Anda di halaman 1dari 57

GAMBARAN BIAYA DAN JENIS PENYAKIT PROGRAM

RUJUK BALIK OLEH PESERTA JKN DI APOTEK


SEHAT BERSAMA DAN KIMIA FARMA RAMA
KOTA PALEMBANG TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Kesehatan

OLEH:
YOELANDA ANDINI
NIM: PO.71.39.0.14.076

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI 2017

1
BIODATA

Nama : Yoelanda Andini


Tempat, Tanggal Lahir : Baturaja, 03 Juni 1994
Alamat : Jl. Mukmin No. 370 Tl. Bandung Kec. Baturaja
Barat OKU
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Komar, S.Pd
Ibu : Almh. Zanoni
Jumlah Saudara :3
Anak Ke- :4
Riwayat Pendidikan :
1. SD N 01 OKU Tahun 1998 – 2004
2. SMP N 01 OKU Tahun 2004 – 2007
3. SMA N 05 OKU Tahun 2007 – 2010
4. D1 Teknologi Transfusi Darah Jakarta
Tahun 2010 – 2011
5. Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan
Farmasi Tahun 2014-2017

No. Telp/ HP : 082175154005


∞ Jangan menilai seseorang hanya dari luarnya ∞
HALAMAN PERSEMBAHAN

Special Thanks to:

1. Allah SWT. dan nikmat-Nya yang mana lagi yang mau ku dustakan.
Alhamdulillah...

2. Kedua orangtuaku , Bapak Komar dan Ibu Yuliani serta mamaku yg


paling ku sayang (Almh Zanoni) Terima kasih atas semuanya, dukungan
& material yg tiada henti

3. Saudaraku yoyo , yuk ria , cek ndes , adk dea dan krucil krucil
penyemangat cicik : arjuna , anisha & rayanka mksh utk suppport, doa
selama ini

4. Ibu Dra. Sarmalina Simamora, Apt., M.Kes selaku pembimbing saya


makasih buk utk semua saran, masukan dan motivasinya

4. Ibu Dra. Ratnaningsih DA., Apt. M.Kes selaku ketua jurusan atas
bimbingannya selama ini hingga jadi juga Karya tulis ilmiah ini

6. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmunya

7. Meri, wahyu, iin, dada, mariska, repin, restu hope we’ll success
together guys!

8. Teman-temanku angkatan 2017 kelas A & B yang tidak bisa di


sebutkan satu-persatu disini

9. Apotek sehat bersama dan Apotek Kimia Farma Rama yang telah
memberikan ilmu, saran selama berlangsungnya penelitian ini

10. Last but not least Dolly Febrian Kabartha S.Sos , terimakasih telah
menjadi partner setia dan bantuan atas segalanya yang tidak bisa di
ucapkan dengan kata-kata ♥
ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit kronis semakin banyak dan termasuk ke dalam salah
satu program rujuk balik akan tetapi masih banyak pasien yang di rujuk
mendapatkan pengobatan di rumah sakit. Sehingga penulis ingin menggambarkan
biaya dan jenis penyakit yang di lakukan oleh peserta program rujuk balik BPJS.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan
pendekatan deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh resep peserta
PRB BPJS di 2 apotik yang bekerja sama dg BPJS kota Palembang tahun 2016.
Data diolah secara deskriptif.

Hasil: Setelah dilakukan penelitian diperoleh 1.355 resep di dua apotik yang
bekerja sama dg BPJS dengan jumlah 731 peserta laki-laki dan 624 peserta
perempuan. Dari 9 jenis penyakit PRB ditemukan hanya 7 penyakit yang di
kombinasi dengan penyakit lainnya. Biaya obat berdasarkan penyakit di serap
oleh penyakit hipertensi yang paing tinggi pemakaianya.

Kesimpulan: Peserta yang paling mendominasi program rujuk balik BPJS ialah
lansia dengan kasus hipertensi yang menjadi penyakit terbanyak serta penyerapan
biaya obat tertinggi.
KATA PENGANTAR

Asalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat
AllahSWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, dengan judul “Gambaran biaya dan jenis
penyakit program rujuk balik oleh peserta jkn di apotek sehat bersama dan
kimia farma rama kota Palembang Tahun 2016” sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tidak
lepas dari perhatian, bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak yang
sungguh berarti bagi penulis. Dengan rasa tulus ikhlas dan dengan segala
kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Ibu Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M.Kes selaku dosen pembimbing yang
senantiasa memberikan bimbingan, arahan,dan motivasi kepada penulis dalam
pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Dra. Ratnaningsih DA, Apt, M.Kes selaku Ketua Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Palembang.
3.Dosen beserta Karyawan Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Farmasi
yang telah memberikan bekal ilmu dan bantuannya.
4. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan moral, material,
motivasi dan doanya.
5. Teman-teman satu angkatan yang telah memberikan dukungan dan semangat
dalam menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah ini.
6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman yang dimiliki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan dapat dilanjutkan ketahap penelitian lebih lanjut.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang, Juli 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
BIODATA
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL...................................................................... .................. iii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................ ................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)................................................... 5
B. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).................................... 14
C. Program Rujuk Balik (PRB)............................................................... 17
D. Sistem Pembiayaan Obat PRB dan Kronis ........................................ 21
E. Standar Pelayanan Kefarmasian......................................................... 24
F. Apotek................................................................................................ 28
G. Kerangka Teori................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 31
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 31
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 31
D. Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 32
E. Alat Pengumpulan Data ..................................................................... 32
F. Variabe Penelitian .............................................................................. 32
G. Definisi Operasional........................................................................... 32
H. Kerangka Operasional........................................................................ 34
I. Cara Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil................................................................................................... 35
B. Pembahasan....................................................................................... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................... 44
B. Saran................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 45
LAMPIRAN .................................................................................................. 46

1
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tentang Tabel Margin Pelayananan Kefarmasian pada obat Program

Rujuk Balik ................................................................................... 21

2. Tentang Tabel Margin Pelayanan Kefarmasian pada Obat Kronis....... 23

3. Tentang Tabel karakteristik peserta berdasarkan umur...................... 36

4. Tentang tabel karakteristik peserta berdasarkan jenis kelamin............. 36

5. Tentang Tabel total biaya obat PRB di apotik...................................... 37

1
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Kerja Penelitian ....................................................................... 45

2. Daftar Obat Fornas Untuk Program Rujuk Balik ................................ 46

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang di berikan kepada setiap orang yang

telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.(Kemenkes, 2014)

Di Indonesia Jaminan Kesehatan Sosial tebagi menjadi Persero dan Non-Persero.

BPJS Kesehatan (Persero) adalah suatu badan yang dibentuk berdasarkan UU No.

24 Tahun 2011 tentang pergantian PT. Askes Indonesia berubah menjadi Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014 untuk

menyelenggarakan jaminan kesehatan yang bersifat wajib bagi seluruh rakyat

Indonesia. (Sundari, 2015)

Program unggulan yang di adakan oleh BPJS Kesehatan yang digunakan

oleh peserta JKN salah satunya adalah Program Rujuk Balik (PRB). Pelayanan

Program Rujuk Balik adalah Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada

penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan

pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di Faskes

Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis

yang merawat.

Program Rujuk Balik (PRB) mencakup penyakit-penyakit kronis seperti

diabetes mellitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis


1
(PPOK), epilepsy, skizofren, stroke, dan Sindroma Lupus Eritematosus (SLE).

(Permenkes, 2014) Jenis obat yang termasuk dalam Program Rujuk Balik adalah

Obat utama dan obat tambahan, pelayanan obat Program Rujuk Balik diberikan

oleh ruang farmasi Puskesmas dan Apotek atau Instalasi Farmasi Klinik Pratama

yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. (Binfar, 2014) Obat PRB diberikan

untuk kebutuhan maksimal 30 hari dan sesuai dengan ketentuan Formularium

nasional.

Menurut data transaksional Bank Of America Perserikatan Bangsa Bangsa

(2015), bahwa biaya obat kronis terbesar ialah penyakit hipertensi sebanyak Rp.

110,778,298,428 dengan jumlah kasus 723,044. Evaluasi penelitian yang telah

dilakukan di Kota Bandung menyatakan Jumlah Pemenuhan dan Pola Penggunaan

Obat Program Rujuk Balik dengan penggunaan obat terbanyak untuk penyakit

hipertensi (84,09%). (Sembada, 2016) Evaluasi penelitian terdahulu di kota

Palembang mengenai Biaya Obat pada pelayanan kesehatan dasar pasien BPJS di

puskesmas dengan kasus hipertensi yang menjadi penyakit terbanyak. Sedangkan

untuk persentase rata-rata belanja obat pada pelayanan kesehatan dasar di banding

biaya yang diterima relatif rendah. (Diana, 2015)

Sejauh ini belum ada data yang bisa menjadi informasi tentang berapa biaya

pelayanan dasar dan biaya pelayanan program rujuk balik maka dari itu penelitian

ini dilakukan untuk menggambarkan biaya dari program rujuk balik di apotek shat

bersama dan apotek kimia farma.

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik pasien program rujuk balik yang mengambil obat

di apotik Sehat Bersama dan kimia farma rama tahun 2016 ?

2. Berapa total biaya obat PRB di di apotik Sehat Bersama dan kimia farma

rama pada tahun 2016 ?

3. Jenis penyakit mana yang paling banyak pada peserta JKN dalam Program

Rujuk Balik BPJS selama tahun 2016 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menggambarkan biaya dan jenis penyakit program rujuk balik oleh peserta

JKN di apotik Sehat Bersama dan kimia farma rama tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik peserta yang mengambil resep di apotik Sehat

Bersama dan kimia farma rama tahun 2016

b. Menghitung total biaya untuk obat-obatan pada di apotik Sehat Bersama dan

kimia farma rama tahun 2016

c. Mengidentifikasi jenis penyakit yang terbanyak dalam kunjungan program

rujuk balik BPJS tahun 2016

D. Manfaat penelitian

3
1. Bagi BPJS Kesehatan, dapat dijadikan informasi sebagai bahan evaluasi

untuk peningkatan mutu pada pelayanan program rujuk balik oleh peserta

JKN agar dapat digunakan untuk menentukan kebijakan.

2. Bagi Apotek, dapat dijadikan informasi untuk menentukan kebijakan dalam

pemanfaatan pelayanan program rujuk balik.

3. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya

tentang pelayanan Program Rujuk Balik oleh peserta JKN di Apotek yang

bekerja sama dengan BPJS dan untuk rujukan penelitian selanjutnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

1. Definisi Jaminan Kesehatan Sosial

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah jaminan berupa perlindungan

kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada

setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah

(Kemenkes, 2014).

Jaminan kesehatan ini diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar

peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan danperlindungan dalam

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Peserta jaminan kesehatan adalah setiap

orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Sementara itu, manfaat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan perseorangan

dapat berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan habis pakai yang diperlukan.

2. Prinsip-Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional

Dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) mengacu pada

prinsip-prinsip sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu

5
a. Prinsip kegotongroyongan

b. Prinsip nirlaba

c. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

d. Portabilitas

e. Kepesertaan bersifat wajib

f. Prinsip Dana Amanah

g. Prinsip hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial

3. Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional

a. Kepesertaan

Beberapa pengertian:

1) Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling

singkat enam bulan di Indonesia yang telah membayar iuran.

2) Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah,

atau imbalan dalam bentuk lain.

3) Pemberi kerja adalah orang peseorangan, pengusaha, badan hukum, atau

badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara

negara yang mempekerjaakan pegawai negeri dengan membayar gaji,

upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

Peserta tersebut meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI

JKN dalam rincian sebagai berikut:

1) Peserta PBI jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin

dan orang tidak mampu.

6
2) Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan

orang tidak mampu yang terdiri atas:

a) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

1)) Pegawai Negeri Sipil

2)) Anggota TNI

3)) Anggota Polri

4)) Pejabat Negara

5)) Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri

6)) Pegawai Swasta dan

7)) Pekerja yang tidak termasuk angka 1)) s/d 6)) yang menerima Upah.

Termasuk WNA (Warga Negara Asing) yang bekerja di Indonesia paling

singkat 6 (enam) bulan.

b) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya.

1)) Kerja di luar hubungan kerja atau Pekerja Mandiri.

2)) Pekerja yang tidak termasuk huruf a) yang bukan penerima Upah.

Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

3)) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara

asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

c) Bukan pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:

1)) Investor

2)) Pemberi Kerja

3)) Penerima Pensiun, terdiri dari:

a)) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun


7
b)) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun

c)) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun

d)) Penerima Pensiun selain nomor 1, 2, dan nomor 3

e)) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat

hak pensiun

4)) Veteran

5)) Perintis Kemerdekaan

6)) Bukan Pekerja yang tidak termasuk point b) dan c) yang mampu

membayar iuran.

Anggota keluarga yang ditanggung:

1) Pekerja Penerima Upah

a) Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung, anak

tiri atau anak angkat), sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.

b) Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang

sah, dengan kriteria:

1)) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan

sendiri.

2)) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh

lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja: Peserta dapat

mengikutsertakan anggota keluarga yang diinginkan (tidak terbatas).

3) Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi

anak ke-4 dan seterusnya seperti ayah, ibu dan mertua.

8
4) Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi

kerabat lain seperti Saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll.

d) WNI di Luar Negeri

Jaminan Kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.

b. Syarat Pendaftaran

Syarat pendaftaran akan di atur dalam peraturan BPJS.

c. Lokasi Pendaftaran

Pendaftaran peserta dilakukan di kantor BPJS terdekat atau setempat.

d. Prosedur Pendaftaran Peserta

1) Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai peserta kepada BPJS

Kesehatan.

2) Pemberi kerja mendaftarkan pekerjaannya atau pekerja dapat mendaftarkan

diri sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.

e. Hak dan Kewajiban Peserta

1) Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak

mendapatkan identitas peserta dan manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas

kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

2) Setiap peserta yang telah terdaftar BPJS Kesehatan berkewajiban untuk:

a) Membayar iuran

b) Melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan

menunjukan identitas peserta pada saat pindah domisili atau pindah kerja.

9
f. Masa Berlaku Kepesertaan

1) Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang

bersangkutan membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta.

2) Status kepesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar iuran atau

meninggal dunia.

3) Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh

peraturan BPJS.

g. Pentahapan Kepesertaan

Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap, yaitu

tahap pertama mulai 1 januari 2014. Kepesertaan yang paling sedikit meliputi

PBI jaminan kesehatan, anggota TNI/PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan

dan anggota keluarganya, anggota Polri/PNS di lingkungan polri dan anggota

keluarganya, peserta asuransi kesehatan PT. Askes (Persero) beserta anggota

keluarganya, serta peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan

anggota keluarganya.

Selanjutnya tahap kedua meliputi penduduk yang belum masuk sebagai

peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.

h. Pembiayaan

1) Iuran

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara

teratur oleh peserta, pemberi kerja, atau pemerintah untuk program jaminan

kesehatan (pasal 16 Perpres No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan).

2) Pembayar Iuran

10
a) Bagi peserta PBI, iuran dibayar oleh pemerintah.

b) Bagi peserta pekerja penerima upah, iurannya dibayar oleh pemberi kerja

dan pekerja.

c) Bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja iuran

dibayar oleh peserta yang bersangkutan.

d) Besarnya iuran JKN ditetapkan melalui Peraturan Presiden dan ditinjau

ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan

kebutuhan dasar hidup yang layak.

3) Pembayaran Iuran

Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan

persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal

tertentu (bukan penerima upah dari PBI). Setiap pemberi kerja wajib memungut

iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung

jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulannya kepada BPJS

Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulannya). Apabila

tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayar pada hari kerja

berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN, akan dikenakan denda

administatif sebesar 2 % (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak

dan dibayar oleh pemberi kerja.

BPJS Kesehatan akan menghitung kelebihan dan kekurangan iuran JKN

sesuai gaji atau upah peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan

pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada

pemberi kerja atau peserta paling lambat 14 hari kerja sejak diterimanya iuran.

11
Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran

iuran bulan selanjutnya.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran iuran diatur dengan

peraturan BPJS Kesehatan.

4. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas dua jenis, yaitu manfaat

medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi

dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas

kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Manfaat

Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai

dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi

pemberian pelayanan:

a. Penyuluhan kesehatan perseorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan

mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan

sehat.

b. Imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis

Tetanus dan Hepatitis-B (DPTHB), Polio, dan Campak.

c. Keluarga berencana meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan

tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga

berencana.

12
d. Skrining Kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk

mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko

penyakit tertentu.

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada

manfaat yang tidak dijamin meliputi:

a. Tidak sesuai prosedur.

b. Pelayanan di luar fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS.

c. Pelayanan bertujuan kosmetik.

d. General checkup, pengobatan alternatif.

e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi.

f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana.

g. Pasien bunuh diri Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri

sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.

B. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

1. Definisi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Didalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang dibentuk dengan Undang-

Undang untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Oleh karena itu BPJS

terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. (Kemenkes, 2013).

2. Tugas BPJS Kesehatan

13
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas, BPJS Kesehatan

bertugas untuk:

a. Menerima pendaftaran peserta.

b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.

c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.

d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta.

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.

f. Membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan

sosial.

g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial

kepada peserta dan masyarakat.

3. Wewenang BPJS Kesehatan

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas, BPJS

Kesehatan berwenang:

a. Menagih pembayaran iuran.

b. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi.

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan

pemberi kerja.

d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar

pembayaran fasilitas kesehatan sesuai dengan standar tarif yang ditetapkan

oleh Pemerintah.

e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan.

14
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang

tidak memenuhi kewajibannya.

g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai

ketidakpatuhannya dalam membayar iuran.

h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan

program jaminan sosial.

4. Kewajiban BPJS Kesehatan

UU BPJS menentukan bahwa untuk melaksanakan tugasnya, BPJS

Kesehatan berkewajiban untuk:

a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta.

b. Mengembangkan aset dana jaminan sosial dan aset BPJS untuk sebesar-

besarnya kepentingan peserta.

c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai

kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya.

d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan UU SJSN.

e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk

mengikuti ketentuan yang berlaku.

f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk

mendapatkan hak dan memenuhi kewajiban.

g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo Jaminan Hari Tua

(JHT) dan pengembangannya satu kali dalam satu tahun.

h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun satu kali

dalam satu tahun.

15
i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang

lazim dan berlaku umum.

j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam

penyelenggaraan jaminan sosial.

k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan,

secara berkala enam bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada

DJSN.

l. Kewajiban-kewajiban BPJS tersebut berkaitan dengan tata kelola BPJS

sebagai badan hukum publik.

5. Hak BPJS Kesehatan

UU BPJS menentukan bahwa dalam melaksanakan kewenangannya, BPJS

Kesehatan berhak:

a. Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang

bersumber dari dana jaminan sosial atau sumber lainnya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program

jaminan sosial dari DJSN.

C. Program Rujuk Balik

1. Definisi Program Rujuk Balik

Pelayanan Program Rujuk Balik adalah Pelayanan Kesehatan yang

diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih

memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang

16
dilaksanakan di Faskes Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter

Spesialis/Sub Spesialis yang merawat

2. Ruang Lingkup Program Rujuk Balik

a) Jenis Penyakit

Jenis Penyakit yang termasuk Program Rujuk Balik adalah:

a. Diabetus Mellitus

b. Hipertensi

c. Jantung

d. Asma

e. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

f. Epilepsy

g. Schizophrenia

h. Stroke

i. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

b) Jenis Obat ,

Obat yang termasuk dalam Obat Rujuk Balik adalah:

a. Obat Utama, yaitu obat kronis yang diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub

Spesialis di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dan tercantum pada

Formularium Nasional untuk obat Program Rujuk Balik

b. Obat Tambahan, yaitu obat yang mutlak diberikan bersama obat utama

dan diresepkan oleh dokter Spesialis/Sub Spesialis di Faskes Rujukan

17
Tingkat Lanjutan untuk mengatasi penyakit penyerta atau mengurangi efek

samping akibat obat utama

3. Pendaftaran Peserta PRB

a. Peserta mendaftarkan diri pada petugas Pojok PRB dengan menunjukan :

1) Kartu Identitas peserta BPJS Kesehatan

2) Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis

3) Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan

4) Lembar resep obat/salinan resep

b. Peserta mengisi formulir pendaftaran peserta PRB

c. Peserta menerima buku kontrol Peserta PRB

4. Pelayanan Peserta PRB

a. Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

1) Peserta melakukan kontrol ke Faskes Tingkat Pertama (tempatnya

terdaftar) dengan menunjukkan identitas peserta BPJS, SRB dan buku

kontrol peserta PRB.

2) Dokter Faskes Tingkat Pertama melakukan pemeriksaan dan menuliskan

resep obat rujuk balik yang tercantum pada buku kontrol peserta PRB

b. Pelayanan pada Apotek/depo Farmasi yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan untuk pelayanan obat PRB

18
1) Peserta menyerahkan resep dari Dokter Faskes Tingkat Pertama

2) Peserta menunjukkan SRB dan Buku Kontrol Peserta

c. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut-turut selama 3 bulan

di Faskes Tingkat Pertama.

d. Setelah 3 (tiga) bulan peserta dapat dirujuk kembali oleh Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat

Lanjutan untuk dilakukan evaluasi oleh dokter spesialis/sub-spesialis.

e. Pada saat kondisi peserta tidak stabil, peserta dapat dirujuk kembali ke

dokter Spesialis/Sub Spesialis sebelum 3 bulan dan menyertakan

keterangan medis dan/atau hasil pemeriksaan klinis dari dokter Faskes

Tingkat Pertama yang menyatakan kondisi pasien tidak stabil atau

mengalami gejala/tanda-tanda yang mengindikasikan perburukan dan

perlu penatalaksanaan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis

f. Apabila hasil evaluasi kondisi peserta dinyatakan masih terkontrol/stabil

oleh dokter spesialis/sub-spesialis, maka pelayanan program rujuk balik

dapat dilanjutkan kembali dengan memberikan SRB baru kepada peserta.

5. Ketentuan Pelayanan Obat Program Rujuk Balik

a. Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 30 (tiga puluh) hari setiap

kali peresepan dan harus sesuai dengan Daftar Obat Formularium Nasional

untuk Obat Program Rujuk Balik serta ketentuan lain yang berlaku.

b. Perubahan/penggantian obat program rujuk balik hanya dapat dilakukan

oleh Dokter Spesialis/ sub spesialis yang memeriksa di Faskes Tingkat


19
Lanjutan dengan prosedur pelayanan RJTL. Dokter di Faskes Tingkat

Pertama melanjutkan resep yang ditulis oleh Dokter Spesialis/sub-spesialis

dan tidak berhak merubah resep obat PRB. Dalam kondisi tertentu Dokter

di Faskes Tingkat Pertama dapat melakukan penyesuaian dosis obat sesuai

dengan batas kewenangannya.

c. Obat PRB dapat diperoleh di Apotek/depo farmasi yang bekerjasama

dengan BPJS Kesehatan untuk memberikan pelayanan Obat PRB.

d. Jika peserta masih memiliki obat PRB, maka peserta tersebut tidak boleh

dirujuk ke Faskes Rujukan Tingkat Lanjut, kecuali terdapat keadaan

emergency atau kegawatdaruratan yang menyebabkan pasien harus

konsultasi ke Faskes Rujukan Tingkat Lanjut.

D. Sistem Pembiayaan Obat PRB dan Kronis

1. Obat PRB

Harga obat Program Rujuk Balik yang ditagihkan kepada BPJS Kesehatan

mengacu pada harga dasar obat sesuai e-catalogue ditambah biaya pelayanan

kefarmasian. Besarnya biaya pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud

adalah faktor pelayanan kefarmasian dikali harga dasar obat sesuai e-catalogue.

Besarnya biaya obat yang ditagihkan ke BPJS merupakan harga dasar obat

ditambah faktor pelayanan, dengan formula sebagai berikut :

Biaya Obat = Harga Dasar Obat (e-catalogue) + (Harga dasar Obat x Faktor

Pelayanan)

20
Harga Dasar Satuan Obat Margin

< Rp. 50.000,- 0,28

Rp.50.000,- sampai dengan Rp.250.000,- 0,26

Rp 250.000,- sampai dengan Rp 500.000,- 0,21

Rp 500.000,- sampai dengan Rp 1.000.000,- 0,16

Rp 1.000.000,- sampai dengan Rp 5.000.000,- 0,11

Rp 5.000.000,- sampai dengan Rp 10.000.000,- 0,09

> Rp 10.000.000,- 0,07

Contoh Perhitungan 1 obat dalam resep:

Apabila harga obat sesuai dengan e-catalogue adalah Rp 1.000,-/tablet.

Misalnya pasien membutuhkan obat dengan aturan pakai 2 x1 tab untuk 30 hari,

maka:

Biaya Obat : 60 tablet x Rp 1.000,- = Rp 60.000,-

Faktor Pelayanan : Rp 60.000,- x 0.28 =Rp 16.800,-

Maka biaya yang ditagihkan untuk 1 obat tersebut:

Rp 60.000,- + Rp 16.800,- = Rp 76.800,-

2. Obat Penyakit Kronis

Harga Obat pada penyakit kronis yang ditagihkan oleh instalasi farmasi di

FKRTL atau apotek kepada BPJS Kesehatan mengacu pada harga dasar obat

sesuai e-catalogue ditambah biaya pelayanan kefarmasian. Besarnya biaya

pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud adalah faktor pelayanan

21
kefarmasian dikali harga dasar obat sesuai e-catalogue. Besarnya biaya obat yang

ditagihkan ke BPJS Kesehatan merupakan harga dasar obat ditambah faktor

pelayanan, dengan formula sebagai berikut :

Biaya Obat = Harga Dasar Obat + (Harga dasar Obat x Faktor Pelayanan)

Faktor Pelayanan Kefarmasian seperti tercantum pada tabel berikut :

Harga Dasar Satuan Obat Margin

< Rp. 50.000,- 0,28

Rp.50.000,- sampai dengan Rp.250.000,- 0,26

Rp 250.000,- sampai dengan Rp 500.000,- 0,21

Rp 500.000,- sampai dengan Rp 1.000.000,- 0,16

Rp 1.000.000,- sampai dengan Rp 5.000.000,- 0,11

Rp 5.000.000,- sampai dengan Rp 10.000.000,- 0,09

> Rp 10.000.000,- 0,07

Contoh Perhitungan :

Obat penyakit kronis di FKRTL yang diklaim maksimum untuk 1 (satu) bulan

sesuai indikasi medis dengan ketentuan sebagai berikut :

- Biaya obat minimum untuk 7 hari ditanggung dalam paket Ina CBGs

- Biaya obat maksimum untuk 23 hari ditagihkan pada BPJS Kesehatan

dengan rincian sebagai berikut:

Apabila harga obat di e-catalogue adalah Rp 1.000,-/tablet

22
Pasien membutuhkan obat dengan aturan pakai 2 x1 tab untuk 23 hari,

maka jumlah obat yang dibutuhkan adalah : 2 tab x 23 hari = 36 tablet

Biaya Obat : 36 tablet x Rp 1.000,- = Rp 36.000,-

Faktor Pelayanan: Rp 36.000,- x 0.28 =Rp10.080,-

Maka biaya yang ditagihkan:

Rp 36.000,- + Rp10.080,- = Rp 46.080,-

E. STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

Menurut peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 73 tahun

2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. Apotek adalah sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker.

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk:

a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;

b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan

c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional

dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar:

a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai meliputi :
23
1) perencanaan;

2) pengadaan;

3) penerimaan;

4) penyimpanan;

5) pemusnahan;

6) pengendalian; dan

7) pencatatan dan pelaporan.

b. pelayanan farmasi klinik. Meliputi :

1) pengkajian Resep;

2) dispensing;

3) Pelayanan Informasi Obat (PIO);

4) konseling;

5) Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);

6) Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan

7) Monitoring Efek Samping Obat (MESO);

Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat

dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang

memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja.

24
Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus memenuhi kriteria:

1. Persyaratan administrasi

a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi

b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku

d. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.

3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional

Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang

berkesinambungan.

4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan

diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan

atau mandiri.

5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan

perundang undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar

pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang

berlaku.

Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang apoteker harus

menjalankan peran yaitu:

a. Pemberi layanan

25
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.

Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan kesehatan

secara berkesinambungan.

b. Pengambil keputusan

Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan dengan

menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

c. Komunikator

Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi

kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu harus

mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.

d. Pemimpin

Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang

empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil

keputusan.

e. Pengelola

Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran dan

informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi informasi

dan bersedia berbagi informasi tentang Obat dan hal-hal lain yang berhubungan

dengan Obat.

f. Pembelajar seumur hidup

26
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

profesi melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing Professional

Development/CPD)

g. Peneliti

Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam mengumpulkan

informasi Sediaan Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian dan memanfaatkannya

dalam pengembangan dan pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian.

F. APOTEK

Menurut Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 9 tahun

2017 tentang apotek. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat

dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pengaturan Apotek bertujuan

untuk:

a. meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek;

b. memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kefarmasian di Apotek;dan

c. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan

pelayanan kefarmasian di Apotek.

Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu

oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga administrasi.

Apotek menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai;dan

27
b. pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas

Apoteker wajib melayani Resep sesuai dengan tanggung jawab dan

keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. Dalam hal obat

yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka Apoteker dapat mengganti

obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat

merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien. Dalam hal obat yang

diresepkan tidak tersedia di Apotek atau pasien tidak mampu menebus obat yang

tertulis di dalam Resep, Apoteker dapat mengganti obat setelah berkonsultasi

dengan dokter penulis Resep untuk pemilihan obat lain.

Apabila Apoteker menganggap penulisan Resep terdapat kekeliruan atau

tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis Resep.

Apabila dokter penulis Resep tetap pada pendiriannya, maka Apoteker tetap

memberikan pelayanan sesuai dengan Resep dengan memberikan catatan dalam

Resep bahwa dokter sesuai dengan pendiriannya. Resep bersifat rahasia. Resep

harus disimpan di Apotek dengan baik paling singkat 5 (lima) tahun. Resep atau

salinan Resep hanya dapat diperlihatkan kepada dokter penulis Resep, pasien yang

bersangkutan atau yang merawat pasien, petugas kesehatan atau petugas lain yang

berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

28
G. Kerangka Teori

Program Rujuk Balik


(PRB)

Rumah Sakit

Rujuk Balik

Pemberi Pelayanan

Kesehatan Tingkat I

Apotek

Jenis Penyakit Biaya Obat

Sumber: UU No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS

29
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian non eksperimen dengan

pendekatan deskriptif.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada apotek yang bekerja sama dengan BPJS di

kota Palembang pada bulan Maret-Mei 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Semua peserta PRB BPJS yang mengambil obat di apotek yang bekerja

sama dengan BPJS Kesehatan berjumlah 5 apotek dikota Palembang.

2. Sampel

Tidak di lakukan sampling, seluruh populasi di jadikan sampel.

Adapun daftar nama apotek yang bekerja sama dengan BPJS dalam pelayanan

PRB adalah :

1) Apotek Sehat Bersama

2) Apotek Kimia Farma BP Amelia

3) Apotek Kimia Farma Symphoni

4) Apotek Kimia Farma Rama

30
5) Apotek Kimia Farma Celentang

D. Cara Pengumpulan Data

1. Penulis meminta izin penelitian dengan menyampaikan surat izin penelitian

kepada apotek

2. Penulis berkoordinasi dengan melihat database pasien di apotek yang

melakukan program rujuk balik.

3. Penulis mencatat data yang dibutuhkan ke dalam lembar kerja penelitian.

4. Data yang ada di lembar kerja penelitian direkapitulasi sedemikian rupa,

bila memungkinkan di copy dimasukan flashdisk lalu di sajikan dalam

bentuk tabel.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa

alat tulis, kertas,kamera, e-katalog, ISO Indonesia vol. 49, flash disk , laptop dan

lembar kerja penelitian.

F. Variabel Penelitian

1. Biaya obat

2. Karakteristik pasien

3. Jenis Penyakit

31
G. Definisi Operasional

1. Biaya obat

Definisi : Besarnya biaya obat yang ditagihkan ke BPJS merupakan

harga dasar obat ditambah biaya pelayanan kefarmasian.

(faktor pelayanan kefarmasian dikali harga dasar obat

sesuai e-catalogue)

Alat ukur : E-katalog

Cara ukur : Self assesment

Hasil ukur : Angka dalam bentuk rupiah

2. Karakteristik Pasien

Definisi : Karakteristik berupa umur, jenis kelamin, jenis penyakit

serta jenis kepesertaan peserta PRB BPJS

Alat ukur : Database pasien pada apotek

Cara ukur : observasional

Hasil ukur : Angka yang menunjukan jumlah

3. Jenis Penyakit

Definisi : Jenis Penyakit yang termasuk kedalam program rujuk

balik adalah Diabetus Mellitus, Hipertensi, Jantung, Asma,

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Epilepsy,

Schizophrenia, Stroke, Systemic Lupus Erythematosus

(SLE).

Alat Ukur : Database pasien pada apotek

Cara Ukur : observasional

32
Hasil Ukur : angka yang menunjukan jumlah

H. Kerangka Operasional

Apotek

Program Rujuk Balik


(PRB)

Database

Karakteristik
Pasien Biaya Obat Kelas Terapi

I. Cara Pengolahan dan Analisis Data

Pengelolaan dan analisis data pada penelitian adalah deskriptif. Data yang

diperoleh dicatat dan dimasukkan ke dalam lembar kertas kerja penelitian yang

sudah dibuat lalu diolah secara manual (mic. Excel) dan hasilnya akan

ditampilkan dalam bentuk tabel.

33
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian ini dilakukan pada peserta JKN dalam program Rujuk Balik

yang mengambil obat di Apotek yang bekerja sama dengan BPJS periode tahun

2016 Kota Palembang. Pengumpulan data di lakukan dengan cara melihat data

pasien melalui database pada setiap apotik. Pada awalnya penulis telah

mendapatkan izin akan melihat data peserta PRB yang terdapat di 5 apotik yang

bekerja sama dengan BPJS yaitu Apotek Kimia Farma BP Amalia, Kimia Farma

Rama, Kimia Farma Symphoni, Kimia Farma Celentang dan Sehat Bersama.

Namun pada saat akan melakukan penelitian penulis tidak mendapatkan izin di

sebagian apotik kimia farma sehingga penulis hanya melakukan penelitian di

Apotek Kimia Farma Rama dan Apotek Sehat Bersama.

1. Karakteristik peserta program rujuk balik

Karakteristik pasien yang seharusnya diteliti terdiri atas umur, jenis

kelamin dan jenis kepesertaan peserta program rujuk balik BPJS yang dilayani di

Apotik. Namun, dalam penelitian informasi tentang jenis kepesertaan tidak

terdapat pada database sehingga penulis hanya mengkaji data umur dan jenis

kelamin pada tahun 2016.

34
Tabel 1. Karakteristik peserta program rujuk balik berdasarkan umur

Rentang Usia (Tahun)


No Apotik
0-5 5-12 12-17 17-40 40-65 >65

1 Kimia Farma Rama 1 - - 2 24 15

2 Sehat Bersama 5 4 6 77 512 709

Total 6 4 6 79 536 724

Total Peserta 1355

Berdasarkan data di atas seharusnya pasien dewasa dengan penyakit kronis

yang termasuk ke dalam klasifikasi peserta rujuk balik namun pada rentang usia

0-5 tahun terdapat 6 peserta PRB . salah satu peserta berusia 5 tahun mendapatkan

obat na valproat yang bisa di indikasikan sebagai pengobatan untuk epilepsi

umum. Dan ada juga peserta lainnya mendapatkan obat insulin lantus solostar dan

novorapid flexpen sebagai pengobatan antidiabetes parenteral.

Tabel 2. Karakteristik peserta program rujuk balik berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin
No Apotik Total Peserta
Laki-Laki Perempuan

1 Kimia Farma Rama 20 22 42

2 Sehat Bersama 711 602 1313

Jumlah 731 624 1355

Persentase (%) 53,9 46,1 100

35
2. Biaya Obat

Tabel 3. Total biaya obat PRB berdasarkan penyakit

Total biaya obat yang di maksud pada tabel di bawah ini adalah harga

dasar obat dikali jumlah obat lalu di tambah faktor pelayanan kefarmasian.

Berikut adalah total biaya tagihan selama tahun 2016.

No Jenis Penyakit Biaya Obat

1 Hipertensi Rp 720.696.269

Rp 544.286.856
2 Diabetes Melitus

Rp 133.404.467
3 Jantung

Rp 194.503.194
4 Asma

Rp 60.888.000
5 Ppok (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)

Rp 23.340.563
6 Epilepsi

7 stroke Rp 48.156.269

Total Biaya Obat Rp 1.725.275.618

Harga dasar obat di atas menggunakan harga pada e-katalog sehingga

memungkinkan akan terjadi perbedaan dengan harga pada penjualan obat pada

umumnya.

3. Penggolongan Jenis Penyakit

36
Grafik. Jenis Obat yang paling banyak di gunakan di golongkan berdasakan

penyakit

Persentase tiap penyakit (%)


50

45 43.3

40

35

30

25

20
Total
15 13.9
11.9
9.6
10 7.8

5 3 3.7
2.2
0.3 0.2 0.8 1.5 0.1 0.1 0.1 0.2 0.2 0.2 0.4 0.5
0
Asma + PPOK

DM + PPOK
Epilepsi

Hipertensi + PPOK

Jantung
Epilepsi + HT
Hipertensi
Diabetes Melitus

Hipertensi + DM

PPOK
Stroke
DM + Asma

Hipertensi + Asma

Jantung + stroke
Asma

Hipertensi + Epilepsi
Asma + Jantung

DM + Jantung

Hipertensi + Jantung

Hipertensi + Stroke

Penulis mengelompokan jenis penyakit dari tiap resep peserta PRB yang

datang mengambil obat ke apotik berdasarkan dari obat. Obat yang di tulis di

resep oleh dokter mengacu pada fornas PRB BPJS sehingga tidak ada obat yang di

resepkan selain obat untuk indikasi peserta tersebut.


37
B. Pembahasan

1. Karakteristik Peserta

Pasien BPJS yang dimaksud pada penelitian ini yaitu peserta PRB BPJS yang

menderita penyakit kronis akan mendapatkan rujukan dari dokter keluarga atau

faskes tingkat satu untuk di lakukan pemeriksaan di Faskes Tingkat Lanjutan

sehingga peserta akan mendapatkan Obat rujuk balik selama 3 bulan berturut-

turut. Peserta disini akan di evaluasi kembali oleh dokter spesialis, dan jika

peserta di nyatakan kondisi stabil maka pengobatan akan di lanjutkan kembali .

Namun Jika kondisi peserta di nyatakan tidak stabil peserta akan di rujuk kembali

ke dokter spesialis. Peserta PRB bpjs yang datang ke apotik membawa buku PRB

bpjs , surat elegibilitas , fotocopy kartu bpjs dan resep. Kesulitan yang penulis

hadapi disini ialah tidak terdapatnya jenis kepesertaan pada database apotik , jenis

kepesertaan hanya terdapat pada surat elegibilitas peserta saja.

Dari seluruh karakteristik peserta dapat disimpulkan bahwa persentase

tertinggi yang mengambil obat di apotik adalah pasien laki-laki dengan usia lebih

dari 65 tahun ke atas sebanyak 53,9% akan tetapi peserta wanita juga

mendapatkan perhatian karena tidak terdapat perbedaan yang cukup jauh di

bandingkan dengan peserta laki-laki. Namun tetap saja Pasien laki-laki tersebut

bisa di katakan pasien lansia jika melihatnya dari segi umur.

2. Biaya Obat PRB

Harga obat dalam penelitian ini menggunakan harga yang tertera pada e-

katalog. Sedangkan total biaya obat yang di maksud pada tabel di atas adalah
38
harga dasar obat dikali jumlah obat lalu di tambah faktor pelayanan kefarmasian.

E-katalog dilakukan tanpa lelang manual melainkan dapat dibeli setelah melihat

daftar yang terdapat di situs. BPJS sendiri hanya mau membayar obat kepada para

distributor terkait klaim yang terdaftar di e-katalog. Jika dibandingkan dengan

harga regular atau umum, perbedaan kedua harga ini sangat besar. Hal ini tentu

saja menguntungkan bagi pasien yang menjadi peserta BPJS bila di lihat dari segi

farmakoekonomis. Contohnya obat simvastatin yang umumnya mempunyai harga

Rp. 466 (ISO, 2016), pada e-katalog hanya berkisar Rp. 133.

Penyakit hipertensi memakai penggunaan biaya obat terbesar untuk para

peserta program rujuk balik. Hal ini sesuai dengan jenis penyakit terbanyak

hipertensi pula, penyakit hipertensi memakai biaya obat sebanyak hampir dari

setengah biaya total keseluruhan obat. Tentu saja ini berdampak dengan

bagaimana bpjs menekankan penggunaan biaya obat sesuai dengan harga e-

catalog yang dimana bpjs tidak perlu mentender suatu produk atau pabrik untuk

mendapatkan harga yang relatif murah.

Penyakit diabetes melitus menempati posisi kedua setelah hipertensi , ini

tentu saja bisa di karenakan karena tidak hanya orang tua yang bisa menderita

diabtes melitus akan tetapi terdapat anak-anak juga yang sudah mendapatkan

pengobatan insulin ini tentu saja bisa mempengaruhi peserta jika mereka membeli

obat di luar program rujuk balik kemungkinan mereka akan mendapatkan harga

yang cukup tinggi di bandingkan dengan peserta yang menebus obat di apotik

yang bekerja sama dengan bpjs.

39
Penyakit stroke ternyata juga memakan biaya cukup tinggi jika di

bandingkan dengan penyakit epilepsi padahal stroke bisa di kategorikan penyakit

dengan jenis obat asetosal dan klopidogrel saja akan tetapi hal itu membuat

penyakit tersebut cukup di beri perhatian oleh pihak bpjs selanjutnya.

3. Penggolongan Jenis Penyakit

Jenis Penyakit yang paling mendominasi pada tahun 2016 di kedua Apotek

ialah Hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan di Kota Bandung menyatakan Jumlah Pemenuhan dan Pola

Penggunaan Obat Program Rujuk Balik dengan penggunaan obat terbanyak

untuk penyakit hipertensi. 84,09%, disusul diabetes melitus (37,52%) dan

penyakit jantung (12,72%). Secara umum, jumlah pemenuhan obat PRB untuk

kebutuhan selama 30 hari dapat terpenuhi di kedua apotek dengan penggunaan

obat terbanyak untuk penyakit hipertensi. (Sembada, 2016). Tidak mengejutkan

karena menurut berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, dari sembilan jenis

penyakit yang masuk dalam PRB, penyakit dengan prevalensi hipertensi di

Indonesia mencapai 29,4% (Depkes, 2013).

Penggolongan Jenis obat sesuai indikasi penyakit yang tercantum dalam

fornas yang tertera pada resep obat yang di bawa oleh peserta. Dari sembilan

penyakit yang terdapat dalam PRB, ada 7 indikasi penyakit yang ditemukan pada

resep obat di kedua apotek yaitu hipertensi, jantung, stroke, diabetes melitus,

asma, PPOK dan epilepsi. Berdasarkan pada data penelitian di atas diketahui

40
bahwa jenis penyakit terbanyak pada Program Rujuk Balik BPJS adalah

Hipertensi dengan persentase 43,3%.

Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun

2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma seluruh dunia adalah

tiga ratus juta orang, Kemungkinan lain inilah yang menyebabkan dengan hasil

penelitian yang telah di lakukan bahwa penyakit asma mendapatkan persentase

sebesar 7,8% .

Data WHO tahun 2008 menunjukkan jumlah penderita DM tipe 2 di

Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak di dunia dengan prevalensi 8,4 juta

jiwa dan pada tahun 2030 DM diprediksi akan menjadi penyakit ketujuh paling

mematikan di dunia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun

2007, penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah

perkotaan menempati peringkat kedua dengan persentase 14,7% dan di daerah

pedesaan DM menempati peringkat keenam dengan 5,8% tentu saja ini bisa

menjadi alasan bahwa penyakit diabetes melitus menempati posisi kedua pada

urutan program rujuk balik . penyakit diabetes melitus ini mendapatkan persentase

sebanyak 13,9 %.

Penyakit Jantung juga cukup besar persentasenya yaitu 9,6% di

bandingkan dengan penyakit epilepsi hanya 2,2% dan penyakit stroke stroke 0,5%

serta ppok 0,4%. Pada penyakit epilepsi tidak hanya terdapat pada orang tua akan

tetapi anak-anak di bawah 12 tahun juga mendapatkan resep untuk pengobatan

tersebut.

41
Pada penggolongan disini bisa kita ketahui tidak hanya penyakit tunggal

yang mendapatkan persentase namun penyakit kombinasi misalnya : penyakit

hipertensi dan jantung . Penyakit kombinasi ini persentasenya sebesar 10,4 % dari

total keseluruhan yaitu 100%.

Keterbatasan pada penelitian ini yaitu diagnosis tidak dapat dipastikan

secara pasti jika hanya dilihat dari jenis obat yang diresepkan, meskipun jenis-

jenis obat yang tercantum merujuk pada suatu penyakit tertentu namun karena

satu obat yang diberikan kepada pasien tidak hanya untuk satu penyakit saja, obat

tersebut mungkin diberikan untuk beberapa indikasi penyakit.

42
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

A. Kesimpulan

1. Peserta program rujuk balik BPJS pada tahun 2016 yang paling

mendominasi adalah peserta lansia .

2. Total biaya obat yang menyerap paling tinggi pemakaianya pada program

rujuk balik BPJS adalah hipertensi .

3. Jenis Penyakit pada Program Rujuk Balik yang paling banyak ditemukan

adalah Penyakit Hipertensi (43,3%).

B. Saran

1. Disarankan kepada peneliti agar melakukan penelitian perbadingan biaya

antar penyakit pada program rujuk balik BPJS.

2. Disarankan kepada BPJS supaya melakukan program pencegahan

hipertensi karena penyakit hipertensi yang paling tinggi prevalensinya saat

43
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun
2013 (http://depkes.go.id)

Diana.C. 2015. Biaya Obat pada pelayanan kesehatan dasar pasien BPJS di puskesmas kota
Palembang bulan Desember tahun 2014. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes
Palembang (Tidak di publikasikan)

Fachrurrazi., 2016. Paparan Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN. Palembang

Hairul.A. 2012. Asuhan Keperawatan pada pasien diabetes melitus di puskesmas sukaraya
tahun 2012. Jurusan Keperawatan poltekkes kemenkes Baturaja (Tidak di
publikasikan)

Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. Informasi Spesialit Obat Indonesia Volume 51.
Penerbit PT. ISFI, Jakarta. Halaman 53.

Kementrian Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/137/2016 Tentang pedoman


penyusunan dan penerapan formularium nasional, 2016. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013 Tentang


Pelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan nasional, 2013. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang


Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, 2014.
Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 73 tahun 2016 Tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2016. Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatam Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2016 tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan Nasional, 2016. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 9 tahun 2017 Tentang Apotek, 2017.
Jakarta
Panduan Praktis Program Rujuk Balik, 2014. Jakarta
Sundari.M. 2015. Biaya Obat pada pelayanan kesehatan dasar pasien BPJS di dokter
keluarga kota palembang. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang (Tidak di
publikasikan)

Sembada.D, Kuswinarti, dan Arisanti.N. 2016. Jumlah pemenuhan dan pola penggunaan
obat program rujuk balik di Apotek wilayah Gedebage Kota Bandung. Bandung.
Universitas Padjajaran

Tim Penyusun dan advokasi JKN., 2011. Buku Pegangan Sosialisasi JKN dalam sistem
Jaminan Sosial Nasional, Jakarta
Undang-undang republik indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, 2009. Jakarta

Undang-undang republik indonesia Nomor 40 tahun 2004 Tentang Sistem jaminan sosial
nasional, 2004. Jakarta
Lembar kerja penelitian

no nama peserta tanggal lahir umur jenis obat diagnosa


A FADIL
1 MEDIWINATA 05/06/1981 36 Analog insulin mix acting diabetes
2 A FAUZI TOYIB 18/07/1957 60 Bisoprolol hipertensi
Lisinopril
Nifedipin
3 A HADI CIKMAT 28/12/1953 63 Amlodipin Besylat hipertensi
Telmisartan
Asam Asetil Salisilat
4 A HARTOWI 07/09/1967 49 (Asetosa stroke

Simvastatin
5 A MUKRI 16/09/1954 62 Amlodipin Besylat ht+jantung
Clopidogrel
Natrium Valproat

6 ANISAH 05/06/1933 84 Valsartan hipertensi

7 A RONI Y S 20/11/1955 61 Lisinopril hipertensi


Nifedipin

Asam Asetil Salisilat


8 A SAAD LUBIS 03/04/1959 58 (Asetosa ht+jantung
Candesartan Cilexetil
Diltiazem

A SYOFYAN
9 EFFENDI 19/04/1953 64 Acarbose diabetes

Anda mungkin juga menyukai