OLEH:
YOELANDA ANDINI
NIM: PO.71.39.0.14.076
1
BIODATA
1. Allah SWT. dan nikmat-Nya yang mana lagi yang mau ku dustakan.
Alhamdulillah...
3. Saudaraku yoyo , yuk ria , cek ndes , adk dea dan krucil krucil
penyemangat cicik : arjuna , anisha & rayanka mksh utk suppport, doa
selama ini
4. Ibu Dra. Ratnaningsih DA., Apt. M.Kes selaku ketua jurusan atas
bimbingannya selama ini hingga jadi juga Karya tulis ilmiah ini
7. Meri, wahyu, iin, dada, mariska, repin, restu hope we’ll success
together guys!
9. Apotek sehat bersama dan Apotek Kimia Farma Rama yang telah
memberikan ilmu, saran selama berlangsungnya penelitian ini
10. Last but not least Dolly Febrian Kabartha S.Sos , terimakasih telah
menjadi partner setia dan bantuan atas segalanya yang tidak bisa di
ucapkan dengan kata-kata ♥
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit kronis semakin banyak dan termasuk ke dalam salah
satu program rujuk balik akan tetapi masih banyak pasien yang di rujuk
mendapatkan pengobatan di rumah sakit. Sehingga penulis ingin menggambarkan
biaya dan jenis penyakit yang di lakukan oleh peserta program rujuk balik BPJS.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan
pendekatan deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh resep peserta
PRB BPJS di 2 apotik yang bekerja sama dg BPJS kota Palembang tahun 2016.
Data diolah secara deskriptif.
Hasil: Setelah dilakukan penelitian diperoleh 1.355 resep di dua apotik yang
bekerja sama dg BPJS dengan jumlah 731 peserta laki-laki dan 624 peserta
perempuan. Dari 9 jenis penyakit PRB ditemukan hanya 7 penyakit yang di
kombinasi dengan penyakit lainnya. Biaya obat berdasarkan penyakit di serap
oleh penyakit hipertensi yang paing tinggi pemakaianya.
Kesimpulan: Peserta yang paling mendominasi program rujuk balik BPJS ialah
lansia dengan kasus hipertensi yang menjadi penyakit terbanyak serta penyerapan
biaya obat tertinggi.
KATA PENGANTAR
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
BIODATA
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL...................................................................... .................. iii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................ ................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)................................................... 5
B. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).................................... 14
C. Program Rujuk Balik (PRB)............................................................... 17
D. Sistem Pembiayaan Obat PRB dan Kronis ........................................ 21
E. Standar Pelayanan Kefarmasian......................................................... 24
F. Apotek................................................................................................ 28
G. Kerangka Teori................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 31
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 31
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 31
D. Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 32
E. Alat Pengumpulan Data ..................................................................... 32
F. Variabe Penelitian .............................................................................. 32
G. Definisi Operasional........................................................................... 32
H. Kerangka Operasional........................................................................ 34
I. Cara Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil................................................................................................... 35
B. Pembahasan....................................................................................... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................... 44
B. Saran................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 45
LAMPIRAN .................................................................................................. 46
1
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang di berikan kepada setiap orang yang
BPJS Kesehatan (Persero) adalah suatu badan yang dibentuk berdasarkan UU No.
24 Tahun 2011 tentang pergantian PT. Askes Indonesia berubah menjadi Badan
oleh peserta JKN salah satunya adalah Program Rujuk Balik (PRB). Pelayanan
yang merawat.
(Permenkes, 2014) Jenis obat yang termasuk dalam Program Rujuk Balik adalah
Obat utama dan obat tambahan, pelayanan obat Program Rujuk Balik diberikan
oleh ruang farmasi Puskesmas dan Apotek atau Instalasi Farmasi Klinik Pratama
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. (Binfar, 2014) Obat PRB diberikan
nasional.
(2015), bahwa biaya obat kronis terbesar ialah penyakit hipertensi sebanyak Rp.
Obat Program Rujuk Balik dengan penggunaan obat terbanyak untuk penyakit
Palembang mengenai Biaya Obat pada pelayanan kesehatan dasar pasien BPJS di
untuk persentase rata-rata belanja obat pada pelayanan kesehatan dasar di banding
Sejauh ini belum ada data yang bisa menjadi informasi tentang berapa biaya
pelayanan dasar dan biaya pelayanan program rujuk balik maka dari itu penelitian
ini dilakukan untuk menggambarkan biaya dari program rujuk balik di apotek shat
2
B. Rumusan Masalah
2. Berapa total biaya obat PRB di di apotik Sehat Bersama dan kimia farma
3. Jenis penyakit mana yang paling banyak pada peserta JKN dalam Program
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menggambarkan biaya dan jenis penyakit program rujuk balik oleh peserta
JKN di apotik Sehat Bersama dan kimia farma rama tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
b. Menghitung total biaya untuk obat-obatan pada di apotik Sehat Bersama dan
D. Manfaat penelitian
3
1. Bagi BPJS Kesehatan, dapat dijadikan informasi sebagai bahan evaluasi
untuk peningkatan mutu pada pelayanan program rujuk balik oleh peserta
tentang pelayanan Program Rujuk Balik oleh peserta JKN di Apotek yang
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah
(Kemenkes, 2014).
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan habis pakai yang diperlukan.
5
a. Prinsip kegotongroyongan
b. Prinsip nirlaba
d. Portabilitas
a. Kepesertaan
Beberapa pengertian:
1) Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
2) Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah,
Peserta tersebut meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI
1) Peserta PBI jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin
6
2) Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
7)) Pekerja yang tidak termasuk angka 1)) s/d 6)) yang menerima Upah.
2)) Pekerja yang tidak termasuk huruf a) yang bukan penerima Upah.
3)) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara
1)) Investor
e)) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat
hak pensiun
4)) Veteran
6)) Bukan Pekerja yang tidak termasuk point b) dan c) yang mampu
membayar iuran.
a) Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung, anak
b) Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang
1)) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan
sendiri.
2)) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh
8
4) Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi
Jaminan Kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur
b. Syarat Pendaftaran
c. Lokasi Pendaftaran
Kesehatan.
a) Membayar iuran
menunjukan identitas peserta pada saat pindah domisili atau pindah kerja.
9
f. Masa Berlaku Kepesertaan
2) Status kepesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar iuran atau
meninggal dunia.
3) Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh
peraturan BPJS.
g. Pentahapan Kepesertaan
tahap pertama mulai 1 januari 2014. Kepesertaan yang paling sedikit meliputi
anggota keluarganya.
h. Pembiayaan
1) Iuran
teratur oleh peserta, pemberi kerja, atau pemerintah untuk program jaminan
2) Pembayar Iuran
10
a) Bagi peserta PBI, iuran dibayar oleh pemerintah.
b) Bagi peserta pekerja penerima upah, iurannya dibayar oleh pemberi kerja
dan pekerja.
c) Bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja iuran
3) Pembayaran Iuran
persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal
tertentu (bukan penerima upah dari PBI). Setiap pemberi kerja wajib memungut
tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayar pada hari kerja
administatif sebesar 2 % (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak
sesuai gaji atau upah peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan
pemberi kerja atau peserta paling lambat 14 hari kerja sejak diterimanya iuran.
11
Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran iuran diatur dengan
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas dua jenis, yaitu manfaat
medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi
dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas
kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Manfaat
dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai
pemberian pelayanan:
mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
berencana.
12
d. Skrining Kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
penyakit tertentu.
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada
g. Pasien bunuh diri Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri
Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang dibentuk dengan Undang-
Undang untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Oleh karena itu BPJS
13
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas, BPJS Kesehatan
bertugas untuk:
sosial.
Kesehatan berwenang:
pemberi kerja.
oleh Pemerintah.
14
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
b. Mengembangkan aset dana jaminan sosial dan aset BPJS untuk sebesar-
h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun satu kali
15
i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang
secara berkala enam bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada
DJSN.
Kesehatan berhak:
bersumber dari dana jaminan sosial atau sumber lainnya sesuai dengan
diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih
16
dilaksanakan di Faskes Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter
a) Jenis Penyakit
a. Diabetus Mellitus
b. Hipertensi
c. Jantung
d. Asma
f. Epilepsy
g. Schizophrenia
h. Stroke
b) Jenis Obat ,
a. Obat Utama, yaitu obat kronis yang diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub
b. Obat Tambahan, yaitu obat yang mutlak diberikan bersama obat utama
17
Tingkat Lanjutan untuk mengatasi penyakit penyerta atau mengurangi efek
resep obat rujuk balik yang tercantum pada buku kontrol peserta PRB
18
1) Peserta menyerahkan resep dari Dokter Faskes Tingkat Pertama
e. Pada saat kondisi peserta tidak stabil, peserta dapat dirujuk kembali ke
a. Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 30 (tiga puluh) hari setiap
kali peresepan dan harus sesuai dengan Daftar Obat Formularium Nasional
untuk Obat Program Rujuk Balik serta ketentuan lain yang berlaku.
dan tidak berhak merubah resep obat PRB. Dalam kondisi tertentu Dokter
d. Jika peserta masih memiliki obat PRB, maka peserta tersebut tidak boleh
1. Obat PRB
Harga obat Program Rujuk Balik yang ditagihkan kepada BPJS Kesehatan
mengacu pada harga dasar obat sesuai e-catalogue ditambah biaya pelayanan
adalah faktor pelayanan kefarmasian dikali harga dasar obat sesuai e-catalogue.
Besarnya biaya obat yang ditagihkan ke BPJS merupakan harga dasar obat
Biaya Obat = Harga Dasar Obat (e-catalogue) + (Harga dasar Obat x Faktor
Pelayanan)
20
Harga Dasar Satuan Obat Margin
Misalnya pasien membutuhkan obat dengan aturan pakai 2 x1 tab untuk 30 hari,
maka:
Harga Obat pada penyakit kronis yang ditagihkan oleh instalasi farmasi di
FKRTL atau apotek kepada BPJS Kesehatan mengacu pada harga dasar obat
21
kefarmasian dikali harga dasar obat sesuai e-catalogue. Besarnya biaya obat yang
Biaya Obat = Harga Dasar Obat + (Harga dasar Obat x Faktor Pelayanan)
Contoh Perhitungan :
Obat penyakit kronis di FKRTL yang diklaim maksimum untuk 1 (satu) bulan
- Biaya obat minimum untuk 7 hari ditanggung dalam paket Ina CBGs
22
Pasien membutuhkan obat dengan aturan pakai 2 x1 tab untuk 23 hari,
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
Pakai meliputi :
23
1) perencanaan;
2) pengadaan;
3) penerimaan;
4) penyimpanan;
5) pemusnahan;
6) pengendalian; dan
1) pengkajian Resep;
2) dispensing;
4) konseling;
memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja.
24
Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus memenuhi kriteria:
1. Persyaratan administrasi
berkesinambungan.
atau mandiri.
berlaku.
a. Pemberi layanan
25
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.
secara berkesinambungan.
b. Pengambil keputusan
menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Komunikator
kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu harus
d. Pemimpin
keputusan.
e. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran dan
dan bersedia berbagi informasi tentang Obat dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan Obat.
26
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
Development/CPD)
g. Peneliti
F. APOTEK
untuk:
kefarmasian di Apotek;dan
Pakai;dan
27
b. pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas
keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. Dalam hal obat
yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka Apoteker dapat mengganti
obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat
merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien. Dalam hal obat yang
diresepkan tidak tersedia di Apotek atau pasien tidak mampu menebus obat yang
Apabila dokter penulis Resep tetap pada pendiriannya, maka Apoteker tetap
Resep bahwa dokter sesuai dengan pendiriannya. Resep bersifat rahasia. Resep
harus disimpan di Apotek dengan baik paling singkat 5 (lima) tahun. Resep atau
salinan Resep hanya dapat diperlihatkan kepada dokter penulis Resep, pasien yang
bersangkutan atau yang merawat pasien, petugas kesehatan atau petugas lain yang
28
G. Kerangka Teori
Rumah Sakit
Rujuk Balik
Pemberi Pelayanan
Kesehatan Tingkat I
Apotek
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pendekatan deskriptif.
Penelitian ini dilakukan pada apotek yang bekerja sama dengan BPJS di
1. Populasi
Semua peserta PRB BPJS yang mengambil obat di apotek yang bekerja
2. Sampel
Adapun daftar nama apotek yang bekerja sama dengan BPJS dalam pelayanan
PRB adalah :
30
5) Apotek Kimia Farma Celentang
kepada apotek
bentuk tabel.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa
alat tulis, kertas,kamera, e-katalog, ISO Indonesia vol. 49, flash disk , laptop dan
F. Variabel Penelitian
1. Biaya obat
2. Karakteristik pasien
3. Jenis Penyakit
31
G. Definisi Operasional
1. Biaya obat
sesuai e-catalogue)
2. Karakteristik Pasien
3. Jenis Penyakit
(SLE).
32
Hasil Ukur : angka yang menunjukan jumlah
H. Kerangka Operasional
Apotek
Database
Karakteristik
Pasien Biaya Obat Kelas Terapi
Pengelolaan dan analisis data pada penelitian adalah deskriptif. Data yang
diperoleh dicatat dan dimasukkan ke dalam lembar kertas kerja penelitian yang
sudah dibuat lalu diolah secara manual (mic. Excel) dan hasilnya akan
33
BAB IV
A. Hasil
Penelitian ini dilakukan pada peserta JKN dalam program Rujuk Balik
yang mengambil obat di Apotek yang bekerja sama dengan BPJS periode tahun
2016 Kota Palembang. Pengumpulan data di lakukan dengan cara melihat data
pasien melalui database pada setiap apotik. Pada awalnya penulis telah
mendapatkan izin akan melihat data peserta PRB yang terdapat di 5 apotik yang
bekerja sama dengan BPJS yaitu Apotek Kimia Farma BP Amalia, Kimia Farma
Rama, Kimia Farma Symphoni, Kimia Farma Celentang dan Sehat Bersama.
Namun pada saat akan melakukan penelitian penulis tidak mendapatkan izin di
kelamin dan jenis kepesertaan peserta program rujuk balik BPJS yang dilayani di
terdapat pada database sehingga penulis hanya mengkaji data umur dan jenis
34
Tabel 1. Karakteristik peserta program rujuk balik berdasarkan umur
yang termasuk ke dalam klasifikasi peserta rujuk balik namun pada rentang usia
0-5 tahun terdapat 6 peserta PRB . salah satu peserta berusia 5 tahun mendapatkan
umum. Dan ada juga peserta lainnya mendapatkan obat insulin lantus solostar dan
Jenis Kelamin
No Apotik Total Peserta
Laki-Laki Perempuan
35
2. Biaya Obat
Total biaya obat yang di maksud pada tabel di bawah ini adalah harga
dasar obat dikali jumlah obat lalu di tambah faktor pelayanan kefarmasian.
1 Hipertensi Rp 720.696.269
Rp 544.286.856
2 Diabetes Melitus
Rp 133.404.467
3 Jantung
Rp 194.503.194
4 Asma
Rp 60.888.000
5 Ppok (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
Rp 23.340.563
6 Epilepsi
7 stroke Rp 48.156.269
memungkinkan akan terjadi perbedaan dengan harga pada penjualan obat pada
umumnya.
36
Grafik. Jenis Obat yang paling banyak di gunakan di golongkan berdasakan
penyakit
45 43.3
40
35
30
25
20
Total
15 13.9
11.9
9.6
10 7.8
5 3 3.7
2.2
0.3 0.2 0.8 1.5 0.1 0.1 0.1 0.2 0.2 0.2 0.4 0.5
0
Asma + PPOK
DM + PPOK
Epilepsi
Hipertensi + PPOK
Jantung
Epilepsi + HT
Hipertensi
Diabetes Melitus
Hipertensi + DM
PPOK
Stroke
DM + Asma
Hipertensi + Asma
Jantung + stroke
Asma
Hipertensi + Epilepsi
Asma + Jantung
DM + Jantung
Hipertensi + Jantung
Hipertensi + Stroke
Penulis mengelompokan jenis penyakit dari tiap resep peserta PRB yang
datang mengambil obat ke apotik berdasarkan dari obat. Obat yang di tulis di
resep oleh dokter mengacu pada fornas PRB BPJS sehingga tidak ada obat yang di
1. Karakteristik Peserta
Pasien BPJS yang dimaksud pada penelitian ini yaitu peserta PRB BPJS yang
menderita penyakit kronis akan mendapatkan rujukan dari dokter keluarga atau
sehingga peserta akan mendapatkan Obat rujuk balik selama 3 bulan berturut-
turut. Peserta disini akan di evaluasi kembali oleh dokter spesialis, dan jika
Namun Jika kondisi peserta di nyatakan tidak stabil peserta akan di rujuk kembali
ke dokter spesialis. Peserta PRB bpjs yang datang ke apotik membawa buku PRB
bpjs , surat elegibilitas , fotocopy kartu bpjs dan resep. Kesulitan yang penulis
hadapi disini ialah tidak terdapatnya jenis kepesertaan pada database apotik , jenis
tertinggi yang mengambil obat di apotik adalah pasien laki-laki dengan usia lebih
dari 65 tahun ke atas sebanyak 53,9% akan tetapi peserta wanita juga
bandingkan dengan peserta laki-laki. Namun tetap saja Pasien laki-laki tersebut
Harga obat dalam penelitian ini menggunakan harga yang tertera pada e-
katalog. Sedangkan total biaya obat yang di maksud pada tabel di atas adalah
38
harga dasar obat dikali jumlah obat lalu di tambah faktor pelayanan kefarmasian.
E-katalog dilakukan tanpa lelang manual melainkan dapat dibeli setelah melihat
daftar yang terdapat di situs. BPJS sendiri hanya mau membayar obat kepada para
harga regular atau umum, perbedaan kedua harga ini sangat besar. Hal ini tentu
saja menguntungkan bagi pasien yang menjadi peserta BPJS bila di lihat dari segi
Rp. 466 (ISO, 2016), pada e-katalog hanya berkisar Rp. 133.
peserta program rujuk balik. Hal ini sesuai dengan jenis penyakit terbanyak
hipertensi pula, penyakit hipertensi memakai biaya obat sebanyak hampir dari
setengah biaya total keseluruhan obat. Tentu saja ini berdampak dengan
catalog yang dimana bpjs tidak perlu mentender suatu produk atau pabrik untuk
tentu saja bisa di karenakan karena tidak hanya orang tua yang bisa menderita
diabtes melitus akan tetapi terdapat anak-anak juga yang sudah mendapatkan
pengobatan insulin ini tentu saja bisa mempengaruhi peserta jika mereka membeli
obat di luar program rujuk balik kemungkinan mereka akan mendapatkan harga
yang cukup tinggi di bandingkan dengan peserta yang menebus obat di apotik
39
Penyakit stroke ternyata juga memakan biaya cukup tinggi jika di
dengan jenis obat asetosal dan klopidogrel saja akan tetapi hal itu membuat
Jenis Penyakit yang paling mendominasi pada tahun 2016 di kedua Apotek
ialah Hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah
penyakit jantung (12,72%). Secara umum, jumlah pemenuhan obat PRB untuk
karena menurut berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, dari sembilan jenis
fornas yang tertera pada resep obat yang di bawa oleh peserta. Dari sembilan
penyakit yang terdapat dalam PRB, ada 7 indikasi penyakit yang ditemukan pada
resep obat di kedua apotek yaitu hipertensi, jantung, stroke, diabetes melitus,
asma, PPOK dan epilepsi. Berdasarkan pada data penelitian di atas diketahui
40
bahwa jenis penyakit terbanyak pada Program Rujuk Balik BPJS adalah
Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun
2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma seluruh dunia adalah
tiga ratus juta orang, Kemungkinan lain inilah yang menyebabkan dengan hasil
sebesar 7,8% .
Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak di dunia dengan prevalensi 8,4 juta
jiwa dan pada tahun 2030 DM diprediksi akan menjadi penyakit ketujuh paling
mematikan di dunia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
2007, penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah
pedesaan DM menempati peringkat keenam dengan 5,8% tentu saja ini bisa
menjadi alasan bahwa penyakit diabetes melitus menempati posisi kedua pada
urutan program rujuk balik . penyakit diabetes melitus ini mendapatkan persentase
sebanyak 13,9 %.
bandingkan dengan penyakit epilepsi hanya 2,2% dan penyakit stroke stroke 0,5%
serta ppok 0,4%. Pada penyakit epilepsi tidak hanya terdapat pada orang tua akan
tersebut.
41
Pada penggolongan disini bisa kita ketahui tidak hanya penyakit tunggal
hipertensi dan jantung . Penyakit kombinasi ini persentasenya sebesar 10,4 % dari
secara pasti jika hanya dilihat dari jenis obat yang diresepkan, meskipun jenis-
jenis obat yang tercantum merujuk pada suatu penyakit tertentu namun karena
satu obat yang diberikan kepada pasien tidak hanya untuk satu penyakit saja, obat
42
BAB V
A. Kesimpulan
1. Peserta program rujuk balik BPJS pada tahun 2016 yang paling
2. Total biaya obat yang menyerap paling tinggi pemakaianya pada program
3. Jenis Penyakit pada Program Rujuk Balik yang paling banyak ditemukan
B. Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun
2013 (http://depkes.go.id)
Diana.C. 2015. Biaya Obat pada pelayanan kesehatan dasar pasien BPJS di puskesmas kota
Palembang bulan Desember tahun 2014. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes
Palembang (Tidak di publikasikan)
Fachrurrazi., 2016. Paparan Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN. Palembang
Hairul.A. 2012. Asuhan Keperawatan pada pasien diabetes melitus di puskesmas sukaraya
tahun 2012. Jurusan Keperawatan poltekkes kemenkes Baturaja (Tidak di
publikasikan)
Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. Informasi Spesialit Obat Indonesia Volume 51.
Penerbit PT. ISFI, Jakarta. Halaman 53.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 9 tahun 2017 Tentang Apotek, 2017.
Jakarta
Panduan Praktis Program Rujuk Balik, 2014. Jakarta
Sundari.M. 2015. Biaya Obat pada pelayanan kesehatan dasar pasien BPJS di dokter
keluarga kota palembang. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang (Tidak di
publikasikan)
Sembada.D, Kuswinarti, dan Arisanti.N. 2016. Jumlah pemenuhan dan pola penggunaan
obat program rujuk balik di Apotek wilayah Gedebage Kota Bandung. Bandung.
Universitas Padjajaran
Tim Penyusun dan advokasi JKN., 2011. Buku Pegangan Sosialisasi JKN dalam sistem
Jaminan Sosial Nasional, Jakarta
Undang-undang republik indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, 2009. Jakarta
Undang-undang republik indonesia Nomor 40 tahun 2004 Tentang Sistem jaminan sosial
nasional, 2004. Jakarta
Lembar kerja penelitian
Simvastatin
5 A MUKRI 16/09/1954 62 Amlodipin Besylat ht+jantung
Clopidogrel
Natrium Valproat
A SYOFYAN
9 EFFENDI 19/04/1953 64 Acarbose diabetes