Asma merupakan suatu penyakit heterogen yang menyerang individu dari segala usia (Natul & Yona, 2021). Menurut Global Initiative for Asthma Gina (2021), menjelaskan bahwa asma adalah penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai dengan inflamasi, peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus, dan penyempitan saluran napas yang bisa kembali secara spontan atau jika mengkonsumsi obat yang tepat. Hal ini ditentukan oleh riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, dada sesak dan batuk yang sangat lama dan dalam intensitas, bersama dengan kondisi keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi. Penyakit asma mempengaruhi sekitar 300 juta orang di seluruh dunia dan sekitar 7,5% orang dewasa di Amerika Serikat. Penyakit asma juga mempengaruhi sekitar 1% sampai 18% dari populasi di seluruh dunia. Setiap tahun, jumlah kematian akibat asma sekitar 180.000 dengan variasi yang luas antara usia, kelompok ekonomi, benua dan wilayah (Natul & Yona, 2021). Mengacu pada data dari World Health Organization (WHO), saat ini ada sekitar 339 juta orang yang menderita asma di seluruh dunia.Terdapat sekitar 250.000 kematian yang disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak di negara dengan ekonomi rendah-sedang. Prevalensi asma terus mengalami peningkatan terutama di negara-negara berkembang akibat perubahan gaya hidup dan peningkatan polusi udara. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, melaporkan prevalensi asma di Indonesia adalah 4,8% dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032. Asma berpengaruh pada disabilitas dan kematian dini terutama pada anak usia 10-14 tahun dan orang tua usia 75-79 tahun. Diluar usia tersebut kematian dini berkurang, namun lebih banyak memberikan efek disabilitas. Saat ini, asma termasuk dalam 14 besar penyakit yang menyebabkan disabilitas di seluruh dunia (Natul & Yona, 2021). Melihat tingginya prevalensi asma dan dampak yang ditimbulkan sehingga membutuhkan penanganan yang serius. Adapun pengobatan asma dapat diklasifikasikan menjadi controllers atau relievers. Controllers yaitu digunakan obat setiap hari dalam jangka waktu yang panjang dan dengan pengawasan dokter, sedangkan relievers yaitu dibutuhkan obat kerja cepat untuk mengatasi bronkokonstriksi dan meredakan gejalanya. Pemberian obat dapat melalui inhalasi, oral, atau injeksi. Dalam perkembangannya, inhalasi menjadi pilihan karena secara signifikan memiliki risiko efek samping yang lebih kecil. Inhalasi glukokortikoid paling efektif sebagai controller, dan β2-agonis kerja cepat menjadi pilihan untuk relief bronkokonstriksi. Terapi inhalasi tersedia dalam bentuk MDI (inhaler), DPI (accuhaler, turbuhaler, swinghaler, dan handihaler), dan nebulizer. MDI dan DPI merupakan sediaan inhalasi yang penggunaannya memerlukan teknik khusus dan informasi yang benar, sehingga apabila pasien tidak mematuhi teknik dalam menggunakan inhaler akan berdampak pada terapi yang tidak optimal (Lorensia & Amalia, 2015). Kepatuhan dalam cara menggunakan obat sebagai salah satu sikap menjaga dan selalu mengikuti dosis serta saran atau anjuran dari tenaga kesehatan dalam upaya menyembuhkan penyakit yang diderita pasien. Sikap patuh untuk mengikuti suatu terapi yang diberikan akan muncul jika ada sebuah pemahaman dan kejelasan tentang bagaimana obat tersebut digunakan. Namun demikian ditemukan banyak dari pasien asma yang tidak patuh mengenai cara menggunakan obat dengan lima cara penggunaan inhaler. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Nining dkk (2019) menunjukkan hasil penelitian dari jumlah sampel 36 responden, kepatuhan pasien terhadap pengobatan sebanyak 3 orang (8,3%), dan pasien yang tidak patuh terhadap pengobatan sebanyak 33 orang (91,7%). Artinya bahwa pasien asma masih banyak ditemukan tidak patuh dalam menjalani pengobatan, termasuk lima cara penggunaan inhaler. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di di RSUD Umum Kota Mataram ddiapatkan sejumlah 148 orang pasien penderita asma pada isntalasi rawat jalan pada kurun waktu satu tahun pada tahun 2021. Selain itu, darai 148 pasien asma ditemukan masih banyak yang tidak patuh dalam melakukan pengobatan dengan 5 cara penggunaan inhaler. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang, tingkat kepatuhan obat dengan lima cara pnggunaan inhaler pada pasien asma di ruamah sakit umum daerah kota mataram.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah” bagaimana tingkat kepatuhan obat dengan lima cara penggunaan inhaler pada pasien asma di RSUD Kota Mataram
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan obat dengan lima cara penggunaan inhaler pada pasien asma di RSUD Kota Mataram. 1.3.2 Tujuan Khusus Mengetahui tingkat kepatuhan obat dengan lima cara penggunaan inhaler pada pasien asma di RSUD Kota Mataram
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualiatas pelayanan terkait dengan kepatuhan penggunaan obat pada pasien penderita asma yang menggunakan inhaler sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup 1.4.2 Bagi Pasien Hasil penelitian ini diharapkan sebagai edukasi bagi pasien untuk tetap patuh menggunakan inhaler. 1.4.3 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan ilmu kesehatan masyarakat,baik mengenai factor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita asma yang menggunakan inhaler dalam menjalani pengobatan.
1.5 Keaslian Penelitian
No Nama Judul Penelitian Perbedaan Hasil Penelitian Peneliti 1. Syafiaturrah Evaluasi Waktu Pasien yang menggunakan ma (2016) Ketepatan Penelitian, inhaler dengan tepat sebanyak Penggunaan tempat 18 pasien (51,42%) dan yang Inhaler penelitian, menggunakan tidak tepat Dan Tingkat dan variabel sebanyak 17 pasien (48,58%). Kepuasan Terapi penelitian Tingkat kepuasan pasien Inhalasi terhadap terapi inhalasi Pada Pasien menunjukkan sangat puas jenis Asma Di RS DPI accuhaler (3,45±0,6) pada PKU faktor beban pengobatan; Muhammadiyah menunjukkan puas jenis MDI Yogyakarta (3,25±0,5) pada faktor kenyamanan penggunaan dan beban pengobatan menunjukkan tidak puas jenis DPI turbuhaler (2,5±0,5) pada faktor efek samping 2. Rusmawati Gambaran Waktu Berdasarkan hasil penelitian (2019) Kepatuhan Penelitian, gambaran kepatuhan Pengobatan tempat pengobatan di poli rawat jalan Asma Pada penelitian, RSUD Dr Soeratno Gemolong Pasien Asma Di dan variabel didapatkan hasil kepatuhan Poli Rawat Jalan penelitian sedang sebanyak 24 orang Rsud Dr. (66,7%), kepatuhan rendah 9 Soeratno orang (25%) dan kepatuhan Gemolong tinggi 3 orang (8,3%). 3. Salsabila dkk Hubungan Waktu Hasil penelitian menunjukkan (2021) Pengetahuan Dan Penelitian, bahwa da hubungan Kepatuhan tempat pengetahuan tentang obat Penggunaan Obat penelitian, inhaler 2-Agonis dengan Inhaler Β2- dan variabel kontrol asma pada pasien asma Agonis Dengan penelitian di RSUD Kraton Pekalongan ( Kontrol Asma value: 0,000) dan ada hubungan Pada Pasien kepatuhan dalam penggunaan Asma Di Rsud obat inhaler 2-Agonis dengan Kraton kontrol asma pada pasien asma di RSUD Kraton Pekalongan ( value: 0,006).