PENDAHULUAN
tidak saja sebagai pengelola obat, namun dalam pengertian yang lebih luas
pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian informasi obat
1996).
tidak dipuaskan akan meninggalkan apotek. Oleh karena itu apotek yang
yang ada seperti lamanya pelayanan resep, harga obat yang dianggap terlalu
hambatan dalam hal kepuasan pasien (Yuniarti, 2008). Pasien adalah pekerja
yang nyata (customer are the real employer) yang dapat mendorong kemajuan
puas terhadap pelayanan yang diberikan akan mempunyai persepsi yang baik.
Sebaliknya, pasien yang merasa tidak puas akan mempunyai persepsi yang
dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik dan
pelayanan OTC (swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia
yang tersebar di seluruh Indonesia. Diciptakan pula budaya baru bagi tiap
apotek Kimia Farma mampu memberikan pelayanan yang baik dan ramah,
penyediaan obat yang baik dan lengkap, serta waktu pelayanan yang cepat dan
tenaga farmasi yang berpengalaman. Sehingga konsumen tidak akan ragu untuk
membeli obat di apotek. Dengan adanya tenaga ahli yang dimiliki dalam bidang
kepada para pasien. Hal ini dilakukan agar pasien merasakan kepuasan karena
pembelian obat ataupun penebusan resep yang pada akhirnya akan menjadikan
adalah 87,25% dengan kategori baik. Penelitian dari jannah (2016), tentang
di apotek: studi kasus pada Apotek Kimia Farma No. 27 Medan, menunjukkan
Kimia Farma No. 27 Medan mencapai 92,69% termasuk dalam kategori sangat
puas.
Kimia Farma di Kota Medan. Salah satu model yang banyak dipakai untuk
1.3 Hipotesis
dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan resep di
Kota Medan.
penelitian serta bahan untuk penerapan ilmu yang telah didapat selama
kuliah.
Medan. Dalam hal ini, tingkat kepuasan pasien merupakan variabel terikat.