Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma merupakan suatu penyakit heterogen yang menyerang individu dari segala usia
(Natul & Yona, 2021). Menurut Global Initiative for Asthma Gina (2021), menjelaskan
bahwa asma adalah penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai dengan inflamasi,
peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus, dan penyempitan saluran napas yang
bisa kembali secara spontan atau jika mengkonsumsi obat yang tepat. Hal ini ditentukan
oleh riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, dada sesak dan batuk yang
sangat lama dan dalam intensitas, bersama dengan kondisi keterbatasan aliran udara
ekspirasi yang bervariasi. Penyakit asma mempengaruhi sekitar 300 juta orang di seluruh
dunia dan sekitar 7,5% orang dewasa di Amerika Serikat. Penyakit asma juga
mempengaruhi sekitar 1% sampai 18% dari populasi di seluruh dunia. Setiap tahun, jumlah
kematian akibat asma sekitar 180.000 dengan variasi yang luas antara usia, kelompok
ekonomi, benua dan wilayah (Natul & Yona, 2021).
Mengacu pada data dari World Health Organization (WHO), saat ini ada sekitar 339
juta orang yang menderita asma di seluruh dunia.Terdapat sekitar 250.000 kematian yang
disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak di negara
dengan ekonomi rendah-sedang. Prevalensi asma terus mengalami peningkatan terutama di
negara-negara berkembang akibat perubahan gaya hidup dan peningkatan polusi udara.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, melaporkan prevalensi asma di Indonesia adalah 4,8%
dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032. Asma berpengaruh
pada disabilitas dan kematian dini terutama pada anak usia 10-14 tahun dan orang tua usia
75-79 tahun. Diluar usia tersebut kematian dini berkurang, namun lebih banyak
memberikan efek disabilitas. Saat ini, asma termasuk dalam 14 besar penyakit yang
menyebabkan disabilitas di seluruh dunia (Natul & Yona, 2021).
Melihat tingginya prevalensi asma dan dampak yang ditimbulkan sehingga
membutuhkan penanganan yang serius. Adapun pengobatan asma dapat diklasifikasikan
menjadi controllers atau relievers. Controllers yaitu digunakan obat setiap hari dalam
jangka waktu yang panjang dan dengan pengawasan dokter, sedangkan relievers yaitu
dibutuhkan obat kerja cepat untuk mengatasi bronkokonstriksi dan meredakan gejalanya.
Pemberian obat dapat melalui inhalasi, oral, atau injeksi. Dalam perkembangannya,
inhalasi menjadi pilihan karena secara signifikan memiliki risiko efek samping yang lebih
kecil. Inhalasi glukokortikoid paling efektif sebagai controller, dan β2-agonis kerja cepat
menjadi pilihan untuk relief bronkokonstriksi. Terapi inhalasi tersedia dalam bentuk MDI
(inhaler), DPI (accuhaler, turbuhaler, swinghaler, dan handihaler), dan nebulizer. MDI
dan DPI merupakan sediaan inhalasi yang penggunaannya memerlukan teknik khusus dan
informasi yang benar, sehingga apabila pasien tidak mematuhi teknik dalam menggunakan
inhaler akan berdampak pada terapi yang tidak optimal (Lorensia & Amalia, 2015).
Kepatuhan dalam cara menggunakan obat sebagai salah satu sikap menjaga dan
selalu mengikuti dosis serta saran atau anjuran dari tenaga kesehatan dalam upaya
menyembuhkan penyakit yang diderita pasien. Sikap patuh untuk mengikuti suatu terapi
yang diberikan akan muncul jika ada sebuah pemahaman dan kejelasan tentang bagaimana
obat tersebut digunakan. Namun demikian ditemukan banyak dari pasien asma yang tidak
patuh mengenai cara menggunakan obat dengan lima cara penggunaan inhaler. Hal ini
dibuktikan oleh penelitian Nining dkk (2019) menunjukkan hasil penelitian dari jumlah
sampel 36 responden, kepatuhan pasien terhadap pengobatan sebanyak 3 orang (8,3%), dan
pasien yang tidak patuh terhadap pengobatan sebanyak 33 orang (91,7%). Artinya bahwa
pasien asma masih banyak ditemukan tidak patuh dalam menjalani pengobatan, termasuk
lima cara penggunaan inhaler.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di di RSUD Umum Kota
Mataram ddiapatkan sejumlah 148 orang pasien penderita asma pada isntalasi rawat jalan
pada kurun waktu satu tahun pada tahun 2021. Selain itu, darai 148 pasien asma ditemukan
masih banyak yang tidak patuh dalam melakukan pengobatan dengan 5 cara penggunaan
inhaler.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang, tingkat kepatuhan obat dengan lima cara pnggunaan inhaler pada pasien asma di
ruamah sakit umum daerah kota mataram.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah”
bagaimana tingkat kepatuhan obat dengan lima cara penggunaan inhaler pada pasien asma
di RSUD Kota Mataram

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan obat
dengan lima cara penggunaan inhaler pada pasien asma di RSUD Kota Mataram.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui tingkat kepatuhan obat dengan lima cara penggunaan inhaler pada
pasien asma di RSUD Kota Mataram

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualiatas pelayanan terkait
dengan kepatuhan penggunaan obat pada pasien penderita asma yang menggunakan
inhaler sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
1.4.2 Bagi Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai edukasi bagi pasien untuk tetap patuh
menggunakan inhaler.
1.4.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan ilmu kesehatan
masyarakat,baik mengenai factor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
penderita asma yang menggunakan inhaler dalam menjalani pengobatan.

1.5 Keaslian Penelitian


No Nama Judul Penelitian Perbedaan Hasil Penelitian
Peneliti
1. Syafiaturrah Evaluasi Waktu Pasien yang menggunakan
ma (2016) Ketepatan Penelitian, inhaler dengan tepat sebanyak
Penggunaan tempat 18 pasien (51,42%) dan yang
Inhaler penelitian, menggunakan tidak tepat
Dan Tingkat dan variabel sebanyak 17 pasien (48,58%).
Kepuasan Terapi penelitian Tingkat kepuasan pasien
Inhalasi terhadap terapi inhalasi
Pada Pasien menunjukkan sangat puas jenis
Asma Di RS DPI accuhaler (3,45±0,6) pada
PKU faktor beban pengobatan;
Muhammadiyah menunjukkan puas jenis MDI
Yogyakarta (3,25±0,5) pada faktor
kenyamanan penggunaan dan
beban pengobatan menunjukkan
tidak puas jenis DPI turbuhaler
(2,5±0,5) pada faktor efek
samping
2. Rusmawati Gambaran Waktu Berdasarkan hasil penelitian
(2019) Kepatuhan Penelitian, gambaran kepatuhan
Pengobatan tempat pengobatan di poli rawat jalan
Asma Pada penelitian, RSUD Dr Soeratno Gemolong
Pasien Asma Di dan variabel didapatkan hasil kepatuhan
Poli Rawat Jalan penelitian sedang sebanyak 24 orang
Rsud Dr. (66,7%), kepatuhan rendah 9
Soeratno orang (25%) dan kepatuhan
Gemolong tinggi 3 orang (8,3%).
3. Salsabila dkk Hubungan Waktu Hasil penelitian menunjukkan
(2021) Pengetahuan Dan Penelitian, bahwa da hubungan
Kepatuhan tempat pengetahuan tentang obat
Penggunaan Obat penelitian, inhaler 2-Agonis dengan
Inhaler Β2- dan variabel kontrol asma pada pasien asma
Agonis Dengan penelitian di RSUD Kraton Pekalongan (
Kontrol Asma value: 0,000) dan ada hubungan
Pada Pasien kepatuhan dalam penggunaan
Asma Di Rsud obat inhaler 2-Agonis dengan
Kraton kontrol asma pada pasien asma
di RSUD Kraton Pekalongan (
value: 0,006).

Anda mungkin juga menyukai