Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU KULIAH SISTEM PENGOBATAN SENDIRI

KELAS TRANSFER B/ NOVEMBER 2019

PENGOBATAN SWAMEDIKASI INHALER PADA ASMA


OLEH NOVANITA PUSPA KENCANA / 050218A158*
Mahasiswas Farmasi Transfer Universitas Ngudi Waluyo

Pendahuluan masalah di seluruh dunia, tampaknya


Asma merupakan inflamasi kronik prevalensi asma lebih tinggi di negara
saluran napas. Berbagai sel inflamasi berkembang jika dibanding di negara maju
berperan, terutama sel mast, eosinofil, sel (Partridge, 1997).
limfosit T, makrofag, netrofil dan sel Swamedikasi di Indonesia
epitel. Faktor lingkungan dan berbagai dilakukan dengan menggunakan obat
faktor lain berperan sebagai penyebab atau tradisional dan obat tanpa resep yang
pencetus inflamasi saluran napas pada beredar di masyarakat. Dasar pemilihan
pasien asma. Inflamasi terdapat pada obat tanpa resep untuk swamedikasi adalah
berbagai derajat asma baik pada asma pengalaman menggunakan obat tertentu
intermiten maupun asma persisten. pada waktu yang lalu atau diberitahu orang
Inflamasi kronik menyebabkan lain baik orang tua, tetangga, maupun
peningkatan (hipereaktifitas) jalan napas teman. Dengan kemajuan yang pesat
yang menimbulkan gejala episodik dalam bidang periklanan, baik melalui
berulang berupa mengi, sesak napas, dada media cetak (surat kabar, majalah, dan
terasa berat dan batuk-batuk terutama pada sebagainya) maupun media elektronik
malam dan/atau dini hari. Episodik (radio dan televisi), produsen obat dengan
tersebut berkaitan dengan sumbatan mudah memasarkan obatnya sehingga
saluran napas yang luas, bervariasi dan mempennudah konsumen dalan1 memilih
seringkali bersifat reversibel dengan atau obat bebas
tanpa pengobatan Pembahasan
Diagnosis asma adalah berdasarkan Asma merupakan penyakit
gejala yang bersifat episodik, pemeriksaan inflamasi kronis saluran napas yang masih
fisiknya dijumpai napas menjadi cepat dan menjadi masalah kesehatan bagi
dangkal dan terdengar bunyi mengi pada masyarakat Indonesia (Mansyur, 2004).
pemeriksaan dada (pada serangan sangat Dalam 30 tahun terakhir terjadi
berat biasanya tidak lagi terdengar mengi, peningkatan prevalensi asma. Kenaikan
karena pasien sudah lelah untuk bernapas). prevalensi asma di Asia, seperti Singapura,
Dan yang cukup penting adalah Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan, juga
pemeriksaan fungsi paru, yang dapat mencolok. Di Indonesia, penelitian pada
diperiksa dengan spirometri atau peak anak sekolah usia 13-14 tahun dengan
expiratory flow meter. menggunakan kuesioner ISAAC
Asma merupakan suatu penyakit (International Study on Asthma and
kronis yang paling umum yang terjadi di Allergy in Children) tahun 1995
seluruh dunia dan sedang meningkat pada menunjukkan, prevalensi asma masih
anak-anak serta mungkin juga pada orang 2,1%, yang kemudian meningkat pada
dewasa. Walaupun sudah menjadi suatu tahun 2003 menjadi 5,2%. Kenaikan ini
TUGAS INDIVIDU KULIAH SISTEM PENGOBATAN SENDIRI
KELAS TRANSFER B/ NOVEMBER 2019

tentu saja memerlukan upaya pencegahan masyarakat alas inisiatif sendiri (Anonim,
agar prevalensi asma tetap rendah, tidak 1999).
semakin tinggi (Sundaru, 2005). Beberapa pustaka menyebutkan
Berbagai pihak harus membantu definisi swamedikasi yang berbeda-beda,
mengawasi pengobatan asma. Sudah tetapi yang sering dipakai secara luas
saatnya penanganan masalah asma adalah pengobatan menggunakan obat
mendapat perhatian semua pihak, karena tanpa resep. Penggunaan obat tanpa resep
secara ekonomi dapat merugikan bangsa, untuk swamedikasi menuntut kepastian
asma menyebabkan kehilangan 16% hari bahwa obat tersebut terbukti aman,
sekolah pada anak-anak di Asia, 34% pada berkualitas dan memberikan efikasi sesuai
anak-anak di Eropa serta 40% pada anak- yang diharapkan (Holl and Hall, 1990).
anak di Amerika. Depkes memprediksi Terapi Pengobatan
jumlah penderita penyakit asma di Metode pengobatan asma terbagi
Indonesia terus meningkat, dari hanya 5% menjadi dua bagian, yaitu Long-term
pada tahun 1996, pada tahun 2005 dapat controller (pengontrol jangka panjang) dan
mencapai 15% (DepKes RI, 2005). Quick reliever (pereda jangka pendek).
Asma dicirikan oleh adanya Sedangkan asma sendiri terbagi menjadi
obstruksi saluran napas yang reversible, dua kategori, yaitu: Intermitten dan
inflamasi jalan napas, dan saluran napas Persisten. Penderita dengan kategori
yang hiperesponsif terhadap rangsangan. Intermitten hanya melakukan metode
Asma yang tidak ditangani dengan baik pengobatan Quick reliever saja, akan tetapi
dapat mengganggu kualitas hidup karena untuk penderita asma kategori Persisten
gejala yang ditimbulkan berupa sesak membutuhkan kedua macam pengobatan
napas, batuk, maupun wheezing. Pasien yaitu Quick reliever serta Long-term
jadi kurang tidur dan terganggu aktivitas controller. Untuk metode pengobatan
sehari-harinya. Belum lagi biaya yang Longterm controller mutlak diperlukan
harus dikeluarkan untuk pengobatan. kepatuhan penderita karena pengobatan ini
Meskipun jarang, asma dapat memicu dilakukan setiap hari (Dipiro, 2005).
kematian (Jalal, 2005; Sundaru, 2005) . Kepatuhan dalam menggunakan
Menurut World Health suatu obat didefinisikan sebagai sikap
Organization (WHO) tahun 1998, menjaga dan mengikuti dosis serta saran
swamedikasi adalah pemilihan dan atau anjuran dari tenaga kesehatan
penggunaan obat-obatan (termasuk obat terhadap penyakit yang diderita.
tradisional) oleh individu untuk mengobati Kepatuhan dalam mengikuti suatu terapi
penyakit atau gejala yang dapat dikenali menunjukkan sebuah pemahaman tentang
sendiri dan untuk beberapa kondisi kronis bagaimana obat digunakan (Genaro, 2000).
yang sudah pemah didiagnosa oleh dokter. Disamping itu, penggunaan obat
Sesuai dengan pernyataan bersama antara tersebut juga memenuhi syarat-syarat
World Self-Medication lndustty (WSMI) rasionalitas. Penggunaan obat yang
dan Federation International rasional didefinisikan sebagai tepat
Pharmaceutical (FIP), self-medication atau golongan, tepat obat, sesuai antara keluhan
swamedikasi didelinisikan sebagai dengan indikasi obat, tepat dosis, tepat
penggunaan obat tanpa resep dokter oleh lama pengobatan, dan jika sakit berlanjut
harus menghubungi tenaga kesehatan serta
TUGAS INDIVIDU KULIAH SISTEM PENGOBATAN SENDIRI
KELAS TRANSFER B/ NOVEMBER 2019

waspada pada efek samping obat (DepKes Kebanyakan pengidap asma akan
RI, 1996). dianjurkan untuk menjalani terapi dengan
Sehingga untuk mencapai efek obat, baik dalam jangka pendek atau
terapi yang diinginkan maka diperlukan jangka panjang. Lama durasi terapi akan
adanya kepatuhan yang dapat diukur dari disesuaikan dengan tingkat keparahan
dosis, cara penggunaan, interval, dan lama asma pasien. Jika pasien memiliki asma
penggunaan obat. Laporan dari satu intermiten, dokter akan merekomendasikan
penelitian di Amerika Serikat ternyata yang jangka pendek. Sementara jika asma
hanya 60% dokter spesialis paru dan alergi Pasien termasuk kronis atau persisten
yang memahami panduan dengan baik. ringan hingga berat, pengobatan yang
Sehingga tidak mengherankan bila cocok untuk Pasien adalah terapi jangka
pengobatan asma belum seperti yang panjang.
diharapkan. Di lapangan masih banyak Pengobatan asma jangka panjang
pemakaian obat asma yang tidak pada bertujuan untuk mengendalikan keparahan
tempatnya, dan hal ini dapat dilihat dari gejala asma dan mencegahnya kambuh
tingginya kunjungan pasien ke unit gawat secara berkelanjutan. Terapi jangka
darurat, perawatan inap, bahkan perawatan panjang biasanya melibatkan penggunaan
intensif (WHO, 2003). obat hirup (inhaler atau nebulizer). Obat
Menurut penelitian di negara hirup bekerja lebih cepat dan efisien
berkembang tingkat kepatuhan pasien mengantarkan obat langsung ke saluran
dengan penyakit kronis yang napas. Pengunaan obat hirup juga lebih
membutuhkan terapi jangka panjang aman dalam jangka panjang karena minim
sebesar 50% dari populasinya (WHO, risiko efek samping.
2003). Yang menonjol dari metode Contoh obat hirup yang biasanya
pengobatan asma dan dapat memberikan digunakan dalam terapi asma jangka
hasil yang baik adalah adanya respon yang panjang adalah:
baik terhadap obat–obatan ß agonis dan  Omalizumab (anti-IgE)
kortikosteroid (Jalal, 2005).
 Long acting beta2 agonis
Menurut Benyamin Bloom
perilaku seseorang dibagi dalam tiga  Fluticasone (Flonase, Flovent HFA)
kawasan yang terdiri dari kawasan  Budesonide (Pulmicort Felxhaler,
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dimana
Rhinocort),
dalam perkembangan selanjutnya ketiga
kawasan tersebut akan diukur melalui  Flunisolide (Aerospan HFA)
faktor pengetahuan, sikap, dan praktek  Ciclesonide(Alvesco, Omnaris,
yang diwakili oleh persepsi. Semua faktor
Zetonna)
ini yang nantinya akan mempengaruhi
keputusan seseorang untuk melakukan  Beclomethasone (Qnasl, Qvar)
tindakan (action) kepatuhan terhadap suatu  Mometasone (Asmanex)
pengobatan (Notoatmodjo, 2003).
 Fluticasone furoate (Arnuity Ellipta)
Sehingga ketiga faktor inilah yang
akan dianalisis pada penelitian kali ini
serta seberapa besar pengaruhnya terhadap
kepatuhan penggunaan obat asma inhalasi.
TUGAS INDIVIDU KULIAH SISTEM PENGOBATAN SENDIRI
KELAS TRANSFER B/ NOVEMBER 2019

Cara Penggunaan
Tahap Penggunaan MDI Menurut Pustaka Osman dan Salah satu Brosur Obat MDI
yang Mengandung Kortikosteroid dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Simpulan Daftar Pustaka


Berdasarkan dari berbagai literatur Departemen Kesehatan RI, 1996.
diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Kompendia Obat Bebas. Jilid 1, 8, 11. Jkt :
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
pengobatan asma dengan inhaler lebih
Makanan.
mudah dan bisa meminimalkan efek
Departemen Kesehatan RI., 2005.
samping obat oral.
Departemen Kesehatan Bantu Biaya
Pengobatan Asma Rp. 232 Milliar per
Tahun .
TUGAS INDIVIDU KULIAH SISTEM PENGOBATAN SENDIRI
KELAS TRANSFER B/ NOVEMBER 2019

Dipiro, J.T., Talbert R.L., Yee G.C.,


Matzke G.R., Wells B.G., Posey L.M.,
2005. Pharmacotherapy A Patophysiologic
Approach, 5th ed. McGraw Hill
Companies Inc. p. 475-510.

Genaro, A.R., 2000. Remington (ed) The


Science and Practice of Pharmacy 20th
edition. USA: Lippincott Williams &
Wilkins Co Walter Kluwers Company.

Jalal, E.A., 2005. Eosinofil dan asma.


Jurnal Kedokteran YARSI vol. 13 (1), hal.
124-130.

Malhotra N.K., 1999. Marketing Research


and Applied Orientation. New Jersey :
Saddle River Prentia Hall, pp. 167.

Mansyur, M.S., Yunus, F., Surjanto, E.,


Murti, B., 2004. Korelasi antara jumlah
eosinofil sputum dengan hiperaktiviti
bronkus pada asma alergi intermiten dan
persisten ringan stabil di RS. Persahabatan
Jakarta. Jurnal Persahabatan vol. 4 No. 1
Okt-Des,, ISSN : 1412-2251, hal. 60.

Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan


Masyarakat prinsip-prinsip dasar. Jakarta
Pusat : Rineka Cipta, hal. 130- 131.

Partridge, M.R., Alwan, A ., 1997.


Prevention of Asthma and approaches for
enhanced care in Eastern Mediterranean
Region. Jurnal vol. 3, Issue 1, p. 137-143.

Sundaru, H., 2005. Apa yang perlu


diketahui tentang Asma.
http://www.kompas.com diakses 17 Mei
2005

WHO, 2003. Adherences to long-term


therapies, evidences for action. World
Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai