Abstrak
Asma tetap menjadi masalah kesehatan yang dialami banyak anak-anak dan orang dewasa di dunia.
Sebagai penyakit kronis, tata laksana asma memerlukan pengobatan yang berkelanjutan. Salah satu
masalah penting dalam tata laksana asma adalah kepatuhan dalam pengobatan. Kepatuhan yang rendah
terhadap anti-asma yang diberikan menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Penelitian
ini dilakukan untuk mengkaji hubungan kepatuhan terhadap anti-asma yang diberikan dengan kontrol
asma. Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan rancangan potong lintang yang
dilakukan di empat rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta selama enam bulan, yaitu antara bulan
Juni sampai Desember 2015. Subjek penelitian adalah pasien dengan gangguan fungsi pernafasan yang
menjalani pengobatan di poliklinik penyakit dalam di rumah sakit tersebut dan memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi serta bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani surat pernyataan
persetujuan. Kepatuhan diukur dengan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) dan kontrol asma
diukur dengan Asthma Control Test (ACT). Uji korelasi Pearson digunakan untuk mengkaji hubungan
antara kepatuhan dan kontrol asma. Total sebanyak 67 pasien diseleksi dan 57 diantara memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan kepatuhannya, pasien dikelompokkan ke dalam kepatuhan
sedang (31 pasien atau 54%) dan kepatuhan rendah (26 pasien atau 46%). Berdasarkan kontrol asma,
pasien dikelompokkan ke dalam kontrol asma sebagian (11 pasien atau 19%) dan tidak terkontrol asma
(47 pasien atau 81%). Terdapat hubungan signifikan antara kepatuhan dengan kontrol asma (r=0,303,
p<0,05). Kesimpulan, kepatuhan terapi dapat meningkatkan kontrol asma.
238
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016
239
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016
lintang. Data diambil secara prospektif penyakit paru obstruksi kronik (PPOK).
pada empat rumah sakit di Daerah Istimewa Variabel dalam penelitian ini adalah
Yogyakarta, yaitu RS UGM, RS PKU kepatuhan dan kontrol asma. Kepatuhan
Muhammadiyah Yogyakarta, RSUD diukur menggunakan alat ukur MMAS8,
Wirosaban Yogyakarta, dan RSUD Sleman. sedangkan kontrol asma menggunakan
Periode pengambilan data yaitu selama alat ukur ACT. Kuesioner ACT terdiri dari
bulan Juni hingga Desember 2015. Besarnya 5 pertanyaan dapat dilihat pada Tabel 7,
sampel berdasarkan kriteria inklusi selama masingmasing pertanyaan mempunyai lima
periode pengambilan data. pilihan jawaban dengan skor 1 sampai 5.17
Subjek penelitian yaitu pasien asma kronik Kuesioner ACT berisi pertanyaan frekuensi
maupun akut dengan atau tanpa penyakit tidak dapat beraktivitas, sesak nafas, dan
lain yang berobat di poli penyakit dalam terbangun di malam hari karena asma pada
atau paru pada empat rumah sakit tersebut. pertanyaan 1, 2, dan 3, sedangkan penggunaan
Kriteria inklusi adalah subjek berusia 1870 obat dan tingkat kontrol asma pada pertanyaan
tahun, mendapat obat inhaler 2-agonis atau 4 dan 5. Selanjutnya hasil kuesioner ACT
kombinasi 2-agonis dan kortikosteroid, baik digunakan untuk mengelompokkan kondisi
2-agonis aksi cepat maupun aksi panjang, klinis pasien ke dalam terkontrol penuh jika
pasien asma akut maupun kronis yang diperoleh skor 25, terkontrol sebagian jika
bersedia menjadi responden ditunjukkan mencapai skor 2024, atau tidak terkontrol
dengan mengisi informed consent. Kriteria apabila 19. Kuesioner kepatuhan pasien
eksklusi adalah pasien yang menderita menggunakan Morisky Medication Adherence
240
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016
Tabel 3 Tingkat Kepatuhan dan Penyebab Ketidakpatuhan Pasien Asma dalam Pengobatan
Tinggi 0 0
Sedang 31 54
Rendah 26 46
Jenis Ketidakpatuhan
No pertanyaan Item pertanyaan
6 Merasa asma teratasi 27 47
3 Beranggapan asma bertambah parah jika digunakan 7 30
terusmenerus
5 Kemarin tidak minum obat 16 28
7 Merasa bosan minum obat 14 25
4 Lupa membawa obat saat bepergian lama 9 16
1 Terkadang lupa minum obat 8 14
2 Frekuensi lupa 4 7
241
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016
rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta, Hubungan kepatuhan dan kontrol asma
didapatkan 57 subjek yang memenuhi kriteria Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan
inklusi dan eksklusi untuk ikut serta dalam adanya hubungan signifikan antara kepatuhan
penelitian. Karakteristik pasien dan profil dalam pengobatan dan kontrol asma pada
pengobatan disajikan pada Tabel 1 dan 2. pasien asma (r=0,303; p<0,05).
Kepatuhan Pembahasan
Pada Tabel 3, ditunjukkan tingkat kepatuhan
dan penyebab ketidakpatuhan penderita Karakteristik pasien
asma terhadap pengobatan yang diberikan Pasien asma perempuan lebih banyak (67%)
berdasarkan kuesioner MMAS8. Data tingkat dibandingkan lakilaki (33%). Tingginya
kepatuhan yang didapat dari penelitian ini pasien asma perempuan dibandingkan
adalah pasien asma mempunyai kepatuhan pasien asma lakilaki juga pernah dilaporkan
sedang (54%), diikuti kepatuhan rendah oleh beberapa peneliti sebelumnya.19,20,21,22
(46%). Tidak dijumpai kepatuhan yang tinggi Penelitian lain yang dilakukan Marco
pada pasien yang terlibat dalam penelitian. (2000)23 menunjukkan bahwa pada usia
Penyebab dari ketidakpatuhan terbanyak >15 tahun, penderita asma perempuan lebih
disebabkan pasien merasa asma sudah teratasi banyak dibandingkan lakilaki, tetapi pada
(47%), sehingga menghentikan penggunaan usia 515 tahun prevalensinya hampir sama.
obat, diikuti anggapan asma menjadi parah Kemungkinan penyebab tingginya prevalensi
jika obat digunakan terusmenerus (30%). pasien asma perempuan dibandingkan
lakilaki yaitu ukuran paru dan bronkhi
Kontrol asma perempuan lebih kecil dibandingkan lakilaki
Pada Tabel 4, ditunjukkan hasil penilaian sehingga memengaruhi sirkulasi udara
kontrol pasien asma menggunakan kuesioner pada sistem pernafasan.1,23 Faktor lain yang
ACT. Sebanyak 46 orang (81%) berada pada memengaruhi tingginya prevalensi asma
tingkat tidak terkontrol, 11 orang (19%) pada wanita dibandingkan lakilaki adalah
terkontrol sebagian, dan tidak ada pasien pengaruh hormonal23 dan obesitas.24
dengan kontrol penuh. Usia 5059 berada di urutan pertama
Kontrol asma
Sebagian 21,09 0,94 0,00
Tidak terkontrol 16,39 1,02
242
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016
243
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016
Lingkari nilai anda disetiap pertanyaan dan tuliskan nilai tersebut di kotak yang tersedia disebelah kanan.
1. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering asma mengganggu anda untuk melakukan perkerjaan sehari-hari
(kantor, rumah, dll)?
Kadang- Tidak
Selalu 1 Sering 2 3 Jarang 4 5
kadang pernah
2. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda mengalami sesak nafas?
Kadang- Tidak
Selalu 1 Sering 2 3 Jarang 4 5
kadang pernah
3. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering asma (bengek, batuk-batuk, sesak nafas, nyeri dada) menyebab-
kan anda terbangun malam?
4 kali
23 kali Sekali 12 kali
/ lebih Tidak
1 dalam 2 dalam 3 dalam 4 5
dalam pernah
seminggu seminggu sebulan
seminggu
4. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda menggunakan obat semprot/obat oral untuk melegakan
pernafasan?
12x dalam 1x
3x dalam 23x dalam Tidak
1 sehari 2 3 dalam 4 5
sehari seminggu pernah
seminggu seminggu
5. Menurut anda bagaimana tingkat kontrol asma dalam 4 minggu terakhir?
Tidak Ter-
Kurang Terkontrol
terkontrol Cukup kontrol
1 terkontrol 2 3 dengan 4 5
sama terkontrol sepenuh-
seminggu baik
sekali nya
pada pemberian tunggal akan menyebabkan dijumpai kepatuhan yang tinggi pada pasien
memburuknya kondisi asma pasien.28 yang terlibat dalam penelitian. Pada penelitian
Sebesar 32% pasien yang menggunakan ini sampel tidak dibedakan antara penggunaan
kombinasi dari budesonide dan formoterol obat untuk controllers atau relievers. Pada
mempunyai nilai ACT <20, dan 18% yang pasien yang menggunakan obatobat agonis
menggunakan obat yang sama mempunyai aksi cepat, akan menghentikan penggunaan
nilai ACT 2024. Data lengkap hubungan obat jika serangan asma teratasi.
nilai ACT dan obat yang digunakan dapat Kepatuhan pasien asma dalam pengobatan
dilihat pada Tabel 2. telah dilaporkan oleh beberapa peneliti.
Kepatuhan pada pengobatan penyakit kronis
Kepatuhan umumnya khususnya asma sulit untuk dicapai,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat hanya 1416% dengan kepatuhan tinggi.11
kepatuhan sedang sebanyak 54%, sedangkan Wanita dan pasien tua cenderung lebih patuh
kepatuhan rendah sebanyak 46%. Tidak dibanding pasien muda.13,29 Ada hubungan
244
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016
positif antara kepatuhan dan usia, tetapi tidak kontrol, ditandai dengan tidak ada gejala pada
ada hubungan dengan jenis kelamin.30 Gaude siang dan malam hari, tidak ada kunjungan ke
(2011) melaporkan dari total 300 pasien asma dokter/rumah sakit, kebutuhan obat pereda
bronkial yang diberi terapi aerosol selama minim, tidak ada batasan kegiatan fisik
dua tahun di dua rumah sakit di Belgaum dan dan olah raga, fungsi paru-paru mendekati
Bengaluru, India sekitar 69% tidak mentaati normal, dan tidak ada efek samping obat.32
pengobatan.11 Penyebab utama pasien tidak Kuesioner ACT yang digunakan dalam
mematuhi pengobatan adalah pasien merasa penelitian ini tidak mencantumkan penilaian
asma sudah teratasi, sehingga menghentikan efek samping dan fungsi paru-paru. Tidak
penggunaan obat (47%). Urutan kedua terkontrolnya asma pada 81% pasien
penyebab ketidakpatuhan adalah anggapan menunjukkan sering terjadi serangan asma,
pasien jika obat digunakan terusmenerus sehingga mengganggu aktivitas seharihari.
penyakit menjadi tambah berat (30%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Menurut Gillissen (2007), diantara penyebab yang pernah dilakukan oleh Price (2015) dan
ketidakpatuhan pasien adalah ketakutan Yunitasari (2013).19,21
muncul efek samping dan ketergantungan
terhadap obat, kesulitan menggunakan obat Hubungan kepatuhan dan kontrol asma
(bentuk sediaan inhaler), lupa atau malas.31 Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
hubungan antara kepatuhan dan kontrol
Kontrol asma asma. Semakin tinggi nilai kepatuhan (score
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak MMAS8), nilai kontrol asma semakin tinggi
46 orang (81%) berada pada tingkat tidak (score ACT). Hubungan yang diperoleh
terkontrol, 11 orang (19%) terkontrol merupakan hubungan yang lemah (nilai
sebagian, dan tidak ada pasien dengan kontrol r=0,303), selain dilihat dari nilai r, hubungan
penuh. Pedoman internasional, manajemen kepatuhan dan kontrol asma dapat dilihat
asma untuk mencapai dan mempertahankan pada Gambar 1.
245
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016
246
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016
prevalence, health care use, and mortality Development of the asthma control test:
in the United States 2001-2010. NCHS a survey for assessing asthma control. J
Data Brief. 2012. Allergy Clin Immunol. 2004;113(1):59
7. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 65. DOI: 10.1016/j.jaci.2003.09.008
Riskesdas. Jakarta: Kemenkes RI; 2013. 17. Morisky DE, Ang A, Krousel WM, Ward.
8. BP4, Rumah Sakit Khusus Paru-paru Predictive validity of a mediacation
Respira Yogyakarta [diunduh 20 Februari adherence measure for hypertension
2015]. Tersedia dari: http://rskprespira. control. J Clin Hypertension.
jogjaprov.go.id/grafik/sepuluh_besar_ 2008;10(5):34854.
penyakit. 18. Andayani N dan Waladi Z. Hubungan
9. Depkes RI. Pedoman Pengendalian tingkat pengetahuan pasien asma dengan
Penyakit Asma. Jakarta: Dirjen P3L. 2009. tingkat kontrol asma di poliklinik paru
10. British Thoracis Society. British RSUD DR. Zainoel Abidin Banda
Guideline on the Management of Asthma, Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
Quick Reference Guide Revised Edition. 2014;14(3):13945.
London: British Thoracic Society; 2009. 19. Price D, Harrow B, Small M, Pike J,
11. Gaude GS. Factors affecting non- Higgins V. Establishing the relationship
adherence in bronchial asthma and impact of inhaler satisfaction, treatment
of health education. Indian J Allergy adherence, and patient outcomes: a
Asthma Immunol. 2011;25(1):18. prospective, real-world, cross-sectional
12. Soussan D, Liard R, Zureik M, Touron survey of US adult asthma patients
D, Rogeaux Y, Neukirch F. Treatment and physicians. WAO J. 2015;8(1):26.
compliance, passive smoking, and asthma DOI: 10.1186/s40413-015-0075-y
control: a three year cohort study. Arch 20. Rahayu, Salam A, HamdiniA, 2012.
Dis Child. 2003; 88(3):22933. DOI: Hubungan tingkat kontrol asma dan
10.1136/adc.88.3.229 kualitas hidup penderita asma yang
13. Feehan M, Ranker L, Durante R, Cooper berobat di RSUD Dr Soedarso Pontianak
DK, Jones GJ, Young DC, et al. Adherence pada bulan Maret Sampai Mei 2012.
to controller asthma medications: 6-month Pontianak: Universitas Tanjungpura; 2012.
prevalence across a US community 21. Yunitasari,A. Hubungan rinosinusitis
pharmacy chain. J Clin Pharm Ther. 2015; kronik dengan tingkat kontrol asma.
40(5):5903. DOI: 10.1111/jcpt.12316 Semarang: Universitas Diponegoro; 2013.
14. Makela MJ, Backer V, Hedegaard M, 22. Marco R, Locatelli F, Sunyer J, Burney
Larsson K. Adherence to inhaled therapies, P. Differences in incidence of reported
health outcomes and costs in patients asthma related to age in men and women.
with asthma and COPD. J Respiratory A retrospective analysis of the data of the
Medicine. 2013;107(10):148190. DOI: European Respiratory Health Survey. Am
10.1016/j.rmed.2013.04.005 J Respir Care Med. 2000;162(1):6874.
15. Pont LG, Denig P, Haaijer RFM. DOI: 10.1164/ajrccm.162.1.9907008
Relationship between guideline treatment 23. ChenY, Dales R, Tang M, Krewski D.
and health related quality of life in asthma. Obesity may increase the incidence
Eur Respir J. 2004;23(5):71822. DOI: of asthma in women but not in men:
10.1183/09031936.04.00065204 longitudinal observations froam
16. Nathan RA, Sorkness CA, Kosinski the Canadian National Population
M, Schatz M, Li JT, Marcus P, et al. Health Surveys. Am J Epidemiol.
247
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 2016
248