Oleh :
WAHYU PERDAKA
NIM. 1548201056
2017- 2018
NIM : 1548201056
I. PENDAHULUAN
yang sangat tinggi hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan
komsumsi antibiotik dari tahun 2000 hingga tahun 2015 sebanyak 65% dan
*) Sari hasil ini akan diseminarkan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi
pada:
Hari / tanggal :
Pukul :
Tempat :
Pembimbing : 1. Desi Sagita, M.Si., Apt
2. Septa Pratama, M. Sc.T.H, Apt
1
Penggunaan sistem ATC/DDD untuk pasien rawat jalan telah digunakan
diberbagai negara seperti jerman, india, cina dan Belanda. Salah satu contoh di
Kota Jambi pada periode 2017 dan 2018 di dapatkan lima jenis penggunaan
Kota Jambi membuat peneliti tertarik melakukan penelitian ini berdasarkan data
tahun periode 2017 dan 2018 untuk mengetahui kuantitas penggunaan antibiotik
2
1.4 Manfaat Penelitian
puskesmas dan tenaga medis dan digunakan penelitian lebih lanjut untuk
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
(WHO, 2018).
(WHO, 2018).
1996 di akui sebagai pusat akses informasi standar dan validasi pada
4
identifikasi masalah, edukasi atau intervensi lain dan memonitor
adalah untuk menjaga stabilitas kode ATC dan DDD sepanjang waktu
untuk mengikuti trend penggunaan obat, studi penggunaan obat ini tidak
dari pemanfaatan obat adalah untuk memantau rasional serta tidak rasional
penggunaan obat. Oleh karena itu, klasifikasi dari zat dalam sistem
5
1. Level 1, level yang paling luas, obat dibagi menjadi 14 kelompok utama
a)A : untuk obat yang bekerja pada sistem digestif (saluran cerna)
kanker
antinyamuk
6
Selanjutnya obat diklasifikasikan dalam 5 level yang berbeda.
kode ATC.
Antiinfeksi J
Obat antibiotik 01
Golongan quinolone M
Fluoroquinolones A `
siprofloksasin 02
sistemik.
golongan Quinolone.
3. Suatu zat mempunyai kode ATC lebih dari satu jika mempunyai
kekuatan dan bentuk sediaan lebih dari satu untuk terapi yang berbeda
7
4. Suatu zat obat baru yang tidak jelas milik setiap tingkat ATC akan
ditetapkan untuk obat-obat yang telah mempunyai kode ATC dan tidak
untuk menetapkan hanya satu DDD per rute administrasi dalam kode ATC
(WHO, 2018).
1) DDD/1000 pasien per hari, untuk data resep yang disajikan (rawat
jalan).
2) DDD/100 bed per hari, untuk penggunaan obat pasien rawat inap
(WHO, 2003):
1) Jumlah DDD/ 1000 populasi per hari, untuk total penggunaan rawat
jalan
8
Perhitungan unit DDD untuk pasien rawat jalan menggunakan rumus
2016).
2.2Antibiotik
2.2.1Definisi
1910, sampai saat ini masih menjadi obat pilihan dalam penanganan
9
Antibiotik merupakan senyawa yang dihasilkan dari mikroba yang
telah digunakan secara bebas dan luas oleh masyarakat tanpa mengetahui
1. Beta-laktam
2. Aminoglikosida
10
3. Tetrasiklin
4. Kloramfenikol
tiamfenikol.
5. Makrolid
vankomisin.
11
Antibiotik yang termasuk golongan ini ialah golongan
spektinomisin.
dan sulfonamid.
nitrofurantoin.
1. Bakteriostatik
menjadi rapuh dan terjadi lisis sel. Antibiotik yang memiliki sifat
12
Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrumnya adalah sebagai
a. Spektrum Sempit
positif atau bakteri Gram negatif saja dan diuraikan oleh penisilinase.
b. Spektrum Luas
kloramfenikol.
13
dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral. Lama
(Permenkes, 2011).
2011)
14
kondisi pasien memungkinkan, pemberian antibiotik parenteral
2011).
yaitu transfer bakteri antar individu, transfer gen resisten antar bakteri,
Terlalu singkat, dalam dosis yang terlalu rendah, diagnosa awal yang
15
disebabkan oleh virus, misalnya flu, batuk-pilek, demam yang banyak
baik akan meminta diberikan terapi antibiotik yang paling baru dan
3. Peresepan
yang lebih intensif dan lebih lama dengan adanya pasien yang sangat
16
pertumbuhan hewan ternak. Bila dipakai dengan dosis subterapeutik,
6. Pengawasan
17
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
retrospektif berupa catatan data pasien di buku register dan resep yang
1. Populasi
Puskesmas B pada periode 2017 sebanyak 2.122 pasien dan 2.280 pada
periode 2018.
2. Sampel
2017 dan 641 pada peride 2018. Total sampel di Puskesmas B adalah
913 pasien rawat jalan periode 2017 dan 1.105 pasien periode 2018.
18
Sampel tersebut didapatkan atas pertimbangan Kriteria inklusi dan
eksklusi.
2018
c. Pasien dengan data yang lengkap dan dapat terbaca dengan jelas
digunakan.
d. Antibiotik tunggal/kombinasi
Kriteria eksklusi :
pasien dan buku register pasien rawat jalan yang mendapatkan terapi
penggunaan.
19
3.3.2 Analisa Data
dex/.
pasien/tahun yaitu:
20
BAB IV
4.1 Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas A
dan Puskesmas B Kota Jambi periode 2017 dan 2018 maka dapat
2017 dan 2018 dimana jenis kelamin perempuan lebih banyak mendapatkan
21
Tabel 1. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia di Puskesmas A periode 2017 dan 2018
1) Jenis Kelamin
22
Tabel 2. Karakteristik pasien berdasarkan Diagnosa penyakit di Puskesmas
Puskesmas A
Diagnosa Penyakit 2017 2018
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
a. Nasofaringitis 127 21 % 182 28 %
b. Dermatitis 48 8% 41 6%
c. Cystitis 38 6% 44 7%
d. Faringitis 86 14 % 61 10 %
e. ISPA 52 8% 77 12 %
f. Bronkitis 18 3% 0 0
g. Abses 25 4% 38 6%
h. Tonsilitis 0 0 18 3%
i. Lain-lain 220 36 % 180 28 %
Total 614 100 % 641 100 %
Puskesmas B
Diagnosa Penyakit 2017 2018
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
a. Faringitis 505 55 % 602 54 %
b. Konjungtivis 81 9% 29 3%
c. Dermatitis 54 6% 91 8%
d. Nasofaringitis 31 4% 68 6%
e. Arthritis 12 1% 12 1%
f. Demam 15 2% 23 2%
g. Sinusitis 0 0 18 2%
h. Kecelakaan Motor 30 3% 0 0
i. Lain-lain 185 20 % 262 24 %
Total 913 100 % 1.105 100 %
23
Gambar 1. Karakteristik pasien berdasarkan usia yang paling banyak
2017 2018
42
40
40
39
39
37
37
36
35
34
30
27
27
27
0
0
Nasofaring
Dermatitis Cystitis Faringitis ISPA Bronkitis Abses Tonsilitis
itis
2017 27 30 39 27 35 34 37 0
2018 37 42 39 40 40 0 36 27
2017 2018
45
42
42
39
38
36
36
36
36
31
30
27
26
26
24
4.1.2 Jenis Penggunaan Antibiotik
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00% 15.14% 17.62%
10.00% 6.02%
2.18% 2.93% 1.82% 0%1.71%
0.00%
Amoksisilin Siprofloksasin Kloramfenikol Sefadroksil Eritromisin
68.89%
70.00%
60.00%
49.77%
50.00%
40.00%
30.00% 26.51%
19.55%
20.00% 13.25%
10.19%
10.00% 5.04%
2.35% 2.63%
1.81%
0.00%
Amoksisilin Siprofloksasin Kloramfenikol Sefadroksil Eritromisin
25
4.1.3 Nilai DDD/1000 Pasien/tahun dan Segmen DU 90%
dan Puskesmas B Kota Jambi periode 2017 dan 2018 dapat dilihat pada
tabel 5, 6, 7 dan 8.
*Segmen DU 90%
*Segmen DU 90%
26
Tabel 7. Hasil analisa kuantitatif berdasarkan DDD/1000pasien/tahun dan
DU 90% di Puskesmas B periode 2017
*Segmen DU 90%
4.2 Pembahasan
27
frekuensi yang paling sering digunakan dalam pengobatan (Hasrianna dkk,
2015).
imun atau sistem kekebalan tubuh pria lebih besar dibandingkan pada
oleh infeksi bakteri akan tetapi faktor genetik, imunitas, lingkungan dan
2016).
terapi antibiotik di Puskesmas A periode 2017 dan 2018 adalah usia 26-45
tahun. Dari data rentang usia 26-45 tahun paling banyak mendapatkan terapi
28
Berdasarkan gambar 1 dan 2 diketahui jumlah penyakit terbanyak di
manfaat klinis apapun. Pada uji terkontrol di negara berkembang dan negara
(WHO, 2001).
kebanyakan disebabkan oleh virus dan bakteri, virus yang paling umum
29
seperti ini barulah terapi antibiotik diberikan seperi penisilin, sepalosforin,
untuk ISPA non pneumonia tidak boleh melebihi dari angka yang telah
positif dan negatitif dan umum digunakan untuk infeksi pernapasan (Pani et
30
tersedia di unit-unit pelayanan kesehatan terutama di puskesmas (Chudlori
Puskesmas B periode 2017 dan 2018 terdapat lima jenis antibiotik yang
31
terbatas terhadap pebaikan gejala (Llor & Bjerrum, 2014). Virus yang
presentase DDD 73,11 % pada tahun 2017 dan terjadi penurunan 70,82 % di
Kesehatan RI, 2014). Amoksisilin lebih stabil pada asam lambung saluran
32
2017 lalu meningkat lagi pada tahun 2018. Kloramfenikol dan sefadroksil
menurun pada tahun 2017. Selain itu pada tahun 2018 didapat penggunaan
lini pertama yang diberikan pada faringitis akut dengan lama terapi oral
merupakan salah satu antibiotik yang bisa digunakan dengan baik untuk
terapi empiris, mulai dari kasus infeksi ringan sampai dengan infeksi sedang
33
Menurut WHO (2015) penggunaan antibiotik harus diminimalkan
dalam penanganan infeksi. Semakin kecil nilai DDD maka semakin rendah
(Mahmudah F, 2016).
yang aman dan masuk akal. Apoteker perlu mengontrol pemberian antiiotik,
resistensi pada pasien. Bukti infeksi dapat berupa adanya tanda infeksi
34
(70,82%) dan siprofloksasin (24,45%). Pada puskesmas B berdasarkan data
yang tidak jelas, dosis atau lama pemakaian yang tidak sesuai, cara
pemakaian yang kurang tepat, status obat yang tidak jelas, serta pemakaian
35
BAB V
5.1 Kesimpulan
2017 dan 2018 yaitu amoksisilin. Antibiotik yang masuk kedalam segmen
dan sefadroksil.
5.1 Saran
resistensi antibiotik.
36
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Sofa D, Eva S Tarigan, Irma M Puspitasari, dan Rizky Abdulah. (2012).
Profil Penggunaan Antituberkulosis Di Apotek Di Kota Bandung Periode
2008 – 2010. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Bandung 12(1): 147–53.
Bätzing-Feigenbaum, J., Schulz, M., Schulz, M., Hering, R., & Kern, W. V.
(2016). Outpatient Antibiotic Prescription. Deutsches Aerzteblatt Online,
(113), 454–459. https://doi.org/10.3238/arztebl.2016.0454.
Kenealy T, & Arroll B (2013). Antibiotics for Common Cold and Acute Purulent
Rhinitis. Cochcrane Database of Systematic Review, Issue 6.
37
Khirunnisa, R., Rusli, R., & Hajrah. (2016). Profil Penggunaan Antibiotik Pada
pasien Ispa di Beberapa Puskesmas Kota Samarinda. Seminar Nasional
Kefarmasian, 4, 20-21.
Kirana, T. T. H. & R. (2008). Obat;obat Penting (6th ed). Jakarta: PT Alex Media
Kompuntindo. 5, 65-68.
Klein, E.Y., Boeckel, T.P. Van Martinez, E. M., Pant, S.,Gandra, S., & Levin,
S.A. (2018). Global increase and geographic convergence in antibiotic
consumption between 2000 and 2015. PNAS Lates Article, 1-8.
https://doi.org/10.1073/pnas.1717295115.
Llor, C., dan Bjerrum, L. (2014). Antimicrobial resistance : risk associated with
antibiotic overuse and initiatives to reduce the problem. Therapeutic
Advances in Drug Safety 229–241.
Mahmudah, F., Sumiwi, S. A., & Hartini, S. (2016). Studi penggunaan antibiotik
berdasarkan ATC/DDD di bagian bedah digestif di salah satu rumah sakit
di bandung. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 5(4), 293–298.
Merriel, A., Weeks, A., Mhango, C., Mataya, R., Taulo, F., Ngalawesa, T.,
Coomarasamy, A. (2019). A Randomized Trial of Prophylactic Antibiotics
for Miscarriage Surgery. The England Journal Of Medicine, 380, 1012-1021.
https://doi.org/10.1056/NEJM 1808817.
Pani, S., Barliana, M. I., Halimah, E., Pradipta, I. S., & Annisa, N. (2015).
Monitoring Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC / DDD dan DU
90 %: Studi Observasional di Seluruh Puskesmas Kabupaten Gorontalo
Utara. Jurnal Farmasi Klinik, 4(4), 275–280.
Pradipta, I. S., Febrina, E., Ridwan, M. H., & Ratnawati, R. (2012). Identifikasi
Pola Penggunaan Antibiotik sebagai Upaya Pengendalian Resistensi
Antibiotik. Farmasi Klinik Indonesia, 1, 16–24.
38
Pratomo, G. S., & Dewi, N. A. (2018). Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa
Anjir Mambulau Tengah Terhadap Penggunaan Antibiotik. Jurnal Surya
Medika, 4(1), 79-89.
World health organization. (2019). Guidelines for ATC clasification and DDD
asigment.
Word healt organization. (2001). Cough and cold remedies for the treatment of
acute respiratory infections in young children.
Yarza, H. L., & Irawati, L. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien dan
Sikap dengan Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter. Jurnal Kesehatan
Andalas. 4 (1).
39
Lampiran 1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian
BULAN KE
No KEGIATAN
1 2 3 4
1. Penyusunan proposal
proposal
3. pengambilan data
4. Pengolahan data
persiapan
ujian komprehensif
6. Ujian komprehensif
40
Lampiran 2 : Skema Kerja Penelitian
Survey awal
Puskesmas
Pengambilan Data
Analisa Data
Pembahasan
Kesimpulan
dan saran
41
Lampiran 3. Lembar Pengambilan Data
42
Lampiran 4 : Gambar Kode ATC
43
Lampiran 5 : Sampel dan Cara Perhitungan
Diketahui :
5000 mg x 6
DDD 1 tahun= =30 DDD/tahun
1000 mg
30 x 1000
DDD/1000 pasien/tahun = =1,356 DDD/1000 KPRJ/tahun
22.113
1,356
DDD/hari = = 0,0037 DDD/1000/hari
365
44
Lampiran 6. Jumlah Sampel Penelitian yang telah diekslusi
Populasi 1.332
Sampel
614
Populasi 1.427
Sampel
641
45
3. Puskesmas B Periode 2017
Populasi 2.122
Sampel
913
Populasi 2.280
Sampel
1.105
46