9. Perbekalan farmasi dan tempat penyimpanannya harus diperiksa secara berkala
10. Perbekalan farmasi emergensi disimpan dalam troli/kit/lemari emergensi terkunci,
diperiksa, dipastikan selalu tersedia dan harus diganti segera jika jenis dan jumlahnya
sudah tidak sesuai lagi dengan daftar
11. Perbekalan farmasi yang tidak digunakan, rusak dan kadaluarsa harus dikembalikan ke
instalasi farmasi sesuai Standar Prosedur Operasional Pengembalian Perbekalan Farmasi
12. Obat yang ditarik dari peredaran oleh pemerintah atau pabriknya harus segera
dikembalikan ke instalasi farmasi sesuai Standar Prosedur Operasional Penarikan
Kembali Perbekalan Farmasi
13. Obat yang sudah kadaluarsa, rusak atau terkontaminasi harus disimpan terpisah sambil
menunggu pemusnahan. Pemusnahan dilakukan sesuai Standar Prosedur Operasional
Pemusnahan Perbekalan Farmasi
14. Pemusnahan perbekalan farmasi mengikuti Standar Prosedur Operasional Pemusnahana
Perbekalan Farmasi
VII. Peresepan
1. Yang berhak menulis resep adalah staf medis purnawaktu, dokter tamu dan dokter yang
bertugas dan mempunyai surat izin pratek di RSU YARSI PONTIANAK
18
2. Yang berhak menulis resep narkotika adalah dokter yang memiliki nomor SIP (Surat Izin
Praktek)
3. Penulis resep harus melakukan penyelarasan obat (medication reconciliation) sebelum
menulis resep. Penyelarasan obat adalah membandingkan antara daftar obat yang sedang
digunakan pasien dan obat yang akan diresepkan agar tidak terjadi duplikasi atau
terhentinya terapi suatu obat
4. Penulis resep harus mempertimbangkan kemungkinan adanya kontraindikasi, interaksi
obat, dan reaksi alergi
5. Terapi obat dituliskan dalam rekam medic hanya ketika obat pertama kali diresepkan,
rejimen berubah, atau obat dihentikan. Untuk terapi obat lanjutan pada rekam medic
dituliskan “terapi lanjutan” dan pada kardeks (catatan pemberian obat) tetap dicantumkan
nama obat rejimennya
6. Tulisan di resep harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan istilah dan singkatan yang
lazim sehingga tidak disalahartikan
7. Dokter harus mengenali obat-obat yang masuk dalam daftar Look Alike Sound Alike
(LASA) yang diterbitkan oleh instalasi farmasi, untuk menghindari kesalahan pembacaan
oleh tenaga kesehatan lain
8. Obat yang diresepkan harus sesuai dengan formularium RSIA Puri Betik Hati
9. Alat kesehatan yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam daftqar alat
kesehatan RSU YARSI PONTIANAK
10. Jenis-jenis resep yang dapat dilayani: resep pertama pasien baru masuk, resep regular,
resep cito, resep pengganti emergensi, resep dengan perlakuan automatic stop order
11. Penulisan resep harus dilengkapi/memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Nama pasien
b. Tanggal lahir
c. Berat badan pasien
d. Nama dokter
e. Tanggal penulisan resep
f. Nama ruang pelayanan
g. Memastikan ada tidaknya riwayat alergi obat dengan mengisi kolom riwayat alergi
obat pada bagian kanan atas lembar resep
h. Tanda R/ pada setiap sediaan
i. Untuk nama obat ditulis sesuai dengan formularium, dilengkapi dengaan bentuk
sediaan (injeksi, tablet, kapsul, salep) serta kekuatannya (contoh: 500 mg, 1 gram)
j. Jumlah sediaan
k. Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis/bahan obat dan jumlah bahan
obat (untuk bahan padat: microgram, milligram, gram) dan untuk cairan: tetes,
milliliter, liter)
l. Pencampuran beberapa obat jadi dalam satu sediaan tidak dianjurkan, kecuali
sediaan dalam bentuk campuran tersebut telah terbukti aman dan efektif
m. Penggunaan obat off label (penggunaan obat yang indikasinya di luar indikasi yang
disetujui oleh BPOM RI) harus berdasarkan penduan pelayanan medik yang
ditetapkan oleh komite medik
n. Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan pakai jika perlu atau
prn atau “pro re nata” harus dituliskan dosis maksimal dalam sehari
12. Pasien diberi penjelasan tentang efek tidak diharapkan yang mungkin terjadi akibat
penggunaan obat
13. Perubahan terhadap resep/instruksi pengobatan yang telah diterima oleh apoteker/asisten
apoteker harus diganti dengan resep/instruksi pengobatan baru
19
14. Resep/instruksi pengobatan yang tidak memenuhi kelengkapan yang ditetapkan, tidak
akan dilayani oleh farmasi
15. Jika resep/instruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak jelas, maka
perawat/apoteker/asisten apoteker yang menerima resep/instruksi pengobatan tersebut
harus menghubungi dokter penulis resep sesuai dengan instruksi kerja penanganan resep
yang tidak jelas
16. Instruksi lisan (verbal order) harus diminimalkan. Instruksi lisan untuk obat high alert
tidak dibolehkan kecuali dalam situasi emergensi. Instruksi lisan tidak dibolehkan saat
dokter berada di ruang rawat. Pelaksanaan instruksi lisan mengikuti instruksi kerja
instruksi lisan
17. Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam rekam medik
18. Kelanjutan terapi obat yang sempat dihentikan karena operasi atau sebab lain harus
dituliskan kembali dalam bentuk resep/instruksi pengobatan baru
VIII. Penyiapan
1. Yang dimaksud dengan penyiapan obat adalah proses mulai dari resep/instruksi
pengobatan diterima oleh apoteker/asisten apoteker sampai dengan obat diterima oleh
perawat di ruang rawat untuk diberikan kepada pasien rawat inap, atau sampai dengan
obat diterima oleh pasien/keluarga pasien rawat jalan dengan jaminan bahwa obat yang
diberikan tepat dan bermutu baik. Yang termasuk juga dalam penyiapan obat adalah
pencampuran obat suntik tertentu, pneyiapan obat sitostatika dan nutrisi parenteral.
2. Sebelum obat disiapkan, apoteker/asisten apoteker harus melakukan kajian (review)
terhadap resep/instruksi pengobatan yang meliputi:
a. Ketepatan obat, dosis, frekuensi, rute pemberian
b. Duplikasi terapeutik
c. Alergi
d. Interaksi obat
e. Kontraindikasi
f. Kesesuaian dengan pedoman pelayanan/peraturan yang berlaku, dan menghubungi
dokter penulis resep jika ditemukan ketidakjelasan atau ketidaksesuaian. Kajian
tidak perlu dilakukan pada keadaan emergensi, di ruang operasi dan tindakan
intervensi diagnosa
3. Apoteker/asisten apoteker diberi akses ke data pasien yang diperlukan untuk melakukan
kajian resep
4. Dalam proses penyiapan obat oleh petugas farmasi diberlakukan substandi generic,
artinya farmasi diperbolehkan memberikan salah satu dari sediaan yang zat aktifnya sama
dengan terlebih dahulu memberitahu dokter
5. Substitusi terapeutik adalah penggantian obat yang sama kelas terapinya tetapi berbeda
zat kimianya, dalam dosis yang ekuivalen, dapat dilakukan oleh petugas farmasi dengan
terlebih dahulu minta persetujuan dokter penulis resep/konsulen. Persetujuan dokter atas
substitusi terapeutik dapat dilakukan secara lisan/melalui telepon. Petugas farmasi
menuliskan obat pengganti, tanggal, jam komunikasi, dan nama dokter yang memberikan
persetjuan, dicatat pada lembar resep.
6. Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman sesuai aturan dan standar
praktik kefarmasian
7. Area penyaiapan obat tidak boleh dimasuki oleh petugas lain selain petugas farmasi
8. Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat inap diberlakukan system one
day dose dan untuk pasien rawat jalan diberlakukan sistem resep individual. Sistem one
day dose adalah Penyediaan obat dalam sistem ini dilakukan oleh instalasi farmasi pada
pasien rawat inap yang dikemas/disiapkan dalam dosis tunggal untuk pemakaian sehari
20
(24 Jam) Setiap obat yang telah disiapkan harus diberi label sesuai instruksi kerja
pembuatan etiket
9. Penyiapan obat harus dipasikan akurat mengikuti instruksi kerja penyiapan obat sistem
one day dose, instruksi kerja penyiapan obat sistem resep individual
IX. Pemberian
1. Yang berhak memberikan obat kepada pasien adalah dokter atau perawat yang sudah
memiliki kompetensi dan mempunyai surat izin praktik di RSU YARSI PONTIANAK
2. Pemberian obat ke pasien harus sesuai dengan standar prosedur operasional pemberian
obat
3. Pada pemberian obat secara infus, label nama obat ditempelkan pada botol infus atau
syringe pump. Apabila obat yang diberikan lebih dari satu, maka label nama obat
ditempelkan pada setiap syringe pump dan di setiap ujung jalur selang
4. Dokter peserta didik atau perawat peserta didik dapat memberikan obat di bawah
supervisi instruktur klinik, kecuali obat-obat khusus dan high alert
5. Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi oleh perawat/dokter mengenai
kesesuaiannya dengan resep/instruksi pengobatan meliputi nama obat, waktu dan
frekuensi pemberian, dosis, rute pemberian dan identitas pasien
6. Mutu obat yang akan diberikan kepada pasien harus dipastikan mutunya baik dengan
diperiksa secara visual
7. Pasien dipastikan tidak memiliki riwayat alergi dan kontraindikasi dengna obat yang akan
diberikan
8. Obat yang tergolong obat high alert harus diperiksa kembali sebelum diberikan kepada
pasien
9. Pemberian obat harus dicatat di lembar pemberian obat sesuai standat prosedur
operasional pemberian obat
10. Penggunaan obat secara mandiri oleh pasien harus mendapatkan edukasi terlebih dahulu
dan dipantau oleh perawat
X. Pemantauan
1. Pemantauan efek terapi dan efek yang tidak diharapkan dari obat harus dilakukan pada
setiap pasien
2. Panitia farmasi dan terapi bertugas memantau efek samping obat
3. Obat yang diprioritaskan untuk dipantau efek sampingnya adalah obat baru yang masuk
formularium di RSU YARSI PONTIANAK dan obat yang terbukti dalam literature
menimbulkan efek samping serius
4. Pemantauan efek samping obat perlu didokumentasikan dalam formulir pelaporan efek
samping obat dan dicatat dalam rekam medik
5. Efek samping yang harus dilaporkan ke Panitia Farmasi dan Terapi adalah yang berat,
fatal, meninggalkan gejala sisa sesuai Standar Prosedur Operasional Pemantauan Efek
Samping obat
6. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat dikoordinasikan oleh Panitia Farmasi dan
terapi di RSU YARSI PONTIANAK
7. Petugas pelaksanan pemantauan dan pelaporan efek samping obat adalah dokter, perawat,
apoteker di ruang rawat/poliklinik
8. Panitia Farmasi dan Terapi di RSU YARSI PONTIANAK melaporkan hasil evaluasi
pemantauan MESO kepada Komite Medik dan Keperawatan dan menyebarluaskannya ke
seluruh departemen medik/instalasi/unit pelayanan di RSU YARSI PONTIANAK
sebagai edukasi
21
XI. Kesalahan Obat
1. Kesalahan obat adalah kesalahan yang terjadi pada tahap penulisan resep,
penyiapan/peracikan atau pemberian obat baik yang menimbulkan efek merugikan
ataupun tidak
2. Setiap kesalahan obat yang terjadi, wajib dilaporkan oleh petugas yang
menemukan/terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau atasan langsungnya
3. Pelaporan dilakukan secara tertulis menggunakan formulir laporan insiden ke tim
keselamatan pasien RSIA Puri Betik Hati
4. Kesalahan obat harus dilaporkan maksimal 2x24 jam setelah ditemukannya insiden
5. Tipe kesalahan yang dilaporkan:
a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) yaitu terjadinya insiden yang belum terpapar ke
paisen
b. Kejadia Tidak Cedera (KTC) yaitu suatu kejadian insiden yang sudah terpapat ke
pasien tetapi tidak menimbulkan cedera
c. Kejadian Tidak DIharapkan (KTD) yaitu suatu kejadian insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien
6. Kesalahan obat dilaporkan dan ditindaklanjuti mengikuti Standar Prosedur Operaisonal
Pelaporan Insiden dan Standar Prosedur Operasional Pelaporan Keselahan Obat
7. Unit pelayanan jaminan mutu bertanggung jawab untuk menindaklanjuti laporan
kesalahan obat
22
2. Penilaian kemanjuran (efficacy) obat baru dilakukan melalui telaah kritis kepustakaan.
Penilaian kemanfaatan dilakukan melalui in use trial dalam pelayanan dengna
menghitung seluruh biaya yang timbul akibat penggunaan obat itu (cost effevtiveness
study) dan membandingkannya dengan pengobatan standar. Penilaian keamanan
dilakukan melalui telaah kritis kepustakaan, yang harus diikuti dengan program
pemantauan efek samping di tempat pelayanan. Penilaian kualitas obat jadi dilakukan
dengan memeriksa dokumentasi kendali mutu dari pabrik pembuat sediaan jadi yang
meliputi sifat fisiko kimia bahan baku, formulai, uji stailitas, uji desintegrasi, uji disolusi,
dan uji biavailabilitas dari batch pertama.
3. Sumber informasi yang digunakan dalam telaah kritis harus dapat dipercayai, yaitu artikel
asli yang diterbitkan oleh jurnal kedokteran yang mempunyai mekanisme peer review,
tinjauan kepustakaan berupa meta analisis (Cochrane Library), newsletter yang
mempunyai reputasi baik, dan buku ajar. Informasi yang diterbitkan atau disponsori oleh
perusahaan farmasi perlu dibaca dengan cermat karena terkait dengan promosi yang
membesarkan efektivitasi dan menutupi efek buruk obat.
23
FORMULIR USULAN PENCANTUMAN NAMA OBAT DALAM FORMULARIUM
(………………………) (…………………………)
24
FORMULIR PERMINTAAN KHUSUS
OBAT NON FORMULARIUM
Pontianak,
Mengetahui, Dokter yang meminta,
(……………………….) (………………………….)
Catatan: Formulir ini harus diisi dengan lengkap, dicap RSU YARSI PONTIANAK dan
dikirimkan kepada Ketua Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) RSU YARSI PONTIANAK
………………………………………….
(……………………………)
25
FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT
PANITIA FARMASI DAN TERAPI
PASIEN
Apakah reaksi E.S.O hilang setelah obat dihentikan? Apakah reaksi E.S.O yang sama timbul sewaktu obat
Ya Tidak Tidak Tahu yang dicurigai digunakan kembali :
Ya Tidak Tidak Tahu
PELAPOR
Nama : Bandar Lampung,…………………………………
Dokter perawat farmasis
Asal ruangan/poliklinik :
: ( Bandar Lampung,………………
)
Tanda tangan pelapor
Kirimkan formulir yang sudah diisi kepada : Sekretaris Panitia Farmasi dan Terapi d/a Instalasi Farmasi
26
INTERAKSI OBAT
27
vorikonazole,
fluconazole)
28
protein plasma
Kuinolon Kafein; teofilin Toksisitas obat 2 Penghambatan
meningkat metabolisme obat 2
NSAID Antikoagulan oral Efek obat 2 meningkat Penghambatan fungsi
(warfarin) platelet
NSAID (aspirin, ACE inhibitor Efek antihipertensi Penghambatan COX 1
ibuprofen, obat 2 mneurun oleh obat 1
indometasin)
NSAID Furosemide Efek diuretik dan Perubahan pH saluran
(indometasin) antihipertensi obat 2 cerna yang menyebabkan
menurun obat 2 sulit diabsorpsi
Penghambat Itrakonazole; Efek obat 2 menurun Perubahan pH di saluran
pompa proton (co: ketokonazole cerna yang menyebabkan
omeprazol, obat 2 sulit diabsorpsi
lansoprazol,
pantoprazo)
Piridoksin Levodopa Efek obat 2 berkurang Peningkatan metabolisme
levodopa di luar otak
dengna adanya piridoksin
yang berlebihan,
sehingga jumlah yang
akan masuk ke otak
berkurang
Rifampisin Antidepresan trisiklik Efek obat 2 menurun Peningkatan metbaolisme
dan heterosiklik (co: obat 2
amitriptilin);
golongan calcium
chanel blocker,
golongan azol (co:
itrakonazole,
ketoconazole,
vorikonazol);
golongan beta
blocker, fenitoin;
kortikosteroid;
kuinidin siklosporin;
sulfonilurea; teofilin,
warfarin
Salisilat Metotreksat Toksisitas obat 2 Penghambatan ekskresi
meningkat obat 2
Spironolakton Suplemen kalium Hiperkalemia (terutama Aditif
pada pasien dengan
ganggan fungsi ginjal)
Sukralfat Golongan kuinolon Efek obat 2 menurun Penghambatan absorpsi
kuinolon
Verapamil Digoksin Toksisitas obat 2 dapat Penghambatan eksresi
terjadi renal dan non renal obat
2
29
DAFTAR SEDIAAN GENERIK DALAM FORMULARIUM RSU YARSI PONTIANAK
2017
No Nama Generik Nama Sediaan Generik
1 Allopurinol Allopurinol tablet 100 mg
2 Alprazolam Alprazolam 0,5 mg
3 Ambroksol Ambroxol tablet 30 mg; sirup
4 Aminofilin Aminophyllin tablet 200 mg;
inj
5 Amlodipine besilate Amlodipine tablet 5 mg; 10
mg
6 Amoksisilin Amoxicillin kaplet 500 mg;
sirup kering 125 mg/5 ml
7 Ampisilin Ampicillin inj 1 gr
8 Antasida DOEN Antasida DOEN tab; suspensi
9 Asam askorbat (vit C) Vitamin C tab 50 mg
10 Asam Mefenamat Asam Mefenamat tablet 500
mg
11 Asam Traneksamat Asam Traneksamat tablet 500
mg; inj 250 mg; 500 mg
12 Asiklovir Acyclovit tab 200 mg; 400
mg
13 Asiklovir Acyclovir cream
14 Atropin sulfat Atropine sulfate inj 1 mg/ml
15 Azitromisin Azithromycin tab 500 mg;
sirup 200 mg/5 ml
16 Bisoprolol Bisoprolol tablet 5 mg
17 Deksametason Dexamethasone tablet 0,5
mg; inj 5 mg/ml
18 Digoxin Digoksin tablet 0,25 mg
30
40 Ketorolak trometamin Ketorolac inj 30 mg/ml
41 Klindamisin Clindamycine kapsul 300 mg
42 Kloramfenikol Chloramphenicol kapsul 500
mg
43 Klorfeniramin maleat Chlorpheniramine HCl tablet
31
INDEKS KELAS TERAPI
32
13.2.1 Estrogen 15
13.2.2 Progesteron 15
13.2.3 Kontraseptik 15
13.2.4 Induktor Ovulasi 16
13.3 HORMON TIROID DAN ANTITIROID 16
13.4 KORTIKOSTEROID DAN 16
KORTIKOTROPIN
13.5 HORMON LAIN 17
14 OBAT KARDIOVASKULAR 17
14.1 ANTIANGINA 17
14.2 ANTIDISRITMIA 17
14.3 ANTIHIPERTENSI 17
14.3.1 Gol. ACE Inhibitor 17
14.3.2 Gol. Beta Blocker 18
14.3.3 Gol. Calcium Chanel Blocker 18
14.3.4 Gol. Angiotensin II Antagonist 18
14.3.5 Golongan lain-lain 18
14.4 GLIKOSIDA JANTUNG 18
14.5 OBAT UNTUK SYOK 19
14.5.1 Inotropik 19
14.5.2 Vasokonstriktor 19
14.6 PENURUN KOLESTEROL 19
14.7 LAIN-LAIN 19
15 OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT 20
15.1 ANTIBAKTERI 20
15.2 ANTIFUNGI 20
15.3 ANTIVIRUS 20
15.4 ANTIINFLAMASI DAN 20
ANTIPRURITIK
15.5 LAIN-LAIN 21
16 LARUTAN ELEKTROLIT, NUTRISI, 21
DLL
16.1 ORAL 21
16.2 PARENTERAL 21
17 OBAT UNTUK MATA 23
17.1 TOPIKAL 23
17.1.1 Antimikroba 23
18 UTEROTONIK DAN RELAKSAN 23
USUS
18.1 UTEROTONIK 23
18.2 RELAKSAN USUS 24
19 PSIKOFARMAKA 24
19.1 ANTIANSIETAS DAN 24
ANTIINSOMNIA
20 RELAKSAN OTOT PERIFER DAN 25
PENGHAMBAT KOLINESTERASE
20.1 PENGHAMBAT NEUROMUSKULAR 25
20.2 OBAT UNTUK MISTENIA GRAVIS 25
21 OBAT UNTUK SALURAN CERNA 25
21.1 ANTASIDAN DAN ULKUS 25
21.2 ANTIEMETIK 26
21.3 ANTIHEMOROID 27
21.4 ANTISPASMODIK 27
21.5 OBAT UNTUK DIARE 28
21.6 LAKSATIF 28
21.7 LAIN-LAIN 29
33
22 OBAT UNTUK SALURAN NAFAS 29
22.1 ANTIASMA 29
22.2 ANTITUSIF 30
22.3 MUKOLITIK 30
22.4 EKSPEKTORAN 31
23 OBAT YANG MEMPENGARUHI 32
SISTEM IMUN
23.1 SERUM DAN IMUNOGLOBULIN 32
23.2 VAKSIN 32
24 OBAT UNTUK TELINGA, HIDUNG 33
DAN TENGGOROKAN
24.1 ANTIBAKTERI TOPIKAL 33
24.2 LAIN-LAIN 33
25 VITAMIN, SUPLEMEN DAN 34
MINERAL
26 OBAT YANG MEMPENGARUHI 43
SALURAN KEMIH
26.1 ANTISEPTIK 43
26.2 ALPHA BLOCKER 43
34
INDEKS NAMA GENERIK
23 Doksisiklin 6.2.7
24 Domperidon 23.2
25 Efedrin HCl 15.3.6
26 Difenhidramin HCl 3
27 Epinefrin 15.3.6
28 Eritromisin stearat 6.2.5
29 Etambutol 6.3
30 Fenitoin Natrium 5
31 Fenobarbital 5
32 Flunarizin 7.1
33 Furosemid 11
34 Fentanil 1.1
35 Gentamisin 6.2.2
36 Griseofulvin 6.4
37 Glibenklamid 12.1
38 Gabapentin 5
39 Glimepirid 12
40 Gliseril guaiakolat 28.4
41 Hidrokortison asetat 17
42 Ibuprofen 1.2
43 Isoniazid 6.3
44 Isofluran 2.2
45 Kuinin diHCl 6.5
46 Klopidogrel 8.2
47 Kaptopril 15.3
48 Karbamazepin 5
49 Ketokonazol 16.1
50 Ketamin HCl 2.2
35
51 Ketokonazol 6.4
52 Ketorolak trometamin 1.2
53 Klindamisin 6.2.7
54 Kloramfenikol 6.2.2
55 Klorfeniramin maleat 3
56 Kotrimoksazol 6.2.7
57 Lansoprazole 23.1
58 Levofloksasin 6.2.4
59 Loratadin 3
60 Lidokain HCl 2.1
61 Meropenem 6.2.7
62 Metformin HCl 12.1
63 Metil prednisolon asetat 14
64 Mebendazol 6
65 Midazolam 2.2
66 Mebhidrolin Napadisilat 3
67 Morfin 1.1
68 Meloksikam 1.2
69 Metronidazol 6.2.7
70 Nifedipin 15.3.3
71 Nistatin 6.4
72 Ofloksasin 6.2.4
73 Omeprazole 23.1
74 Ondansetron HCl 23.2
75 Parasetamol 1.2
76 Pirantel pamoat 6
77 Propofol 2.2
78 Pirazinamid 6.3
79 Pirimetamin 6.5
80 Pregabalin 5
81 Piroksikam 1.2
82 Prednison 14
83 Propanolol HCl 15.2
84 Ranitidin 23.1
85 Rifampisin 6.3
86 Sianokobalamin 8.1
87 Siproheptadin HCl 3
88 Salbutamol 28.1
89 Sefadroksil 6.2.5
90 Sefiksim 6.2.6
91 Sefoperazon 6.2.6
92 Sefotaksim 6.2.6
93 Seftriakson 6.2.6
94 Simvastatin 15.6
95 Siprofloksasin 6.2.4
96 Spironolakton 11
97 Tramadol HCl 1.2
98 Vitamin K1 8.2
36
INDEKS NAMA DAGANG
37
21. Cendo Xitrol ED Neomisin + Polimiksin 23
+ deksametasone
22. Combivent Salbutamol + 30
Ipatropium bromide
23. D5 ¼ NS Larutan kombinasi; 22
Glukosa 5% dan NaCl
0,225%
24. D5 ½ NS Larutan kombinasi; 22
Glukosa 5% dan NaCl
0,45%
25. Dopamet Metildopa anhidrat 18
26. Dopamin HCl Dopamin HCl 19
27. Dulcolax Bisakodil 28
28. Dumin Paracetamol 2
29. Elkana Komb.Vit A 2400 IU, 35
B1 4 mg, B2 1,2 mg,
B6 1,2 mg, B12 4 mcg,
Vit.C 60 mg, Ca.
Pantothenate 6 mg,
Choline 12 mg, Inositol
12 mg, Ca Gluconate
300 mg, Ca.
Hypophosphite 20 mg,
L-lysine HCl 200 mg
30. Epexol Ambroxol 30
31. Erysanbe Eritromisin 8
32. Faktu Polikresulen + 27
Sinkokain
33. Farbivent Salbutamol + 30
Ipatropium bromide
34. Sanmol Paracetamol 2
35. Ferriz Besi (II) dalam bentuk 12
garam sulfat, fumarat
36. Flixotide Flutikason Propionate 30
37. Folavit Asam Folat 34
38. Gastrul Misoprostol 24, 26
39. Imunos Echinacea (EFLA 894) 34
500 mg, zinc picolinate
10 mg, selenium 15
mcg, ascorbic acid 50
mg (kaplet); per 5 ml
Echinacea (EFLA 894)
500 mg, zinc picolinate
5 mg, selenium 15 mcg
40. Induxin Oxytocin 24
41. KAEN 3A Larutan kombinasi 22
(dalam 1 liter);
Natrium 60 mek, K 10
mek, Cl 50 mek, Laktat
20 mek, glukosa 27 g
42. KAEN 3B Larutan kombinasi 22
(dalam 1 liter);
Natrium 50 mek, K 20
mek, Cl 50 mek, Laktat
20 mek, glukosa 27 g
43. Kalnex Asam Traneksamat 12
44. Kaltrofen Ketoprofen 2
38
45. Ketalar Ketamin HCl 3
46. Ketamin-Hameln Ketamin HCl 3
47. KSR Kalium Klorida 34
48. Kutoin Phenytoin 5
49. L Bio Lactobacillus 29
Acidophilus
50. Lactopain Ketorolac Trometamin 2
51. Lagesil Alumunium Hidroksida 25
+ Magnesium
Hidroksida +
Simetikon
52. Laktafit Komb. Placenta extr 15 38
mg, Vit B12 20 mcg;
Ca Phosphate tribasic
12 mg
39
vit B1 3 mg, vit B2 2
mg, vit B6 5 mg, vit
B12 5 mcg,
nivotinamide 3 mg,
choline 12 mg, L-
lysine HCl 100 mg, Ca
hypophosphite 500 mg,
cod liver oil 8 mg,
curcuma extr 12 mg
79. San-B-Plex drop Komb. Vit A 5.000 IU, 38
vit D 400 IU, vit B1 1
mg, vit B2 1.2 mg, vit
B6 1 mg, nicotinamide
10 mg, dexpanthenol 5
mg, vit C 50 mg
80. Sanmag Alumunium Hidroksida 25
+ Magnesium
Hidroksida +
Simetikon
81. Sanmol Paracetamol 2
82. Sanprima Kotrimoksazol 10
83. Sibital Phenobarbital 25
84. Sporetik Sefiixime 9
85. Stesolid Diazepam 5
86. Stesolid Diazepam 24
87. Terfacef Seftriaxone 9
88. Trovensis Ondancetron HCl 27
89. Valisanbe Diazepam 5
90. Valisanbe Diazepam 24
91. Water For Injection Aqua Pro Injeksi 21
Otsuka
40