2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat
umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan
luas vena yang terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra
abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan
hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis.
Pada kebanyakan wanita, hemoroid yag disebabkan oleh kehamilan merupakan
hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid
diklasifikasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas
stingfer anal sedangkan yang mun cul di luar stingfer anal disebut hemoroid eksternal.
(Brunner & Suddarth, 2015)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan
meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun
keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak
nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
pada klien dengan operasi haemoroidektomy indikasi haemoroid eksterna ditinjau dari asuhan
keperawatn perioperatif
Tujuan Khusus :
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian analisa data dan perumusan diagnose
keperawatan pada klien dengan haemoroidektomy indikasi haemoroid eksterna ditinjau
dari asuhan keperawatn perioperatif
b. Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan rencana keperawatan pada klien
dengan haemoroidektomy indikasi haemoroid eksterna ditinjau dari asuhan keperawatn
perioperatif
c. Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien dengan haemoroidektomy indikasi haemoroid eksterna ditinjau
dari asuhan keperawatn perioperatif
d. Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien dengan haemoroidektomy indikasi haemoroid eksterna ditinjau
dari asuhan keperawatn perioperatif
3
C. Sistematika Penulisan
Dalam makalah Asuhan Keperawatan penyakit cidera kepala ini berisi tentang :
1. Pendahuluan yang menginformasikan latar belakang dan tujuan penyusunan asuhan
keperawatan
2. Tinjauan teori
1) Konsep Dasar Penyakit
a) Definisi
b) Etiologi
c) Tanda dan Gejala
d) Pathofisiologi
e) Pathway Hemorid
f) Pemeriksaaan Penunjang
g) Penatalaksanaan Medis
h) Komplikasi
2) Konsep Asuhan Keperawatan
3) Perencanaan Pasien Pulang
3. Tinjauan kasus
a. Pengkajian
b. Diagnose
c. Intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi
4. Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
5. Daftar pustaka
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di
bawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea (submukosa) di atas atau di dalam linea dentate.
(Sudoyo Aru, dkk. 2016)
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis (Muttaqin,
2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan
membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011)
5
B. ETIOLOGI:
1. Mengedan saat buang air besar yang sulit
2. Pola buang air besar yang salah ( lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu
lama duduk di jamban sambil membaca, merokok, dll)
3. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen)
4. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal)
5. Usia tua
6. Konstipasi kronik
7. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
8. Hubungan seks per anal
9. Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah)
10. Kurang olahraga / imobilisasi
D. PATOFISIOLOGI
Drainase daerah anorektal adalah melalui vena – vena hemoroidales superior dan inferior.
Vena hemoroidales superior mengembalikan darah ke vena mesenterika inferior dan berjalan
submukosa dimulai dari daerah anorektal dan beberapa dalam bagian yang disebut kollumna
Morggni, berjalan memanjang secara radier sambil mengadakan nastomosis. Bila ini menjadi
varises disebut hemoroid interna. Lokasi primer hemoroid interna ( pasien berada dalam posisi
litotomi) terdapat pada tiga tempat anterior kanan, posterior kanan, dan lateral kiri. Hemoroid yang
lebih kecil terjadi diantara tempat –tempat tersebut. Vv.hemoroidales inferior memulai venular dan
pleksus – pleksus kecil di derah anus dan distal dari garis anorektal. Pleksus ini terbagi menjadi
dua:
1. Menjadi vv.hemoridales media yang menyalurkan darah surut ke v.pudenda interna
6
2. Menjadi vv.hemoroidales inferior, berjalan di luar lapisan muskularis dan masuk ke
v.hipogastrika.
Pleksus inilah yang menjadi varises dan disebut hemoroid eksterna.
7
8
E. PATHWAY
HEMOROID
Post-op
Pre- op Intra- Op
Post Pembedahan
Membesar di luar Pembedahan
rectum
Nyeri
Pembedahan
9
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada hemoroid
interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan
biasanya tidak nyeri
2. Anoskop
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar
3. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses
keganasan di tingkat yang lebih tinggi
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan Konservatif
1. Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi seperti kodein
(Daniel, W.J, 2010)
2. Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan,
menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar
3. Kombinasi antara anastesi local, kortikosteroid dan antiseptic dapat mengurangi
gejala gatal – gatal dan rasa tidak nyaman pada hemoroid. Penggunaan steroid
yang berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain itu
suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi
hiperpermeabilitas serta efek anti inflamasi meskipun belum diketahui bagaimana
mekanismenya (Acheson,A.G.2014)
b. Pembedahan
Apabila hemoroid interna derajat I yang tidak membaik dengan penatalaksanaan
konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan. HIST (Hemorrhoid Institute
of South Texas) menetapkan indikasi tata laksana pembedahan hemoroid antara lain :
(Acheson, A.G.2014) :
1. Hemoroid interna derajat II berulang
10
2. Hemoroid derajat III dan IV
3. Mukosa rectum menonjol keluar anus
4. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura
5. Kegagalan penatalaksanaan konservatif
6. Permintaan pasien
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu: (Halverson,A. & Acheson,A.G.)
1. Skleroterapi
Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini menggunakan zat
sklerosan yang disuntikkan para vassal. Setelah itu, sklerosan merangsang
pembentukan jaringan parut sehingga menghambat aliran darah ke vena-vena
hemoroidalis. Akibatnya, perdarahan berhenti. Sklerosan yang dipakai adalah 5%
phenol in almond oil dan 1% polidocanol.
2. Rubber band ligation
Kerja dari metode ini adalah akan mengabliterasi local vena hemoroidalis sampai
terjadi ulserasi (7-10 hari) yang diikuti terjadinya jaringan parut (3-4 minggu).
Prosedur ini dilakukan pada hemoroid derajat 1-3
3. Infrared thermocoagulation
Prinsipnya adalah mendenaturasi protein melalui efek panas dari infrared, yang
selanjutnya mengakibatkan jaringan terkoagulasi. Untuk mencegah efek samping
dari infrared berupa kerusakan jaringan sekitar yang sehat, maka jangka waktu
paparan dan kedalamannya perlu diukur akurat. Metode ini diperuntukkan pada
derajat 1-2.
4. Laser Haemorrhoidectomy
Metode ini mirip dengan infrared, Hanya saja mempunyai kelebihan dalam
kemampuan memotong.
5. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
Metode ini menjadi pilihan utama saat terjadi perdarahan karena dapat mengetahui
secara tepat lokasi arteri hemoroiddalis yang hendak dijahit.
6. Cryotherapy
Metode ini kurang direkomendasikan karena sering kali kurang akurat dalam
menentukan area freezing
11
H. KOMPLIKASI
1. Anemia yang disebabkan karena perdarahan hebat oleh trauma pada saat defekasi
2. Hipotensi disebabkan karena perdarahan yang keluar menyebabkan kerja jantung
menurun.
12
· S1 : Terdengar saat kontraksi jantung / sistol ventrikel. Terjadi akibat penutupan katup
mitral dan trikuspid.
· S2 : Terdengar saat akhir kotraksi ventrikel. Terjadi akibat penutupan katup pulmonal
dan katup aorta.
· S3 : Dikenal dengan ventrikuler gallop, manandakan adanya dilatasi ventrikel.
- Murmur : terdengar akibat adanya arus turbulansi darah. Biasanya terdengar pada pasien
gangguan katup atau CHF.
- Pengisian kapiler : normal kurang dari 3 detik
- Nadi perifer : ada / tidak dan kualitasnya harus diperiksa. Aritmia dapat terjadi akibat
adanya hipoksia miokardial.
- Edema : Dikaji lokasi dan derajatnya.
c). Brain
Tingkat kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran pada pasien dengan respirator dapat terjadi akibat
penurunan PCO2 yang menyebabkan vasokontriksi cerebral. Akibatnya akan menurunkan
sirkulasi cerebral.Untuk menilai tingkat kesadaran dapat digunakan suatu skala pengkuran
yang disebut dengan Glasgow Coma Scale (GCS).
d). Bladder
Kateter urin
Urine : warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine.
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat
menurunnya perfusi pada ginjal.
Distesi kandung kemih
e). Bowel
Rongga mulut
Penilaian pada mulut adalah ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada
lidah dapat menunjukan adanya dehidarsi.
Bising usus
13
Ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji sebelum melakukan palpasi
abdomen. Bising usus dapat terjadi pada paralitik ileus dan peritonitis. Lakukan
observasi bising usus selama ± 2 menit. Penurunan motilitas usus dapat terjadi akibat
tertelannya udara yang berasal dari sekitar selang endotrakeal dan nasotrakeal.
Distensi abdomen
Dapat disebabkan oleh penumpukan cairan. Asites dapat diketahui dengan memeriksa
adanya gelombang air pada abdomen. Penyebab lain perdarahan saluran cerna pada pasien
dengan respirator adalah stres, hipersekresi gaster, penggunaan steroid yang berlebihan,
kurangnya terapi antasid, dan kurangnya pemasukan makanan.
Nyeri
Dapat menunjukan adanya perdarahan gastriintestinal
Mual dan muntah.
f). Bone
Warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.
Adanya perubahan warna kulit; warna kebiruan menunjukan adanya sianosis (ujung
kuku, ekstremitas, telinga, hidung, bibir dan membran mukosa). Pucat pada wajah dan
membran mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya kadar haemoglobin atau shok.
Pucat, sianosis pada pasien yang menggunakan ventilator dapat terjadi akibat adanya
hipoksemia.
Integritas kulit
Perlu dikaji adanya lesi, dan dekubitus
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA PRE OP
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitivitas pada area rectal/ anal
sekunder akibat penyakit anorektal
b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit
c. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu
d. Resiko infeksi berhubungan dengan mengalami peningkatan resiko terserang organisme
patogenik
14
4. DIAGNOSA INTRA OP
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan prosedur dan teknik anastesi
5. DIAGNOSA POST OP
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitivitas pada area rectal/ anal
sekunder akibat penyakit anorektal dan spasme sfingter pada pasca operatif
b. Hipotermia berhubungan dengan mekanisme kompensasi fisiologis menurun ditandai
dengan pasien tampak mengigil, akral dingin Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan iritasi, tekanan, dan sensitivitas pada area rectal
c. Risiko jatuh berhubungan dengan efektifitas pemberian medikasi anestesi
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai
oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses/atau pengeluaran feses yang kering,
dan banyak.
15
B. INTERVENSI
Pre Op
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitivitas pada area rectal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal
16
mondar-mandir mencari orang lain nyaman setelah nyeri mencari dan menemukan
dan atau aktivitas lain, aktivitas berkurang dukungan
berulang) Kontrrol lingkungan yang
Mengekspresikan perilaku (mis: dapat mempengaruhi nyeri
gelisah, merengek, menangis) seperti suhu ruangan,
Masker wajah (mis: mata kurang pencaghayaan dan kebisingan
bercahaya, tampak kacau, gerakan Kurangi faktor presipitasi
mata nerpencar atau tetap pada satu nyeri
fokus meringis) Pilih dan lakukan penanganan
Sikap melindungi area nyeri nyeri (farmakologi, non
Fokus menyempit (mis: gangguan farmakologi dan inter
persepsi nyeri, hambatan proses personal)
berpikir, penurunan interaksi dengan Kaji tipe dan sumber nyeri
orang dan lingkungan) untuk menentukan intervensi
Indikasi nyeri yang dapat diamati Ajarkan tentang teknik non
Perubahan posisi untuk menghindari farmakologi
nyeri Berikan analgetik untuk
Sikap tubuh melindungi mengurangi nyeri
Dilatasi pupil Evaluasi keefektifan kontrol
Melaporkan nyeri secara verbal nyeri
Gangguan tidur Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
Faktor yang berhubungan; jika ada keluhan dan tindakan
Agen cedera (mis: biologis, zat kimia, fisik, nyeri yang tidak berhasil
psikologis) Monitor penerimaan psien
tentang managemen nyeri
Analgasic administration
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek insttruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan frekuensi
17
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal.
Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektifitas analgesik,
tanda dan gejala
18
RENCANA KEPERAWATAN PARAF/
TANGGAL DIAGNOSA
NAMA
KEPERAWATAN/
TERANG
JAM MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Defisiensi Pengetahuan NOC NIC
Definisi: ketiadaan atau Setelah diberikan asuhan Teaching: Diesease process
defisiensi informasi kognitif keperawatan selama…..x 24 jam berikan penilaian tentang tingkat
yang berkaitan dengan topik diharapkan defisiensi pengetahuan pengetahuan pasien tentang
tertenti proses pewnyakit yang spesifik
dapat teratasi dengan
Batasan karakteristik: jelaskan patofisiologi dari
Kriteria hasil:
perilaku hiperbola penyakit dan bagaimana hal ini
pasien dan keluarga
ketidakakuratan menyatakan pemahaman berhubungan dengan anatomi
mengikuti perintah tentang penyakit, kondisi, dan fisiologi dengan cata yang
ketidakakuratan prognosis dan proggram tepat
melakukan test pengobatan gambarkan tanda dan gejala yang
perilaku tidak tepat pasien dan keluarga mampu biasa muncul pad penyakit
(mis: histeria, melaksanakan prosedur yang dengan cara yang tepat
bermusuhan, agitasi, dijelaskan secara benar gambarkan proeses penyakut
apatis) pasien dan keluarga mampu identifikasi kemungkinan
pengungkapan masalah menjelaskan kembali pa yang penyebab
faktor yang berhubungan akan dijelaskan perawatn/tim sediakan informasi pada psien
keterbatasan kognitif kesehatan lainnya tentang kondisi
salah interpretasi sediakan bagi keluarga tentang
informasi kemajuan pasien
kurang pajanan diskusikan perubahan gaya hidup
kurang minat dalam yang mungkin diperlukan umtuk
belajar mencegah komplikasi di masa
kurang dapat mengingat yang akan datang dan atau proses
tidak familier dengan pengontrolan penyakit
sumber informasi diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
dukung pasien untuk
19
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat
instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada petugas
kesehatan.
20
Melihat sepintas Postur tubuh, ekspresi Lakukan back/ neck rub
Insomnia wajah, bahasa tubuh, Dengarkan dengan penuh
Kontak mata yang buruk dan tingkat aktivitas perhatian
Mengekspresikan kekhawatiran menunjukkan Identifikasi tingkat kecemasan
karena perubahan dalam berkurangnya cemas Bantu pasien mengenal situasi
peristiwa hidup yang menimbulkan
Agitasi kecemasan
Mengintai Dorong pasien untuk
Tampak waspada mengungkapkan perasaan,
Affektif ketakutan, persepsi
Gelisah, distress Instruksikan pasien untuk
Kesedihan yang mendalam menggunakan teknik relaksasi
Ketakutan Berikan obat untuk
Perasaan tidak adekuat mengurangi kecemasan
Berfokus pada diri sendiri
Peningkatan kewaspadaan
Iritabilitas
Gugup senang berlebihan
Rasa nyeri yang meningkatkan
ketidakberdayaan
Peningkatan rasa
ketidakberdayaan yang
persisten
Bingung, menyesal
Ragu/ tidak percaya diri
Khawatir
Fisiologis
Wajah tegang, tremor tangan
Peningkatan keringat
Peningkatan ketegangan
Gemetar, tremor
Suara bergetar
21
Simpatik
Anoreksia
Eksitasi kardiovaskular
Diare, mulut kering
Wajah merah
Jantung berdebar-debar
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan denyut nadi
Peningkatan reflek
Peningkatan frekuensi
pernapasan, pupil melebar
Kesulitan bernapas
Vasokontriksi superficial
Lemah, kedutan pada otot
Parasimpatik
Nyeri abdomen
Penurunan tekanan darah
Penurunan denyut nadi
Diare, mual, vertigo
Letih, gangguan tidur
Kesemutan pada ekstremitas
Sering berkemih
Anyang-anyangan
Dorongan segera berkemih
Kognitif
Menyadari gejala fisiologis
Bloking pikiran, konfusi
Penurunan lapang persepsi
Kesulitan berkonsentrasi
Penurunan kemampuan
untuk belajar
22
Penurunan kemampuan
untuk memecahkan masalah
Ketakutan terhadap
konsekuensi yang tidak
spesifik
Lupa, gangguan perhatian
Khawatir, melamun
Cenderung menyalahkan
orang lain
d. Resiko infeksi berhubungan dengan mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
23
TANGGAL RENCANA KEPERAWATAN PARAF/
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ NAMA
MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA TERANG
JAM INTERVENSI
HASIL
Resiko infeksi : NOC NIC
Immune status Infection control
Definisi : mengalami peningkatan resiko
Knowledge: infection Bersihkan lingkungan setelah
terserang organisme patogenik control dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko : Risk control Pertahankan teknik isolasi
Kriteria hasil Batasi pengunjung bila perlu
Penyakit kronis Klien bebas dari tanda Instruksikan pada pengunjung
- Diabetes melitus dan gejala infeksi untuk mencuci tangan saat
Mendeskripsikan proses berkunjung dan setrlah
- obesitas
penularan penyakit, pengunjung meninggalkan
Pengetahuan yang tidak cukup faktor yang pasien
untuk menghindari pemajanan mempengaruhi Gunakan sabun anti mikroba
penularan serta unmtuk cuci tangan
patogen
penatalaksanaannya Cuci tangan sebelum dan
Pertahanan tubuh primer yang tidak Menunjukkan setelah tindakan nkeperawatan
adekuat kemampuan unrtuk Gunakan baju dan sarung
mencegah timbulnya tangan sebagai alat pelindung
- Gangguan peristalsis
infeksi ‘pertahakan lingkungan
- Kerusakan integritas kulit Jumlah lekosit dalam aseptik selama pemasangan
(pemasangan kateter intravena, batas normal alat
Menunjukkan perilaku Gantu letak IV line dan
prosedur infasif) hidup sehat dressing sesuai dengan
- Perubahan sekresi ph petunjuk umum
- Penurunan kerja siliaris Gunkan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
- Pecah ketuban dini
kandung kencing
24
- Pecah ketuban lama Tingkatkan intake nutrisi
- Merokok Berikan terpai antibiotik bila
perlu
- Stasis cairan tubuh Infection protection
- Trauma jaringan (mis: trauma Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
destruksi jaringan)
Monitor hitung granulosit dan
Ketidakadekuatan pertahanan WBC
sekunder Batasi pengunjung
Pertahankan teknik asepsis
- Penurunan hb pada pasien yang berisiko
- Imunosupresi (mis: imunitas didapat Berikan perawatan kulit pada
tidak adekuat, agen farmaseutikal area edema
Ispeksi kondisi luka
termasuk imunosupresan, steroid, Dorong masukan mutrisi
antibodi monoklonal, yanga adekuat
Dorong masukan cairan
imunomodulator)
Dorong instirahat
Vaksinasi tidak adekuat Instruksikan pasien untuk
Pemanjanan terhadap patogen minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga
lingkungan meningkat tanda dan gejala infeksi
- wabah Ajarkan cara menghindari
infeksi
Prosedur invasif
Laporkan kecurigaan infeksi
malnutrisi Laporkan kultur positif
Intra Operatif
25
a.Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan prosedur dan teknik anastesi
26
Kegagalan mekanisme regulasi intake dan output cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk menambah
intake oral
Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
Monitor adanya tanda gagal ginjal
Post Op
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitivitas pada area rectal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal dan
spasme sfingter pada pasca operatif
27
emosional yang tidak menyenangkan yang jam diharapkan nyeri dapat secara komprehensif termasuk
muncul akibat kerusakan jaringan yang teratasi dengan lokasi, karakteristik, durasi,
aktual atau potensial atau digambarkan Kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan faktor
Mampu mengontrol presipitasi
dalam hal kerusakan sedemikian rupa
nyeri (tahupenyebab Observasi reaksi nonverbal
(International Association for the Study of
nyeri, mampu dari ketidaknyamanan
Pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat Gunakan teknik komunkaiksi
menggunakan teknik
dari intensitas ringan hingga berat dengan nonfarmakologi untuk terapeutik untuk mengetahui
akhit yang dapat diantisipasi atau diprediksi mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
dan berlangsung < 6 bulan mencari bantuan) Kaji kultur yang
Melaporkan bahwa mempengaruhi respon nyeri
Batasan karakteristik nyeri berkurang dengan Evalusai pengalaman nyeri
Perubahan selera makan manajemen nyeri masa lampau
Perubahan tekanan darah Mampu mengenali Evaluasi bersama pasien dan
Perubahan frekuansi jantung nyeri (skala, intensitas, tim kesehatan lain tentang
Perubahan frekuensi pernapsan frekuensi dan tanda ketidakefektifan kontrol nyeri
Laporan isyarat nyeri) masa lampau
Diaforesis Menyatakan rasa Bantu pasien dan keluarga
Perilaku distraksi (mis: berjalan nyaman setelah nyeri mencari dan menemukan
mondar-mandir mencari orang lain berkurang dukungan
dan atau aktivitas lain, aktivitas Kontrrol lingkungan yang
berulang) dapat mempengaruhi nyeri
Mengekspresikan perilaku (mis: seperti suhu ruangan,
gelisah, merengek, menangis) pencaghayaan dan kebisingan
Masker wajah (mis: mata kurang Kurangi faktor presipitasi
bercahaya, tampak kacau, gerakan nyeri
mata nerpencar atau tetap pada satu Pilih dan lakukan penanganan
fokus meringis) nyeri (farmakologi, non
Sikap melindungi area nyeri farmakologi dan inter
Fokus menyempit (mis: gangguan personal)
persepsi nyeri, hambatan proses Kaji tipe dan sumber nyeri
berpikir, penurunan interaksi dengan untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
28
orang dan lingkungan) farmakologi
Indikasi nyeri yang dapat diamati Berikan analgetik untuk
Perubahan posisi untuk menghindari mengurangi nyeri
nyeri Evaluasi keefektifan kontrol
Sikap tubuh melindungi nyeri
Dilatasi pupil Tingkatkan istirahat
Melaporkan nyeri secara verbal Kolaborasikan dengan dokter
Gangguan tidur jika ada keluhan dan tindakan
nyeri yang tidak berhasil
Faktor yang berhubungan; Monitor penerimaan psien
Agen cedera (mis: biologis, zat kimia, fisik, tentang managemen nyeri
psikologis) Analgasic administration
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek insttruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal.
Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
29
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektifitas analgesik,
tanda dan gejala
b. Hipotermia berhubungan dengan mekanisme kompensasi fisiologis menurun ditandai dengan pasien tampak mengigil, akral dingin
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitivitas pada area rectal
30
penurunan respirasi selimuti pasien
dehidrasi lakukan tepid sponge
pemajanan lingkungan yang panas kolaborasi pemberian cairan
penyakit intravena
pemakaian pakaian yang tidak kompres pasien pada lipatan
sesuai dengan suhu lingkungan paha dan aksila
peningkatan laju metabolisme tingkatkan sirkulasi udara
medikasi berikan pengobatan untuk
trauma mencegah terjadinya
aktivitas berlebihan menggigil
temperature regulation
monitor suhu minimal tiap 2
jam
rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
tingkatkan intake dan output
selimuti pasien untuj
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
diskusikan tentang pentingnya
sengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
akarkan indikasi hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
31
berikan antipiretik jika
diperlukan
vitalsign monitiring
monitor TD, Nadi, RR dan
suhu
catat adasnya fluktuasi
tekanan darah
monitor VS pada saat pasien
berbaring, duduk dan berdiri
auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
monitor kualitas nadi
monitor frekuensi dan irama
pernapasan
monitor suara paru
monitor pola pernapasan
abnormal
monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
32
Definisi : Kriteria hasil : Mengidentifikasi deficit
Keseimbangan : kognitif atau fisik pasien
Risiko jatuh
kemampuan untuk yang dapat meningkatkan
Definis : Peningkatan kerentanan untuk
mempertahankan potensi jatuh dalam
jatuh yang dapat menyebabkan bahaya
ekulibrium lingkungan tertentu
fisik
Gerakan Mengidentifikasi perilaku
Factor resiko
terkordinasi : dan faktor yang
Dewasa kemampuan otot mempengaruhi resiko jatuh
Usia 65 tahun atau lebih
untuk bekerja sama Mengidentifikasi
Riwayat jatuh
secara volunteer karakteristik lingkungan
Tinggal sendiri
untuk melakukan yang dapat meningkatkan
Prosthesis eksremitas bawah
gerakan yang potensi untuk jatuh
Penggunaan alat bantu
bertujuan (misalnya : lantai yang licin
(mis,walker,tongkat)
Perilaku pencegahan dan tangga terbuka)
Penggunaan kursi roda
jatuh : tindakan Sarankan perubahan dalam
Anak individu atau gaya berjalan pasien
Usia dua tahun atau kurang pemberi asuhan Mendorong pasien untuk
Tempat tidur yang terletak didekat untuk meminimalkan menggunakan tongkat atau
jendela faktor resiko yang alat pembantu berjalan
Kurangnya/longgarnya pagar pada dapat memicu jatuh Kunci roda dari kursi roda,
tangga dilingkungan tempat tidur, atau brankar
Kurangnya penghalang tau tali individu selama transfer pasien
pada jendela Kejadian jatuh : tidak Tempat artikel mudah
Kurang pengawasan orang tua ada kejadian jatuh dijangkau dari pasien
Jenis Kelamin laki-laki yang Pengetahuan : Ajarkan pasien bagaimana
berusia <1 tahun pemahaman jatuh untuk meminimalkan
Bayi yang tidak diawasi saat pencegahan jatuh cedera
berada dipermukaan yang tinggi pengetahuan : Memantau kemampuan
(mis,tempat tidur/meja) keselamatan anak untuk mentransfer dari
fisik, pengetahuan : tempat tidur ke kursi dan
Kognitif keamanan pribadi demikian pula sebaliknya
Penurunan status mental Pelanggaran Gunakan teknik yang tepat
Lingkungan perlindungan tingkat untuk mentransfer pasien ke
Lingkungan tyang tidak
33
teroganisasi kebingungan akut dan dari kursi roda, tempat
Ruang yang memiliki Tingkat agitasi tidur, toilet, dan sebagainya
pencahayaan yang redup Komunikasi Menyediakan toilet
Tidak ada materi yang antislip pengendalian risiko : ditinggikan untuk
dikamar mandi kekerasan memudahkan transfer
Tidak ada materi yang antislip Komunikasi tingkat Menyediakan kursi dengan
ditempat mandi panncuran kekerasan ketinggian yang tepat,
Pengekangan Gerakan dengan sandaran dan
Karpet yang tidak rata/terlipat terkoordinasi sandaran tangan untuk
Ruang yang tidak dikenal Kecenderungan memudahkan transfer
Kondisi cuaca(mis,lantai risiko pelarian untuk Menyediakan tempat tidur
basah,es) kawin kasur dengan tepi yang erat
Kejadian terjun untuk memudahkan transfer
Medikasi Mengasuh Gunakan rel sisi panjang
Penggunaan alcohol keselamatan fisik yang sesuai dan tinggi
Inhibitor enzyme pengubah remaja untuk mencegah jatuh dari
angiontensin Mengasuh : tempat tidur sesuai
Agen anti ansietas bayi/balita kebutuhan
Agens anti hipertensi keselamatan fisik Memberikan pasien
Deuretik Perilaku keselamatan tergantung dalam sarana
Hipnotik pribadi bantuan pemanggilan
Narkotik/opiate Keparahan cedera (misalnya, bel atau cahaya
Obat penenang fisik panggilan) ketika pengasuh
Antidepresan trisiklik Pengendalian risiko : tidak hadir
penggunaan alcohol, Membantu ke toilet sering
Fisiologis narkoba, kali, interval dijadwalkan
Sakit akut pencahayaan, sinar Menandai ambang pintu
Anemia matahari dan tepi langkah sesuai
Arthritis Deteksi risiko kebutuhan
Penurunan kekuatan Lingkungan rumah Hapus dataran rendah
ekstremitas bawah aman perabotan (misalnya,
Diare Zat penarikan tumpuan dan tabel) yang
Kesulitan gaya berjalan keparahan menimbulkan bahaya
34
Vertigo saat mengekstensikan Integritas jaringan: tersandung
leher kulit dan membrane Hindari kekacauan pada
Masalah kaki mukosa permukaan lantai
Kesulitan mendengar Perilaku kepatuhan Memberikan pencahayaan
Gangguan keseimbangan visi yang memadai untuk
Gangguan mobilitas meningkatkan visibilitas
Inkontinensia Menyediakan lampu malam
Neoplasma (mis., di samping tempat tidur
letih/mobilitas terbatas) Menyediakan pegangan
Neurotopia tangan terlihat dan
Hipotensi ortostatisk memegang tiang
Kondisi postoperative Menyediakan lajur anti
Perubahan gula darah tergelincir, permukaan
postprandial lantai nontrip tidak
Deficit proprioseptif tersandung
Ngantuk Menyediakan permukaan
Berkemih yang mendesak nonslip/ anti tergelincir di
Penyakit vaskuler bak mandi atau pancuran
Kesulitan melihat Menyediakan kokoh, tinja
curam nonslip/ anti
tergelincir untuk
memfasilitasi jangkauan
mudah
Pastikan pasien yang
memakai sepatu yang pas,
kencangkan aman, dan
memiliki sol tidak mudah
tergelincir
Anjurkan pasien memakai
kacamata, sesuai, ketika
keluar dari tempat tidur
Mendidik anggota keluarga
tentang faktor resiko yang
35
berkontribusi terhadap jatuh
dan bagaimana mereka
dapat menurunkan resiko
tersebut
Sarankan adaptasi rumah
untuk meningkatkan
keselamatan
Instruksikan keluarga pada
pentingnya pegangan
tangan untuk kamar mandi
tangga, dan trotoar
Sarankan alas kaki yang
aman
Mengembangkan cara
untuk pasien untuk
berpartisipasi keselamatan
dalam kegiatan rekreasi
Lembaga program latihan
rutin fisik yang meliputi
berjalan
Tanda-tanda posting untuk
mengingatkan staff bahwa
pasien yang beresiko tinggi
untuk jatuh
Berkolaborasi dengan
anggota tim kesehatan lain
untuk meminimalkan efek
samping dari obat yang
berkontribusi terhadap jatuh
(misalnya, hipotensi
ortostatik dan kiprah goyah)
Memberikan pengawasan
yang ketat dan atau
36
perangkat penahan
(misalnya, bayi kursi
dengan sabuk pengaman)
ketika menempatkan bayi/
anak-anak muda pada
permukaan ditinggikan
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak
leng
kap feses/atau pengeluaran feses yang kering, dan banyak
37
Konstipasi
Definisi : penurunan pada frekuensi NOC NIC:
normal defekasi yang disertai oleh Setelah diberikan asuhan Constipation/Impaction
kesulitan atau pengeluaran tidak keperawatan selama…..x 24 jam Management
lengkap feses/atau pengeluaran feses diharapkan konstipasi dapat teratasi Monitor tanda dan
yang kering, dan banyak gejala konstipasi
dengan kriteria hasil
Batasan karakteristik Monitor bising usus
Nyeri abdomen Monitor feses:
Bowel elimination
Nyeri tekan abdomen dengan frekuensi, konsistensi
Hydration
teraba resistensi otot dan volume
Kriteria hasil
Anoreksia Konsultasi dengan
Mempertahankan bentuk
Penampilan tidak khas pada feses lunak setiap 1-3 hari dokter tentang
lansia (misal, perubahan pada penurunan dan
Bebas dari ketidaknyamanan
status, inkontinensia urunarius, peningkatan bising
dan konstipasi
peningkatan suhu tubuh) usus
Mengidentifikasi indicator
Borbogirimi Monitor tanda dan
untuk mencegah konstipasi
Darah merah pada feses gejala rupture
Feses lunak dan berbentuk
Perubahan pada pola defekasi usus/peritonitis
Penurunan frekwensi Jelaskan etiologi dan
Penurunan volume feses rasionalisasi tindakan
Distensi abdomen terhadap pasien
Rasa rektal penuh Identifikasi faktor
Rasa tekanan rectal penyebab dan
Keletihan umum kontribusi konstipasi
Feses keras dan berbentuk Dukung intake cairan
Sakit kepala Kolaborasikan
pemberian laksatif
Bising usus hiperaktif
Pantau tanda-tanda
Bising usus hipoaktif
dan gejala konstipasi
Peningkatan tekanan abdomen
Pantau tanda-tanda
Tidak dapat makan, Mual
dan gejala impaksi
Rembesan feses cair
Memantau gerakan
Nyeri pada saat defekasi usus, termasuk
38
Massa abdomen yang dapat konsistensi frekuensi,
diraba bentuk, volume dan
Adanya feses lunak, seperti warna
pasta didalam rectum Memantau bising usus
Perkusi abdomen pekak Konsultasikan dengan
Sering flatus dokter tentang
Mengejan pada saat defekasi penurunan/ kenaikan
Tidak dapat mengeluarkan feses frekuensi bising usus
Muntah Pantau tanda-tanda
dan gejala pecahnya
usus dan / atau
peritonitis
Jelaskan etiologi
masalah dan pemikiran
untuk tindakan untuk
pasien
Menyusun jadwal ke
toilet
Mendorong
meningkatkan asupan
cairan, kecuali
dikontraindikasikan
Evaluasi profil obat
untuk efek samping
gastrointestinal
Anjurkan
pasien/keluarga untuk
mencatat frekuensi,
warna, konsistensi
tinja dan volume
Anjurkan pasien untuk
diet tinggi serat
Identifikasi faktor
39
penyebab dan
kontribusi konstipasi
Dukung intake cairan
Kolaborasikan dengan
pemberian laksatif
Konsultasikan dengan
dokter tentang
penurunan/kenaikan
bising usus
40
41
C. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien
beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam kriteria
hasil yang diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi yang dilakukan sesuai atau
mengacu pada perencanaan yang telah disusun.
D. EVALUASI
Evaluasi adalah hasil dari proses keperawatan yang mengukur respon pasien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan respon pasien terhadap tindakan keperawatan.
Evaluasi sesuai dengan rencana tujuan atau kriteria hasil
a. Obat
memberitahu kepada pasien dan keluarga tentang obat yang harus di lanjutkan
diminum dirumah antibiotik, analgetik, efek samping obat
b. Lingkungan
Memberitahu pada pasien dan keluarga kebersihan lingkungan, antara lain tempat
tidur, ventilasi ruangan
c. Perawatan
Memberitahu kepada pasien tentang perawatan luka, kebersihan diri, mengatur posisi
tidur yang nyaman. jadwal kontrol
d. Pengajaran kesehatan
Aktivitas ringan, melatih tehnik relaksasi, kurangi duduk yang terlalu lama
e. Diet
Anjurkan pasien makan makanan yang mengandung tinggi serat, hindari konsumsi
kopi yang berlebihan, anjurkan pasien untuk minum air yang cukup
42
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
BAB III
TATA LAKSANA ASUHAN KEPERAWATAN
PERAWATAN
RSUD WANGAYA KOTA DENPASAR
Nama : Ny.M
Tgl.Lahir : 30-08-
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1990
L/P
No RM : 755785
Tgl : …02…/…07……/… Sumber data: ( ) Pasien ( ) Keluarga ( ) lainnya: Ruangan: IBS
2019…. ……………
RIWAYAT KEPERAWATAN
Alasan masuk : benjolan pada anus
Riwayat keluhan/penyakit saat ini: benjolan pada anus sejak 3 tahun yang lalu
Riwayat penyakit terdahulu :
a. Riwayat MRS sebelumnya ? () Tidak, ( ) Ya
b. Riwayat dioperasi : ( ) Tidak, ( ) Ya. Jenisnya :
__________________________________________________________________________________________
________
c. Riwayat penyakit: ( ) Jantung, ( ) Hipertensi, ( ) Diabetes Mellitus tipe I/II, ( ) Kelainan Jiwa, ( ) Epilepsi,( )
Stroke, ( )Lainnya
d. Riwayat Alergi : ( ) tidak ( ) ya : jenis alergi : ( ) Obat , ( ) Makanan , ( ) Lain-lain , sebutkan :
________________, Tipe reaksi : _______________
OBSERVASI (yang relevan telah dilakukan dan didokumentasikan sesuai dengan kondisi
pasien saat ini)
( ) Vital sign, ( ) Neurological, () Neurovaskuler, ( ) Gula darah, ( ) Berat badan, ( ) Tinggi badan,
( )Urinalysis, ( ) DL, ( ) Lainnya :
PROSEDUR INVASIF (yang terpasang saat ini)
( ) Infus intravena, di pasang di : RA tanggal :01 /7 /19 () Central line (CVP), di pasang di : -
tanggal : -
43
( ) Cytostomy Chat., di pasang di : _____ tanggal : ___ /___ /___, ( ) Tracheostomy, di pasang di : ____tanggal : ___
/___ /___
( ) Lain-lain :
KONTROL RISIKO INFEKSI
Status : ( ) tidak diketahui, ( ) Suspect, ( ) diketahui : ( ) MRSA, ( ) VRE, ( ) TB, ( ) Infeksi Opportunistik/tropik,
( ) Lainnya
Additional precaution yang harus dilakukan : ( ) Droplet, ( ) Airborn, ( ) Contact, ( ) Skin, ( )Contact Multi-Resistent
Organisme
PENILAIAN RESIKO JATUH
JmL Jml Jml
Item Penilaian Sko Item Penilaian Sko Item Penilaian Sko
r r r
USIA RIWAYAT JATUH MOBILITAS
a. Kurang dari 60 0 0 a. Tidak pernah 0 a. Mandiri 0
tahun 1 b. Jatuh < 1 tahun 1 b. Menggunakan alat 1 0
b. Lebih dari 60 2 c. Jatuh < 1 bulan 2 0 bantu berpindah 2
tahun d. Jatuh pada saat dirawat 3 c. Koordinasi/keseimban 3
c. Lebih dari 80 sekarang gan buruk 4
tahun d. Dibantu sebagian
e. Dibantu penuh
DEFISIT KOGNISI POLA BAB/BAK
SENSORIS 0 a. Orientasi baik 0 a. Teratur 0
a. Kacamata 1 0 b. Kesulitan mengerti 2 0 b. Inkontinensia 1 0
bukan bifokal 1 perintah 2 urine/feses 2
b. Kacamata 2 c. Gangguan memori 3 c. Nokturia 3
bifokal 2 d. Kebingungan 3 d. Urgensi/frekuensi
c. Gangguan 3 e. Disorientasi
pendengaran
d. Kacamata
multifokal
e. Katarak/glauko
ma
f. Hampir tidak
melihat/ buta
AKTIVITAS PENGOBATAN KOMORBIDITAS
a. Mandiri 0 a. > 4 jenis 1 a. Diabetes/Penyakit 2
b. ADL dibantu 2 0 b. Antihipertensi/hipoglike 2 - Jantung/Stroke/ISK 2 -
sebagian 3 mik /Antidepresan b. Gangguan Saraf 3
c. ADL dibantu c. Sedatif/Psikotropika/ 2 Pusat/Parkinson
penuh Narkotika 2 c. Pasca Bedah 0 – 24
d. Infus epidural/spinal jam
KRITERIA RESIKO CEDERA/JATUH: 13
TOTAL KESELURUHAN SKOR ( ) rendah 0-7 ( ) sedang 8-13 ( ) Tinggi
> 14
KEBUTUHAN KOMUNIKASI DAN PENGAJARAN
44
Bicara Normal ()
Bahasa sehari-hari : Indonesia , aktif/ pasif □ Daerah, jelaskan
___________________________________________________________
□ Inggris, aktif/ pasif □ Lain – lain, jelaskan
_________________________________________________________________
Perlu penterjemah : tidak □ ya, Bahasa ________________ Bahasa Isyarat: Tidak □ Ya
Hambatan belajar Cara belajar yang disukai
□ Bahasa □ Cemas □ menulis
□ Pendengaran □ Emosi □ Audio – Visual / gambar
□ Hilang memori □ Kesulitan bicara □ diskusi
□ Motivasi buruk □ Tidak ada partisipasi dari caregiver □ membaca
□ Masalah penglihatan □ Secara fisiologi tidak mampu belajar □ mendengar
□ Tidak ditemukan hambatan belajar □ Kognitif □ demonstrasi
BREATHING
Airways : ( ) snoring, ( ) Gargling , ( ) Wheezing , ( ) Stridor , ( ) Tanda fraktur cervical , ( ) Tidak ada , ( ) Lain-
lain : memakai O2 ___ lt/menit dengan : ( ) Nasal canule, ( ) Sungkup, ( ) Non Re-Breathing Mask
Laju Pernafasan : ( )Dispneu, ( ) Orthpneu, () Tachipneu , ( ) Apneu, ( ) Bradipneu, RR : 22 x/mnt Lain-lain
(……………)
Irama pernafasan : () Teratur , ( ) Tidak teratur, ( ) Lain-lain (…………)
Pengembangan Paru : ( )Simetris, ( ) Asimetris, ( ) Flail Chest
45
Bising Pernafasan ( auskultasi ) : () Tidak ada, ( ) Vesikuler, ( ) Lain-lain
Perkusi Pernafasan : ) Sonor, ( ) Hipersonor, () Pekak, ( ) Lain-lain
Penggunaan otot bantu nafas : ( ) Bahu diangkat, ( ) Retraksi dada, ( ) Cuping Hidung, ( ) Pernafasan perut, ( )
M.Sternocleidomastoideus, ( ) lain-lain
Oksigenasi : ( ) Akral dingin, ( ) Pucat, ( ) Sianosis, ( ) Lain-lain
BLOOD
Perdarahan
Lokasi :
Jumlah :
Pulsasi : () Kuat, ( ) Lemah, ( ) Tidak teraba
Laju Nadi : () ) Takikardi, ( ) Bradikardia, ( ) Normal
Ket : 112 x/menit
Tekanan Darah :
( ) Hipotensi, ( ) Hipertensi, ( ) Tidak Terukur, ( ) Normal
TD : 121/69 MmHg
Nyeri dada
( ) Ada, () Tidak ada
Lokasi :
Karakteristik :
Perfusi :
() Akral dingin, ( ) Pusing/Nyeri kepala, ( ) Kesemutan, ( ) Tremor, ( ) Pucat, ( ) Edema,
CRT () < 3 detik, () >3 detik
BRAIN
Kesadaran : ( ) Compos Mentis, ( ) Samnolen, ( ) Koma, ( ) Delirium, ( ) Apatis
GCS : (4 ) Eye, (5 ) Verbal, (6 ) Motorik
Pupil : ( ) Isokor, ( ) Anisokor, ( ) Pinpoint, ( ) Medriasis
Reflek Cahaya : ( ) Ada, ( ) tidak Ada
Reflek Fisiologi : ( ) Patella, ( ) Lain-lain
Reflek Patologis : ( ) Babinzky, ( ) Kerning, ( ) Lain-lain
Bicara : ( ) Koheren, ( ) Inkoheren
Tidur : ( ) malam 8 jam/hari, ( ) siang 2 Jam/hari
Ansietas : () Ada, ( ) Tidak ada
Lain-lain :
BLADDER
Nyeri Pinggang : ( ) Ada, ( ) Tidak Ada
BAK : ( ) Lancar, ( ) Inkontenensia, ( ) Anuri
Nyeri BAK : ( ) Ada, () Tidak Ada
Frekuensi BAK : ….. Warna : kuning
Kateter : ( ) Ada, () Tidak Ada
Masalah perkemihan: ( ) tidak ada ( ) ada ( ) stoma ( ) stricture uretra ( ) retensi urine ( ) inkontinentia urine
( ) dialysis
46
BOWEL
TB : 153 CM, BB : 47 Kg
Nafsu Makan : ( ) Baik, ( ) Menurun
Keluhan : ( ) Mual, ( ) Muntah, ( ) Sulit Menelan
Makan : Frekuensi 2 x/hari Jumlah : 1 Porsi
Minum : jumlah 1200 cc/24 jam
Meteorismus : ( ) ada, ( ) Tidak Ada
Acites : ( ) Ada, ( ) Tidak Ada
BAB : () Teratur, (√ ) Tidak Teratur
Frekuensi BAB :1 X/hari Konsistensi : keras
BU ( Peristaltik Usus) 15 x/mnt
Masalah defikasi : ( ) tidak ada ( ) ada ( ) stoma ( ) atresia ani ( √ ) konstipasi ( ) inkontinentia alvi ( ) diare
Lain-lain : makan/minum terakhir pukul 12.00 malam
BONE
Nyeri : ( ) Ada, () Tidak Ada
Problem : …………………………..
Regio : ……………………………….
Timing : …………………………….
Kekuatan Otot : ………………
Kualitas/kuantitas : ………….
Skala : ………………………………
Deformitas : ( ) Ada, ( ) Tidak Ada, ( ) Lokasi ….
Contusio : ( ) Ada, ( ) Tidak Ada, ( ) Lokasi ….
Luka bakar : ( )tidak ada ( ) ada , lokasi
Resiko dekubitus : ( ) tidak ada ( ) ada
Abrasi : ( ) ada, ( ) Tidak Ada, ( ) Lokasi ….
Penetrasi : ( ) Ada, ( ) Tidak Ada, ( ) Lokasi ….
Laserasi : ( ) Ada, ( ) Tidak Ada, ( ) Lokasi ….
Edema : ( ) Ada, ( ) Tidak Ada, ( ) Lokasi ….
47
48
PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL
Psikologis : tidak ada □ gelisah □ takut □ sedih □ rendah diri □ hyperaktif □ acuh-tak acuh □ mudah
tersinggung
□ lain – lain _____________________
Sosial : tidak ada □ menarik diri □ komunikasi
Spiritual : □ perlu dibantu dalam beribadah □ larangan agama, sebutkan: _____________________
□ permintaan rohaniawan selama masuk rumah sakit, sebutkan _____________________
( ) ( )
Pemeriksaan Penunjang
49
1. Foto Thorax (30-6-2019)
Hasil :
COR : besar dan bentuk normal CTR < 50%
PULMO : Corakan broncovascular paru normal
Tak tampak infiltrat pada kedua lapangan paru
Sinus kostofrenikus kanan-kiri tajam
Diafragma kanan normal
KESAN : Fhoto thorak dalam batas normal
2. Laboratorium
DL
Leokosit : 6,02 10^3/uL (4,0-10,0)
Eritrosit : 4,75 10^6/uL (4,20-5,4)
Hemoglobin : 12,8 g/dL (12,0-16,0)
Hematokrit : 40,4 % (37,0-47,0)
Trombosit : 383 10^3/uL (150-400)
Faal Hati
SGPT : 10 u/L (0-42)
SGOT : 18 u/L (0-37)
Faal Ginjal
Urea : 17 mg/dL (10-50)
Kreatinin Darah : 1,0 mg/dL (0,3-1,2)
Glukosa sewaktu : 74
Koagulasi
Masa perdarahan : 1’30’’ menit (1-5)
Masa pembekuan : 10’30’’ menit (5-15)
THERAPY
Tanggal : 02-7-2016
Profilaksis Ceftriaxone 1 gr
50
51
B. ANALISA DATA
Pre operasi
No Jam Data Penunjang Interpretasi (sesuai dengan Masalah
patofisiologi)
1. Pk 08.30 DS : Etiologi Ansietas
wita “Saya merasa takut menjalani operasi “
DO : preop
Pasien tampak gelisah
RR : 23 x./mnt perubahan status kesehatan
HR : 112 x/mnt
kurangnya informasi
SaO2 : 99%
Ansietas
DO : Puasa
Pasien bertanya tentang penyakitnya
Pasien belum terpapar informasi tentang kurangnya informasi
penyakitnya Defisiensi Pengetahuan
3 Pk 08.30 DS:”saya puasa mulai pukul 12.00 malam “ Etiologi Risiko kekurangan Volume
wita cairan
DO:
preop
Bibir tampak kering
Akral teraba dingin
52
TD:121/69 mmhg indikasi dilakukan bius umum
RR : 23 x./mnt
HR : 112 x/mnt intake cairan menurun
SaO2 : 99%
Risiko kekurangan vol cairan
Intra Operasi
No. Jam Data Penunjang Interpretasi (sesuai dengan Masalah
patofisiologi)
1. Pk 09.10 DS:”- “ Risiko kekurangan Volume
wita Etiologi cairan
DO:
Bibir tampak kering incise pada daerah leher
Akral teraba dingin
TD:94/58 mmhg
RR : 12x/mnt kerusakan jaringan
HR : 86 x/mnt
SaO2 : 99% perdarahan
Perdarahan ±50cc
Risiko kekurangan vol cairan
53
Post Operasi
No. Jam Data Penunjang Interpretasi (sesuai dengan Masalah
patofisiologi)
1. Pk DS : Pembedahan Nyeri Akut
10. “terasa sakit pada leher “
55 DO :
wit TD: 131/79 mmhg luka insisi dikontinuitas jaringan
a RR : 24 x./mnt
HR : 96 x/mnt mediator kimia
SaO2 : 99% bradikulin,instamin,prostaglandin
tersensori
Skala nyeri VAS 8
Terdapat luka insisi pada leher
Pasien tampak meringis rangsangan ujung saraf perifer
menghantarkan rangsangan
subtansia gelatinosa
Nyeri akut
54
Suhu 35,4oc
55
56
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
Intra operasi
Post Operasi
57
1 2/7/19 Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi pembedahan ditandai
Pk10.55 dengan pasien tampak meringis, skala nyeri VAS 8
wita
58
59
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
60
cemas Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi
Kolaborasi
Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL PARAF/
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ NAMA
JAM MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TERANG
61
prosedur yang dijelaskan gambarkan proses penyakit
secara benar identifikasi kemungkinan
pasien dan keluarga penyebab
mampu menjelaskan sediakan informasi pada psien
kembali apa yang akan tentang kondisi
dijelaskan perawat/tim sediakan bagi keluarga tentang
kesehatan lainnya kemajuan pasien
diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
umtuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat
instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada petugas
kesehatan.
62
RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL PARAF/
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ NAMA
JAM MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TERANG
Hypovolemia Management
Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb dan hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
Pemberian cairan IV monitor adanya
tanda dan gejala kelebihan volume
63
cairan
Monitor adanya tanda gagal ginjal
RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL PARAF/
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ NAMA
JAM MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TERANG
64
Menyediakan toilet ditinggikan
untuk memudahkan transfer
Menyediakan tempat tidur kasur
dengan tepi yang erat
untmemudahkan transfer
Gunakan rel sisi panjang yang
sesuai dan tinggi untuk
mencegah jatuh dari tempat
tidur sesuai kebutuhan
Membantu ke toilet sering kali,
interval dijadwalkan
Menandai ambang pintu dan
tepi langkah sesuai kebutuhan
Hindari kekacauan pada
permukaan lantai
Memberikan pencahayaan yang
memadai untuk meningkatkan
visibilitas
Menyediakan lajur anti
tergelincir, permukaan lantai
nontrip tidak tersandung
Tanda-tanda posting untuk
mengingatkan staff bahwa
pasien yang beresiko tinggi
untuk jatuh
kolaborasi
Berkolaborasi dengan anggota
tim kesehatan lain untuk
meminimalkan efek samping
dari obat yang berkontribusi
terhadap jatuh (misalnya,
hipotensi ortostatik dan kiprah
65
goyah)
RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL PARAF/
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ NAMA
JAM MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TERANG
66
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan istirahat
kolaborasi
Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri yang tidak berhasil
RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL PARAF/
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ NAMA
JAM MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TERANG
67
Nadi dan RR dalam Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal
Monitor tanda –tanda
hipertemia dan hipotermia
68
vital sign monitor
Monitor TD,Nadi,Suhu,RR
69
bradikardi,peningkatan sistolik)
70
71
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pre Operasi
Intra Operasi
2/7/19 1 mengidentifikasi pasien Pasien napas spontan, MTH
perlunya pemasangan alat
jalan napas buatan
Pk: 09.05
wita
2/7/19 1 Memposisikan pasien Pasien posisi litotomy RPM
Pk: 09.05
wita
2/7/19 1 Auskultasi suara napas Suara napas vesikuler pada RPM
kedua lapang paru, Rh -/-, wh
Pk: 09.05 -/-, pergerakan dada simetris
wita
2/7/19 3 Mengidentifikasi karakteristik Pasien dalam kondisi aman RPM
lingkungan terhalang oleh sisi-sisi tenaga
Pk: 09.10 medis di atas bed operasi
wita
Pk: 10.51
wita
Pk: 10.55
wita
76
2/7/19 1 Mengobservasi keadaan Ku lemah,kes compos RPM
umum dan tanda vital mentis Pasien napas
Pk: 11.00 spontan,TD: 124/82 mmhg,
wita N: 96x/mnt, RR: 24x/mnt,
SpO2:99%
2/7/19 1,2 Mengobservasi keadaan Ku lemah,kes compos RPM
umum dan tanda vital mentis Pasien napas spontan
Pk: 11.05 adekuat,TD: 131/82 mmhg,
wita N: 101x/mnt, RR: 24x/mnt,
SpO2:99%
2/7/19 1,2 Mengobservasi keadaan Ku lemah,kes compos RPM
umum dan tanda vital mentis Pasien napas spontan
Pk: 11.10 adekuat,TD: 125/87 mmhg,
wita N: 96x/mnt, RR: 24x/mnt,
SpO2:99%
2/7/19 1,2 Mengobservasi keadaan Ku lemah,kes compos RPM
umum dan tanda vital mentis Pasien napas spontan
Pk: 11.15 adekuat adekuat ,TD:
wita 125/81 mmhg, N: 92x/mnt,
RR: 24x/mnt, SpO2:99%
77
F. EVALUASI KEPERAWATAN
78
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
pasien
2/7/19 Risiko kekurangan volume cairan S:”badan lemas”
Pk:10.50
berhubungan dengan kehilangan volume O:
wita
cairan aktif - TD: 116/68 mmhg
- N:76 x/mnt
- RR: 18 x/mnt
- SpO2: 99 %
- Elastisitas turgor kulit
baik
- Membrane mukosa
lembab
- Perdarahan pasca
operasi operasi ± 50
cc
- Permberian cairan intra
vena 1000 cc
A: masalah tidak terjadi
P: Pertahankan kondisi
79
P : Pertahankan Kondisi
2/7/19 Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi S:”sakit di leher berkurang”
Pk:12.00
pembedahan ditandai dengan pasien tampak O:
wita
meringis, skala nyeri VAS 8 - Terdapat luka post
operasi padav anus
- Pasien tampak tenang
- Skala nyeri berkurang
VAS 3
- TD: 116/68 mmhg
- N:76 x/mnt
- RR: 18 x/mnt
- SpO2: 99 %
- Terpasang drip
analgetik
A: masalah teratasi
P: Pertahankan Kondisi
80
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena
hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot &
pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah terhambat
dan membesar (Daldiyono).
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk
konstipasi/diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran
prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum.
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan
nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Asuhan keperawatan pasien dengan kasus hemoroid sudah mampu dilaksanakan oleh
tim keperawatan IBS sesuai dengan pedoman SAK RSUD Wangaya
B. Saran
82
DAFTAR PUSTAKA
Acheson, A.G. & Scholefield, J.H., 2014. Management of Hemorrhoids. British Medical
Journal
Daniel, W>J., 2010. Anorectal Pain, Bleeding, and Lumps. Australian Family Physician 39
(6)
Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika
Sudoyo Aru, dkk 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisi keempat. Jakarta :
Internal Publishing
83