Anda di halaman 1dari 119

POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DENGAN

METODE ATC/DDD DAN DU 90% DI PUSKESMAS


KEBUN KOPI DAN PUSKESMAS PAAL X KOTA
JAMBI PERIODE 2017-2018

SKRIPSI SARJANA FARMASI

Oleh :

WINDY GUSDILLA
NIM. 1548201064

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU
JAMBI
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi

STIKES Harapan Ibu Jambi

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Rasmala Dewi, M.Farm., Apt Septa Pratama, M.Sc.T. H., Apt

Diketahui oleh :
Ketua Program Studi Farmasi
STIKES Harapan Ibu Jambi

Rasmala Dewi, M.Farm., Apt


NIK. 20130230 19871005 038

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Sarjana Farmasi


Program Studi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi

Tanggal, 05 Agustus 2019

PANITIA PENGUJI

NAMA JABATAN TANDA TANGAN

1. Ns. Ani Astuti, M.Kep Sp. KMB KETUA ...........................

2. Septa Pratama, M.Sc. T. H., Apt SEKRETARIS ...........................

3. Rahmadevi, M.Farm., Apt PENGUJI UTAMA ...........................

4. Lili Andriani, M.Si ANGGOTA ...........................

5. Rasmala Dewi, M.Farm., Apt ANGGOTA ...........................

iii
PERNYATAAN KEASLIAAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya
tulis dengan judul “Pola Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC/DDD dan
DU 90% di Puskesmas Kebun Kopi dan Puskesmas Paal X Kota Jambi Periode
2017-2018”

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim....
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Dengan mengucap alhamdulillah, kupersembahkan karya kecilku ini
untuk semua yang kucinta dan kusayangi....

Kepada Allah SWT....


Terima kasih hamba ucapkan karena telah memberikan ilmu,
kemudahan dan kelapangan pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini.
Sujud syukur kupersembahkan padamu karena telah mengabulkan satu
persatu angan dan cita-citaku yang tidak akan selesai tanpa rahmatmu
Semoga karya kecil ini menjadi amal shaleh bagiku. Aamiin.

Kepada Rasulullah SAW....


Terima kasih telah menjadi sumber inspirasi dalam segala tindakan dan
langkah hidup ini.

Kepada Papa dan Mama....


Teruntuk papa terimakasih telah menjadi cinta pertama windy, papa
laki-laki yang tak pernah melukai hati dan fisk windy selama ini. Papa
setiap tetes keringatmu akan selalu windy ingat demi membahagiakan
dan mewujudkan cita-cita windy selama ini. Teruntuk mama, wanita
nomor satu didunia yang takkan tergantikan oleh siapapun terimakasih
untuk perhatian yang tak pernah henti perjuangan ini tidak akan
berjalan dengan baik tanpa doa dan restu mama.
“ setiap kamu merasa beruntung, percayalah doa ibumu telah di dengar”
Setiap langkah windy akan selalu berusaha mewujudkan harapan yang
papa dan mama inginkan. Semoga dengan karya kecil ini mampu
mengobati lelah kerja keras papa dan mama dalam memberikan
pendidikan untuk windy. Semoga allah selalu berikan papa dan mama
kesehatan dan kebahagiaan dunia akhirat
I love you 

Spesial for someone....


Teruntuk kamu yang ada direlung hati (eaaak), terimakasih abang sudah
sangat membantu windy selama ini. Terimakasih untuk dukungan,
kesabaran, pengalaman, serta waktunya karena telah bersedia mendengar
keluh kesah windy. Semangat untuk studi nya. Semoga dipermudah segala
urusan dan dikabulkan segala harapan yang abang inginkan.
“I always proud of you bang”
Terimakasih abang Hary Saputra, S.Farm., Apt

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang
harus dikejar, untuk sebuah pengharapan , agar hidup jauh lebih
bermakna. Teruslah belajar, berusaha dan berdoa untuk menggapainya.
Jatuh berdiri lagi, kalah mencoba lagi, gagal bangkit lagi. Never give up!!!

Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata tak romantis

v
vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha Esa, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya. Shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pola Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC/DDD

dan DU 90% di Puskesmas Kebun Kopi dan Puskesmas Paal X Kota Jambi

Periode 2017-2018”. Alhamdulillah skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik

dan lancar tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Ns. Susi Widyawati, M.Kep selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Harapan Ibu Jambi.

2. Ibu Rasmala Dewi, M.Farm., Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

STIKES Harapan Ibu Jambi, pembimbing akademik serta sebagai

pembimbing I yang telah memberi banyak ilmu dan motivasi dalam

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Septa Pratama, M.Sc.T.H., Apt selaku pembimbing II atas kesabaran

dalam membimbing, memberi banyak ilmu dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

4. Semua Dosen Program Studi Farmasi yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan pengalaman selama masa perkuliahan sehingga dapat

dipergunakan dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

5. Kepala Puskesmas serta tenaga medis Puskesmas Kebun Kopi dan Puskesmas

Paal X Kota Jambi yang telah membantu dan membimbing selama penelitian.

vii
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik daan saran yang

membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembacanya dan semua pihak yang membutuhkan.

Jambi, Juli 2019

Penulis

viii
ABSTRAK

Konsumsi antibiotik global pada tahun 2016 diperkirakan lebih dari 70 miliar
DDD pertahun. Penggunaan antibiotik yang meningkat dapat menimbulkan
berbagai permasalahan dan ancaman gobal bagi kesehatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kuantitas penggunaan antibiotik di Puskesmas
Kebun Kopi dan Puskesmas Paal X Kota Jambi periode 2017 dan 2018. Studi
dengan data retrospektif telah dilakukan untuk mengetahui kuantitas
penggunaan antibiotik menggunakan metode ATC/DDD dan DU 90%. Hasil
penelitian menunjukkan antibiotik yang memiliki nilai DDD tertinggi dikedua
puskesmas adalah amoksisilin dengan masing-masing di Puskesmas Kebun kopi
yaitu 31,63 DDD/1000KPRJ periode 2017 dan 33,366 DDD/1000KPRJ pada
2018, antibiotik yang masuk segmen DU 90% di puskesmas tersebut adalah
amoksisilin, siprofloksasin, dan sefadroksil. Sedangkan di puskesmas Paal X
yaitu 38,589 DDD/1000KPRJ periode 2017 dan 29,134 DDD/1000KPRJ
periode 2018. Antibiotik yang masuk segmen DU 90% di Puskesmas Paal X
periode 2017 adalah amoksisilin, siprofloksasin dan sefadroksil. Sedangkan
periode 2018 adalah amoksisilin, siprofloksasin dan eritromisin. Tingginya
penggunaan antibiotik tersebut, perlu dilakukan studi kualititaf mengenai
rasionalits penggunaan antibiotik, khususnya yang masuk segmen DU 90%
sebagai upaya pengendalian resistensi.
Kata kunci: Antibiotik, ATC/DDD, Segmen DU 90%,

ix
ABSTRACT

Global antibiotic consumption in the year 2016 are estimated more than 70
billion DDD per year. Increased use of antibiotics can cause a variety of
problems and the threat of gobal for health. This research aims to know the
quantity of antibiotic use in Clinics Kebun Kopi and Paal X the city of Jambi
period 2017 and 2018. Study with retrospective data has been conducted to find
out the quantity of antibiotic usage using methods of the ATC/DDD and DU
90%. The results showed that antibiotics have the highest DDD value of clinics
was amoksisilin with each Clinic's Kebun Kopi 31,63 DDD/1000KPRJ the
period 2017 and 33,366 DDD/1000KPRJ in 2018, antibiotics that enter the
segment DU 90% of clinics are amoksisilin, ciprofloxacin, and sefadroksil.
While in the health Paal X is 38,589 DDD/1000KPRJ the period 2017 and
29,134 DDD/1000KPRJ the period 2018. Antibiotics that enter segment DU
90% in Paal X Clinics 2017 period is amoksisilin, ciprofloxacin and sefadroksil.
Whereas the period 2018 is amoksisilin, ciprofloxacin and erythromycin. The
high use of antibiotics, the study needs to be done kualititaf about rasionalits use
of antibiotics, especially incoming segments DU 90% in an effort to control of
resistance.
Key words : Antibiotic, ATC/DDD, Segment DU 90%

x
DAFTAR SINGKATAN

ATC : Anatomical Therapeutic Chemical

DDD : Defined Daily Dose

DU : Drug Utilization

DURG : The Drug Utilization Research Group

EPhMRA : The European Pharmaceutical Market Research Association

ISK : Infeksi Saluran Kemih

KBM : Kadar Hambat Maksimum

KHM : Kadar Hambat Minimum

KPRJ : Kunjungan Pasien Rawat Jalan

LOS : Length of Stay

xi
DAFTAR ISTILAH

ATC : Sistem Klasifikasi dalam studi penggunaan obat

DDD : Unit pengukuran dalam studi penggunaan obat

DU 90% : Daftar obat yang masuk akumulasi 90% penggunaan obat

Dermatitis : Peradangan pada kulit yang menyebabkan kulit memerah dan


gatal

Dismenore : nyeri kram pada bagian perut sebelum atau selama menstruasi

Febris : keadaan dimana suhu tubuh meningkat

Myalgia : nyeri pada persendian

Varicella : Cacar

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACT ............................................................................................................v

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... vi

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................2

BAB II TINJAUNAN PUSTAKA .........................................................................4

2.1 Antibiotik .....................................................................................................4


2.1.1 Definisi........................................ ........................................................5
2.1.2 Penggolongan Antibiotik ....................................................................7
2.1.3 Prinsip penggunaan antibiotik untuk terapi empiris dan definitif .......8
2.1.4 Pertimbangan dalam terapi antibiotik ...............................................10
2.1.5 Indikasi terapi antibiotik ...................................................................11
2.1.6 Faktor-faktor terjadinya resistensi.....................................................12
2.1.7 Mekanisme terjadinya resistensi ....................................................13
2.2 Sistem ATC/DDD ......................................................................................14

xiii
2.2.1 Sejarah sistem ATC/DDD .................................................................14
2.2.2 Tujuan sistem ATC/DDD..................................................................15
2.2.3 Sistem Klasifikasi ATC .....................................................................16
2.2.4 DDD (Defined Daily Dose) ...............................................................18
2.3Drug Utlization (DU 90%) .........................................................................19

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ........................................................20

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................20

3.2 Metode Penelitian ........................................................................................20

3.2.1 Jenis Penelitian ..................................................................................20

3.2.2 Populasi dan sampel penelitian .........................................................20

3.3 Prosedur Penelitian ......................................................................................21

3.3.1 Pengambilan Sampel .........................................................................21

3.3.2 Analisa Data ......................................................................................22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................23

4.1 Hasil ............................................................................................................23

4.1.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ..............................23

4.1.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia .............................................24

4.1.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Diagnosa Penyakit ......................24

4.1.4 Jenis Penggunaan Antibiotik .............................................................25

4.1.5 Nilai DDD/1000 Pasien/tahun dan Segmen DU 90% .......................26

4.2 Pembahasan .................................................................................................28

4.2.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ..............................28

4.2.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia .............................................29

4.2.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Diagnosa Penyakit ......................29

4.2.4 Berdasarkan Jenis Antibiotik yang digunakan ..................................30

4.2.5 Nilai DDD/1000 Pasien/tahun dan Segmen DU 90% .......................32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................37

xiv
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................37

5.2 Saran ............................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................38

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................................ i

Lampiran 2. Skema Penelitian ................................................................................ ii

Lampiran 3. Jumlah Sampel Penelitian yang telah diekslusi ................................... i

Lampiran 4. Data Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Kebun Kopi Periode


2017 .................................................................................................... i

Lampiran 5. Data Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Kebun Kopi Periode


2018 .................................................................................................... i

Lampiran 6. Data penggunaan antibiotik di puskesmas paal x periode 2017 .......... i

Lampiran 7. Data penggunaan antibiotik di puskesmas paal x periode 2018 ......... ii

Lampiran 8. Kode ATC Berdasarkan WHO ............................................................ i

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Terapi Antibiotik dan Indikasi ...................................................................1

Tabel 2. Contoh Klasifikasi Antibiotik Berdasarkan Kode ATC ........................... ii

Tabel 3. Hasil analisa kuantitatif berdasarkan DDD/1000/tahun dan DU 90% di


Puskesmas Kebun Kopi periode 2017 ....................................................... i

Tabel 4. Hasil analisa kuantitatif berdasarkan DDD/1000/tahun dan DU 90% di


Puskesmas Kebun Kopi periode 2018 .........................................................

Tabel 5. Hasil analisa kuantitatif berdasarkan DDD/1000/tahun dan DU 90% di


Puskesmas Paal X periode 2017 ..................................................................

Tabel 6. Hasil analisa kuantitatif berdasarkan DDD/1000/tahun dan DU 90% di


Puskesmas Paal X periode 2018 ..................................................................

Tabel 7. Jadwal pelaksanaan penelitian .....................................................................

Tabel 8. Data penggunaan antibiotik amoksisilin di puskesmas kebun kopi


periode 2017 ................................................................................................

Tabel 9. Data penggunaan antibiotik siprofloksasin di puskesmas kebun kopi


periode 2017 ................................................................................................

Tabel 10. Data penggunaan antibiotik sefadroksil di puskesmas kebun kopi


periode 2017 ................................................................................................

Tabel 11. Data penggunaan antibiotik kloramfenikol di puskesmas kebun kopi


periode 2017 ................................................................................................

Tabel 12. Data penggunaan antibiotik eritromisin di puskesmas kebun kopi


periode 2017 ................................................................................................

Tabel 13. Data penggunaan antibiotik tetrasiklin di puskesmas kebun kopi


periode 2017 ................................................................................................

xvii
Tabel 14. Data penggunaan antibiotik amoksisilin di puskesmas kebun kopi
periode 2018 ................................................................................................

Tabel 15. Data penggunaan antibiotik siprofloksasin di puskesmas kebun kopi


periode 2018 ................................................................................................

Tabel 16. Data penggunaan antibiotik sefadroksil di puskesmas kebun kopi


periode 2018 ................................................................................................

Tabel 17. Data penggunaan antibiotik kloramfenikol di puskesmas kebun kopi


periode 2018 ................................................................................................

Tabel 18. Data penggunaan antibiotik eritromisin di puskesmas kebun kopi


periode 2018 ................................................................................................

Tabel 19. Data penggunaan antibiotik tetrasiklin di puskesmas kebun kopi


periode 2018 ................................................................................................

Tabel 20. Data penggunaan antibiotik amoksisilin di puskesmas Paal X periode


2017 .............................................................................................................

Tabel 21. Data penggunaan antibiotik siprofloksasin di puskesmas Paal X


periode 2017 ................................................................................................

Tabel 22. Data penggunaan antibiotik sefadroksil di puskesmas Paal X periode


2017 .............................................................................................................

Tabel 23. Data penggunaan antibiotik kloramfenikol di puskesmas Paal X


periode 2017 ................................................................................................

Tabel 24. Data penggunaan antibiotik eritromisin di puskesmas Paal X periode


2017 .............................................................................................................

Tabel 25. Data penggunaan antibiotik tetrasiklin di puskesmas Paal X periode


2017 .............................................................................................................

Tabel 26. Data penggunaan antibiotik amoksisilin di puskesmas Paal X periode


2018 .............................................................................................................

xviii
Tabel 27. Data penggunaan antibiotik siprofloksasin di puskesmas Paal X
periode 2018 ................................................................................................

Tabel 28. Data penggunaan antibiotik sefadroksil di puskesmas Paal X periode


2018 .............................................................................................................

Tabel 29. Data penggunaan antibiotik kloramfenikol di puskesmas Paal X


periode 2018 ................................................................................................

Tabel 30. Data penggunaan antibiotik eritromisin di puskesmas Paal X periode


2018 .............................................................................................................

Tabel 31. Data penggunaan antibiotik tetrasiklin di puskesmas Paal X periode


2018 .............................................................................................................

xix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persentase pasien berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Kebun


Kopi dan Puskesmas Paal X periode 2017 dan 2018 ..............................

Gambar 2. Karakteristik pasien berdasarkan usia di Puskesmas Kebun Kopi


periode 2017 dan 2018 ............................................................................

Gambar 3. Karakteristik pasien berdasarkan usia di Puskesmas Paal X periode


2017 dan 2018 .........................................................................................

Gambar 4. Jumlah pasien berdasarkan diagnosa di Puskesmas Kebun Kopi


periode 2017 dan 2018 ............................................................................

Gambar 5. Jumlah pasien berdasarkan diagnosa di Puskesmas Paal X periode


2017 dan 2018 .........................................................................................

Gambar 6. Persentase pasien berdasarkan jenis antibiotik yang digunakan di


Puskesmas Kebun Kopi periode 2017 dan 2018 .....................................

Gambar 7. Persentase pasien berdasarkan jenis antibiotik yang digunakan di


Puskesmas Paal X periode 2017 dan 2018 ..............................................

xx
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsumsi antibiotik global pada tahun 2016 diperkirakan lebih dari

70 miliar DDD per tahun dengan penggunaan antibiotik didominasi oleh

golongan penisilin, sefalosporin, makrolid, fluorokuinolon, trimetoprin dan

tetrasiklin (Woolhouse et al. 2016). Penggunaan antibiotik yang meningkat

dapat menimbulkan berbagai permasalahan dan ancaman global bagi

kesehatan (Sholih dkk. 2015).

Akademi Sains Nasional (PNAS) mengungkapkan data konsumsi

antibiotik di 76 negara meningkat 65% pada tahun 2015 dibandingkan

tahun 2000. Konsumsi antibiotik yang meningkat didominasi oleh negara-

negara berpenghasilan rendah dan menengah. Dari 76 negara yang diteliti,

jumlah konsumsi antibiotik pasien rawat jalan meningkat dari 21,2 miliar

DDD pada tahun 2000 menjadi 34,8 miliar DDD pada tahun 2015 (Klein

et al. 2018).

Sejak 23 tahun yang lalu, WHO merekomendasikan ATC (Anatomical

Therapeutic Chemical) dan DDD (Defined Daily Dose) sebagai standar

global untuk studi penggunaan obat rasional, salah satunya antibiotik

(Muslim,2018). Penggunaan metode ATC/DDD dapat diintegrasikan

dengan DU 90% (drug utilization) untuk mengidentifikasi segmen

penggunaan terbanyak dalam studi penggunaan obat di suatu populasi

(Patel et al, 2015).

1
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya antibiotik yang masuk segmen

DU 90% di beberapa rumah sakit yang ada di Indonesia, diantaranya

penggunaan antibiotik ampisilin di rumah sakit Yogyakarta pada periode

Januari-Juni 2013 (Carolina dan Widayati, 2014). Data di rumah sakit

Jayapura pada periode April 2013-Maret 2014 menunjukkan pemakaian

antibiotik tertinggi yaitu kotrimoksazol (Hasrianna et al. 2015). Penelitian di

Bandung pada tahun 2010 penisilin merupakan antibiotik yang masuk segmen

DU 90% (Sholih dkk, 2015). Berdasarkan penelitian di bangsal penyakit

dalam RSUD Kerinci, sefotaksim merupakan antibiotik yang paling banyak

digunakan (Pratama, 2019). Penelitian penggunaan antibiotik di puskesmas

yang ada di Indonesia masih sangat sedikit, diantaranya data di puskesmas

Gorontalo Utara menunjukkan antibiotik yang masuk dalam segmen DU 90%

yaitu amoksisilin (Pani et al, 2015).

Terus meningkatnya penggunaan antibiotik serta masih sangat sedikitnya

penelitian di beberapa Puskesmas di Indonesia dan belum adanya penelitian

di Puskesmas Kota Jambi membuat peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian pola penggunaan antibiotik dengan metode ATC/DDD dan DU

90% di beberapa Puskesmas Kota Jambi periode 2017 dan 2018 untuk

mengetahui kuantitas penggunaan antibiotik di beberapa Puskesmas Kota

Jambi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana kuantitas penggunaan antibiotik di Puskesmas Kebun Kopi dan

Puskesmas Paal X Kota Jambi berdasarkan metode ATC/DDD dan DU 90%

periode 2017 dan 2018

2
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuantitas penggunaan

antibiotik di Puskesmas Kebun Kopi dan Puskesmas Paal X Kota Jambi

berdasarkan metode ATC/DDD dan DU 90% periode 2017 dan 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai data ilmiah bagi Puskesmas serta

tenaga medis dan dapat digunakan peneliti lebih lanjut untuk meningkatkan

rasionalitas dalam penggunaan antibiotik.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antibiotik

2.1.1 Definisi

Antibiotik berasal dari bahasa Yunani kuno yang merupakan gabungan

dari kata anti yang berarti melawan dan biotikos yang berarti kehidupan.

Istilah ini diperkenalkan oleh Selman pada tahun 1942 untuk

menggambarkan senyawa kimia yang diproduksi oleh mikroorganisme

yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau dapat

membunuh bakteri serta berbagai mikroorganisme lain (Radji, 2014).

Antibiotik merupakan kelompok obat yang digunakan untuk mengobati

berbagai infeksi bakteri seperti radang tenggorokan, kulit, infeksi saluran

kemih dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri lainnya. Infeksi

merupakan proses masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, kemudian

berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Sensitivitasnya tergantung

dari jumlah kuman jumlah kuman, tingkat keganasan, dan daya tahan

tubuh (Nugroho, 2012).

Menurut BPOM (2017) antibiotik ialah zat atau senyawa kimia yang

dihasilkan oleh mikroorganisme, terutama jamur, yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroba. Sekitar 70% antibiotik dihasilkan oleh

Actinomycetes. Genus Streptomyces merupakan sumber penghasil

antibiotik yang paling banyak, sedangkan antibiotik yang dihasilkan

bakteri merupakan suatu polipeptida yang kurang stabil, toksik dan sukar

dimurnikan (Radji, 2014).

4
2.1.2 Penggolongan Antibiotik

Penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimianya adalah sebagai

berikut (Katzung et al, 2012)

1. Beta-laktam

Antibiotik beta-laktam merupakan senyawa obat yang memiliki

struktur cincin beta-laktam. Antibiotik golongan beta-laktam, antara

lain penisilin, sefalosporin, sefadroksil, fluokloksasilin, nafsilin.

2. Aminoglikosida

Aminoglikosida merupakan senyawa yang terdiri dari lebih dari satu

gugus asam amino. Antibiotik golongan aminoglikosida, antara lain

gentamisin, amikasin, netilmisin, tubramisin, kanamisin.

3. Tetrasiklin

Tetrasiklin adalah senyawa amfoterik yang berikatan secara reversibel

dengan subunit 30S ribosom bakteri. Antibiotik golongan tetrasiklin,

antara lain klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, demeklosiklin.

4. Kloramfenikol

Kristal kloramfenikol merupakan suatu senyawa netral stabil. Antibiotik

golongan kloramfenikol bersifat bersifat bakteriostatik. Antibiotik

golongan kloramfenikol antara lain klramfenikol dan tiamfenikol.

5. Makrolida

Makrolid adalah suatu golongan senyawa yang berkaitan erat dan

ditandai oleh sebuah cincin lakton makrosiklik, tempat gula-gula deoksi

melekat. Antibiotik golongan makrolida antara lain eritromisin,

klaritromisin, mirosamisin, tilosin, azitromisin, dan spiramisin, ketolid.

5
Penggolongan antibiotik berdasarkan sifat aktivitasnya adalah sebagai

berikut (Radji, 2014) :

1. Bakteriostatik

Senyawa antibiotik golongan ini menghambat pertumbuhan mikroba,

tetapi tidak membunuhnya. Kadar minimal antibiotik yang

diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba disebut dengan

KHM (kadar hambat minimum). Antibiotik yang termasuk golongan

ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol.

2. Bakteriasidal

Senyawa antibiotik golongan ini bersifat dekstruktif yaitu dapat

membunuh mikroba. Kadar minimal antibiotik diperlukan untuk

membunuh mikroba disebut dengan KBM (kadar bakterisidal

minimum). Antibiotik yang termasuk golongan ini adalah

kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid.

Antibiotik terbagi menjadi dua spektrum yaitu antibiotik berspektrum

sempit dan antibiotik berspektrum luas. Penggolongan antibiotik

berdasarkan spektrumnya adalah sebagai berikut (Radji, 2014) :

1. Spektrum sempit

Antibiotik berspektrum sempit merupakan antibiotik yang hanya

bekerja terhadap beberapa jenis mikroorganisme saja, golongan ini

hanya aktif terhadap jenis bakteri gram positif atau bakteri gram

negatif saja, contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya

bekerja terhadap mikroba gram positif sedangkan streptomisin dan

gentamisin hanya bekerja pada mikroorganisme gram negatif saja.

6
2. Spektrum luas

Antibiotik spektrum luas merupakan golongan antibiotik yang

bekerja pada semua kelompok mikroorganisme, antibiotik tersebut

antara lain tetrasiklin dan kloramfenikol.

Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya adalah

sebagai berikut (Nugroho, 2012).

1. Penghambat sintesis dinding sel.

Antibiotik yang termasuk golongan ini ialah golongan beta-laktam

yaitu azetreonam, sefalosporin, imipenem, penisilin, serta

monobaktam dan golongan peptida yaitu basitraasin dan vankomisin.

2. Penghambat sintesis protein

Antibiotik yang termasuk dalam golongan ini antara lain

kloramfenikol, aminoglikosida, klindamisin, eritromisin dan

tetrasiklin.

3. Penghambat sintesis asam nukleat

Antibiotik yang termasuk dalam golongan ini antara lain rifampisin,

nitrofurantoin, dan golongan kuinolon.

2.1.3 Prinsip Penggunaan Antibiotik untuk Terapi Empiris dan Definitif

Berdasarkan ditemukannya kuman atau tidak, maka terapi antibiotika

dapat dibagi dua, yakni terapi empiris dan terapi definitif. Terapi empiris

adalah terapi yang diberikan berdasar diagnosa klinis dengan pendekatan

ilmiah dari klinisi. Sedangkan terapi definitif dilakukan berdasarkan hasil

pemeriksaan mikrobiologis yang sudah pasti jenis kuman dan spektrum

kepekaan antibiotiknya (Utami, 2011).

7
a. Antibiotik Terapi Empiris

Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan

antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri

penyebabnya. Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris adalah

penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab

infeksi, sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi. Indikasi

yang ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan

bakteri tertentu yang paling sering menjadi penyebab infeksi. Dasar

pemilihan jenis dan dosis antibiotik berdasarkan kondisi klinis pasien,

ketersediaan antibiotik, kemampuan antibiotik untuk menembus ke

dalam jaringan atau organ yang terinfeksi, untuk infeksi berat yang

diduga disebabkan oleh polimikroba dapat digunakan antibiotik

kombinasi (Permenkes, 2011).

Rute pemberian antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama

untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat

dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral. Lama pemberian

antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72 jam.

Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis

dan kondisi klinis pasien (Permenkes, 2011). Bila dipakai sebagai

terapi empiris, spektrum antibiotik mencakup semua kuman patogen

yang dicurigai karena kuman penyebab secara pasti belum diketahui.

Penggunaan antibiotik empiris yang memadai dan tepat waktu adalah

landasan pengobatan sehingga mendapatkan hasil yang optimal pada

penyembuhan pasien (Hidayati dkk, 2016).

8
b. Antibiotik Terapi Definitif

Penggunaan antibiotik untuk terapi definitif adalah penggunaan

antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri

penyebab dan pola resistensinya. Terapi definitif merupakan terapi

yang diberikan setelah adanya hasil kultur dan hasil tes sensitivitas.

Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi definitif adalah

penghambatan pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi

serta pasien yang tidak mengalami perbaikan klinis setelah

pemberian terapi antibiotik empiris (Yanuar dkk, 2016).

Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik yaitu efikasi klinik dan

keamanan berdasarkan hasil uji klinik, sensitivitas, biaya, kondisi

klinis pasien, diutamakan antibiotik lini pertama/spektrum sempit,

ketersediaan antibiotik (sesuai formularium rumah sakit), sesuai

dengan pedoman diagnosis dan terapi (PDT) setempat yang terkini

(Permenkes, 2011).

Rute pemberian antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan

pertama untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat

dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral. Jika kondisi

pasien memungkinkan, pemberian antibiotik parenteral harus segera

diganti dengan antibiotik peroral. Lama pemberian antibiotik

definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi bakteri

sesuai diagnosis awal yang telah dikonfirmasi. Selanjutnya harus

dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis

pasien serta data penunjang lainnya (Permenkes, 2011).

9
2.1.3 Pertimbangan Dalam Terapi Antibiotik

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan antibiotik,

antara lain (Cunha, 2014) :

a. Terapi Bakterisida dan Bakteriostatik

Pada kebanyakan kasus infeksi, antibiotik bakteriostatik dan

bakterisid mampu menghambat/ membunuh organisme dengan

kecepatan yang sama dan tidak menjadi faktor dalam penentuan

antibiotik.

b. Monoterapi dan Terapi Kombinasi

Monoterapi antibiotik lebih dipilih dibanding terapi kombinasi,

selain untuk penghematan biaya, monoterapi memiliki risiko yang

lebih kecil dalam terjadinya kesalahan pengobatan, juga dalam

terjadinya dosis yang terlewat serta interaksi obat. Terapi kombinasi

lebih bermanfaat untuk mendapatkan efek sinergis obat. Namun,

karena efek sinergis obat sukar dipantau, antibiotik hanya dapat

dikombinasikan jika efek sinergisnya berdasarkan pada uji klinis.

c. Durasi Terapi

Kebanyakan infeksi bakteri pada inang normal diterapi dengan

antibiotik selama 1-2 minggu. Durasi terapi ini kemungkinan perlu

diperpanjang pada pasien yang memiliki imunitas lemah, infeksi

bakteri kronis. Terapi antibiotik hendaknya tidak dilanjutkan lebih

dari 2 minggu, meski demam ringan masih ada. Terapi yang

diperpanjang tidak memberikan manfaat dan justru meningkatkan

risiko efek samping yang meriugikan, interaksi obat, dan superinfeksi.

10
2.1.4 Indikasi Terapi Golongan Antibiotik

Tabel 1. Terapi antibiotik dan indikasinya (Antibiotic guidelines, 2017)

No Antibiotik Indikasi

1. Penisilin Infeksi saluran pernapasan atas dan bawah,


saluran kemih, kulit, jaringan lunak pasca
operasi.
2. Sefalosporin Diindikasikan pada pasien dengan infeksi
traktus respiratorius bawah, infeksi
kulit,infeksi tulang dan sendi, infeksi intra-
abdomen dan infeksi traktus genitourinarius,
pneumonia, dan meningitis.
3. Aminoglikosida Untuk pasien dengan pneumonia, kolesistisis,
peritonitis, infeksi kulit, inflamasi pada tulang
panggul, edokarditis, meningitis, pencegahan
infeksi setelah pembedahan.
4 Beta-laktam Untuk terapi infeksi saluran kemih, infeksi
pernapasan bawah, infeksi tulang dan sendi,
infeksi kulit.
5. Kloramfenikol Infeksi yang disebabkan oleh salmonella sp,
influenza, bakterimia meningitis.
6. Kuinolon Pengobatan infeksi saluran pernapasan,
infeksi kulit dan jaringan lunak dan infeksi
tulang, infeksi saluran kemih, pneumonia dan
eksaserbasi akut dari penyakit paru obstruksi
menahun.
7 Makrolida Diindikasikan pada pasien dengan infeksi
saluran pernapasan atas dan bawah, infeksi
kulit dan jaringan lunak, profilaksis karena
demam rematik dan konjungtivitis.
8 Tetrasiklin Untuk infeksi saluran kemih, bronkitis,
pneumonia, gonore dan sifilis

11
2.1.5 Faktor-Faktor Terjadinya Resistensi

Menurut Nugroho, endru agung (2012) resistensi merupakan

kemampuan alami bakteri untuk terpengaruh terhadap agen anti-mikrobal.

Resistensi dalam populasi bakteri dapat disebarkan melalui tiga tingkatan,

yaitu transfer bakteri antar individu, transfer gen resisten antar bakteri,

transfer gen resisten antar elemen. Penyebab utama resistensi antibiotik

adalah penggunaannya yang meluas dan irasional. Lebih dari separuh

pasien dalam perawatan menerima antibiotik sebagai pengobatan. Sekitar

80% konsumsi antibiotik dipakai untuk kepentingan manusia dan

sedikitnya 40% berdasarkan indikasi yang kurang tepat. Terdapat beberapa

faktor yang mendukung terjadinya resistensi, antara lain (Utami, 2011) :

1. Penggunaannya yang kurang tepat (irasional)

Penggunaan yang irasional berkaitan erat dengan penggunaan

yang terlalu singkat, dalam dosis yang terlalu rendah, diagnosa awal

yang salah, dalam potensi yang tidak adekuat.

2. Faktor yang berhubungan dengan pasien

Pasien dengan pengetahuan yang minim akan menganggap wajib

diberikan antibiotik dalam penanganan penyakit meskipun disebabkan

oleh virus. Pasien dengan kemampuan finansial yang baik akan

meminta diberikan terapi antibiotik yang paling baru dan mahal

meskipun tidak diperlukan. Bahkan pasien membeli antibiotik sendiri

tanpa peresepan dari dokter (self medication). Sedangkan pasien dengan

kemampuan finansial yang rendah seringkali tidak mampu untuk

menuntaskan regimen terapi.

12
3. Peresepan

Peresepan dapat mempengaruhi resistensi jika dalam jumlah yang

besar, sehingga dapat meningkatkan biaya kesehatan yang tidak perlu

dan seleksi resistensi terhadap obat-obatan baru. Klinisi sering

kesulitan dalam menentukan antibiotik yang tepat karena kurangnya

pelatihan dalam hal penyakit infeksi dan tatalaksana antibiotiknya.

3. Penggunaannya untuk hewan dan binatang ternak

Antibiotik juga dipakai untuk mencegah dan mengobati penyakit

infeksi pada hewan ternak. Dalam jumlah besar antibiotik digunakan

sebagai suplemen rutin untuk profilaksis atau merangsang

pertumbuhan hewan ternak. Bila dipakai dengan dosis subterapeutik,

akan meningkatkan terjadinya resistensi.

2.1.5 Mekanisme Terjadinya Resistensi

Bakteri dapat menjadi resisten terhadap antibiotik jika

pertumbuhannya tidak dapat dihambat secara maksimal oleh antibiotik

(Radji, 2014). Resistensi antibiotik pada terapi antimikroba bisa terjadi

secara alami atau dapatan. Patogen yang tidak tercakup oleh spektrum

suatu antibiotik disebut resistensi alami, sedangkan resistensi dapatan

terjadi ketika patogen yang sebelumnya sensitif tidak lagi sensitif

terhadap antibiotik yang digunakan . Sebagian besar resistensi antibiotik

dapatan terjadi terhadap satu zat spesifik, bukan terjadi pada satu kelas.

Bakteri melakukan penyebaran resistensi tersebut dengan cara mutasi,

transduksi, transformasi dan konjugasi (Cunha, 2014).

13
Timbulnya resistensi terhadap suatu antibiotik terjadi berdasarkan salah

satu atau lebih mekanisme, antara lain (Utami, 2011) :

1. Bakteri mensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur antibiotik.

2. Bakteri mengubah permeabilitasnya terhadap obat.

3. Bakteri mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat.

4. Bakteri mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung

dihambat oleh obat.

5. Bakteri mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan

fungsi metabolismenya.

2.2 Sistem ATC/DDD

2.2.1 Sejarah Sistem ATC/DDD

Penelitian penggunaan obat semakin meningkat sejak adanya metode

ATC/DDD tahun 1960. Pada simposium di Oslo pada tahun 1969 The

Consumption of Drugs menyetujui bahwa diperlukan suatu sistem

klasifikasi yang dapat diterima secara internasional untuk studi

penggunaan obat. Pada simposium yang sama The Drug Utilization

Research Group (DURG) mengembangkan metode untuk penelitian

penggunaan obat. Dengan modifikasi dan pengembangan sistem klasifikasi

The European Pharmaceutical Market Research Association (EPhMRA),

para peneliti Norwegian mengembangkan sistem yang dikenal sebagai

sistem Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) (Guidlines, 2019).

Defined Daily Dose (DDD) digunakan untuk memperbaiki unit

pengukuran internasional untuk digunakan dalam studi penggunaan obat

(Naik et al, 2014).

14
Pada tahun 1981, kantor regional WHO Eropa merekomendasikan

sistem ATC/DDD untuk studi penggunaan obat internasional. Sehubungan

dengan ini, dan untuk membuat agar metode ini digunakan lebih luas,

diperlukan sebuah badan pusat yang bertanggungjawab untuk

mengkoordinasi penggunaan metodologi ini. The WHO Collaborating for

Drug Statistic Methodology didirikan di Oslo pada tahun 1982. Pusatnya

sekarang di Norwegian Institute of Public Health (Guidelines, 2019).

Pada tahun 1996, WHO menyatakan perlu untuk mengembangkan

penggunaan sistem ATC/DDD sebagai suatu standar internasional untuk

studi penggunaan obat. Hal ini penting untuk menyeragamkan studi

penggunaan obat internasional dan untuk direalisasikan dalam pencapaian

akses universal kebutuhan obat dan penggunaan obat yang rasional di

Negara-negara berkembang. Edukasi atau intervensi lain dan memonitor

outcome dari intervensi (Guidelines, 2019).

2.2.2 Tujuan Sistem ATC/DDD

Tujuan dari sistem ATC/DDD adalah sebagai suatu metode

kuantitatif yang digunakan dalam penelitian penggunaan obat untuk

mengetahui dan meningkatkan kualitas penggunaan obat. Sistem

ATC/DDD ini telah direkomendasikan oleh WHO dan dijadikan acuan

internasional dalam studi penggunaan obat (Muslim, 2018).

Tujuan utama The Centre and Working Group adalah untuk menjaga

stabilitas kode ATC dan DDD sepanjang waktu untuk mengikuti trend

penggunaan obat, studi penggunaan obat ini tidak dipengaruhi oleh

perubahan sistem (Guidelines, 2019).

15
2.2.3 Sistem Klasifikasi ATC

Dalam sistem ATC, obat dibagi dalam kelompok yang berbeda

berdasarkan organ atau sistem dimana mereka bertindak sebagai sifat

terapi, sifat farmakologi dan kimia. Obat diklasifikasikan dalam

kelompok pada lima tingkat yang berbeda. Level pertama, obat dibagi

dalam 14 kelompok utama anatomi (Guidelines, 2019).

1. Level 1, level yang paling luas, obat dibagi menjadi 14 kelompok

utama anatomi. Kode level pertama berdasarkan huruf, contoh“J” untuk

anti infeksi yag bekerja secara sistemik.

a) A untuk obat yang bekerja pada sistem digestif (saluran cerna)

b) B untuk obat darah dan organ pembentuk darah

c) C untuk obat yang bekerja pada sistem kardiovaskuler

d) D untuk obat yang bekerja pada kuit

e) G untuk obat yang bekerja pada sistem urinari

f) H untuk obat yang bekerja padaa sistem hormonal

g) J untuk obat antiinfeksi yang bekerja secara sistemik

J01 : penggunaan antibiotik secara sistemik

h) L untuk obat yang bekerja menghambat dan membunuh sel kanker

i) M untuk obat yang bekerja pada otot/tulang sendi

j) N untuk obat yang bekerja pada sistem saraf

k) P untuk obat yang bekerja sebagai antiparasit dan insektisida

l) R untuk obat yang bekerja pada sistem pernapasan

m) S untuk obat yang bekerja pada alat panca indera

n) V untuk obat yang sulit di tentukan DDD-nya (misal allergen)

16
2. Level 2, kelompok utama farmakologi dan terdiri dari dua digit.

3. Level 3, kelompok farmakologi dan terdiri dari satu huruf.

4. Level 4, kelompok kimia dan terdiri dari satu huruf.

5. Level 5, kelompok zat kimia dan terdiri dari dua digit

Sebagai contoh sistem hirarki untuk klasifikasi obat siprofloksasin

dengan kode ATC.

Tabel 2. Contoh Klasifikasi Antibiotik berdasarkan kode ATC

Struktur ATC Level Makna


J 1 Anti infeksi
01 2 Obat Antibiotik
M 3 Golongan kuinolon
A 4 Florokuinolon
02 5 Siprofloksasin

Siprofloksasin diklasifikasikan dalam 5 level dan diberi kode 7 digit

yaitu J01MA02 (Guidelines, 2019) dimana :

Level 1 = J, obat termasuk kelompok yang bekerja sebagai Antiinfeksi.

Level 2 = 01, obat lebih spesifik termasuk subkelompok antibiotik.

Level 3 = M, obat termasuk subkelompok antibiotik golongan kuinolon

Level 4 = A, obat termasuk subkelompok kimia derivate florokuinolon

Level 5 = 02, obat substansi kimia siprofloksasin.

Prinsip umum klasifikasi :

1) Penggunaan terapi utama.

2) Satu kode untuk setiap sediaan.

3) Satu zat dapat mempunyai kode ATC lebih dari satu bila mempunyai

kekuatan dan bentuk sediaan lebih dari satu untuk terapi yang berbeda

(WHO, 2018).

17
2.2.4 DDD (Defined Daily Dose)

Defined Daily Dose (DDD) merupakan suatu unit pengukuran yang

diasumsikan sebagai dosis pemeliharaan rata-rata per hari yang

diperkirakan untuk indikasi utama orang dewasa (Ghaffary et al, 2017).

DDD hanya ditetapkan untuk obat yang mempunyai ATC. DDD

didefinisikan sebagai unit pengukuran dan tidak selalu mencerminkan

dosis harian yang direkomendasikan atau diresepkan. DDD harus

mencerminkan dosis secara umum yang terlepas dari variasi genetik. DDD

meskipun tidak mencerminkan dosis harian yang ditentukan, namun dapat

menyediakan unit standar dan dosis. Data penggunaan obat yang masuk

pada DDD hanya memberi perkiraan dari penggunaan, bukan gambaran

yang tepat tentang penggunaan yang sebenarnya (Tiwari and Baburao,

2017).

DDD bermanfaat dalam mengidentifikasi seberapa potensial terapi

harian dari pengobatan yang diperoleh, terdistribusi atau yang dikonsumsi.

Penggunaan obat dapat dibandingkan dengan menggunakan unit DDD

(WHO, 2018) :

1) Jumlah DDD/ 100 populasi per hari, untuk total penggunaan rawat

inap.

Perhitungan unit DDD pasien rawat inap menggunakan rumus sebagai

berikut (WHO, 2018) :

DDD/100 populasi/hari = ( Jumlah gram antibiotik yang digunakan) x

100 DDD WHO (gram) x Total LOS

LOS : Length Of Stay ( Lama rawat inap)

18
2) Jumlah DDD/ 1000 populasi per hari, untuk total penggunaan rawat

jalan

Perhitungan unit DDD untuk pasien rawat jalan menggunakan rumus

sebagai berikut (WHO, 2018) :

DDD 1 tahun = Total penggunaan obat (g)

DDD obat (WHO)

DDD/1000 KPRJ = Total DDD (1 tahun) x 1000

Total KPRJ
KPRJ : Kunjungan Pasien Rawat Jalan

2.3 Drug Utilization ( DU 90% )

Metode Drug Utilization 90% adalah metode yang menggambarkan

pola dari penggunaan obat. DU 90% merupakan daftar obat yang masuk

akumulasi 90% penggunaan obat setelah diurutkan dari persentase

penggunaan obat terbesar hingga penggunaan terkecil (Alfian dkk, 2012)

Metode ini bertujuan untuk membuat pengelompokkan data dari

penggunaan obat, sehingga dapat menilai kualitas dari penggunaan obat.

Keuntungan dari metode DU 90% dibandingkan dengan indikator lain

adalah menggunakan perhitungan jumlah penggunaan obat, dengan data

penggunaan obat berdasarkan metode ATC/DDD dengan perbandingan

bertaraf internasional (WHO, 2018).

19
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada April – Juni 2019 di Puskesmas

Kebun Kopi dan Puskesmas Paal X Kota Jambi dengan data periode

2017 dan 2018.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan

pengambilan data secara retrospektif di Puskesmas Kebun Kopi dan

Puskesmas Paal X Kota Jambi periode 2017 dan 2018. Data yang

digunakan adalah rekam medik, resep dan buku register pasien rawat

jalan yang mendapat terapi antibiotik sesuai dengan kriteria inklusi.

3.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Pada penelitian ini didapatkan 4.735 rekam medik pasien yang

mendapatkan terapi antibiotik dengan masing-masing 1.190 rekam

medik di Puskesmas kebun kopi periode 2017 dan 1.106 periode 2018.

Jumlah penggunaan antibiotik di Puskesmas Paal X pada periode 2017

sebanyak 1.309 rekam medik dan 1.130 pada periode 2018.

2.Sampel

Total sampel di Puskesmas Kebun kopi adalah 331 rekam medik

pasien rawat jalan periode 2017 dan 291 pada periode 2018. Total

sampel di Puskesmas Paal X adalah 342 rekam medik pasien rawat

20
jalan periode 2017 dan 266 rekam medik pasien periode 2018. Sampel

tersebut didapatkan atas pertimbangan kriteria inklusi dan ekslusi.

Kriteria inklusi meliputi :

a. Pasien yang menggunakan antibiotik pada periode 2017 dan 2018

b. Antibiotik yang memiliki kode ATC J01

c. Rekam medik, resep dan buku register yang lengkap dan dapat

terbaca dengan jelas, meliputi usia pasien, nama antibiotik,

bentuk sediaan, kekuatan sediaan dan total tablet yang digunakan.

Kriteria ekslusi meliputi :

a. Antibiotik topikal

b. Pasien yang menggunakan obat anti TBC

c. Pasien anak-anak

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh Rekam

Medik, resep dan buku register pasien rawat jalan yang mendapatkan

terapi antibiotik yang sesuai dengan kriteria inklusi. Sampel yang terpilih

kemudian dilakukan pengambilan data penggunaan antibiotik berupa

nomor rekam medik, jenis kelamin, usia pasien, nama antibiotik yang

digunakan, kode ATC, usia pasien, diagnosa penyakit, bentuk sediaan,

kekuatan sediaan, dan total tablet yang digunakan.

3.3.2 Analisa data

Data yang diperoleh akan dikumpulkan menjadi data dasar untuk

kemudian dihitung penggunaan antibiotiknya. Data masing-masing

21
antibiotik yang diperoleh, dikelompokkan berdasarkan pengelompokkan

ATC dengan kode J01 yang menujukkan kode antiinfeksi untuk

penggunaan sistemik. Kode ATC/DDD antibiotik yang digunakan pada

periode penelitian dapat diakses melalui http://www.whocc.no/atc-ddd-

in-dex/. Data yang diperoleh dihitung dengan unit pengukuran

DDD/1000 pasien dan DU 90%.

1). DDD 1 tahun = Total penggunaan obat (g)

DDD obat (WHO)

DDD/1000 KPRJ = Total DDD (1 tahun) x 1000

Total KPRJ
KPRJ : Kunjungan Pasien Rawat Jalan

2). Analisa data DU 90% : Nilai DDD/ antibiotik x 100 %

Nilai DDD seluruh antibiotik

DU 90% = % DDD Antibiotik a + %DDD Antibiotik b + dst... = 90%

DU 90 % : Akumulasi 90% penggunaan obat

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Kebun

Kopi dan Puskesmas Paal X Kota Jambi periode 2017 dan 2018

didapatkan hasil penelitian berupa jenis kelamin, usia, diagnosa penyakit,

jenis antibiotik yang digunakan, nilai DDD/1000 pasien dan segmen DU

90%.

3.1.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin diketahui perempuan yang paling banyak

mendapatkan terapi antbiotik di Puskesmas Kebun Kopi dan Puskesmas

Paal X Kota Jambi periode 2017 dan 2018.

Gambar 1. Persentase Pasien berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas


Kebun Kopi dan Puskesmas Paal X periode 2017 dan 2018

70% (203) (193)


(206) (162)
61% 66.32%
60.23% 60.90%
60%
50% (136) (104)
(128)
(98) 39.77% 39.10%
40% 39%
33.68%
30%
20%
10%
0%
Kebun kopi 2017 kebun kopi 2018 Paal X 2017 Paal X 2018

Laki-laki Perempuan

3.1.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, pasien yang memiliki usia > 65 tahun merupakan

usia yang paling banyak mendapatkan terapi antibiotik.

23
Gambar 2.Karakteristik Pasien berdasarkan usia di Puskesmas Kebun
Kopi periode 2017 dan 2018
100 94 89
80 73
64
54 50
60
39 43
40 28 32 36
20
20
0
Puskesmas Kebun kopi 2017 Puskesmas Kebun kopi 2018

18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 > 65

Gambar 3.Karakteristik Pasien berdasarkan usia di Puskesmas Paal X


Kota Jambi periode 2017 dan 2018
150
107
91
100
61 70
45 42 50
50 25 34 29 35
19

0
Puskesmas Paal X 2017 Puskesmas Paal X 2017

18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 > 65

3.1.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Diagnosa Penyakit

Nasofaringitis merupakan diagnosa yang paling banyak

mendapatkan terapi antibiotik di Puskesmas Kebun Kopi dan Puskesmas

Paal X periode 2017 dan 2018. Data dapat dilihat pada gambar 4 dan 5.

Gambar 4. Jumlah pasien berdasarkan diagnosa penyakit di Puskesmas


Kebun Kopi periode 2017 dan 2018
150 141 134

100
59
33 42
50 21 17 16 15
11 10 5 19 26 16 14
3 9 11 11 4 5
0
Puskesmas Kebun Kopi 2017 Puskesmas Kebun Kopi 2018

Nasofaringitis Faringitis akut ISK Diare


Febris Varicella Otitis Malaria
Dermatitis Myalgia Dismenore

24
Gambar 5. Jumlah pasien berdasarkan diagnosa penyakit di Puskesmas
Paal X periode 2017 dan 2018
150 137
119

100

53
44 45
50 31
27 26 21
14 12 8 20 15
11 11 8 6
0
Puskesmas Paal X 2017 Puskesmas Paal X 2018

Nasofaringitis Faringitis akut Febris


konjungtivitis Otitis Dermatitis
Diare ISK Nekrosis Pulpa

3.1.4 Jenis Penggunaan Antibiotik

Berdasarkan jenis antibiotik yang digunakan diketahui amoksisilin

merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan pada pasien rawat

jalan di Puskesmas Kebun Kopi dan Puskesmas Paal X. Data tersebut

tersaji pada gambar 6 dan 7.

Gambar 6. Persentase berdasarkan jenis antibiotik yang digunakan di


Puskesmas Kebun Kopi periode 2017 dan 2018

70.00% (192)
(172)
60.00% 65.98%
51.96%
50.00%
40.00% (79) (56)
(66)
30.00%
23.87% (27) (4)
19.24%
20.00% 19.94%(5) (6) (3) (5) (7)

10.00% 9.28%
1.51% 1.81% 1.72% 2.41% 1.37%
0.91%
0.00%
Puskesmas kebun kopi 2017 Puskesmas kebun kopi 2018

Amoksisilin siprofloksasin sefadroksil


Eritromisin kloramfenikol Tetrasiklin

25
Gambar 7. Persentase berdasarkan jenis antibiotik yang digunakan di
Puskesmas Paal X periode 2017 dan 2018

80.00% (256)
70.00% (159)
74.85% 59.77%
60.00%
50.00%
40.00% (57)
30.00% (33) 21.43% (13) (31)
20.00% (23) (6) (19) 11.65%
(5)
9.65%
4.89% (4) (2)
10.00% 6.73% 5.56% 0.75%
1.75% 1.46% 1.50%
0.00%
Puskesmas Paal x 2017 Puskesmas Paal x 2018

Amoksisilin siprofloksasin sefadroksil


Eritromisin kloramfenikol Tetrasiklin

3.1.5 Nilai DDD/1000 Pasien/tahun dan Segmen DU 90%

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Kebun Kopi dan

Puskesmas Paal X periode 2017 dan 2018 nilai DDD tertinggi antibiotik

di kedua Puskesmas tersebut adalah amoksisilin. Nilai DDD suatu

antibiotik dan segmen DU 90% di Puskesmas Kebun Kopi dapat dilihat

pada tabel 3 dan 4 sedangkan untuk nilai DDD antibiotik dan segmen DU

90% di Puskesmas Paal X Kota Jambi pada periode 2017 dan 2018 dapat

dilihat pada tabel 5 dan 6.

Tabel 3. Hasil analisa kuantitatif berdasarkan DDD/1000 pasien/tahun


dan DU 90% di Puskesmas Kebun Kopi Periode 2017
Antibiotik Kode ATC DDD/ % %
1000 Kumulatif
2017
Amoksisilin J01CA04 31,63 48,66%* 48,66%
Siprofloksasin J01MA02 21,79 33,52%* 82,18%
Sefadroksil J01DB05 9,1 14,00%* 96,18%
Eritromisin J01FA01 1,38 2,12% 98,3%
Tetrasiklin J01AA07 0,827 1,28% 99,58%
Kloramfenikol J01BA01 0,27 0,42% 100%
Total 65,00 100%
* Segmen DU 90%

26
Tabel 4. Hasil analisa kuantitatif berdasarkan DDD/1000pasien/tahun
dan DU 90% di Puskesmas Kebun Kopi periode 2018

Antibiotik Kode ATC DDD/ % %


1000 Kumulatif
2017
Amoksisilin J01CA04 33,366 61,64%* 61,64%
Siprofloksasin J01MA02 14,598 26,97%* 88,61%
Sefadroksil J01DB05 3,519 6,50%* 95,11%
Eritromisin J01FA01 1,303 2,41% 97,52%
Tetrasiklin J01AA07 1,043 1,92% 99,44%
Kloramfenikol J01BA01 0,304 0,56% 100%
Total 54,133 100%
* Segmen DU 90%

Tabel 5. Hasil analisa kuantitatif berdasarkan DDD/1000pasien/tahun


dan DU 90% di Puskesmas Paal X periode 2017

Antibiotik Kode ATC DDD/ % %


1000 Kumulatif
2017
Amoksisilin J01CA04 38,589 74,42%* 74,42%
Siprofloksasin J01MA02 7,461 14,39%* 88,81%
Sefadroksil J01DB05 2,6 5,01%* 93,82%
Eritromisin J01FA01 1,357 2,62% 96,44%
Tetrasiklin J01AA07 1,13 2,18% 98,62%
Kloramfenikol J01BA01 0,716 1,38% 100%
Total 51,85 100%

* Segmen DU 90%

Tabel 6. Hasil analisa kuantitatif berdasarkan DDD/1000pasien/tahun


dan DU 90% di Puskesmas Paal X periode 2018

Antibiotik Kode ATC DDD/ % %


1000 Kumulatif
2017
Amoksisilin J01CA04 29,134 52,18%* 52,17%
Siprofloksasin J01MA02 15,666 28,06* 80,24%
Eritromisin J01FA01 8,52 15,26%* 95,5%
Sefadroksil J01DB05 1,786 3,20% 98,7%
Tetrasiklin J01AA07 0,5497 0,98% 99,68%
Kloramfenikol J01BA01 0,183 0,33% 100%
Total 55,8387 100%

* Segmen DU 90%

27
4.2 Pembahasan

Antibiotik merupakan kelompok obat dengan frekuensi yang paling

sering digunakan dalam pengobatan, bahkan sering terdapat kesalahan

dalam pemilihan jenis antibiotik yang tepat (Hasrianna dkk, 2015). Metode

ATC/DDD telah diperkenalkan WHO sebagai metode standar untuk studi

penggunaan obat. WHO merekomendasikan DDD/1000 pasien/hari

sebagai cara untuk menghitung kuantitas penggunaan antibiotik pada

pasien rawat jalan (Guidelines, 2019).

Dari hasil penelitian di dapatkan jumlah sampel penelitian di

Puskesmas Kebun Kopi periode 2017 sebanyak 331 dan 291 pada periode

2018. Jumlah sampel di Puskesmas Paal X pada periode 2017 sebanyak

342 pasien dan menurun pada periode 2018 sebanyak 266 pasien. Jumlah

sampel di masing-masing Puskesmas tersebut dikarenakan pertimbangan

kriteria inklusi dan ekslusi. Dalam penelitian ini didapatkan data yaitu

jenis kelamin, usia, diagnosa penyakit, jenis antibiotik yang digunakan,

nilai DDD/1000 pasien/tahun dan segmen DU 90%.

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar 1 diketahui pasien perempuan yang paling

banyak mendapatkan terapi antbiotik di Puskesmas Kebun Kopi dan

Puskesmas Paal X Kota Jambi periode 2017 dan 2018. Perempuan

memiliki risiko lebih sering terinfeksi jika dibandingkan dengan laki-laki,

dikarenakan perempuan mudah mengalami penurunan sistem kekebalan

tubuh dan memiliki ekspresi gen yang berbeda, dimana laki-laki memiliki

ekspresi gen yang lebih banyak dibandingkan perempuan(Ingersoll, 2017).

28
4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Usia

Berdasarkan gambar 2 dan 3 di dapatkan pravalensi jumlah pasien

dengan usia > 65 tahun lebih banyak mendapatkan terapi antibiotik

dibandingkan rentang usia yang lain. Berbagai infeksi seperti infeksi

saluran pernapasan dan infeksi saluran kemih akan menyerang usia

tersebut. Setiap tahun lebih dari 90% kematian akibat infeksi saluran

pernapasan terjadi pada usia > 65 tahun. Jumlah sel T yang berperan dalam

melawan bakteri akan terus menurun seiring bertambahnya usia, sehingga

seseorang akan mengalami penurunan sistem imun tubuh dan rentan

terinfeksi (Linehan and Fitzgerald, 2015).

Antibiotik amoksisilin banyak diberikan pada usia lanjut, yang harus

diperhatikan pada pemberian antibiotik pada usia lanjut pada umumnya

adalah mengalami mild renal impairement (gangguan fungsi ginjal ringan)

sehingga penggunaan antibiotik tertentu yang eliminasinya terutama

melalui ginjal memerlukan penyesuaian dosis atau perpanjangan interval

pemberian. Komorbiditas pada usia lanjut yang sering menggunakan

berbagai jenis obat memerlukan pertimbangan terjadinya interaksi dengan

antibiotik (Kemenkes, 2011).

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Diagnosa Penyakit

Berdasarkan gambar 4 dan 5 diketahui jumlah penyakit terbanyak di

Puskesmas Kebun Kopi dan Puskesmas Paal X periode 2017 dan 2018

yaitu nasofaringitis. Menurut data Departemen kesehatan Provinsi Jambi

tahun 2013-2015 nasofaringitis menempati posisi pertama penyakit

29
terbesar di provinsi Jambi, yaitu sebanyak 110.305 pasien yang menderita

penyakit tersebut (Depkes, 2015).

Nasofaringitis dan faringitis akut merupakan penyakit yang termasuk

kedalam ISPA non pneumonia. ISPA adalah salah satu penyakit infeksi

yang bisa disebabkan oleh bakteri maupun virus. Terapi pokok untuk

infeksi saluran pernapasan akut adalah terapi dengan menggunakan

antibiotik jika disebabkan oleh bakteri, jika disebabkan oleh virus maka

tidak perlu penggunaan antibiotik (Kusumanata dan Endrawati, 2013).

Penggunaan terapi antibiotik untuk ISPA non pneumonia tidak boleh

melebihi dari angka yang telah ditetapkan yaitu 20% (Kemenkes, 2017)

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, maka diketahui total

penggunaan terapi antibiotik di kedua Puskesmas tersebut pada

nasofaringitis melebihi batas penggunaan yang ditetapkan.

4.2.4 Berdasarkan Jenis Antibiotik yang digunakan

Dari hasil penelitian di Puskesmas Kebun Kopi dan Puskesmas Paal X

pada periode 2017 dan 2018 terdapat enam jenis antibiotik yang digunakan

di kedua Puskesmas tersebut yaitu antibiotik amoksisilin, siprofloksasin,

sefadroksil, kloramfenikol, eritromisin dan tetrasiklin. Penggunaan jenis

antibiotik yang bervariasi dapat menyebabkan seseorang akan semakin

mudah rentan terhadap resistensi (Pradipta et al. 2012).

Penggunaan terapi antibiotik yang paling banyak digunakan di

Puskesmas Kebun Kopi dan Puskesmas Paal X periode 2017 dan 2018

adalah amoksisilin. Amoksisilin merupakan antibiotik yang banyak

tersedia pada unit-unit pelayanan kesehatan masyarakat terutama

30
puskesmas (Chudlori dkk, 2012). Berdasarkan penelitian di Puskesmas

Bali, Jenis Antibiotik yang diresepkan pada seluruh pasien faringitis akut

yang diteliti adalah amoksisilin (Apsari, Dwicandra, dan Jaelani 2017).

Amoksisilin merupakan antibiotik golongan beta-laktam yang

menghambat sintesis di dinding sel bakteri. Antibiotik tersebut bisa

digunakan sebagai terapi empiris untuk berbagai jenis infeksi dikarenakan

amoksisilin mempunyai spektum luas yang aktif terhadap bakteri gram

positif dan negatif dan umum digunakan untuk infeksi pernapasan (Pani et

al. 2015)

Apabila dibandingkan, penggunaan terapi antibiotik amoksisilin di

Puskesmas kebun Kopi pada periode 2017 menurun bila dibandingkan

dengan tahun 2018. Di Puskesmas Paal X penggunaan terapi antibiotik

amoksisilin lebih tinggi pada periode 2017 dibandingkan penggunaan

terapi pada periode 2018. Penggunaan antibiotik yang tinggi menunjukkan

tingginya kejadian infeksi (Pradipta et al. 2012)

Peresepan antibiotik berlebih merupakan masalah utama di pelayanan

kesehatan primer, di mana hampir 90% kasus diresepkan antibiotik oleh

dokter. Faringitis akut terutama disebabkan oleh virus, maka penggunaan

antibiotik, hanya memberikan efek yang terbatas terhadap perbaikan

gejala. Oleh karena itu pasien seharusnya tidak perlu diresepkan antibiotik.

Resiko yang diakibatkan karena penggunaan antibiotik berlebih, adalah

peningkatan resistensi antibiotik (Llor and Bjerrum 2014). Tiga puluh

sampai enam puluh persen kasus faringitis akut disebabkan oleh virus dan

5-20% kasus disebabkan oleh bakteri group A β- hemolytic streptococcus.

31
Oleh sebab itu pada sebagian besar kasus tidak diperlukan antibiotik untuk

mengatasi kondisi tersebut (Hersh, Jackson, and Hicks 2013).

4.2.5 Nilai DDD/1000 Pasien/tahun dan Segmen DU 90%

Nilai DDD/1000 pasien/tahun tertinggi di Puskesmas kebun kopi dan

puskesmas Paal X Kota Jambi selaras dengan penelitian di Puskesmas

Gorontalo (Pani et al, 2015) dan Puskesmas Bali (Apsari, Dwicandra, dan

Jaelani 2017) dimana di Puskesmas tersebut amoksisilin merupakan

antibiotik yang memiliki nilai DDD tertinggi dibandingkan dengan

kuantitas antibiotik yang lain. Berdasarkan tabel 3 dan 4 diketahui nilai

DDD antibiotik amoksisilin pada periode 2017 adalah 31,63DDD/1000

KPRJ dan 33,366 DDD/1000 KPRJ pada periode 2018. Berdasarkan tabel

4 diketahui nilai DDD amoksisilin periode 2017 adalah 38,589DDD/1000

KPRJ dan 29,134DDD/1000 KPRJ pada periode 2018.

Tingginya penggunaan amoksisilin di kedua Puskesmas tersebut

berdasarkan hasil diskusi dengan dokter , menurut dokter kecenderungan

pemberian amoksisilin kepada pasien yaitu dengan alasan amoksisilin

merupakan salahsatu antibiotik yang bisa digunakan dengan baik untuk

terapi empiris, mulai dari kasus infeksi ringan sampai dengan infeksi

sedang (Pharmaceutical care, 2013).

Penggunaan antibiotik dalam terapi faringitis akut yang diebabkan oleh

Streptococcus grup A perlu diketahui terlebih dahulu penyebabnya

sebelum terapi dimulai. Terapi antibiotik dapat dimulai lebih dahulu bila

disertai kecurigaan yang tinggi terhadap bakteri sebagai penyebab, sambil

menunggu hasil pemeriksaan kultur. Terapi dini dengan antibiotik

32
menyebabkan resolusi dari tanda dan gejala yang cepat. Namun perlu

diingat bahwa faringitis akut biasanya sembuh dengan sendirinya, demam

dn gejala lain biasanya menghilang setelah 3-4 hari meskipun tanpa

antibiotik (Pharmaceutical care, 2013).

Beberapa golongan antibiotik terbukti efektif pada terapi faringitis

akut yaitu mulai dari penisilin, sefalosforin dan makrolida. Penggunaan

terapi tersebut sesuai dengan pemberian antibiotik di Puskesmas kebun

kopi dan puskesmas Paal X yaitu pemberian amoksisilin sebagai terapi

faringitis akut. Amoksisilin merupakan antibiotik lini pertama yang

diberikan pada faringitis akut. Lama terapi dengan antibiotik oral rata-rata

selama 10 hari untuk memastikan eradikasi Strepococcus,kecuali pada

azitromisin hanya 5 hari (Pharmaceutical care, 2013).

Menurut WHO (2015) penggunaan antibiotik harus diminimalkan

dalam penanganan infeksi. Semakin kecil nilai DDD maka semakin

rendah kemungkinan terjadinya resistensi. Kuantitas penggunaan

antibiotik yang kecil menujukkan dokter semakin selektif dalam memilih

terapi untuk pasien, sehingga lebih mendekati prinsip penggunaan

antibiotik yang bijak (Mahmudah, Sumiwi, dan Hartini 2016). Penggunaan

antibiotik perlu dimonitoring karena diketahui bahwa penggunaan

antibiotik yang berlebihan dapat meningkatkan terjadi resistensi dan hal

inipun menjadi fokus secara nasional maupun global (Pani et al. 2015).

Kota Jambi merupakan salahsatu daerah yang menggunakan antibiotik

yang tinggi. Tidak hanya para dokter yang selama beberapa dekade

33
memberikan saja antibiotik yang diminta pasien (terlepas dari apakah

mereka membutuhkan atau tidak), beberapa negara masih menganggap

antibiotik sebagai obat bebas. Menurut Dr Marc Sprenger, direktur

program antimikroba WHO tingginya penggunaan antibiotik ini tidak ada

hubungannya dengan lebih banyak orang yang sakit, ini sekedar

merupakan fenomena budaya (Kemenkes, 2017).

Penggunaan antibiotik di Indonesia, terutama di Kota Jambi perlu

diberikan panduan dan pendiddikan tentang meresepkan antibiotik yang

aman dan masuk akal. Apoteker perlu mengontrol pemberian antiiotik, jika

penggunaan antibiotik tidak dikontrol akan terjadi resistensi antibiotik

yang secara klinis membahayakan tubuh manusia. Resistensi antibiotik

dipercepat oleh penggunaan antibiotik secara berlebihan atau tidak

rasional, serta pencegahan dan pengendalian infeksi yang buruk

(Kemenkes, 2017).

Sebelum memulai terapi dengan antibiotik sangat penting untuk

dipastikan apakah infeksi benar-benar ada. Hal ini disebabkan ada

beberapa kondisi penyakit maupun obat yang dapat memberikan

gejala/tanda yang mirip dengan infeksi. Selain itu pemakaian antibiotik

tanpa didasari bukti infeksi dapat menyebabkan meningkatnya insiden

resistensi maupun potensi reaksi obat berlawanan yang dialami pasien.

Bukti infeksi dapat berupa adanya tanda infeksi seperti demam,

leukositosis, inflamasi ditempat infeksi, produksi infiltrat dari tempat

infeksi, maupun hasil kultur (Pharmaceutical care, 2013).

34
Metode DU 90% merupakan metode yang digunakan untuk melihat

jumlah obat yang mencapai 90% penggunaan, yang sering digunakan

bersamaan dengan metode ATC/DDD. Penilaian terhadap obat yang

masuk kedalam segmen DU 90% diperlukan untuk menekankan segmen

obat tersebut dalam hal evaluasi, pengendalian penggunaan dan

perencanaan pengadaan obat (Mahmudah, Sumiwi, dan Hartini 2016).

Sebanyak 6 jenis antibiotik yang diberikan di kedua Puskesmas

tersebut tidak semua antibiotik masuk ke dalam segmen DU 90%.

Antibiotik yang masuk segmen DU 90% di Puskesmas Kebun kopi periode

2017 dan 2018 adalah amoksisilin, siprofloksasin, dan sefadroksil.

Antibiotik yang masuk segmen DU 90% di Puskesmas Paal X periode

2017 adalah amoksisilin, siprofloksasin, dan sefadroksil. Sedangkan pada

periode 2018 antibiotik yang masuk ke dalam segmen DU 90% adalah

amoksisilin, siprofloksasin dan eritromisin.

Antibiotik yang masuk kedalam segmen DU 90% memiliki potensi

besar terhadap kejadian resistensi (Pani et al. 2015). Sebuah Studi telah

menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat penggunaan antibiotik

dengan kejadian resistensi (Hasrianna et al. 2015). Resistensi merupakan

dampak yang negatif dari pemakaian antibiotik yang irasional, penggunaan

antibiotik dengan indikasi yang tidak jelas, dosis atau lama pemakaian

yang tidak sesuai, cara pemakaian yang kurang tepat, status obat yang

tidak jelas, serta pemakaian antibiotik secara berlebihan (Sumiwi, 2014).

35
Menurut WHO (2015), bakteri yang mengalami resisten yaitu kondisi

dimana bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik. Sehingga antibiotik

yang awalnya efektif untuk pengobatan infeksi menjadi tidak efektif lagi.

Data WHO menunjukkan angka kematian akibat resistensi sampai tahun

2014 sekitar 700 ribu pertahun. Dengan cepatnya perkembangan dan

penyebaran infeksi akibat bakteri resisten, pada tahun 2050 diperkirakan

kematian tersebut lebih besar dibandingkan kematian akibat kanker

(Kemenkes, 2017).

Antibiotik yang masuk ke dalam segmen DU 90% sangat penting

dilakukan pemantauan penggunaannya untuk mencegah terjadinya

resistensi. Apoteker sebagai tenaga medis yang berwenang dalam

pemberian obat, perlu mengontrol dengan baik penyerahan antibiotik

terutama di Puskesmas. Masyarakat juga agar tidak menggunakan

antibiotik tanpa diagnosa dokter terlebih dahulu. Diharapkan apoteker

dapat melakukan pemantauan dan evaluasi dari penggunaan antibiotik di

fasilitas kesehatan (Kemenkes, 2017). Salah satu kebijakkan dalam

menekan angka kejadian resistensi adalah pembatasan penggunaan

antibiotik sehingga dapat dilakukan penggantian tren penggunaan

antibiotik pada suatu periode tertentu (Hasrianna et al. 2015).

36
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, nilai dikedua puskesmas

adalah amoksisilin dengan masing-masing di Puskesmas Kebun kopi yaitu

31,63 DDD/1000KPRJ periode 2017 dan 33,366 DDD/1000KPRJ pada

2018, antibiotik yang masuk segmen DU 90% di puskesmas tersebut adalah

amoksisilin, siprofloksasin, dan sefadroksil. Sedangkan di puskesmas Paal

X yaitu 38,589 DDD/1000KPRJ periode 2017 dan 29,134 DDD/1000KPRJ

periode 2018. Antibiotik yang masuk segmen DU 90% di Puskesmas Paal X

periode 2017 adalah amoksisilin, siprofloksasin dan sefadroksil. Sedangkan

periode 2018 adalah amoksisilin, siprofloksasin dan eritromisin.

5.2 Saran

Perlu dilakukan studi kualitatif mengenai rasionalitas penggunaan

antibiotik, khususnya antibiotik yang masuk segmen DU 90% di

Puskesmas Kebun Kopi dan Puskesmas Paal X Kota Jambi sebagai upaya

pengendalian resistensi antibiotik.

37
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Sofa D, Eva S Tarigan, Irma M Puspitasari, dan Rizky Abdulah. (2012).
Profil Penggunaan Antituberkulosis Di Apotek Di Kota Bandung Periode
2008 – 2010. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Bandung 12(1): 147–53.

Apsari, D. puspita, Dwicandra, N. made oka, dan Jaelani, abdul khodir. (2017).
Pola peresepan antibiotik pada manajemen faringitis akut dewasa di
puskesmas. Jurnal Endurance, 2(3), 263.

Badan Pengawas obat dan makanan Republik Indonesia. (2017). Informasi obat
nasional Indonesia. Jakarta : Koperpom.

Cunha, Burke A, MD, MACP. (2014). Esensial Antibiotik (Edisi 7). Jakarta :
EGC.

Carolina, Maria, dan Aris Widayati. (2014). Evaluasi Penggunaan Antibiotika


Dengan Metode DDD (Defined Daily Dose) Pada Pasien Anak Rawat
Inap Di Sebuah Rumah Sakit Pemerintah Di Yogyakarta Periode Januari-
Juni 2013. Media Farmasi. 11(1): 81–89.

Chudlori, B., Kuswandi, M., & Indrayudha, P. (2012). Pola kuman dan
resistensinya terhadap antibiotika dari spesimen pus di RSUD Dr.
Moewardi tahun 2012. Pharmacon, 13(2), 70–76.

Departement of health. (2017). National antibiotic guidelines. Manila,


phillipines.

Departemen kesehatan provinsi Jambi. (2015). Profil kesehatan kota jambi tahun
2015. Jambi.

Direktorat bina farmasi komunitas dan klinik. (2013). Pharmaceutical Care


untuk penyakit infeksi saluran pernapasan. Departemen Kesehatan RI.

Ghaffary, Saba, Taher Entezari-maleki, Jamshid Abdollahpour, and Hadi


Hamishehkar. (2017). Measurement and Comparison of Inpatient
Antibiotic Use in Five Different Hospitals in Tabriz. Pharmaceuitical
Sciences 23(1): 37–41.

Hasrianna, Annisa nurul, milanda tiana, pradipta ivan, abdullah rizky (2015).
Monitoring Penggunaan Antibiotik Dengan Metode ATC / DDD dan
DU 90 % Di RSUD Abepura Jayapura , Indonesia. Jurnal Farmasi
Klinik Indonesia. 4(3).

Hidayati, Helmi Arifin, dan Raveinal. (2016). Kajian Penggunaan Antibiotik


Pada Pasien Sepsis Dengan Gangguan Ginjal. Jurnal Sains Farmasi &
Klinis 2(2): 129–37.

38
Hersh, A. L., Jackson, M. A., & Hicks, L. A. (2013). Principles of Judicious
Antibiotic Prescribing for Upper Respiratory Tract Infections in
Pediatrics.Journal of the American Academy of Pediatrics, 132(6), 1146–
1154.

Ingersoll, M. A. (2017). Sex differences shape the response to infectious


diseases. PLOS, 13(12), 1–6.

Katzung, Bertram G., susan B. Masters, and Anthony J. Trefor. 2012. Basic &
Clinical Pharmacology Edisi 12.

Kementrian kesehatan. (2011). Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia


tentang pedoman pelayanan kefarmasian untuk terapi antibiotik.

Kementrian kesehatan. (2017). Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia


nomor 2406/Menkes/per/XII/2017 tentang pedoman umum penggunaan
antibiotik.

Klein, Eili Y et al. 2018. Global Increase and Geographic Convergence in


Antibiotic Consumption between 2000 and 2015. PNAS Lates Article : 1
8.

Kusumanata, M., dan Endrawati, S. (2013). Pola Pengobatan Infeksi Saluran


Pernafasan Akut (ISPA) Pasien Pediatrik Rawat Inap Di RSUD
Karanganyar Bulan November 2013-Maret 2014. IJMS -Indonsian
Journal on Medical Science, 1(2), 41–44.

Linehan, E, and D C Fitzgerald. 2015. “Ageing and the Immune Syste: Focus on
Macrophages. European Journal of Microbiology and Immunology 5(1):
14–24.

Llor, C., dan Bjerrum, L. (2014). Antimicrobial resistance : risk associated with
antibiotic overuse and initiatives to reduce the problem. Therapeutic
Advances in Drug Safety 229–241.

Mahmudah, F., Sumiwi, S. A., & Hartini, S. (2016). Studi penggunaan antibiotik
berdasarkan ATC/DDD di bagian bedah digestif di salah satu rumah
sakit di bandung. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 5(4), 293–
298.

Menkes. (2011). Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor


2406/Menkes/per/XII/2011 tentang pedoman umum penggunaan
antibiotik.

Muslim, Zamharira. (2018). Antibiotic Prescription To Pediatric In Hospital


Bengulu, Indonesia : ATC / DDD Index. International Journal Of
Pharmacy And Pharmaeutical Sciences 10(5): 10–13.

39
Naik, Harish Govind et al. (2014). Drug Utilization Study on Antibiotics Use in
the Upper Respiratory Tract Infection. International Journal of Tren
terbaru di Sains Dan Teknologi, ISSN 2277-2812 E-ISSN 2249-8109
10(2): 299–302.

Nugroho, Agung Endru. (2012).Farmakologi obat-obat penting dalam


pembelajaran ilmu farmasi dan dunia kesehatan. Yogyakarta : Pustaka
pelajar.

Pani, S., Barliana, M. I., Halimah, E., Pradipta, I. S., & Annisa, N. (2015).
Monitoring Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC / DDD dan DU
90 %: Studi Observasional di Seluruh Puskesmas Kabupaten Gorontalo
Utara. Jurnal Farmasi Klinik, 4(4), 275–280.

Patel, Suhena, Amit Shah, and Rima B Shah. 2016. “Evaluation of Drug
Utilization Pattern of Antimicrobials Using ATC / DDD System in
Intensive Care Unit of a Tertiary-Care Teaching Hospital.” International
Journal of Medical Science and Public Health 5(01).

Radji, Maksum. (2014). Mekanisme aksi molekuler antibiotik dan kemoterapi.


Jakarta: EGC.

Pradipta, I. S., Febrina, E., Ridwan, M. H., & Ratnawati, R. (2012). Identifikasi
Pola Penggunaan Antibiotik sebagai Upaya Pengendalian Resistensi
Farmasi Klinik, 1, 16–24.

Pratama, Septa. (2019). Monitoring penggunaan antibiotik di bangsal penyakit


dalam RSUD kerinci. Riset Informasi Kesehatan, 8(1), 57–62.

Sholih Mally G, Ahmad Muhtadi, Siti Saidah. (2015). Rasionalitas Penggunaan


Antibiotik Di Salah Satu Rumah Sakit Umum Di Bandung Tahun 2010.
Jurnal farmasi klinik, 4,01: 63-70.

Sumiwi, S. A. (2014). Kualitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien


BedahDigestif di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung Quality of
Antibiotics Use in Patients with Digestive Surgery in Hospital in
Bandung City. Jurnal Farmasi Klinik, 3(4).

Tiwari, Smita Anand, and Ghongane Balasaheb Baburao. (2017). ATC / DDD
Method to Assess the Injectable Antibiotics Utilization in a Tertiary Care
Teaching General Hospital in India ATC / DDD Method to Assess the
Injectable Antibiotics Utilization in a Tertiary Care Teaching General
Hospital in India. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences 16(06):
39–43.

Utami, eka rahayu. (2011). Antibiotika, Resistensi, Dan Rasionalitas Terapi.


Jurnal Fakultas Saintek, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim. Malang. 1(4): 191–98.

40
World health organization. (2018). Collaborating centere for drug statistic
methodology ATC and DDD.

World health organization. (2019). Guidelines for ATC clasification and DDD
asigment.

Woolhouse, Mark, Catriona Waugh, Meghan Rose Perry, and Harish Nair. 2016
Global Disease Burden Due to Antibiotic Resistence. International
Journal Of Pharmacy And Pharmaeutical Sciences 6(1): 6–10.

Yanuar, Wihda, Ika Puspitasari, and Titik Nuryastuti. 2016. “Outcome Pada
Pasien Anak Dengan Meningitis Bakterial Di Evaluation of Definitive
Antibiotik Suitability for Clinical Outcomein.” Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi 6(3): 187–204.

41
Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Bulan Ke
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6
1 Penyusunan proposal
2. Persiapan dan Seminar
Proposal
3. Pelaksanaan
penelitian/pengolahan data
4. Penyusunan hasil penelitian/
seminar hasil
5. Penyempurnaan skripsi dan
persiapan ujian komprehensif
6. Ujian Komprehensif

42
Lampiran 2. Skema Penelitian

Puskesmas Kebun
Kopi dan Paal X
Kota Jambi

Survei awal

Rekam Medik, resep dan


buku register Pasien
Rawat Jalan

Kriteria inklusi dan Ekslusi

Pengambilan Data

Analisa Data

Pembahasan

Kesimpulan
dan saran
43
Lampiran 3. Jumlah Sampel Penelitian yang telah diekslusi

1.Puskesmas Kebun Kopi Periode 2017

Populasi 1.190

Pasien anak-anak Antibiotik Sediaan


Topikal
420
360

hhh
Pasien yang menggunakan Pasien dengan
obat anti TBC rekamMedik tidak
lengkap dan tidak jelas
44
35

Sampel
331

2.Puskesmas Kebun Kopi Periode 2018

Populasi 1.106

Pasien anak-anak Antibiotik Sediaan


Topikal
370
401

hhh
Pasien yang menggunakan Pasien dengan
obat anti TBC rekamMedik tidak
lengkap dan tidak jelas
24
20

Sampel
291

44
3.Puskesmas Paal X Periode 2017

Populasi 1.309

Pasien anak-anak Antibiotik Sediaan


Topikal
431
470

hhh
Pasien yang menggunakan Pasien dengan
obat anti TBC rekamMedik tidak
lengkap dan tidak jelas
24
42

Sampel
342

4.Puskesmas Paal X Periode 2018

Populasi 1.130
Pasien anak-anak Antibiotik Sediaan
Topikal
411
388

hhh
Pasien yang menggunakan Pasien dengan
obat anti TBC rekamMedik tidak
lengkap dan tidak jelas
11
29

Sampel
291

45
Lampiran 3. Data Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Kebun Kopi Periode 2017

Tabel 8. Data Penggunaan Antibiotik Amoksisilin di Puskesmas Kebun Kopi Periode


2017

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan Kaplet penggunaan DDD
1 6 L 20 tahun Dismenore 500 mg 10 5000 mg 3,33
2 8 P 65 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
3 10 P 25 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
4 14 P 27 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
5 18 L 35 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
6 19 P 34 tahun Malaria 500 mg 10 5000 mg 3,33
7 20 P 70 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
8 22 L 32 tahun Febris 500 mg 10 5000 mg 3,33
9 22 L 68 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
10 22 L 30 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
11 23 L 45 tahun Febris 500 mg 10 5000 mg 3,33
12 24 P 18 tahun Varicella 500 mg 10 5000 mg 3,33
13 27 P 45 tahun Febris 500 mg 10 5000 mg 3,33
14 27 P 22 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
15 32 P 42 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
16 32 P 35 tahun Febris 500 mg 10 5000 mg 3,33
17 34 L 34 tahun Varicella 500 mg 10 5000 mg 3,33
18 39 P 54 tahun Febris 500 mg 10 5000 mg 3,33
19 42 L 66 tahun Diare 500 mg 10 5000 mg 3,33
20 43 L 19 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
21 43 L 55 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
22 45 P 72 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
23 49 P 54 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
24 56 P 18 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
25 56 P 42 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
26 58 P 47 tahun Febris 500 mg 10 5000 mg 3,33
27 64 L 55 tahun Varicella 500 mg 10 5000 mg 3,33
28 65 L 65 tahun Diare 500 mg 10 5000 mg 3,33
29 67 L 46 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
30 68 P 66 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
31 68 P 43 tahun Febris 500 mg 10 5000 mg 3,33
32 86 P 37 tahun Varicella 500 mg 10 5000 mg 3,33
33 89 P 55 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
34 90 P 42 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
35 93 P 65 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33

46
36 99 L 34 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
37 100 P 65 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
38 110 L 67 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
39 110 L 34 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
40 111 L 66 tahun Varicella 500 mg 10 5000 mg 3,33
41 112 P 58 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
42 112 P 46 tahun Dermatitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
43 126 P 35 tahun Varicella 500 mg 10 5000 mg 3,33
44 128 L 55 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
45 129 L 50 tahun Febris 500 mg 10 5000 mg 3,33
46 129 P 43 tahun Diare 500 mg 10 5000 mg 3,33
47 130 L 20 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
48 132 P 27 tahun Varicella 500 mg 10 5000 mg 3,33
49 182 L 66 tahun Dermatitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
50 184 P 27 tahun Dismenore 500 mg 10 5000 mg 3,33
51 187 L 59 tahun Varicella 500 mg 10 5000 mg 3,33
52 191 L 60 tahun Varicella 500 mg 10 5000 mg 3,33
53 191 P 38 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
54 193 P 68 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
55 194 P 35 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
56 207 L 67 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
57 207 L 48 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
58 213 L 66 tahun Febris 500 mg 10 5000 mg 3,33
59 214 P 70 tahun Myalgia 500 mg 10 5000 mg 3,33
60 217 P 37 tahun Varicella 500 mg 10 5000 mg 3,33
61 220 P 57 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
62 224 P 48 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
63 233 P 65 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
64 237 L 49 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
65 238 P 66 tahun Varicella 500 mg 10 5000 mg 3,33
66 242 L 65 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
67 253 L 66 tahun Myalgia 500 mg 10 5000 mg 3,33
68 253 P 49 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
69 255 P 37 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
70 257 P 55 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
71 262 P 66 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
72 264 P 59 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
73 272 P 68 tahun Dermatitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
74 272 P 66 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
75 272 P 45 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
76 273 P 58 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33

47
77 287 P 66 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
78 307 L 66 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
79 318 P 55 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
80 321 L 55 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
81 323 L 60 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
82 325 L 66 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
83 328 L 69 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
84 332 P 58 tahun ISK 500 mg 10 5000 mg 3,33
85 343 L 47 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
86 344 L 29 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
87 344 P 35 tahun Otitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
88 345 L 68 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
89 353 L 20 tahun Varicella 500 mg 10 5000 mg 3,33
90 353 P 45 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
91 353 L 56 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
92 353 P 60 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 3,33
93 354 L 21 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
94 357 P 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
95 363 P 64 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
96 373 L 37 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
97 382 L 60 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
98 383 P 69 tahun Myalgia 500 10 5000 3,33
99 384 P 45 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
100 389 P 20 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
101 422 P 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
102 432 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
103 434 L 71 tahun ISK 500 10 5000 3,33
104 434 L 67 tahun Febris 500 10 5000 3,33
105 443 P 54 tahun ISK 500 10 5000 3,33
106 443 L 65 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
107 447 P 66 tahun Febris 500 10 5000 3,33
108 448 P 66 tahun Diare 500 10 5000 3,33
109 454 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
110 455 P 34 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
111 455 P 45 tahun Diare 500 10 5000 3,33
112 455 P 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
113 456 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
114 462 L 70 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
115 466 P 42 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
116 467 P 32 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
117 471 P 44 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33

48
118 473 L 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
119 478 P 34 tahun Myalgia 500 10 5000 3,33
120 483 P 58 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
121 484 P 60 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
122 484 P 43 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
123 485 L 69 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
124 486 L 54 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
125 487 P 54 tahun Febris 500 10 5000 3,33
126 492 L 69 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
127 494 L 64 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
128 499 P 32 tahun Diare 500 10 5000 3,33
129 500 P 69 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
130 525 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
131 534 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
132 543 P 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
133 544 L 45 tahun ISK 500 10 5000 3,33
134 544 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
135 544 L 34 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
136 544 L 55 tahun ISK 500 10 5000 3,33
137 545 P 49 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
138 545 L 43 tahun Febris 500 10 5000 3,33
139 547 P 66 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
140 548 P 68 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
141 553 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
142 564 P 60 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
143 574 P 43 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
144 582 L 29 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
145 587 P 55 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
146 587 L 20 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
147 587 P 63 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
148 589 L 22 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
149 644 P 29 tahun Febris 500 10 5000 3,33
150 645 P 59 tahun Diare 500 10 5000 3,33
151 646 P 42 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
152 648 P 56 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
153 660 L 25 tahun Dismenore 500 10 5000 3,33
154 665 P 65 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
155 666 P 19 tahun Malaria 500 10 5000 3,33
156 670 L 25 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
157 678 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
158 689 P 70 tahun Myalgia 500 10 5000 3,33

49
159 689 P 58 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
160 699 L 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
161 705 P 49 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
162 727 P 30 tahun Febris 500 10 5000 3,33
163 744 L 20 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
164 776 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
165 785 P 33 tahun Febris 500 10 5000 3,33
166 843 P 65 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
167 932 P 67 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
168 937 P 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
169 942 P 58 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
170 949 L 48 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
171 972 L 66 tahun ISK 500 10 5000 3,33
172 994 P 69 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
Total 1720 860000 573,33
Diketahui :

Kode ATC amoksisilin : J01CA04

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total kaplet yang digunakan/pasien = 10 kaplet

DDD WHO Amoksisilin = 1500 mg

Total pasien yang menggunakan amoksisilin = 172 pasien

KPRJ = 18.127 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ amoksisilin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 3,33 DDD

DDD WHO 1500mg

DDD/1000 KPRJ = 573,33 x 1000 = 31,63DDD/1000 KPRJ/tahun

18.127

50
Tabel . 9 Data Penggunaan Antibiotik Siprofloksasin di Puskesmas Kebun Kopi Periode
2017

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet Penggunaan DDD
1 20 L 36 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 5
2 29 L 47 tahun Otitis 500 mg 10 5000 5
3 46 P 56 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 5
4 58 L 38 tahun ISK 500 mg 10 5000 5
5 84 L 68 tahun ISK 500 mg 10 5000 5
6 96 L 60 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 5
7 102 P 65 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 5
8 111 P 27 tahun Diare 500 mg 10 5000 5
9 119 L 55 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 5
10 119 P 53 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 5
11 122 P 52 tahun Faringitis 500 mg 10 5000 5
12 125 P 60 tahun ISK 500 mg 10 5000 5
13 126 L 34 tahun Otitis 500 10 5000 5
14 128 L 63 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
15 128 L 35 tahun Faringitis 500 10 5000 5
16 128 P 26 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
17 133 P 50 tahun Faringitis 500 10 5000 5
18 134 P 66 tahun Otitis 500 10 5000 5
19 152 P 48 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
20 165 L 66 tahun ISK 500 10 5000 5
21 173 L 65 tahun Otitis 500 10 5000 5
22 192 P 55 tahun Otitis 500 10 5000 5
23 198 P 60 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
24 219 L 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
25 221 P 59 tahun ISK 500 10 5000 5
26 221 P 59 tahun ISK 500 10 5000 5
27 221 P 68 tahun ISK 500 10 5000 5
28 223 P 70 tahun ISK 500 10 5000 5
29 233 P 59 tahun Faringitis 500 10 5000 5
30 234 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
31 240 P 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
32 255 P 66 tahun Otitis 500 10 5000 5
33 263 P 66 tahun ISK 500 10 5000 5
34 271 L 58 tahun ISK 500 10 5000 5
35 271 P 67 tahun ISK 500 10 5000 5
36 283 P 48 tahun ISK 500 10 5000 5
37 345 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5

51
38 356 P 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
39 367 P 66 tahun Faringitis 500 10 5000 5
40 373 P 60 tahun Otitis 500 10 5000 5
41 378 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
42 378 L 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
43 382 P 57 tahun ISK 500 10 5000 5
44 383 L 33 tahun Faringitis 500 10 5000 5
45 389 L 66 tahun ISK 500 10 5000 5
46 389 L 46 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
47 430 L 55 tahun ISK 500 10 5000 5
48 432 P 69 tahun Otitis 500 10 5000 5
49 433 P 29 tahun Diare 500 10 5000 5
50 438 P 46 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
51 453 L 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
52 476 P 27 tahun Febris 500 10 5000 5
53 484 P 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
54 487 L 46 tahun ISK 500 10 5000 5
55 493 L 32 tahun Faringitis 500 10 5000 5
56 493 P 66 tahun ISK 500 10 5000 5
57 498 P 60 tahun ISK 500 10 5000 5
58 501 P 28 tahun Otitis 500 10 5000 5
59 523 P 65 tahun Otitis 500 10 5000 5
60 584 P 26 tahun Diare 500 10 5000 5
61 589 P 46 tahun Otitis 500 10 5000 5
62 590 P 65 tahun Faringitis 500 10 5000 5
63 594 P 43 tahun ISK 500 10 5000 5
64 594 P 59 tahun ISK 500 10 5000 5
65 637 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
66 638 L 66 tahun ISK 500 10 5000 5
67 673 P 66 tahun ISK 500 10 5000 5
68 721 P 49 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
69 727 P 33 tahun Diare 500 10 5000 5
70 754 P 58 tahun ISK 500 10 5000 5
71 758 L 50 tahun ISK 500 10 5000 5
72 763 L 58 tahun Otitis 500 10 5000 5
73 784 L 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
74 874 P 70 tahun Faringitis 500 10 5000 5
75 895 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
76 898 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
77 954 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
78 983 P 60 tahun ISK 500 10 5000 5

52
79 994 P 69 tahun Faringitis 500 10 5000 5
Total 790 395000 395
Diketahui :

Kode ATC siprofloksasin: J01MA02


Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total tablet yang digunakan/pasien = 10 tablet

DDD WHO Siprofloksasin = 1000 mg

Total pasien yang menggunakan siprofloksasin = 79 pasien

KPRJ = 18.127 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ siprofloksasin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 5 DDD

DDD WHO 1000mg

DDD/1000 KPRJ = 395 x 1000 = 21,79 DDD/1000 KPRJ/tahun

18.127

53
Tabel 10. Data Penggunaan Antibiotik Sefadroksil di Puskesmas Kebun Kopi Periode
2017

No. Jenis kekuatan jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan kapsul Pengunaan DDD
1 32 L 58 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
2 43 P 38 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
3 44 L 45 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
4 47 L 26 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
5 53 P 50 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
6 66 P 68 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
7 66 L 42 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
8 70 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
9 75 P 20 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
10 76 P 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
11 96 P 48 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
12 98 L 66 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
13 122 L 59 tahun Dermatitis 500 10 5000 2,5
14 123 L 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
15 129 P 59 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
16 172 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
17 233 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
18 234 P 54 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
19 237 P 66 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
20 262 L 66 tahun Nasofarigitis 500 10 5000 2,5
21 322 L 45 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
22 322 P 18 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
23 332 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
24 343 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
25 345 L 21 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
26 345 P 18 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
27 345 L 42 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
28 345 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
29 348 L 36 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
30 353 P 43 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
31 356 L 18 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
32 432 P 49 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
33 443 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
34 445 L 60 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
35 445 P 66 tahun Dermatitis 500 10 5000 2,5
36 445 L 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
37 453 L 66 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5

54
38 453 P 39 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
39 455 L 26 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
40 456 L 67 tahun Dermatitis 500 10 5000 2,5
41 465 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
42 467 P 67 tahun Dermatitis 500 10 5000 2,5
43 476 L 55 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
44 478 L 20 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
45 487 P 45 tahun Faringitis a 500 10 5000 2,5
46 489 P 69 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
47 543 L 66 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
48 545 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
49 545 P 60 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
50 554 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
51 554 L 19 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
52 564 L 67 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
53 585 L 66 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
54 587 P 19 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
55 587 P 66 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
56 590 P 67 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
57 644 L 55 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
58 654 P 64 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
59 655 L 45 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
60 665 P 40 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
61 677 P 50 tahun Dermatitis 500 10 5000 2,5
62 766 P 43 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
63 788 L 39 tahun Faringitis 500 10 5000 2,5
64 887 L 36 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
65 982 L 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
66 997 L 64 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
Total 660 330000 165
Diketahui :

Kode ATC : J01DB05


Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total kapsul yang digunakan/pasien = 10 kapsul

DDD WHO Sefadroksil = 2000 mg

Total pasien yang menggunakan sefadroksil = 66 pasien

KPRJ = 18.127 pasien

55
Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ sefadroksil?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 2,5

DDD WHO 2000mg

DDD/1000 KPRJ = 165 x 1000 = 9,10 DDD/1000 KPRJ/tahun

18.127

56
Tabel 11. Data Penggunaan Antibiotik Kloramfenikol di Puskesmas Kebun Kopi
Periode 2017

No. Jenis kekuatan Total total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan kaplet penggunaan DDD
1 119 P 66 tahun Diare 250 10 2500 0,83
2 208 P 56 tahun Diare 250 10 2500 0,83
3 323 P 43 tahun Diare 250 10 2500 0,83
4 522 P 19 tahun Diare 250 10 2500 0,83
5 562 L 35 tahun Diare 250 10 2500 0,83
6 790 L 20 tahun Diare 250 10 2500 0,83
Total 60 15000 5,00
Diketahui :

kode ATC kloramfenikol : J01BA01

Kekuatan Sediaan = 250 mg

Total kaplet yang digunakan/pasien = 10 kaplet

DDD WHO kloramfenikol = 3000 mg

KPRJ = 18.127 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ kloramfenikol?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 250 mg x 10 = 0,83DDD

DDD WHO 3000mg

DDD/1000 KPRJ/ = 5 x 1000 = 0,27 DDD/1000 KPRJ/tahun

18.127

57
Tabel 12. Data Penggunaan Antibiotik Eritromisin di Puskesmas Kebun Kopi Periode
2017

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet Penggunaan DDD
1 130 L 41 tahun Diare 500 10 5000 5
2 145 P 23 tahun Diare 500 10 5000 5
3 372 P 68 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
4 421 P 29 tahun Diare 500 10 5000 5
5 507 P 43 tahun Diare 500 10 5000 5
Total 50 25000 25
Diketahui :

Kode ATC eritromisin : J01FA01

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total tablet yang digunakan/pasien = 10 tablet

DDD WHO eritromisin = 1000 mg

KPRJ = 18.127 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ eritromisin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 5 DDD

DDD WHO 1000mg

DDD/1000 KPRJ = 25 x 1000 = 1,38 DDD/1000 KPRJ/tahun

18.127

58
Tabel 13. Data Penggunaan Antibiotik Tetrasiklin di Puskesmas Kebun Kopi Periode
2017

No. Jenis kekuatan jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet Penggunaan DDD
1 59 L 66 tahun ISK 500 10 5000 5
2 203 P 58 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
3 421 L 66 tahun ISK 500 10 5000 5
Total 30 15000 15
Diketahui :

Kode ATC tetrasiklin : J01AA07

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total kapsul yang digunakan/pasien = 10 kapsul

DDD WHO tetrasiklin = 1000 mg

KPRJ = 18.127 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ tetrasiklin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 5DDD

DDD WHO 1000mg

DDD/1000 KPRJ = 15 x 1000 = 0,827 DDD/1000 KPRJ/tahun

18.127

59
Lampiran 4. Data Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Kebun Kopi Periode 2018

Tabel 14. Data Penggunaan Antibiotik Amoksisilin di Puskesmas Kebun Kopi Periode
2018

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan kaplet penggunaan DDD
1 28 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
2 44 L 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
3 59 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
4 101 P 71 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
5 120 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
6 128 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
7 128 P 26 tahun Febris 500 10 5000 3,33
8 132 P 55 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
9 137 P 26 tahun Febris 500 10 5000 3,33
10 145 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
11 152 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
12 166 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
13 173 P 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
14 179 P 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
15 193 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
16 193 P 46 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
17 199 P 49 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
18 201 P 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
19 208 L 28 tahun Febris 500 10 5000 3,33
20 213 P 39 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
21 219 P 54 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
22 222 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
23 241 P 47 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
24 247 L 66 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
25 249 P 42 tahun Diare 500 10 5000 3,33
26 252 P 55 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
27 255 P 38 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
28 261 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
29 262 L 47 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
30 271 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
31 290 L 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
32 302 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
33 337 P 18 tahun Disminore 500 10 5000 3,33
34 383 L 65 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33

60
35 421 L 26 tahun Febris 500 10 5000 3,33
36 468 P 19 tahun Febris 500 10 5000 3,33
37 472 L 25 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
38 473 L 69 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
39 475 P 58 tahun myalgia 500 10 5000 3,33
40 482 L 66 tahun ISK 500 10 5000 3,33
41 491 L 26 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
42 500 L 28 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
43 500 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
44 503 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
45 507 P 57 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
46 507 L 64 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
47 621 P 59 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
48 625 P 33 tahun Diare 500 10 5000 3,33
49 677 L 26 tahun Febris 500 10 5000 3,33
50 679 P 34 tahun Diare 500 10 5000 3,33
51 723 P 26 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
52 746 P 70 tahun ISK 500 10 5000 3,33
53 771 P 64 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
54 779 P 66 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
55 800 P 46 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
56 801 L 65 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
57 804 P 71 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
58 809 L 27 tahun Malaria 500 10 5000 3,33
59 820 P 64 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
60 837 L 26 tahun Febris 500 10 5000 3,33
61 845 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
62 847 P 31 tahun Diare 500 10 5000 3,33
63 890 P 68 tahun ISK 500 10 5000 3,33
64 899 P 46 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
65 902 P 58 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
66 1010 P 26 tahun Febris 500 10 5000 3,33
67 1020 L 45 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
68 1033 P 19 tahun disminore 500 10 5000 3,33
69 1064 P 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
70 1072 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
71 1078 L 37 tahun Diare 500 10 5000 3,33
72 1094 L 41 tahun Diare 500 10 5000 3,33
73 1111 P 46 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
74 1111 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
75 1119 P 31 tahun Febris 500 10 5000 3,33

61
76 1120 L 30 tahun Diare 500 10 5000 3,33
77 1137 P 55 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
78 1173 P 17 tahun disminore 500 10 5000 3,33
79 1320 P 49 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
80 1349 L 70 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
81 1367 P 64 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
82 1389 L 52 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
83 1401 L 49 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
84 1408 P 27 tahun Febris 500 10 5000 3,33
85 1423 P 26 tahun Febris 500 10 5000 3,33
86 1427 L 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
87 1445 L 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
88 1452 L 34 tahun Diare 500 10 5000 3,33
89 1457 L 28 tahun Malaria 500 10 5000 3,33
90 1457 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
91 1459 L 27 tahun Diare 500 10 5000 3,33
92 1460 L 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
93 1479 P 24 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
94 1491 P 32 tahun Febris 500 10 5000 3,33
95 1491 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
96 1493 P 30 tahun Diare 500 10 5000 3,33
97 1499 P 61 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
98 1520 L 49 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
99 1520 L 26 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
100 1524 P 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
101 1538 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
102 1540 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
103 1546 L 26 tahun Febris 500 10 5000 3,33
104 1549 P 70 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
105 1550 P 54 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
106 1553 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
107 1557 P 65 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
108 1560 P 49 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
109 1562 P 66 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
110 1563 L 69 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
111 1564 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
112 1565 L 27 tahun Febris 500 10 5000 3,33
113 1569 L 59 tahun Diare 500 10 5000 3,33
114 1577 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
115 1582 L 49 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
116 1585 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33

62
117 1585 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
118 1589 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
119 1589 P 20 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
120 1590 P 34 tahun Febris 500 10 5000 3,33
121 1590 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
122 1611 P 26 tahun Malaria 500 10 5000 3,33
123 1611 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
124 1632 L 54 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
125 1634 P 37 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
126 1637 P 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
127 1639 P 36 tahun Diare 500 10 5000 3,33
128 1640 P 70 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
129 1666 L 59 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
130 1670 P 39 tahun Diare 500 10 5000 3,33
131 1677 P 47 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
132 1681 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
133 1700 P 39 tahun Diare 500 10 5000 3,33
134 1700 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
135 1701 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
136 1709 P 55 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
137 1911 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
138 1927 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
139 1942 P 60 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
140 2000 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
141 2001 P 49 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
142 2010 P 18 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
143 2014 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
144 2019 P 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
145 2019 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
146 2037 P 69 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
147 2099 P 19 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
148 2109 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
149 2117 P 19 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
150 2222 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
151 2245 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
152 2263 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
153 2273 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
154 2289 L 70 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
155 2290 L 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
156 2291 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
157 2300 P 61 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33

63
158 2310 L 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
159 2333 P 67 tahun Diare 500 10 5000 3,33
160 2341 L 22 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
161 2347 P 58 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
162 2353 L 69 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
163 2369 L 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
164 2379 P 68 tahun myalgia 500 10 5000 3,33
165 2380 L 46 tahun Febris 500 10 5000 3,33
166 2385 P 72 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
167 2389 P 44 tahun Diare 500 10 5000 3,33
168 2391 P 56 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
169 2393 L 64 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
170 2394 P 58 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
171 2397 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
172 2400 P 70 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
173 2402 P 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
174 2420 L 44 tahun Diare 500 10 5000 3,33
175 2450 L 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
176 2540 P 69 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
177 2550 L 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
178 2550 L 42 tahun Diare 500 10 5000 3,33
179 2555 L 64 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
180 2559 P 65 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
181 2590 P 20 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
182 2593 P 66 tahun ISK 500 10 5000 3,33
183 2597 L 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
184 2598 P 66 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
185 2600 P 70 tahun ISK 500 10 5000 3,33
186 2601 P 18 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
187 2607 P 60 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
188 2611 L 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
189 2620 L 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
190 2643 L 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
191 2851 P 18 tahun Varicella 500 10 5000 3,33
192 2857 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
1920 960000 640,00
Diketahui :

Kode ATC amoksisilin : J01CA04

Kekuatan Sediaan = 500 mg

64
Total kaplet yang digunakan/pasien = 10 kaplet

DDD WHO Amoksisilin = 1500 mg

Total pasien yang menggunakan amoksisilin = 192 pasien

KPRJ = 19.181 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ amoksisilin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 3,33 DDD

DDD WHO 1500mg

DDD/1000 KPRJ/tahun = 640 x 1000 = 33,366 DDD/1000/KPRJ/tahun

19.181

65
Tabel 15. Data Penggunaan Antibiotik Siprofloksasin di Puskesmas Kebun Kopi
Periode 2018

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet penggunaan DDD
1 5 L 49 tahun Nasofaringitis 500 mg 10 5000 mg 5
2 7 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
3 15 P 46 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
4 91 P 43 tahun Faringitis 500 10 5000 5
5 92 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
6 111 P 55 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
7 114 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
8 120 L 18 tahun Dismenore 500 10 5000 5
9 172 P 55 tahun ISK 500 10 5000 5
10 191 P 66 tahun ISK 500 10 5000 5
11 219 L 43 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
12 222 P 23 tahun Diare 500 10 5000 5
13 231 L 45 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
14 237 P 66 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
15 241 P 56 tahun Faringitis 500 10 5000 5
16 273 L 53 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
17 290 P 45 tahun Faringitis 500 10 5000 5
18 295 P 63 tahun ISK 500 10 5000 5
19 313 P 54 tahun Faringitis 500 10 5000 5
20 317 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
21 318 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
22 331 58 57 tahun ISK 500 10 5000 5
23 372 66 60 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
24 401 L 65 tahun Faringitis 500 10 5000 5
25 440 P 65 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
26 465 P 54 tahun Myalgia 500 10 5000 5
27 536 P 21 tahun Diare 500 10 5000 5
28 686 L 46 tahun Faringitis 500 10 5000 5
29 750 L 47 tahun Diare 500 10 5000 5
30 771 P 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
31 843 P 60 tahun ISK 500 10 5000 5
32 1011 L 45 tahun Faringitis 500 10 5000 5
33 1013 L 54 tahun Faringitis 500 10 5000 5
34 1017 P 23 tahun Diare 500 10 5000 5
35 1040 L 54 tahun Faringitis 500 10 5000 5
36 1101 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5

66
37 1112 P 64 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
38 1169 P 32 tahun Diare 500 10 5000 5
39 1184 P 67 tahun ISK 500 10 5000 5
40 1195 L 58 tahun ISK 500 10 5000 5
41 1334 L 66 tahun Myalgia 500 10 5000 5
42 1345 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
43 1377 L 66 tahun ISK 500 10 5000 5
44 1406 P 49 tahun Faringitis 500 10 5000 5
45 1427 L 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
46 1478 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
47 1518 L 44 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
48 1599 P 45 tahun Faringitis 500 10 5000 5
49 1644 P 67 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
50 1902 P 19 tahun Diare 500 10 5000 5
51 2001 L 45 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
52 2018 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
53 2019 L 53 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
54 2092 L 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
55 2170 P 67 tahun ISK 500 10 5000 5
56 2244 P 54 tahun Faringitis 500 10 5000 5
Total 560 280000 280
Diketahui :

Kode ATC siprofloksasin : J01MA02

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total tablet yang digunakan/pasien = 10 tablet

DDD WHO Siprofloksasin = 1000 mg

Total pasien yang mendapatkan siprofloksasin = 56 RM pasien

KPRJ = 19.181 pasien


Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ siprofloksasin?

Jawab :
DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 5DDD

DDD WHO 1000mg

DDD/1000 KPRJ = 280 x 1000 = 14,597 DDD/1000/KPRJ/tahun

19.181

67
Tabel 16. Data Penggunaan Antibiotik Sefadroksil di Puskesmas Kebun Kopi Periode
2018

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan kapsul penggunaan DDD
1 130 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
2 133 L 36 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
3 139 L 37 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
4 146 P 68 tahun faringitis 500 10 5000 2,5
5 155 P 66 tahun Otitis 500 10 5000 2,5
6 172 P 36 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
7 196 P 36 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
8 208 P 67 tahun Otitis 500 10 5000 2,5
9 284 P 55 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
10 349 P 41 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
11 426 P 39 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
12 472 P 27 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
13 500 P 18 tahun Dismenore 500 10 5000 2,5
14 899 P 44 tahun faringitis 500 10 5000 2,5
15 1110 P 65 tahun Otitis 500 10 5000 2,5
16 1111 L 36 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
17 1190 L 66 tahun ISK 500 10 5000 2,5
18 1445 P 36 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
19 2019 P 66 tahun ISK 500 10 5000 2,5
20 2300 L 39 tahun faringitis 500 10 5000 2,5
21 2506 L 44 tahun faringitis 500 10 5000 2,5
22 2509 P 69 tahun Otitis 500 10 5000 2,5
23 2723 L 35 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
24 2723 P 37 tahun faringitis 500 10 5000 2,5
25 2728 P 39 tahun faringitis 500 10 5000 2,5
26 2765 P 56 tahun faringitis 500 10 5000 2,5
27 2802 L 36 tahun Malaria 500 10 5000 2,5
Total 270 135000 67,5
Diketahui :

Kode ATC sefadroksil : J01DB05

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total kapsul yang digunakan/pasien = 10 kapsul

DDD WHO Sefadroksil = 2000 mg

68
KPRJ = 19.181 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ sefadroksil?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 2,5 DDD

DDD WHO 2000mg

DDD/1000 KPRJ = 67,5 x 1000 = 3,519 DDD/1000 KPRJ/tahun

19.181

69
Tabel 17. Data Penggunaan Antibiotik Kloramfenikol di Puskesmas Kebun Kopi
Periode 2018

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan kaplet penggunaan DDD
1 78 L 66 tahun Nasofaringitis 250 10 2500 0,83
2 129 P 60 tahun Nasofaringitis 250 10 2500 0,83
3 421 L 59 tahun Nasofaringitis 250 10 2500 0,83
4 501 L 66 tahun Nasofaringitis 250 10 2500 0,83
5 537 P 55 tahun Nasofaringitis 250 10 2500 0,83
6 748 P 45 tahun Nasofaringitis 250 10 2500 0,83
7 943 P 27 tahun Diare 250 10 2500 0,83
Total 70 17500 5,83
Diketahui :

Kode ATC kloramfenikol : J01BA01

Kekuatan Sediaan = 250 mg

Total kaplet yang digunakan/pasien = 10 kaplet

DDD WHO kloramfenikol = 3000 mg

KPRJ = 19.181 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ kloramfenikol?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 250 mg x 10 = 0,83DDD

DDD WHO 3000mg

DDD/1000 KPRJ = 5,83 x 1000 = 0,304 DDD/1000 KPRJ/tahun

19.181

70
Tabel 18. Data Penggunaan Antibiotik Eritromisin di Puskesmas Kebun Kopi Periode
2018

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet Penggunaan DDD
1 216 L 46 tahun Diare 500 10 5000 5
2 237 P 66 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
3 909 P 68 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
4 1223 P 59 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
5 2100 L 70 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
Total 50 25000 25
Diketahui :

Kode ATC eritromisin : J01FA01

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total tablet yang digunakan/pasien = 10 tablet

DDD WHO eritromisin = 1000 mg

KPRJ = 19.181 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ eritromisin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 5 DDD

DDD WHO 1000mg

DDD/1000 KPRJ = 25 x 1000 = 1,303DDD/1000 KPRJ/tahun

19.181

71
Tabel 19. Data Penggunaan Antibiotik Tetrasiklin di Puskesmas Kebun Kopi Periode
2018

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan kapsul penggunaan DDD
1 109 P 67 tahun ISK 500 10 5000 5
2 426 P 67 tahun ISK 500 10 5000 5
3 429 L 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
4 2700 P 66 tahun ISK 500 10 5000 5
40 20000 20
Diketahui :

Kode ATC tetrasiklin : J01AA07

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total kapsul yang digunakan/pasien = 10 kapsul

DDD WHO tetrasiklin = 1000 mg

KPRJ = 19.181 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ tetrasiklin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 5 DDD

DDD WHO 1000mg

DDD/1000 KPRJ = 20 x 1000 = 1,043DDD/1000 KPRJ/tahun

19.181

72
Lampiran 5. Data Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Paal X Periode 2017

Tabel 20. Data Penggunaan Antibiotik Amoksisilin di Puskesmas Paal X Periode 2017

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan Kaplet Penggunaan DDD
1 2 P 26 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
2 4 L 34 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
3 5 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
4 8 P 60 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
5 12 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
6 19 L 34 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
7 32 L 59 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
8 32 L 66 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
9 34 L 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
10 102 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
11 110 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
12 120 P 55 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
13 120 L 66 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 3,33
14 122 L 33 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
15 122 P 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
16 122 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
17 128 L 69 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
18 128 L 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
19 128 P 27 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
20 129 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
21 129 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
22 173 P 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
23 173 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
24 173 L 56 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
25 182 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
26 188 L 32 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
27 201 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
28 210 P 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
29 212 P 33 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
30 218 P 35 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
31 238 L 31 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
32 248 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
33 272 P 63 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
34 273 L 58 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
35 273 L 24 tahun Febris 500 10 5000 3,33

73
36 281 P 68 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
37 281 L 66 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
38 282 L 34 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
39 290 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
40 291 P 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
41 311 L 66 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
42 319 L 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
43 320 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
44 321 P 33 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
45 321 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
46 328 L 67 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
47 329 L 54 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
48 329 P 69 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
49 329 P 66 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
50 330 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
51 338 P 21 tahun Febris 500 10 5000 3,33
52 349 P 60 tahun nasofaringitis 500 10 5000 3,33
53 373 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
54 381 L 69 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
55 382 L 70 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
56 382 P 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
57 382 P 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
58 383 P 65 tahun Diare 500 10 5000 3,33
59 384 P 53 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
60 388 P 69 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
61 391 P 70 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
62 391 P 27 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
63 392 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
64 393 L 61 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
65 402 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
66 422 P 29 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
67 423 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
68 428 L 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
69 428 P 69 tahun Faringitis Akut 500 10 5000 3,33
70 429 L 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
71 429 L 26 tahun Febris 500 10 5000 3,33
72 430 P 66 tahun Diare 500 10 5000 3,33
73 439 L 70 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
74 439 P 69 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
75 439 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
76 439 L 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33

74
77 439 P 28 tahun Febris 500 10 5000 3,33
78 442 P 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
79 444 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
80 473 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
81 478 L 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
82 482 P 66 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 3,33
83 484 L 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
84 490 P 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
85 493 L 26 tahun Febris 500 10 5000 3,33
86 500 P 58 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
87 577 L 60 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
88 589 P 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
89 647 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
90 719 L 57 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
91 737 P 40 tahun Febris 500 10 5000 3,33
92 883 L 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
93 919 P 26 tahun Febris 500 10 5000 3,33
94 1012 L 64 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
95 1021 P 68 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
96 1022 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
97 1101 P 58 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
98 1190 P 57 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
99 1193 P 60 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
100 1202 P 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
101 1202 P 66 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
102 1202 P 58 tahun Faringitis Akut 500 10 5000 3,33
103 1209 P 54 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
104 1210 L 60 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
105 1228 L 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
106 1262 P 72 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
107 1262 L 31 tahun Diare 500 10 5000 3,33
108 1271 L 57 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
109 1271 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
110 1271 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
111 1272 L 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
112 1272 P 52 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
113 1272 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
114 1273 L 66 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
115 1273 L 33 tahun Diare 500 10 5000 3,33
116 1281 L 27 tahun Febris 500 10 5000 3,33
117 1281 L 30 tahun Febris 500 10 5000 3,33

75
118 1283 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
119 1283 P 69 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
120 1292 L 58 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
121 1292 P 64 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
122 1292 P 54 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
123 1292 P 69 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
124 1292 P 70 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
125 1293 L 66 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
126 1299 P 70 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
127 1389 P 66 tahun Febris 500 10 5000 3,33
128 1733 P 69 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
129 1737 L 58 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
130 1737 L 55 tahun Febris 500 10 5000 3,33
131 1738 P 57 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
132 1819 L 60 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
133 1823 L 69 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
134 1828 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
135 1833 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
136 1837 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
137 1903 L 70 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
138 1921 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
139 1932 P 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
140 1992 L 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
141 2001 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
142 2010 L 65 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 3,33
143 2010 P 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
144 2011 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
145 2011 P 70 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
146 2101 L 47 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
147 2101 P 55 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
148 2101 P 54 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
149 2101 P 46 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
150 2101 L 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
151 2101 P 66 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
152 2118 L 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
153 2182 L 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
154 2188 P 56 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
155 2189 L 66 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
156 2191 L 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
157 2191 P 66 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
158 2191 P 72 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33

76
159 2192 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
160 2210 L 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
161 2271 L 55 tahun Febris 500 10 5000 3,33
162 2282 L 66 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
163 2282 P 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
164 2299 P 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
165 2302 L 69 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
166 2373 P 70 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
167 2378 L 72 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
168 2382 L 66 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
169 2389 L 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
170 2393 P 65 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
171 2400 P 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
172 2711 P 57 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
173 2711 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
174 2717 L 65 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
175 2732 L 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
176 2771 L 54 tahun Febris 500 10 5000 3,33
177 2782 L 58 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
178 2811 P 46 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
179 2831 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
180 2833 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
181 2838 L 64 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
182 2839 P 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
183 2883 P 43 tahun Febris 500 10 5000 3,33
184 2898 P 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
185 2910 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
186 2911 L 70 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
187 2919 L 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
188 2930 L 72 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
189 2933 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
190 2933 P 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
191 3103 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
192 3200 P 73 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
193 3202 L 58 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
194 3202 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
195 3202 P 64 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
196 3202 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
197 3277 P 45 tahun Febris 500 10 5000 3,33
198 3281 L 68 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33
199 3282 L 66 tahun Faringitis 500 10 5000 3,33

77
200 3282 P 70 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
201 3289 P 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
202 3290 P 55 tahun Febris 500 10 5000 3,33
203 3292 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
204 3292 P 67 tahun Febris 500 10 5000 3,33
205 3292 L 70 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 3,33
206 3292 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
207 3299 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
208 3302 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
209 3339 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
210 3372 P 70 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
211 3377 L 54 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
212 3399 L 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
213 3632 P 67 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
214 3674 P 69 tahun Faringitis Akut 500 10 5000 3,33
215 3678 P 53 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
216 3712 L 54 tahun Febris 500 10 5000 3,33
217 3719 P 59 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
218 3722 L 66 tahun Faringitis Akut 500 10 5000 3,33
219 3722 L 46 tahun Febris 500 10 5000 3,33
220 3728 L 56 tahun Faringitis Akut 500 10 5000 3,33
221 3728 P 59 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
222 3732 P 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
223 3738 L 66 tahun Febris 500 10 5000 3,33
224 3772 P 65 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
225 3781 P 64 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
226 3811 L 65 tahun Faringitis Akut 500 10 5000 3,33
227 3822 L 70 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
228 3828 P 64 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
229 3829 L 57 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
230 3844 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
231 3849 L 70 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
232 3849 P 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
233 3849 L 69 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
234 3849 L 67 tahun Febris 500 10 5000 3,33
235 3873 P 66 tahun Faringitis Akut 500 10 5000 3,33
236 3881 L 59 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
237 3892 P 70 tahun Faringitis Akut 500 10 5000 3,33
238 3901 L 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
239 3911 L 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
240 3911 P 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33

78
241 3911 P 69 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
242 3922 P 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
243 3929 P 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
244 3944 L 66 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
245 3993 P 67 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
245 3993 L 70 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
247 4001 P 56 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
248 4202 L 72 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
249 4392 P 66 tahun Faringitis Akut 500 10 5000 3,33
250 4726 P 71 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
251 4729 P 67 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
252 4773 P 70 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
253 4833 L 73 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
254 4920 P 66 tahun Faringitis Akut 500 10 5000 3,33
255 4921 P 68 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 3,33
256 4939 L 59 tahun Febris 500 10 5000 3,33
Total 2560 1280000 853,33
Diketahui :

Kode ATC amoksisilin : J01CA04

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total kaplet yang digunakan/pasien = 10 kaplet

DDD WHO Amoksisilin = 1500 mg

Total pasien yang mendapatkan amoksisilin =256 pasien

KPRJ = 22.113 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ amoksisilin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 3,33 DDD

DDD WHO 1500mg

DDD/1000 KPRJ = 8533,33 x 1000 = 38,589 DDD/1000 KPRJ/tahun

22.113

79
Tabel 21. Data Penggunaan Antibiotik Siprofloksasin di Puskesmas Paal X Periode
2017

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan Tablet penggunaan DDD
1 6 P 24 tahun febris 500 10 5000 5
2 90 L 18 tahun febris 500 10 5000 5
3 108 P 31 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
4 109 P 29 tahun Diare 500 10 5000 5
5 128 P 18 tahun diare 500 10 5000 5
6 246 P 26 tahun febris 500 10 5000 5
7 329 P 18 tahun febris 500 10 5000 5
8 349 L 20 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
9 459 P 21 tahun febris 500 10 5000 5
10 789 P 27 tahun Diare 500 10 5000 5
11 1099 P 23 tahun febris 500 10 5000 5
12 1114 P 23 tahun febris 500 10 5000 5
13 1199 P 20 tahun febris 500 10 5000 5
14 1220 P 33 tahun Diare 500 10 5000 5
15 1290 P 23 tahun febris 500 10 5000 5
16 1372 P 42 tahun febris 500 10 5000 5
17 1420 P 20 tahun febris 500 10 5000 5
18 1443 P 27 tahun Diare 500 10 5000 5
19 2007 L 20 tahun febris 500 10 5000 5
20 2014 P 45 tahun dermatitis 500 10 5000 5
21 2018 L 19 tahun febris 500 10 5000 5
22 2117 P 26 tahun febris 500 10 5000 5
23 2370 P 42 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
24 2999 P 24 tahun febris 500 10 5000 5
25 3201 L 26 tahun diare 500 10 5000 5
26 3347 L 34 tahun Diare 500 10 5000 5
27 3354 P 21 tahun febris 500 10 5000 5
28 4201 P 22 tahun Diare 500 10 5000 5
29 4236 L 28 tahun Diare 500 10 5000 5
30 4321 P 20 tahun diare 500 10 5000 5
31 4372 P 30 tahun Diare 500 10 5000 5
32 4398 P 18 tahun diare 500 10 5000 5
33 4520 P 23 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
Total 330 165000 165

80
Diketahui :

Kode ATC siprofloksasin : J01MA02

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total tablet yang digunakan/pasien = 10 tablet

DDD WHO Siprofloksasin = 1000 mg

KPRJ = 22.113 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ siprofloksasin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 5 DDD

DDD WHO 1000mg

DDD/1000 KPRJ = 165 x 1000 = 7,461 DDD/1000 KPRJ/tahun

22.113

81
Tabel 22. Data Penggunaan Antibiotik Sefadroksil di Puskesmas Paal X Periode 2017

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan kapsul penggunaan DDD
1 5 P 38 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 2,5
2 7 P 33 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
3 90 P 31 tahun ISK 500 10 5000 2,5
4 128 P 40 tahun ISK 500 10 5000 2,5
5 201 L 34 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
6 290 L 24 tahun Febris 500 10 5000 2,5
7 349 P 41 tahun ISK 500 10 5000 2,5
8 380 L 32 tahun ISK 500 10 5000 2,5
9 420 P 44 tahun faringitis Akut 500 10 5000 2,5
10 423 P 36 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 2,5
11 999 P 36 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 2,5
12 1111 P 20 tahun Febris 500 10 5000 2,5
13 1130 L 36 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 2,5
14 1136 P 39 tahun Otitis 500 10 5000 2,5
15 1284 L 45 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 2,5
16 1972 P 36 tahun ISK 500 10 5000 2,5
17 2117 P 21 tahun Febris 500 10 5000 2,5
18 2459 P 19 tahun Febris 500 10 5000 2,5
19 2464 L 36 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 2,5
20 3034 L 43 tahun Otitis 500 10 5000 2,5
21 3987 L 37 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 2,5
22 4001 P 35 tahun Otitis 500 10 5000 2,5
23 4020 L 36 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 2,5
Total 230 115000 57,5
Diketahui :
Kode ATC sefadroksil : J01DB05
Kekuatan Sediaan = 500 mg
Total kapsul yang digunakan/pasien = 10 kapsul
DDD WHO Sefadroksil = 2000 mg
KPRJ = 22.113 pasien
Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ sefadroksil?
Jawab :
DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 2,5 DDD
DDD WHO 2000mg
DDD/1000 KPRJ = 57,5 x 1000 = 2,600 DDD/1000 KPRJ/tahun
22.113

82
Tabel 23. Data Penggunaan Antibiotik kloramfenikol di Puskesmas Paal X Periode
2017
No. Jenis kekuatan jumlah total
No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet penggunaan DDD
1 73 L 45 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
2 132 P 36 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
3 230 P 37 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
4 236 P 34 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
5 289 P 20 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
6 333 P 17 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
7 734 P 28 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
8 777 P 18 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
9 1014 L 31 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
10 1590 P 20 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
11 1723 P 23 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
12 1900 P 30 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
13 2011 P 41 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
14 2089 P 35 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
15 2188 L 65 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
16 2222 P 28 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
17 3250 P 35 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
18 3380 P 29 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
19 4290 L 31 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
total 190 47500 15,83
Diketahui :
Kode ATC kloramfenikol : J01BA01

Kekuatan Sediaan = 250 mg

Total kaplet yang digunakan/pasien = 10 kaplet

DDD WHO kloramfenikol = 3000 mg


KPRJ = 22.113 pasien
Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ kloramfenikol?

Jawab :
DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 250 mg x 10 = 0,83 DDD

DDD WHO 3000mg

DDD/1000 KPRJ = 15,83x 1000 = 0,716 DDD/1000 KPRJ/tahun

22.113

83
Tabel 24. Data Penggunaan Antibiotik eritromisin di Puskesmas Paal X Periode 2017

No. Jenis kekuatan jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet Penggunaan DDD
1 3790 P 23 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
2 450 L 45 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
3 1012 L 53 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
4 923 P 26 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
5 105 P 36 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
6 156 P 35 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
Total 60 30000 30
Diketahui :

Kode ATC eritromisin : J01FA01

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total tablet yang digunakan/pasien = 10 tablet

DDD WHO eritromisin = 1000 mg

KPRJ = 22.113 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ eritromisin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 5 DDD

DDD WHO 1000mg

DDD/1000 KPRJ = 30 x 1000 = 1,357 DDD/1000 KPRJ/tahun

22.113

84
Tabel 25. Data Penggunaan Antibiotik tetrasiklin di Puskesmas Paal X Periode 2017

No. Jenis kekuatan jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet Penggunaan DDD
1 1010 P 47 tahun Diare 500 10 5000 5
2 297 P 34 tahun ISK 500 10 5000 5
3 10 L 59 tahun ISK 500 10 5000 5
4 128 L 36 tahun Diare 500 10 5000 5
5 246 L 49 tahun ISK 500 10 5000 5
Total 50 25000 25
Diketahui :

Kode ATC tetrasiklin : J01AA07

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total kapsul yang digunakan/pasien = 10 kapsul

DDD WHO tetrasiklin = 1000 mg

KPRJ = 22.113 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ tetrasiklin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 5 DDD

DDD WHO 1000mg

DDD/1000 KPRJ = 25 x 1000 = 1,130 DDD/1000 KPRJ/tahun

22.113

85
Lampiran 5. Data Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Paal X Periode 2018

Tabel 26. Data Penggunaan Antibiotik Amoksisilin di Puskesmas Paal X Periode 2018

No. Jenis kekuatan jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan kaplet penggunaan DDD
1 6 L 59 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
2 21 L 63 tahun Dermatiti 500 10 5000 3,33
3 25 L 23 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
4 27 P 30 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
5 32 L 41 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
6 33 P 21 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
7 73 P 66 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
8 73 L 24 tahun Febris 500 10 5000 3,33
9 84 L 30 tahun Febris 500 10 5000 3,33
10 88 P 58 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
11 90 P 31 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
12 101 L 65 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
13 110 P 44 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
14 112 L 43 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
15 120 P 25 tahun Febris 500 10 5000 3,33
16 123 L 60 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
17 127 P 42 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
18 128 P 33 tahun Febris 500 10 5000 3,33
19 128 P 39 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
20 129 P 29 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
21 172 P 25 tahun Febris 500 10 5000 3,33
22 172 P 72 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
23 173 L 22 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
24 174 P 64 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
25 182 L 39 tahun Febris 500 10 5000 3,33
26 182 L 23 tahun Febris 500 10 5000 3,33
27 183 P 52 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
28 183 P 27 tahun Febris 500 10 5000 3,33
29 192 P 64 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
30 201 L 68 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
31 208 P 40 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
32 221 P 22 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
33 221 P 36 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
34 231 L 40 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
35 237 P 55 tahun Pharingitis 500 10 5000 3,33

86
36 238 P 38 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
37 271 P 28 tahun Febris 500 10 5000 3,33
38 271 P 35 tahun Febris 500 10 5000 3,33
39 281 L 26 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
40 282 P 41 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
41 293 L 39 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
42 328 P 22 tahun Febris 500 10 5000 3,33
43 329 P 40 tahun Febris 500 10 5000 3,33
44 339 P 43 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
45 340 P 40 tahun Febris 500 10 5000 3,33
46 347 L 32 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
47 352 L 58 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
48 373 P 30 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
49 382 P 41 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
50 392 P 24 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
51 440 L 24 tahun Febris 500 10 5000 3,33
52 444 P 61 tahun Pharingitis 500 10 5000 3,33
53 449 L 40 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
54 472 P 34 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
55 475 L 55 tahun Pharingitis 500 10 5000 3,33
56 482 L 45 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
57 493 P 25 tahun Febris 500 10 5000 3,33
58 573 P 65 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
59 633 L 71 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
60 667 P 63 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
61 764 L 45 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
62 828 P 24 tahun Febris 500 10 5000 3,33
63 829 P 62 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
64 833 P 28 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
65 841 P 33tahun Febris 500 10 5000 3,33
66 1011 L 31 tahun Febris 500 10 5000 3,33
67 1111 P 40 tahun Febris 500 10 5000 3,33
68 1210 P 18 tahun Febris 500 10 5000 3,33
69 1266 L 31 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
70 1272 P 31 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
71 1281 P 41 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
72 1282 L 60 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
73 1282 L 38 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
74 1282 L 41 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
75 1287 L 39 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
76 1292 P 28 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33

87
77 1332 L 38 tahun Febris 500 10 5000 3,33
78 1372 P 52 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
79 1402 P 45 tahun Febris 500 10 5000 3,33
80 1485 P 40 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
81 1623 P 31 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
82 1633 P 62 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
83 1672 L 28 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
84 1786 L 71 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
85 1823 P 40 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
86 1828 P 35 tahun Febris 500 10 5000 3,33
87 1832 P 29 tahun Febris 500 10 5000 3,33
88 1838 P 29 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
89 1920 P 43 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
90 1921 L 72 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
91 1930 P 69 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
92 1991 L 21 tahun Febris 500 10 5000 3,33
93 2098 P 28 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
94 2128 L 40 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
95 2140 P 66 tahun Pharingitis 500 10 5000 3,33
96 2189 P 21 tahun Febris 500 10 5000 3,33
97 2190 P 24 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
98 2218 P 36 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
99 2282 L 25 tahun Febris 500 10 5000 3,33
100 2309 P 45 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
101 2332 P 34tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
102 2384 P 31 tahun Febris 500 10 5000 3,33
103 2467 P 43 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
104 2478 L 37 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
105 2487 L 61 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
106 2647 L 22 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
107 2717 L 46 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
108 2717 P 27 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
109 2722 L 44 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
110 2733 L 38 tahun Febris 500 10 5000 3,33
111 2733 P 35 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
112 2743 P 60 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
113 2748 L 60 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
114 2748 L 50 tahun Pharingitis 500 10 5000 3,33
115 2748 P 32 tahun Febris 500 10 5000 3,33
116 2818 L 21 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
117 2818 L 23 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33

88
118 2821 P 26 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
119 2822 P 22 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
120 2828 P 22 tahun Dermatitis 500 10 5000 3,33
121 2828 P 43 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
122 2828 P 35 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
123 2838 L 45 tahun Febris 500 10 5000 3,33
124 2846 P 66 tahun Pharingitis 500 10 5000 3,33
125 2890 L 26 tahun konjungtivitis 500 10 5000 3,33
126 2980 P 53 tahun konjungtivitis 500 10 5000 3,33
127 3210 P 61 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
128 3211 L 59 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
129 3262 P 31 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
130 3282 P 38 tahun Febris 500 10 5000 3,33
131 3289 P 65 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
132 3292 P 54 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
133 3292 P 66 tahun Otitis 500 10 5000 3,33
134 3649 L 62 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
135 3673 P 26 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
136 3733 P 25 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
137 3734 L 47 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
138 3743 P 46 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
139 3774 P 28 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
140 3785 P 66 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
141 3827 P 20 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
142 3828 P 20 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
143 3829 P 28 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
144 3832 L 35 tahun Febris 500 10 5000 3,33
145 3838 L 30 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
146 3839 P 23 tahun nasopharingitis 500 10 5000 3,33
147 3842 L 61 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
148 3849 P 67 tahun Pharingitis 500 10 5000 3,33
149 3849 L 21 tahun Febris 500 10 5000 3,33
150 3872 L 20 tahun Febris 500 10 5000 3,33
151 3891 P 60 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
152 4236 P 25 tahun Nekrosis Pulpa 500 10 5000 3,33
153 4398 P 22 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
154 4627 L 37 tahun Febris 500 10 5000 3,33
155 4627 L 63 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
156 4632 L 71 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
157 4839 P 63 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33
158 4849 L 25 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 3,33

89
159 4859 L 22 tahun faringitis 500 10 5000 3,33
Total 1.590 795000 530
Diketahui :

Kode ATC amoksisilin : J01CA04

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total kaplet yang digunakan/pasien = 10 kaplet

DDD WHO Amoksisilin = 1500 mg

KPRJ = 18.192 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ amoksisilin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 3,33 DDD

DDD WHO 1500mg

DDD/1000 KPRJ = 530 x 1000 = 29,134DDD/1000KPRJ/tahun

18.192

90
Tabel 27. Data Penggunaan Antibiotik siprofloksasin di Puskesmas Paal X Periode
2018

No. Jenis kekuatan Jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet Penggunaan DDD
1 62 P 42 tahun Faringitis 500 10 5000 5
2 98 P 27 tahun Febris 500 10 5000 5
3 129 P 37 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
4 129 P 59 tahun Otitis 500 10 5000 5
5 129 P 36 tahun Diare 500 10 5000 5
6 138 L 53 tahun Diare 500 10 5000 5
7 201 L 25 tahun Febris 500 10 5000 5
8 219 P 66 tahun Faringitis 500 10 5000 5
9 229 P 23 tahun Diare 500 10 5000 5
10 238 L 28 tahun Febris 500 10 5000 5
11 239 P 60 tahun Otitis 500 10 5000 5
12 272 P 35 tahun Otitis 500 10 5000 5
13 282 L 35 tahun Febris 500 10 5000 5
14 291 P 67 tahun ISK 500 10 5000 5
15 291 L 41 tahun Otitis 500 10 5000 5
16 293 L 65 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
17 319 L 29 tahun Pharingitis 500 10 5000 5
18 322 L 63 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
19 328 L 42 tahun Dermatitis 500 10 5000 5
20 392 L 27 tahun Diare 500 10 5000 5
21 438 P 33 tahun Febris 500 10 5000 5
22 439 P 33 tahun pharingitis 500 10 5000 5
23 500 P 56 tahun Otitis 500 10 5000 5
24 1218 P 34 tahun Febris 500 10 5000 5
25 1281 P 36 tahun Diare 500 10 5000 5
26 1289 P 40 tahun Otitis 500 10 5000 5
27 1291 P 27 tahun ISK 500 10 5000 5
28 1292 P 41 tahun Diare 500 10 5000 5
29 1883 L 27 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
30 2011 P 23 tahun Febris 500 10 5000 5
31 2181 P 26 tahun Pharingitis 500 10 5000 5
32 2191 L 28 tahun Febris 500 10 5000 5
33 2191 L 37 tahun ISK 500 10 5000 5
34 2191 L 35 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
35 2199 P 64 tahun ISK 500 10 5000 5
36 2281 L 31 tahun Pharingitis 500 10 5000 5
37 2290 L 25 tahun Dermatitis 500 10 5000 5

91
38 2383 P 35 tahun nasofaringitis 500 10 5000 5
39 2393 L 24 tahun Pharingitis 500 10 5000 5
40 2647 P 41 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
41 2811 P 43 tahun Diare 500 10 5000 5
42 2818 P 21 tahun Diare 500 10 5000 5
43 2819 P 38 tahun Diare 500 10 5000 5
44 2919 L 29 tahun Nasofaringitis 500 10 5000 5
45 2921 P 62 tahun ISK 500 10 5000 5
46 2929 L 21 tahun Pharingitis 500 10 5000 5
47 3228 L 44 tahun Otitis 500 10 5000 5
48 3292 P 44 tahun ISK 500 10 5000 5
49 3299 P 28 tahun Pharingitis 500 10 5000 5
50 3722 P 34 tahun Otitis 500 10 5000 5
51 3822 P 36 tahun Otitis 500 10 5000 5
52 3822 P 40 tahun Otitis 500 10 5000 5
53 3828 P 20 tahun Febris 500 10 5000 5
54 3882 L 25 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
55 3939 L 35 tahun Pharingitis 500 10 5000 5
56 7272 P 21 tahun Pharingitis 500 10 5000 5
57 22I P 29 tahun Diare 500 10 5000 5
570 285000 285
Diketahui :

Kode ATC siprofloksasin : J01MA02

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total tablet yang digunakan/pasien = 10 tablet

DDD WHO Siprofloksasin = 1000 mg

KPRJ = 18.192 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ siprofloksasin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 5 DDD

DDD WHO 1000mg

DDD/1000 KPRJ = 285 x 1000 = 15,666 DDD/1000 KPRJ/tahun

18.192

92
Tabel 28. Data Penggunaan Antibiotik Sefadroksil di Puskesmas Paal X Periode 2018

No. Jenis kekuatan jumlah Total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet penggunaan DDD
1 28 L 48 tahun Otitis 500 10 5000 2,5
2 49 P 55 tahun Pharingitis 500 10 5000 2,5
3 128 L 30 tahun Pharingitis 500 10 5000 2,5
4 137 P 45 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 2,5
5 364 P 67 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 2,5
6 1111 L 52 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 2,5
7 1118 P 44 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 2,5
8 1210 P 63 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 2,5
9 2432 P 38 tahun Dermatitis 500 10 5000 2,5
10 2467 L 61 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 2,5
11 3210 L 53 tahun Pharingitis 500 10 5000 2,5
12 4217 L 61 tahun Pharingitis 500 10 5000 2,5
13 4264 L 65 tahun Dermatitis 500 10 5000 2,5
Total 130 65000 32,5
Diketahui :

Kode ATC sefadroksil : J01DB05

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Total kapsul yang digunakan/pasien = 10 kapsul

DDD WHO Sefadroksil = 2000 mg

KPRJ = 18.1192 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ sefadroksil?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 2,5 DDD

DDD WHO 2000mg

DDD/1000 KPRJ = 32,5 x 1000 = 1,786 DDD/1000 KPRJ/tahun

18.192

93
Tabel 29. Data Penggunaan Antibiotik kloramfenikol di Puskesmas Paal X Periode
2018

No. Jenis kekuatan jumlah total


No RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet penggunaan DDD
1 438 P 21 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
2 472 P 40 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
3 2115 L 24 tahun Otitis 250 10 2500 0,83
4 3410 P 21 tahun Konjungtivitis 250 10 2500 0,83
Total 40 10000 3,33
Diketahui :

Kode ATC kloramfenikol : J01BA01

Kekuatan Sediaan = 250 mg

Total kaplet yang digunakan/pasien = 10 kaplet

DDD WHO kloramfenikol = 3000 mg

KPRJ = 18.192 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ kloramfenikol?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 250 mg x 10 = 0,83 DDD

DDD WHO 3000mg

DDD/1000 KPRJ = 3,33 x 1000 = 0,183 DDD/1000 KPRJ/tahun

18.192

94
Tabel 30. Data Penggunaan Antibiotik Eritromisin di Puskesmas Paal X Periode 2018

No. jenis kekuatan jumlah Total


no RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet Penggunaan DDD
1 7 L 52 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
2 64 L 35 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
3 99 P 61 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
4 118 L 36 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
5 120 P 66 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
6 210 P 25 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
7 289 L 58 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
8 410 L 21 tahun konjungtivitis 500 10 5000 5
9 432 P 31 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
10 444 L 41 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
11 500 P 35 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
12 590 P 33 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
13 1111 L 61 tahun Faringitis Akut 500 10 5000 5
14 1198 P 30 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
15 1212 P 31 tahun Pharingitis Akut 500 10 5000 5
16 1323 L 60 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
17 1429 P 32 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
18 1472 L 28 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
19 1783 P 55 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
20 1890 L 40 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
21 2109 P 23 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
22 2390 P 40 tahun Pharingitis Akut 500 10 5000 5
23 2420 P 36 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
24 2465 P 70 tahun Pharingitis Akut 500 10 5000 5
25 2468 P 38 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
26 2765 P 63 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
27 3216 L 42 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
28 3720 L 24 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
29 3789 P 22 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
30 4324 P 31 tahun Nasopharingitis 500 10 5000 5
31 4329 P 24 tahun Konjungtivitis 500 10 5000 5
Total 310 155000 155
Diketahui :

Kode ATC eritromisin : J01FA01

Kekuatan Sediaan = 500 mg

95
Total tablet yang digunakan/pasien = 10 tablet

DDD WHO eritromisin = 1000 mg

KPRJ = 18.192 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ eritromisin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 5 DDD

DDD WHO 1000mg

DDD/1000 KPRJ = 155 x 1000 /18.192 = 8,520 DDD/1000 KPRJ/tahun

96
Tabel 31. Data Penggunaan Antibiotik Tetrasiklin di Puskesmas Paal X Periode 2018

Jenis kekuatan jumlah Total


No No. RM Kelamin Usia Diagnosa sediaan tablet Penggunaan DDD
1 128 P 52 tahun ISK 500 10 5000 5
2 2118 P 60 tahun ISK 500 10 5000 5
Total 20 10000 10
Diketahui :

Kekuatan Sediaan = 500 mg

Kode ATC tetrasiklin : J01AA07

Total kapsul yang digunakan/pasien = 10 kapsul

DDD WHO tetrasiklin = 1000 mg

KPRJ = 18.192 pasien

Ditanya : Berapa DDD/1000 KPRJ/tahun tetrasiklin?

Jawab :

DDD/pasien = Total penggunaan/pasien = 500 mg x 10 = 5 DDD

DDD WHO 1000mg

DDD/1000 KPRJ = 10 x 1000 = 0,5497 DDD/1000 KPRJ/tahun

18.192

97
Lampiran 6. Kode ATC berdasarkan WHO

98
99

Anda mungkin juga menyukai