PENDAHULUAN
Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
perorangan oleh apotek Rumah Sakit. Karena pelayanan resep termasuk bagian
standar yang berlaku untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Tiga hal
kesehatan, yaitu aspek structure, process dan outcome. Aspek structure meliputi
unsur sumber daya, aspek process adalah semua kegiatan yang dilaksan
1
akan secara profesional oleh tenaga kesehatan dan interaksinya dengan
pasien, sedangkan aspek outcome adalah hasil akhir dari kegiatan dan tindakan
menjelaskan aturan pakai kepada pasien dan dilakukan sesuai protap yang
berlaku. SPO ini berguna untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam
2012).
oriented didorong oleh tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan
farmasi. Hal ini dipicu oleh peningkatan jumlah kebutuhan obat, perkembangan
produksi dalam skala besar serta adanya inovasi dalam penemuan obat baru dan
diharapkan dapat menjamin tersedianya obat yang aman dan berkualitas serta
merupakan hal yang penting untuk menilai mutu pelayanan dari suatu pemberi
2
pengukuran tingkat kepuasan pasien menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
sangat penting untuk bertahannya suatu Rumah Sakit. Kepuasan akan terjadi
apabila harapan dari pasien dapat terpenuhi oleh pelayanan yang diberikan Rumah
Sakit sehingga perlu diperhatikan dan dievaluasi secara terus menerus kepuasan
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar adalah Rumah Sakit
Negeri kelas B yang memiliki 42 orang tenaga kefarmasian yang terdiri dari 10
ditambah 3 orang tenaga kerja yang diperbantukan yang terdiri dari 3 orang
rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Wangaya Kota Denpasar.
Denpasar?
3
1.3 Hipotesis Penelitian
ini adalah :
a. Mutu pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Wangaya Kota
pasien yang menebus resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum wangaya
Kota Denpasar.
Denpasar?
4
1.5 Manfaat penelitian
peneliti di masa depan serta bahan untuk penerapan ilmu yang sudah didapat
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar sebagai upaya
c. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada Rumah Sakit Umum Daerah
kepada pasien umum rawat jalan di Instalasi farmasi Rumah Sakit Umum
5
6
7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
tepat.
reaksi yang berlawanan, keracunan dan jika perlu memberikan saran untuk
memodifikasi pengobatan.
9
4. Sebagai sarana bimbingan dan konseling dalam rangka pendidikan kepada
pasien.
darurat.
(Bahfen, 2006).
untuk:
a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
10
b. Pelayanan farmasi klinik.
a. Monitoring
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
meliputi:
1. Pemilihan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan kebutuhan.
2. Perencanaan kebutuhan
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, efisien dengan cara
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan
3. Pengadaan
11
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau
4. Penerimaan
jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dianggap tidak dapat
12
8. Pengendalian
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
habis pakai.
9. Administrasi
bagi kegiatan pelayanan. Tujuan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
yaitu agar tersedianya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu dalam
jumlah dan pada saat yang tepat sesuai spesifikasi dan fungsi yang ditetapkan oleh
panitia farmasi dan terapi secara berdaya guna dan berhasil guna (Quick, 1997).
13
2.2.2 Pelayanan Farmasi Klinik
terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality oflife)
c. Rekonsiliasi obat
e. Konseling
f. Visite
resep merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian oleh karena itu untuk
mencapai mutu pelayanan kefarmasian yang baik mutu pelayanan resep juga
14
Pelayanan resep mengacu kepada proses penyiapan dan pemberian obat
konseling dan dokumentasi. Proses ini dapat dilakukan di klinik umum atau
swasta, pusat kesehatan, rumah sakit, atau di apotek dan dilakukan oleh tenaga
ahli yang telah ditentukan dengan harapan dapat mengurangi kesalahan dalam
Pelayanan resep menjadi salah satu bagian yang penting dari penggunaan
obat rasional. Penggunaan obat rasional sering hanya terfokus pada penyediaan
dan penyerahan obat ke pasien saja tapi mengabaikan penggunaan obat setelah
sampai di tangan pasien, akibatnya pasien menerima obat yang tidak tepat dan
sesuai sehingga seluruh kegiatan pelayanan resep yang dilakukan akan sia-sia
standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar, efisien,
dilaksanakan secara aman dan dapat memuaskan pelanggan sesuai dengan norma
yang ada pada suatu sistem pelayanan kesehatan dan pada lingkup masyarakat
yang lebih luas dimana sistem itu diberlakukan. Ada tiga pendekatan evaluasi
(penilaian) mutu pelayanan kesehatan, yaitu dari aspek structure, process dan out
15
come. Aspek structure terdiri atas unsur sumber daya, aspek process merupakan
semua kegiatan yang dikerjakan secara profesional oleh tenaga kesehatan dan
interaksi tenaga kesehatan dengan pasien, sedangkan aspek outcome adalah hasil
akhir dari kegiatan dan bagaimana tenaga kesehatan memperlakukan pasien secara
yang harus diperhatikan dalam menentukan baik atau tidaknya kualitas pelayanan
suatu pelayanan kesehatan. Baik atau tidaknya keluaran (output) dipengaruhi oleh
kesehatan dengan standar profesi yang beraku untuk mencapai derajat kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan bagi seorang pasien erat kaitannya dengan rasa
puas terhadap pelayanan yang diterimanya, dimana mutu yang baik dikaitkan
kesehatan merupakan hal yang ditinjau untuk melakukan penilaian dimensi mutu
16
lebih terkait dengan dimensi kesesuaian mutu pelayanan yang dilakukan
berdasarkan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi
Penilaian mutu bagi penyandang dana lebih terkait dengan dimensi efisiensi
Sedangkan penilaian mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan lebih terkait
pasien dalam kesembuhan penyakit yang diderita oleh pasien (Robert dan
Proverst, 1990).
Satisfaction adalah kata dari bahasa latin, yaitu satis yang berarti enough
atau cukup dan facere yang berarti to do atau melakukan. Jadi produk atau jasa
memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai tingkat cukup (Irawan,
2003)
Ada dua batasan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan yang baik
17
Kualitas pelayanan kesehatan yang baik adalah jika pelayanan kesehatan
yang dilakukan dapat memberikan rasa puas pada diri setiap pasien yang
pelaksanaannya sesuai dengan standar serta kode etik profesi yang telah
pelayanan kesehatan.
Rumah sakit khususnya rumah sakit milik pemerintah harus dapat menjadi
konsumen. Bagi pasien mereka akan merasa puas jika kinerja layanan kesehatan
18
yang diterima baik, dan sebaliknya ketidakpuasan akan terjadi jika kinerja layanan
yang akan diamati kemudian dapat dicari solusi yang diperlukan untuk dapat
memuaskan pelanggan.
5. Tangibles (bukti langsung), yaitu sarana dan fasilitas fisik yang dapat
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen akan suatu produk atau jasa dari
2002).
yaitu:
17
19
a. Faktor Intern meliputi lingkungan pengetahuan, kecerdasan, peresepsi,
b. Faktor Ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik
beberapa faktor:
c. Waktu tunggu yang tidak terlalu lama yang dirasakan oleh konsumen.
a. Pelayanan
c. Peralatan
20
18
21
d. Bangunan dan prasarana
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit
meliputi:
a. Pelayanan medik
b. Pelayanan kefarmasian
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan
b. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling
c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8
e. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2
atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
19
22
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah
Sakit
pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik merupakan satu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik
Sakit. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan
peralatan. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya (Permenkes
RI, 2016).
23
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia,
2004).
kefarmasian yang dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa
Instalasi farmasi rumah sakit merupakan produk dan jasa yang dikaitkan
dengan kepuasan pasien. Sama seperti kualitas produk, kualitas pelayanan juga
yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran
24
Sedangkan untuk metoda evaluasi yang digunakan, terdiri dari:
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek
kefarmasian
22
25
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar adalah Rumah Sakit
negeri kelas B yang memiliki 12 orang tenaga kefarmasian yang terdiri dari 3
ditambah 6 orang tenaga kerja yang diperbantukan yang terdiri dari 2 orang D3
SMA.
23
26
PLT DIREKTUR
WADIR PELAYANAN
ADMINISTRASI
RUSMAN
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Wangaya Kota Denpasar
24
Universitas Sumatera Utara
27
BAB III
METODE PENELITIAN
faktor risiko maupun efek atau hasil dan cross sectional adalah salah satu
Data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu tanggapan yang dipilih
Sumber data penelitian adalah tahapan pengerjaan resep yang masuk ke instalasi
farmasi dan kuisioner yang diberikan kepada pasien yang membawa resep
( )
( )
( )
Keterangan:
N = jumlah populasi
25
28
= derajat kepercayaan = 1,96
menjadi 370 sampel untuk mutu pelayanan resep yang masuk ke Instalasi Farmasi
Denpasar.
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel
26
29
Metode pemilihan sampel ini metode probability sampling yang
merupakan teknik yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan
metode yang digunakan dalam penarikan sampel probabilitas adalah sampel acak
dalam populasi akan memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
Variable bebas :
i. validasi resep
v. dokumentasi
vi. konseling
vii. Protap
Variable bebas :
i. Kehandalan (reability)
27
30
c. Variable bebas : Mutu Pelayanan Resep dan Tingkat Kepuasan
minimal dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara baik, sehingga
semua kebutuhan pasien dan tujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal dapat tercapai. Mutu pelayanan ini diamati dari dilakukan atau
ii. Skrining
iii. Konseling
x. Dokumentasi
resep di rumah sakit tersebut dan terbagi dalam empat kategori, yaitu:
28
31
i. Kategori I = tidak puas
Item pertanyaan :
pada resep
Item pertanyaan :
pertanyaan :
29
32
-Kemampuan petugas menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien
bekerja
bagi pelanggan.
Item pertanyaan :
Item pertanyaan :
30
33
diobservasi diberi nilai sesuai dengan bobot tingkat kepentingan dan
a. Mutu Pelayanan
Mutu pelayanan resep diukur oleh peneliti dengan cara mengisi tabel
pengumpulan data sesuai bobot nilai yang telah ditentukan yang berisi
tahapan pengerjaan resep yang terdiri dari pengecekan nama dan identitas
sesuai resep, kelengkapan jenis obat yang diserahkan sesuai resep, ada
b. Tingkat Kepuasan
31
34
pada masing-masing pilihan jawaban berdasarkan skala Lickert (Tabel 3.1)
Kemudian nilai-nilai tersebut dijumlahkan dan hasil yang diperoleh dibagi kedalam
iii. kategori III dengan total nilai 30-44 berarti sangat puas
Data yang diperoleh dari hasil kuisioner dan dari pengisian tabel mutu
pelayanan resep diolah dengan program Exel dan dianalisis dengan melihat ada
a. Menyiapkan tabel pengisian mutu pelayanan resep yang akan diisi oleh
peneliti
32
35
b. Menyiapkan lembar kuesioner yang akan diisi oleh responden
33
36
BAB IV
pertanyaan lebih besar dari 0,349, maka disimpulkan bahwa semua item
kepuasan pasien di Instalasi Farmasi RSU Dr. FL Tobing Sibolga. Uji validitas
34
37
Tabel 4.2 Hasil uji reliabilitas kuesioner
Variabel Nilai Cronbach Kriteria Keterangan
Alpha
Item 0,771 >0,60 Reliabel
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variabel penelitian mempunyai nilai
Cronbach Alpha >0,60 maka dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan adalah
reliabel. Instrumen memiliki tingkat reliabel yang tinggi jika nilai koefisien yang
pelayanan rumah sakit saat ini, salah satunya adalah aspek sumber daya manusia.
instalasi farmasi harus memiliki apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang
sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan
tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga apoteker dan tenaga teknis
perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri (Permenkes RI, 2016).
perizinan rumah sakit menyatakan sumber daya manusia Rumah Sakit Umum
a. Tenaga medis
b. Tenaga kefarmasian
c. Tenaga keperawatan
35
38
Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud diatas paling sedikit terdiri atas:
b. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling
c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8
e. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2
atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar adalah rumah sakit
negeri kelas B yang memiliki 12 orang tenaga kefarmasian yang terdiri dari 3
ditambah 6 orang tenaga kerja yang diperbantukan yang terdiri dari 2 orang D3
36
39
keperawatan, 1 orang fisioterapis, 1 orang sarjana matematika, 2 orang lulusan
SMA.
4.3 Mutu Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi RSUD Wangaya Kota Denpasar
nama dan identitas pasien adalah 100%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pengecekan nama dan identitas pasien sudah merupakan prosedur wajib yang
Pengecekan nama dan identitas pasien merupakan salah satu tahapan yang
penting dilakukan karena di apotek ada banyak sekali orang yang datang
membawa resep dan ada banyak resiko resep tertukar oleh petugas apotek ataupun
petugas ketika banyak pasien memiliki nama atau nama keluarga yang sama
(Embrey, 2012).
resep adalah 88,38%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa skrining resep secara
a. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien
37
40
b. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c. Tanggal resep
c. Stabilitas
b. Duplikasi pengobatan
d. Kontraindikasi
Berdasarkan 370 resep yang diamati, sebanyak 152 resep yang harus
disebabkan karena seringnya pasien menerima obat dengan jenis yang sama dan
sebelumnya sudah dijelaskan oleh dokter yang memberikan resep, serta petugas di
IFRS mencantumkan cara pakai obat kepada pasien secara tulisan di etiket
sehingga dianggap tidak perlu lagi dilakukan konseling. Disamping itu juga di
instalasi farmasi RSUD Wangaya Kota Denpasar belum ada ruangan khusus
untuk konseling.
38
41
4.3.4 Persentase jumlah obat yang diserahkan sesuai resep
diserahkan sesuai resep adalah 95,68%. Penyerahan jumlah obat yang tidak
lengkap disebabkan keterlambatan petugas IFRS untuk memeriksa stok obat yang
tersisa, tetapi dalam hal ini petugas memberikan solusi kepada pasien untuk
mengambil kekurangan obat tersebut sore hari atau besok. Sementara untuk obat
yang diperlukan segera tetapi stoknya kurang, biasanya petugas akan memberikan
beberapa jumlah obat yang masih tersisa dahulu kepada pasien untuk segera
diserahkan sesuai resep adalah 98,92%. Sedangkan untuk jenis obat yang tidak
bertugas mengambil obat yang telah dipesan ke apotek lain jumlahnya terbatas
sehingga harus dapat membagi waktu untuk bertugas di instalasi dan mengambil
pesanan obat dan hal itu menyebabkan obat yang stoknya habis tidak dapat segera
mengambil kekurangan obat tersebut sore hari atau besok menunggu petugas
sebanyak 2,43%. Hal ini terjadi karena stok obat yang tidak tersedia di IFRS dan
39
42
ada pergantian beberapa Daftar Obat RS yang mungkin tidak diketahui oleh
dokter sehingga dokter masih meresepkan sesuai daftar obat RS Sibolga yang
lama.
etiket dari ditulisnya nomor urut resep, tanggal, nama pasien, aturan pakai, serta
cara pakai/peringatan lain dengan nilai setiap item 1 dan nilai maksimal 5. Nilai 1
diperoleh apabila hanya mencantumkan aturan pakai pada etiket. Nilai 2 diperoleh
apabila mencantumkan aturan pakai dan nama pasien. Nilai 3 diperoleh apabila
mencantumkan aturan pakai, nama pasien, dan cara pakai/peringatan lain. Nilai 4
lain, dan tanggal. Nilai 5 diperoleh apabila mencantumkan aturan pakai, nama
0%, bernilai 2 dan 3 adalah 0%, bernilai 4 adalah 31,08% dengan jumlah sampel
115 resep, bernilai 5 adalah 68,64% dengan jumlah sampel adalah 254 resep.
dengan cukup lengkap dan jelas, dimana dituliskan nomor resep, tanggal
peresepan, nama pasien, cara/waktu pakai obat, serta kegunaan obat yang
salahnya penggunaan obat oleh pasien. Untuk obat tablet, kaplet, ataupun kapsul
dimasukkan kedalam plastik bening yang telah tertera etiket obat. Untuk obat
kedalam plastik bening yang telah tertera etiket obat. Untuk obat tablet, kapsul,
40
43
cair seperti sirup, suspensi, atau emulsi ditempelkan etiket kertas berwarna putih
pada kemasan. Untuk obat salap atau obat kumur ditempelkan etiket berwarna
berakibat tertukarnya obat dan pasien tidak mengetahui obat apa yang
Obat yang melalui mulut masuk perut disebut sebagai obat dalam,
memakai etiket kertas berwarna putih dan bagi obat luar yaitu untuk kulit, mata,
hidung, telinga, dubur, vagina, injeksi, obat kumur yang tidak ditelan digunakan
kelompok yaitu kelompok obat jadi dan kelompok obat racikan. Kelompok obat
jadi terdiri dari 297 resep dimana 80,27% memiliki waktu penyiapan obat >30
menit. Sementara kelompok obat racikan sebanyak 19,73% yang terdiri dari 73
resep memiliki waktu penyiapan obat >60 menit. Waktu yang dibutuhkan untuk
penyiapan obat tergantung pada jenis obat yang diminta dalam resep. Pada
umumnya, waktu penyiapan obat jadi (sediaan tunggal) lebih cepat daripada
41
Universitas Sumatera Utara
44
Lamanya waktu penyiapan obat di Instalasi Farmasi RSUD Wangaya Kota
Denpasar disebabkan oleh karena pihak rumah sakit melakukan kerja sama
adalah jumlah resep yang harus dilayani oleh petugas menjadi semakin tinggi.
terhadap waktu tunggu yang lama. Tingginya resep ini menyebabkan response
time tidak sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) Rumah Sakit Menurut
Kepmenkes No.129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
dijelaskan bahwa standar minimal waktu penyiapan obat jadi adalah ≤ 30 menit
Kota Denpasar yang bertugas mengambilkan obat jadi ataupun meracik obat
racikan menyebabkan waktu yang dibutuhkan lama sedangkan jumlah resep yang
harus dilayani cukup banyak sehingga petugas cukup kesulitan terutama untuk
melayani resep obat dan hal itu membuat pasien menunggu lebih lama dari pada
pengecekan akhir adalah 0%. Dalam hal ini Instalasi Farmasi RSUD Wangaya
Pengecekan akhir dilakukan terhadap resep dan terhadap obat yang akan
resep sebelum diberikan ke pasien, memastikan ketepatan dosis sesuai resep dan
42
45
mengecek interaksi obat, memastikan identitas obat, memastikan etiket obat dan
dokumentasi adalah 0%. Dokumentasi merupakan hal penting yang tidak boleh
diabaikan. Dokumentasi digunakan untuk memeriksa stok obat yang dimiliki, dan
protap adalah 41,08%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengerjaan
sepenuhnya dilakukan sesuai protab dimana yang paling sering tidak dilakukan
adalah konseling.
4.4.1.1 Usia
Berdasarkan usia dari 370 responden yang diamati, dapat dilihat bahwa
paling banyak pasien yang datang berobat dan menebus resep ke Instalasi Farmasi
RSUD Wangaya Kota Denpasar berada pada rentang usia >50 tahun. Hal tersebut
43
46
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan usia
Usia Jumlah %
(n=370)
0-18 tahun 67 18,10
19-49 tahun 129 34,86
>50 tahun 174 47,02
dilihat bahwa sebagian besar pasien yang datang berobat dan menebus resep ke
53,51% dan diikuti oleh laki-laki sebanyak 46,49%. Hal tersebut dapat dilihat
4.4.1.3 Pendidikan
dilihat bahwa 49,46% pasien yang datang berobat dan menebus resep ke Instalasi
Farmasi RSUD Wangaya Kota Denpasar adalah tamatan SMA dan diikuti dengan
dilihat bahwa pasien yang datang tidak memiliki pengetahuan yang cukup luas
sehingga banyak yang agak kesulitan dalam menjawab quisioner yang diberikan.
44
47
Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Pendidikan Jumlah %
(n=370)
Tidak tamat SD 0 0
SD 27 7,29
SMP 43 11,62
SMA 183 49,46
Perguruan 117 31,62
Tinggi/Akademik
4.4.1.4 Penghasilan
bahwa 48,11% pasien yang datang ke Instalasi Farmasi RSUD Wangaya Kota
4.4.1.5 Pekerjaan
bahwa sebagian besar pasien yang datang berobat dan menebus resep ke Instalasi
Farmasi RSUD Wangaya Kota Denpasar adalah pegawai negeri sipil dan juga
wiraswasta, lalu diikuti oleh para pensiunan, pegawai BUMN, ibu rumah tangga,
45
48
Tabel 4.7 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Jumlah %
(n=370)
Mahasiswa/Mahasiswi 14 3,78
Wiraswasta 97 26,22
Pegawai Negeri Sipil 119 32,16
Pegawai BUMN 37 10
Ibu Rumah Tangga 32 8,65
Lain-lain (pensiun) 71 19,18
46
49
4.4.2 Tingkat kepuasan pasien
47
50
51
Tabel 4.8 Persentase jumlah responden pada variabel-variabel yang
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan
resep di Instalasi Farmasi RSUD Wangaya Kota Denpasar
(Lanjutan)
No Jenis Pelayanan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
responden responden responden responde
sangat puas Cukup kurang puas n tidak
(%) puas (%) (%) puas
(%)
tingkat kepuasan yang diberikan kepada pasien rawat jalan yang menebus resep di
kurang puas karena pelayanan kecepatan obat yang sangat lambat, hal ini
kesehatan dalam pengerjaan resep obat terdiri dari dokter penulis resep, perawat,
interaksi seluruh tenaga kesehatan ini mutlak diperlukan. Beberapa dokter karena
48
52
53
kesibukannya sulit dihubungi atau ditanyakan mengenai resep yang ditulisnya
sehingga pengerjaan resep menjadi lebih lama dan obat sampai ke tangan pasien
kepada perawat. Namun sebagian besar perawat tidak mau atau lebih tepat tidak
berani menghandle masalah resep yang ditulis dokter. Jam terbang membaca resep
oleh petugas asisten apoteker dan apoteker ikut juga menentukan kecepatan
pelayanan, namun sering kali asisten apoteker ataupun apoteker yang bertugas
tidak berada di tempat, hal itulah yang sering terjadi di Instalasi Farmasi RSUD
menyiasati obat yang kosong stok, petugas IFRS di RSUD Wangaya Kota
Denpasar akan mengganti dengan merek dagang lain yang isinya sama. Proses ini
membutuhkan waktu yang lama karena bukan saja memastikan stok obat
pengganti ada, tetapi juga memastikan harga obatnya tidak terlalu jauh dengan
juga bekerjasama dengan apotik di sekitarnya untuk menyiasati obat yang kosong.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat membeli obat ke apotik B dengan harga
khusus . Praktik kerjasama ini sah-sah saja selama tidak merugikan pasien dengan
harga yang mahal dan selama obat yang dibeli bukan golongan tertentu. Namun
harus dikonfirmasi lagi ke dokter yang menulis resep dan lagi-lagi hal ini
kesesuaian jumlah obat yang diberikan dengan yang tertera pada resep dan
kesesuaian jenis obat yang diberikan dengan yang tertera pada resep adalah cukup
54
49
55
puas dengan masing-masing jumlah responden sebanyak 241 responden (65,14%)
meyakinkan pasien jika terjadi penggantian obat terbesar adalah cukup puas
petugas menjelaskan tentang obat sesuai resep, cara pakai obat, dan harapan
setelah minum obat sebanyak 145 responden adalah 39,19% menyatakan kurang
puas karena cara pakai obat hanya dicantumkan di etiket obat saja tanpa
dijelaskan lagi secara detail penjelasan lain tentang obat sehingga pasien harus
pandai dalam membaca etiket tersebut dan aktif bertanya jika tidak mengerti. Hal
ini dilakukan untuk menghemat waktu karena ketika konsultasi di ruangan dokter,
dokter yang menulis resep telah memberikan penjelasan mengenai obat, cara
oleh apoteker kepada penderita dan profesional kesehatan, tetapi hal itu tidak
harus menjadi seorang praktisi klinik yang efektif dan untuk itu ia harus
50
56
Kemampuan petugas menjawab pertanyaan dan Kemampuan petugas
cukup puas, dimana masing-masing 168 responden dan 185 responden, yaitu
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam bekerja adalah cukup
dengan ramah dan tersenyum, Kenyamanan ruang tunggu dan Petugas berpakaian
bersih dan rapi memperoleh persentase terbesar adalah cukup puas, yaitu 44,05%
untuk 163 responden, 44,86% untuk 166 responden, 53,51% untuk 198 responden.
dari masing-masing item pertanyaan yang ada di tabel penilaian mutu kemudian
dicari rata-ratanya maka diperoleh hasil sebesar 74,76 tergolong dalam rentang
51
57
Tabel 4.9 Kategori penilaian mutu pelayanan resep di Instalasi Farmasi RS
Umum. DR. Fl Tobing Sibolga.
Kategori Total (Score)
RSUD Wangaya Kota Denpasar tergolong sangat baik. Hal tersebut menunjukkan
mutu pelayanan resep di Instalasi Farmasi RSUD Wangay Kota Denpasar sudah
memenuhi ketentuan pelayanan resep walaupun ada beberapa hal yang masih
perlu ditingkatkan seperti konseling dan pengerjaan resep yang masih tergolong
setiap pertanyaan memiliki bobot nilai yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat
kepentingan dan tingkat kesulitan pengerjaan setiap item pertanyaan dan hal itu
ikut mempengaruhi tercapainya score akhir untuk menentukan apakah mutu tidak
baik, baik atau sangat baik. Item pertanyaan yang memberikan kontribusi paling
besar di posisi satu dan dua yaitu item pertanyaan jenis obat lengkap atau tidak
lengkap sebesar 7,96% dan skrining resep dilakukan atau tidak dilakukan sebesar
7,05%. Diposisi tiga dan empat yaitu pengecekan akhir dan dokumentasi
dilakukan atau tidak dilakukan sama-sama sebesar 5,35%. Di posisi lima lima,
enam, tujuh, delapan yaitu kelengkapan etiket (poin 5), jumlah obat, penggantian
jenis obat dan pengecekan nama dan identitas pasien secara berurutan sebesar
5,19%, 5,14%, 4,80%, 4,01% dan di posisi tiga terakhir yaitu sesuai protab,
52
58
4.5.2 Penilaian tingkat kepuasan pasien
Kota Denpasar yaitu, merasa Puas sebanyak 244 responden dengan persentase
65,95%, masuk ke rentang skor 15-29, lalu diikuti 126 responden yang merasa
sangat puas dengan persentase 34,05% masuk ke dalam rentang skor 30-44, dan
tidak ada pasien yang merasa tidak puas. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9
1 (0-14) 0 0
2 (15-29) 244 65,95
3 (30-44) 126 34,05
Keterangan :
*: 1 (tidak puas), 2 (puas), 3 (sangat puas)
Mutu pelayanan dikatakan baik dan memuaskan apabila jasa yang diterima
dikatakan buruk atau tidak memuaskan apabila pelayanan yang diterima lebih
53
59
4.5.3 Hubungan mutu pelayanan resep dengan tingkat kepuasan pasien
nilai probabilitas = 0,659 > 0,05, maka tidak terdapat korelasi yang signifikan.
Tobing Sibolga sudah tergolong sangat baik dan hasil perhitungan tingkat
kepuasan tergolong kedalam kategori puas tetapi hasil uji korelasi menggunakan
SPSS menyatakan tidak terdapat hubungan, hal ini dapat terjadi karena dari hasil
penelitian mutu menyatakan bahwa ada dua hal pada mutu pelayanan resep yang
masih perlu diperbaiki yaitu kecepatan penyedian obat ke pasien dan kemampuan
cukup puas begitu pula dengan yang lain pasien merasa puas walapun tidak ada
konseling atau saat petugas hanya menempelkan etiket dan tidak menjelaskan
tentang cara pakai obat dan pasien tidak tahu menahu bahwa petugas
54
60
a. Kriteria pasien:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil
dan menyusui)
dan lain-lain)
phenytoin)
2016).
seharusnya di rumah sakit oleh karena itu kedua indikator yang masih kurang
tersebut tidak terlalu mempengaruhi kepuasan pasien. Hal tersebut dapat pula
square, dari kelima karakteristik ini terdapat tiga karakteristik yang memiliki
pekerjaan. Yang berarti seseorang dengan pendidikan tinggi dan bekerja akan
55
61
lebih kritis dan tidak cepat puas dari seseorang dengan tingkat pendidikan lebih
rendah dan tidak bekerja, namun hal itu tidak mutlak karena dapat dipengaruhi
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
56
62
a.Hubungan Umur Dengan Kepuasan Pasien
Berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 370
pasien rawat jalan yang menebus resep di IFRS menunjukkan bahwa distribusi
responden menurut umur ditemukan paling banyak terdapat pada kelompok umur
>50 tahun yaitu mencapai 174 orang (47,0 %). Merasa puas sebesar 120 orang
(68,9%) dan sangat puas sebesar 54 (31,0%). Hal ini didukung oleh pernyataan
beberapa kemampuan fisiologis ikut menurun dan biasanya dimulai di usia 30- 45
penurunan kemampuan sebesar 1% per tahun (Umar, 2001). Oleh karena itu lebih
banyak pasien yang berobat di usia >50 tahun, disamping itu pasien di usia >50
tahun sudah tidak terlalu kritis dalam menilai pelayanan kesehatan. Hasil uji Chi
α (0,05) = CI 95%) yang berarti terdapat hubungan antara kepuasan dengan umur.
Tabel 4.13 Hubungan usia dengan kepuasan pasien rawat jalan di IF RSUD
Wangaya Kota Denpasar
Kepuasan Pasien
Umur Sangat Puas Puas Total P
57
63
b. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepuasan Pasien
Berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 370
pasien rawat jalan yang menebus resep di IF RSUD Wangaya Kota Denpasar
menunjukkan bahwa pasien berjenis kelamin Laki-laki sebanyak 112 (65,1%) dan
perempuan sebanyak 117 (59,0%) menyatakan puas. Sedangkan hasil uji chi
square menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin ini tidak menunjukkan ada
hubungan yang sigifikan dengan kepuasan dengan p-value 0,240 (p > α (0,05 = CI
95%)
Tabel 4.14 Hubungan jenis kelamin dengan kepuasan pasien rawat jalan di IF
RSUD Wangaya Koata Denpasar
Kepuasan Pasien
Jenis Kelamin Sangat Puas Puas Total P
lebih tinggi cenderung banyak menuntut atau mengkritik terhadap pelayanan yang
karena tidak tahu apa yang dibutuhkannya, asal sembuh saja itu sudah cukup
baginya (Lumenta,1989).
pendidikan SMA kurang lebih 50% menyatakan sangat puas terhadap pelayanan,
58
64
Tabel 4.15 Hubungan tingkat pendidikan dengan kepuasan pasien rawat jalan di
IFRSUD Wangaya Kota Denpasar
Kepuasan Pasien
Pendidikan Sangat Puas Puas Total P
0,000 < α (0,05 = CI 95%) yang artinya terdapat hubungan antara faktor tingkat
Berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 370
pasien rawat jalan yang menebus resep di IFRSUD Wangaya Kota Denpasar
orang (5,4%) menyatakan sangat puas dan sebanyak 35 (94,6%) menyatakan puas.
Hasil analisis perhitungan dengan uji chi-square menunjukkan p-value 0,000 (p <
59
65
responden dengan kepuasan pasien yang berobat ke IFRSUD Wangaya Kota
Denpasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Lumenta yang menyatakan kelompok
lingkungan keluarga. Hal ini ada hubungannya dengan teori yang menyatakan
bahwa seseorang yang bekerja cenderung lebih banyak menuntut atau mengkritik
terhadap pelayanan yang diterimanya jika memeng tidak merasa puas bagi dirinya
dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Akan tetapi dari penjelasan lanjutan dari
Lumenta (1989) menyatakan bahwa faktor tidak mutlak demikian, karena ada
pelayanan kesehatan. Dengan kata lain bahwa semakin tinggi penghasilan yang
diperoleh maka semakin tinggi pula harapan atau keinginan yang lebih, namun
faktor ini tidak mutlak demikian adanya, tidak terlepas dari sesuatu hal yang
pula dengan kelompok penghasilan lebih rendah sebanyak 108 (60,7%) juga
0,544 (p < α (0,05 = CI 95%) yang artinya tidak terdapat hubungan antara faktor
penghasilan dengan kepuasan pasien yang berobat ke unit rawat jalan IFRS DR Fl
60
66
Tobing. Hal ini mungkin lebih disebabkan prosedur bagi yang memiliki
penghasilan lebih tinggi yang rata-rata pasien umum lebih cepat dibandingkan
dengan pelayanan yang diberikan pada pasien penghasilan lebih rendah yang
Tabel 4.17 Hubungan penghasilan dengan kepuasan pasien rawat jalan di IFRS
Dr Fl Tobing Sibolga
Kepuasan Pasien
Penghasilan Sangat Puas Puas Total P
Rp 1000.000,00- 53 (39,3%) 82 (60,7%) 135 (100%) 0,544
Rp 2000.000,00
Dari setiap tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada pilihan tidak puas
sehingga ketika menjumlahkan nilai dan variabel di quisioner dari 370 pasien
yang mengisi quisioner diperoleh 244 quisioner tergolong ke rentang skor 15-29
dengan kategori puas dan 126 quisioner tergolong ke rentang skor 30-44 dengan
67
BAB V
5.1 Kesimpulan
(rentang skor 17-33) sebanyak 244 responden (65,95%), lalu diikuti 126
responden (34,05%) yang merasa sangat puas (rentang skor 34-50), dan tidak
ada pasien yang merasa tidak puas. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
Kota Denpasar
5.2 Saran
dengan
68
62
69
menambah sumber daya manusia dan dilakukan pembuatan ruang khusus
untuk konseling
63
70
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2007). Apa yang Perlu diketahui Tentang Obat. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. Hal. 6, 51-54, 144, 151.
Bitner, M. J., dan Zeithaml. (1993) . Service Marketing (3rd ed). New Delhi: Tata
McGraw Hill.
64
71
Lumenta, B. (1989). Hospital. Cetakan Pertama. Jakarta: Kanisius.
Mashuda, A., (2011). Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB).
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.56 tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Perry, A.G., dan Patricia. (1994). Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta:
EGC.
Quick, D.J. (1997). Managing Drug Supply, 2nd ed, Management Sciences for
Health. USA : Kumarin Press.
72