Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
Hemoroidalis (Muttaqin, 2011).Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah
vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi
daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid sering terjadi pada
orang dewasa dengan umur 45 sampai 65 tahun ( Chong dkk.2008 ).
Penyakit hemoroid yang terjadi di Amerika Serikat merupakan penyakit yang
cukup umum dimana pasien dengan umur 45 tahun yang didiagnosis
hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa (Everheart, 2004). Sebuah
penelitian yang dilakukan di Iran menunjukan sebanyak 48 persen dari
pasien yang menjalani sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan pada
anosrektal memperlihatkan adanya hemoroid ( Nikpour dan Asgari, 2008 ).
Berdasarkan penelitian dari sepuluh juta orang di Indonesia di laporkan
menderita hemoroid dengan prevalensi 4 persen.

Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah hemoroid interna


yaitu hemoroid yang berasal dari bagian atas sfingter anal serta di
tandaidengan perdarahan.Yang kedua adalah hemoroid eksterna yaitu
hemoroid yang cukup besar, sehingga varises muncul keluar anus dan di
sertai nyeri.( Broker, 2009 )

Penyakit hemoroid ini disebabkan beberapa fakrtor beberapanya obtipasi


(konstipasi/sembelit) yang menahun, penyakit yang sering membuat
penderita mengejan, penyempitan saluran kemih, sering melahirkan anak,
sering duduk, diare yang menahun dan bendungan pada rongga pinggul
karena tumor rahim atau kehamilan. (Riyadi, 2010) tanda dan gejala
penyakit hemoroid tidak dapat disembuhkan, hemoroid ekstera bias
mengalami thrombosis karena tekanan tinggi pada vena kanalis yang
menyebabkan ditandai adanya implamasi dan edema.nyeri akan sangat kuat
pada saat defekasi. Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air putih yang
cukup, makan sayuran yang banyak, dan buah-buahan yang banyak,
sehingga membuat feces tidak mengeras.Apabila banyak memakan
makanan yang mengandung serat dan banyak minum air putih yang banyak
dapat meperlancar defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat (Gotera, 2006).

1
Selain itu hemorrhoid dapat dicegah dengan cara olahraga yang cukup,
duduk tidak terlalu lama dan berdiri tidak terlalu lama (Merdikoputro, 2006).
Dalam hal ini, peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu klien yang
mengalami hemoroid agar mampu memaksimalkan kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan aktivitas daily living untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan yang diinginkan penulis yaitu diperolehnya pengalaman
nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan
Hemoroid Hari ke 1 di Ruang Kenanga RSUD Sunan Kalijaga Demak
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3 x 24 jam maka
diharapkan penulis dapat :
1. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan hemoroid
2. Membuat analisa data keperawatan pada klien dengan hemoroid
3. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan hemoroid
4. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan hemoroid
5. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan hemoroid
6. Mengidentifikasi faktor pendukung, penghambat serta dapat
mencapai solusinya

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. PENGERTIAN

Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena
hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena
hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsure
berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot disekitar anorektal (Felix, 2006).

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis


(Muttaqin, 2011).

Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan


membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011).

2. ETIOLOGI

Etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara pasti, beberapa factor
pendukung yang terlibat diantaranya adalah :

1. Perubahan hormon (kehamilan)


2. Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram
3. Berdiri terlalu lama
4. Banyak duduk
5. Sering mengangkat beban berat
6. Sembelit diare menahun (obstipasi)
7. Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-

rempah)

8. Keturunan penderita wasir(genetik)

(Mutaqqin ,2011)

3
3. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala dari hemoroid adalah

1. Perdarahan waktu defekasi


2. Nyeri jika terjadi defekasi
3. Iritasi kulit perional dapat menitikberatkan rasa gatal yang dikenal sebagai
oprotitus anusa dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mukus.
(Syamsuhidayat, 1998 : 190)

4. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Daerah anorektal dapat mengalami pecah-pecah (fisura), abses atau fistula. Fisura
biasanya merupakan akibat dari trauma yang disebabkan oleh pengeluaran kotoran
yang keras yang meregangkan secara berlebihan lingkaran anal. Fisura tidak
sembuh dengan cepat. Abses anal dapat terjadi didalam fisura anal dan jika saluran
untuk mengeluarkan cairan abses tidak menutup suatu fistula drainase kronis tidak
terbentuk. (Long, 1996 : 264).
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.
Bentuk akut merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis
eksterna akut. Hemoroid eksternal kronik atau skin tak berupa satu atau lebih
lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.
Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II dan III. Hemoroid interna
derajat I (dini) tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan dengan
proktroskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anerior
kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemorodalis superior dan
tampak sebagai pembengkakan glabular kemerahan. Hemoroid derajat II dapat
mengalami prolapsus melalui anus setelah direduksi (dikembalikan kedalam)
secara manual. Hemoroid ini III mengalami prolapsus secara permanen. Gejala
hemoroid interna yang paling sering adalah perdarahan tanpa nyeri karena tidak
ada serabut-serabut nyeri pada daerah lain. (Price, 1995 : 420 – 421).

4
Kehamilan

Obesitas
Penyakit hati kronis
Makanan rendah serat Pembesaran Prostat
Disertai hipertensi portal
Fibroma Uteri
Tinja keras Penekanan intraabdomen Aliran balik vena
Tumor Rectum hemoroidalis

Konstipasi Kongesti vena hemoroidalis

Varices/bendungan

Hemoroid

Intern Eksterna

Pleksus vena Pelebaran dan penonjolan


hemoridalis pleksus hemoroid inferior
superior
Trombosis
Kurang makanan
Membesar
berserat nyeri
Pembengkak
Prolaps dianal
MK : Konstipasi di anal
perdarahaan

Tindakan MK : Gangguan
pembedahan nyeri

MK :Ansietas

MK : Ansietas/cemas

5
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur) Pada


pemeriksaan colok dubur, hemoroi interna stadium awal tidak dapa diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoro dapat diraba apabila sangat besar . Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lender akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar lebar .Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungki karsinoma rektum.

b. Anoskopy

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop Dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran .Penderita
dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam
mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang.Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila
penderitadimintamengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar
dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor
ganas harudi perhatikan.

c. Pemeriksaan ProktosigmProktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan

keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di


tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau
tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
d. Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy
e. Laboratorium :
- Eritrosit
- Leukosi
- Hb

6
6. PENATALAKSANAAN

a.. Medis

Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk


derajat I dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya
saat konstipas dengan menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi
nasehat untuk diit tinggi serat, banyak makan sayur, buah dan minum air putih
paling sedikit 2.000 cc/hari dan olahraga ringan secara teratur, serta kurangi
makan makanan yang merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah
anorektal dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila terdapat nyeri
yang terus-menerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi,
dapat diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%.Bila dengan
pengobatan di atas tidak ada perbaikan, diberikan terapi skleroting (sodium
moruat) 5% atau fenol.Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan varices, dengan
harapan timbul fibrosis dan hemoroid mengecil.Kontraindikasi pengobatan ini
adalah hemoroid eksterna, radang dan adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid
interna.Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara
bertahap.Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan
operasi.Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik
operasi pada hemoroid antara lain :

a. Prosedur ligasi pita-karet Prosedur ligasi pita-karet dengan cara melihat


hemoroid melalui anoscop dan bagian proksimal diatas garis mukokutan di
pegang dengan alat. Kemudian pita karet kecil diselipkan diatas hemoroid yang
dapat mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik
setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada beberapa
pasien, namun pasien yang lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri
dan menyebabkan hemoroid sekunder dan infeksi perianal.

b. Hemoroidektomi kriosirurgi Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid


dengan jalan membekukan jaringan hemoroid selama beberapa waktu tertentu
sampai waktu tertentu. Tindakan ini sangat kecil sekali menimbulkan
nyeri.Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan keluarnya rabas
yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.

7
c. Laser Nd: YAG Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi
hemoroid, terutama hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan
nyeri.Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode pasca
operatif.

d. Hemoroidektomi Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk


mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah
prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melaui sfingter untuk
memungkinkan keluarnya flatus dan darah. Untuk Terapi setelah operasi dapat
dilakukan dengan cara suppositoria yang mengandung anestesi, antibiotika,
analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi diberikan diit rendah sisa untuk
menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan
rendaman PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20
menit. Setelah BAB, lalu dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari post
operasi pasien belum BAB diberi laxantia. Berikan rendaman duduk dengan
larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit sampai
dengan 1-2 minggu post operasi.Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV
dapat dilakukan dengan istirahat baring dan juga operasi.Bila ada peradangan
diobati dahulu.

B. Asuhan Keperawatan

Pre Operasi
1) Pengkajian
a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat,
selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang dari
2.000 cc/hari. Hal lain yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan klien
tentang penyakit sirorcis hepatis.
b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat
badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji
apakah klien mengalami anemia atau tidak.Pengkajian mengenai diit rendah
serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji.Kebiasaan
minum air putih kurang dari 2.000 cc/hari.
c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah
sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu defekasi,
duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar dari anus.

8
Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar.Kebiasaan
mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah.Prolap
varices pada anus gatal atau tidak.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas
dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk
atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat
barang-barang berat.
e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri atau
gatal pada anus.
f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan
pola tidur karena nyeri atau tidak.
g) Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah riwayat
persalinan dan kehamilan.
h) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping yang digunakan
dan alternatif pemecahan masalah.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d agen cedera biologis ditandai dengan ekspresi wajah nyeri
b) Konstipasi b.d asupan serat kurang ditandai dengan feses keras
c) Ansietas b.d status terkini ditandai dengan fisiologis wajah tegang
3) Intervensi Keperawatan

a. Nyeri b.d agen cedera biologis ditandai dengan ekspresi wajah nyeri

NOC :
Setelah dilakukan tindakan kep selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri berkurang:
NIC :

1. Monitor TTV
2. Kaji manajemen nyeri
3. Anjurkan untuk terapi relaksasi
4. Berikan bantuan pasien untuk mengontrol pemberian analgesik
5. Kolab pemberian obat : Intravena(IV)

b. Konstipasi b.d asupan serat kurang ditandai dengan feses keras

9
NOC :

Setelah dilakukan tindakan kep selama 3x24 jam diharapkan ada pengetahuan:
perilaku kesehatan

NIC :

1. Lakukan manajemen saluran cerna


2. Lakukan manajemen konstipasi
3. Penahapan diet
4. Pemberian obat : rectum

c. Ansietas b.d status terkini ditandai dengan fisiologis wajah tegang

NOC :

Setelah dilakukan tindakan kep selama 3x24 jam diharapkan tingkat kecemasan
berkurang

NIC :

1. Berikan bimbingan antisipasif


2. Pengurangan kecemasan
3. Pemberian teknik menenangkan

10
4) DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah.Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika. Ariyoni, D. 2011.

Asuhan keperawatan hemoroid.Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website


http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/. Basuki, Ngudi. 2007.

Buku ajar ilmu bedah, Editor: R. Syamsuhidajat, W. D. Jong, Edisi revisi.


Jakarta:EGC. Mansjoer, A. 2000.

Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan tingkat nyeri pada
pasien fraktur ekstremitas bawah.Dikutip tanggal 15 juni 2011 dari website
http:/www.poltekes-soeproen.ac.id/?prm=artikel&yar=detail&id=27.

Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan.Edisi 8. Jakarta: EGC.


Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi. Edisi2. Jakarta: EGC.

Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC. Doenges, M. E. 2000.


Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. Guyton, A. C. Hall, S. E.
1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan. Edisi 9. Jakarta: EGC. Jong, W. D.
Syamsuhidayat, R. 2000.

Kapita selekta kedokteran.Edisi 3. Jakarta: Penerbit Media Aeskulapius. Nanda.


2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta: Arima
Medika. NN. 2009.

Askep hemoroid.Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website


http://be11nursingae.blogspot.com. NN. 2011. Media informasi obat. Dikutip
tanggal 15 Juni 2011 dari website http://medicastore.com.

11
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. R
DENGAN HEMOROID DI RUANG KENANGA
RSU SUNAN KALIJAGA DEMAK

Nama Mahasiswa : ROHAYANI


Hari/Tanggal : 18-10-2018
NIM : N520184304
Tempat Praktik : Ruang Kenanga

A. Pengkajian
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : Tn R
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Botorejo 2/3 Demak
Tanggal masuk RS : 18-10-2018
No.RM : R G00885xxx
Diagnosa Medis : Hemoroid

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. N
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Botorejo 2/3 Demak
Hub dengan pasien : Orang tua
2. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama : BAB keras disertai benjolan di anus.

12
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan nyeri di rasakan
seperti di tusuk-tusuk, nyeri dirasakan pada daerah sekitar anus, nyeri
bertambah jika pasien ada keinginan untuk BAB. Ekspresi wajah
meringis sakit dengan ukuran skala nyeri 7
c. Riwayat penyakit dahulu : Sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu
klien mengatakan BAB keras, Konstipasi (+).
d. Riwayat penyakit keluarga : Didalam keluarga klien, tidak ada yang
menderita penyakit yang sama dengan klien.
e. Riwayat Alergi :
Pasien tidak mempunyai alergi obat

3. POLA FUNGSIONAL (MENURUT VIRGINIA HENDERSON)


a. Pola Pernapasan
Pasien tidak sesak nafas, nafas normal
b. Kebutuhan nutrisi
Pasien mengatakan makan 3kali sehari dengan porsi satu piring
habisdanminum -+1800cc/hari, pasien tidak suka sayur dan buah-
buahan.
c. Kebutuhan eliminasi
Pasien BAB 1 kali dengan konsistensi feses keras
d. Kebutuhan Istirahat dan tidur
Sebelum masuk Rumah sakit pasien tidur 7-8 jam per hari. Pasien
hampir tidak pernah tidur siang, tapi setelah masuk Rumah Sakit
pasien hanya tidur 4-5 jam per hari, dan sering terbangun jika tidur
karena nyeri yang dialami sangat menggangu.
e. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien mengatakan tidak nyaman dengan penyakit yang dideritanya,
pasien mengatakan takut untuk dilakukan tindakan medis dan
pembedahan,wajah tampak tegang
f. Kebutuhan berpakaian
Pasien bisa memakai pakaian sendiri
g. Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh dan sirkulasi
Pasien mengatakan badannya tidak panas
h. Kebutuhan personal hygiene
Pasien di bantu anaknya dalam kebutuhan personal hygiene
i. Kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh

13
Pasien tiduran di bed karena kalau di buat berjalan, pasien merasa
nyeri tidak nyaman
j. Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain
Pasien mampu berkomunikasi baik dengan orang lain, petugas dan
keluarganya
k. Kebutuhan spiritual
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien rajin beribadah bersama
keluarga.
Setelah dirawat di Rumah Sakit pasien tidak sholat karena kondisi
pasien dengan tangan terpasang infus
l. Kebutuhaan bekerja
Pasien tidak bekerja dan beraktifitas apapun, hanya tiduran di bed
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum masuk RS pasien jarang untuk berekreasi
n. Kebutuhan belajar
Pasien adalah panutan dari anak-anaknya
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : G: 4 C: 5 S:6
c. TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2 C
RR : 20 x/menit
d. Kepala : Bentuk normal tidak ada benjolan dan lesi
e. Wajah : Simetris, ovale
f. Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
fungsi penglihatan tidak ada gangguan
g. Hidung :Bentuk simetris, tidak terdapat cuping hidung, tidak ada
polip
h. Mulut : Mukosa lembab tidak ada stomatitis
i. Telinga : Normal tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik
j. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
peningkatan JVP
k. Dada : Bentuk normal dengan gerak simetris Paru
I : Simetris kanan kiri, postur barrel chest
P : Vokal premitus kanan kiri sama
P : Sonor kanan kiri

14
A : Suara Vesikuler
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak pada mid klavikula intercostal 4-5 kiri
P : Ictus cordis teraba pada mid klavikula intercostal 4-5 kiri
P : Pekak di intercostal 5
A : Terdengar bunyi jantung S1 dan S2
l. Abdomen
I : Datar
A : Bunyi peristaltic 24 x/menit
P : Tidak terdapat nyeri tekan
P : Tympani
m. Genetalia : ada benjolan di sekitar anus sebesar kacang tanah
n. Ekstremitas
Atas : Tidak ada edema, terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri
Bawah : Tidak ada edema, tidak ada luka
5. DATA PENUNJANG
a. Pemeriksaan laborat
Hb : 12,8 g/dL
Hematokrit : 39,9
Lekosit : 9,7
Trombosit : 154
Eritrosit : 4.66
Netrofil : 76,4
Limfosit : 16,3
Monosit : 6,9
Eosinofil : 0,3
Basofil : 0,1
MCH : 29,6
MCHC : 24,6
MCV : 65,5
MPV : 11,6
Waktu perdarahan (BT) : 2’20’’
Waktu pembekuan (CT) : 3’
b. Terapi medis
R/ - Inf RL 20 tpm
Inj Ceftriaxone 1x2 mg
c. Diet : makanan berserat

15
A. ANALISA DATA
No Hari/Tanggal Data Fokus Problem Etiologi
Jam (Ds &Do)
1. 19-10-2018 Ds : Pasien mengatakan Agen cedera Nyeri
nyeri di rasakan seperti biologis
di tusuk-tusuk, nyeri
dirasakan pada daerah
sekitar anus, nyeri
bertambah jika klien ada
keinginan
untuk BAB
Do : -wajah meringis
sakit
-Skala nyeri 7
-TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2 C
RR : 20 x/menit

2. 19-10-2018 Ds : Pasien mengatakan Asupan serat Konstipasi


makan 3kali sehari kurang
dengan porsi satu piring
habisdan minum -
+1800cc/hari, pasien
tidak suka sayur dan
buah-buahan.
Do : Pasien BAB 1 kali
dengan konsistensi
feses keras
3. 20-10-2018 Ds : pasien mengatakan Status terkini Ansietas
takut untuk dilakukan
tindakan medis dan
pembedahan
Do : fisiologis wajah
tegang

16
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri b.d agen cedera biologis ditandai dengan ekspresi wajah nyeri
(Domain 12 kelas 1 Kode diagnosis 00132)
b) Konstipasi b.d asupan serat kurang ditandai dengan feses keras (Domain
3 kelas 2 Kode diagnosis 00011)
c) Ansietas b.d status terkini ditandai dengan fisiologis wajah tegang
(Domain 9 kelas 2 Kode diagnosis 00146)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Hari/Tangg Dx Kep NOC NIC Rasional


o al
Jam
1 19-10-2018 Nyeri b.d Setelah dilakukan O: Manajemen
agen tindakan kep selama nyeri :
cedera 3x24 jam diharapkan a.Pasien
biologis tingkat nyeri mengatakan
ditandai berkurang: nyeri:
dengan 1. Monitor TTV P:Adanya Benjolan 1. Identifikasi
ekspresi 2. Kaji manajemen di anus dini komplikasi
wajah nyeri Q:Nyeri seperti di nyeri ditandai
nyeri 3. Anjurkan untuk tusuk-tusuk dengan
(Domain terapi relaksasi R:Di anus peningkatan
12 kelas 4. Berikan bantuan S:Skala nyeri 6 tekanan darah
1 Kode pasien untuk T:Jika pasien BAB 2. Menentukan
diagnosis mengontrol N : Bantuan tingkat nyeri,
00132) pemberian pasien untuk untuk
analgesik mengontrol menentukan
5. Kolab pemberian pemberian tindakan yang
obat : Intravena(IV) analgesik tepat.
E :Terapi relaksasi 3. Mengurangi
nafas dalam rasa nyeri.
C : Pemberian
obat Intravena(IV)
ceftriaxone 1x2
mg

17
2 18-10-2018 Konstipa Setelah dilakukan O : Manajemen
si b.d tindakan kep saluran cerna:
asupan selama 3x24 jam - Biasakan
serat diharapkan ada BAB secara
kurang pengetahuan: teratur dan
ditandai perilaku jangan 1.Untuk
dengan kesehatan:1.Lakuka menahan mengembalika
feses n manajemen BAB n keteraturan
keras saluran cerna N : Minum air pola defekasi
(Domain 2.Lakukan putih minimal 1,5 pasien
3 kelas 2 manajemen -2 Liter sehari 2.Nutrisi serat
Kode konstipasi E :Konsumsi tinggi untuk
diagnosis 4.Pemberian obat : makanan yang melancarkan
00011) rektum berserat seperti eliminasi
buah dan sayur 3.Untuk
C : Pemberian melunakkan
obat suppositoria feses
3 19-10-18 Ansietas Setelah dilakukan O : Identifikasi 1. Pasien
b.d status tindakan kep selama tingkat mengungkapka
terkini 3x24 jam diharapkan kecemasan: n penyebab
ditandai tingkat kecemasan -temani pasien kecemasan
dengan berkurang : untuk memberikan sehingga
fisiologis 4. Berikan keamanan dan perawat dapat
wajah bimbingan mengurangi rasa menentukan
tegang antisipasif takut tingkat
(Domain 5. Pengurangan -bantu pasien kecemasan
9 kelas 2 kecemasan mengenal situasi pasien dan
Kode 6. Pemberian yang menentukan
diagnosis teknik menimbulkan intervensi
00146) menenangkan kecemasan selanjutnya
N : Anjurkan 2.Dukungan
keluarga untuk keluarga dapat
tetap memperkuat
mendampingi mekanisme
pasien koping pasien
E :Instruksikan sehingga

18
teknik relaksasi tingkat
C : Jelaskan ansietasnya
prosedur tindakan berkurang
3.Teknik
relaksasi yang
diberikan pada
pasien dapat
mengurangi
ansietas

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

19-10-2018 Nyeri b.d 1.Mengkaji manajemen Ds: Pasien


agen cedera nyeri : mengatakan nyeri
1 biologis a.Pasien mengatakan berkurang dengan
ditandai nyeri: skala nyeri 5
dengan P:Adanya Benjolan di Do: Pasien masih
ekspresi anus meringis sakit
wajah nyeri Q:Nyeri seperti di tusuk-
(Domain 12 tusuk
kelas 1 Kode R:Di anus
diagnosis S:Skala nyeri 7
00132) T:Jika pasien BAB
2.Bantuan pasien untuk
mengontrol pemberian
analgesik
3.Terapi relaksasi nafas
dalam
4.Pemberian obat
Intravena(IV) ceftriaxone
1x2 mg
2 19-10-2018 Konstipasi 1. Mengkaji manajemen Ds: Pasien
b.d asupan saluran cerna: mengatakan BAB 1
serat kurang - Biasakan BAB kali dengan
ditandai secara teratur dan konsistensi lembek
dengan jangan menahan Do: Pasien BAB di

19
feses keras BAB kamar mandi
(Domain 3 2.Meminum air putih pasien
kelas 2 Kode minimal 1,5 -2 Liter
diagnosis sehari
00011) 3.Mengkonsumsi
makanan yang berserat
seperti buah dan sayur
4.Pemberian obat
suppositoria
3 20-10-2018 Ansietas b.d 1.Mengidentifikasi Ds: Pasien
status terkini tingkat kecemasan: mengatakan
ditandai -temani pasien untuk kecemasannya
dengan memberikan keamanan sudah berkurang
fisiologis dan mengurangi rasa Do:Wajah pasien
wajah tegang takut sudah tidak tegang
(Domain 9 -bantu pasien mengenal
kelas 2 Kode situasi yang
diagnosis menimbulkan
00146) kecemasan
2.Anjurkan keluarga
untuk tetap
mendampingi pasien
3.Menginstruksikan
teknik relaksasi
4.Jelaskan prosedur
tindakan

E. EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/Tanggal Dx. Kep Evaluasi TTD


1 20 –10 -2018 Nyeri b.d S:Pasien mengatakan nyeri
agen cedera berkurang menjadi 5
biologis O: Wajah pasien masih meringis sakit
ditandai A: Hemoroid
dengan P: Lanjtkan intervensi
ekspresi

20
wajah nyeri
(Domain 12
kelas 1 Kode
diagnosis
00132)

2 Konstipasi S: Pasien mengatakan BAB dengan


b.d asupan konsistensi feses lunak
serat kurang O: Pasien sudah mengkonsumsi
ditandai sayur dan buah-buahan
dengan A: Hemoroid
feses keras P: Lanjutkan intervensi
(Domain 3
kelas 2 Kode
diagnosis
00011)

3 Ansietas b.d S: Pasien mengatakan cemas sudah


status terkini berkurang
ditandai O: Wajah pasien masih sedikit tegang
dengan A: Hemoroid
fisiologis P: Lanjutkan intervensi
wajah tegang
(Domain 9
kelas 2 Kode
diagnosis
00146)

21
JURNAL TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : ROKHIYANI

Hari/Tanggal : 18-10-2018

NIM : N520184304

Judul Jurnal : PEMBERIAN RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP


PENURUNAN NYERI PADA KASUS HEMOROID

6. IDENTITAS

c. Identitas Pasien

Nama : Tn. R

Umur : 17 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Status perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Botorejo 3/4 Demak

Tanggal masuk RS : 18-10-2018

No.RM : R G00849xxx

Diagnosa Medis : Hemoroid

22
2. PENGKAJIAN

Data Subeyektif :

Pasien mengatakan nyeri di rasakan seperti di tusuk-tusuk, nyeri dirasakan pada daerah
sekitar anus, nyeri bertambah jika klien ada keinginan untuk BAB

Data Obyektif :

-wajah meringis sakit

-Skala nyeri 7

-TD: 120/80 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36,2 C

RR : 20 x/menit

3. TINDAKAN

TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

A. Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).

B. Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003)


Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan diafragma
yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang
mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara
masuk selama inspirasi.
C. Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan :
Tidak ada

23
D. Prosedur :
1. Fase Orientasi:
a. Mengucapkan salam
b. memberikan penjelasan kepada pasien maksud dan tujuan rencana tidakan
keperawatan
c. Menyiapkan alat dan bahan (bila dibutuh
2. Fase kerja :
Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut :
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Usahakan tetap rileks dan tenang
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
d. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
e. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
f. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks Usahakan agar tetap konsentrasi
/ mata sambil terpejam
g. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
h. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
i. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
j. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan
cepat. pelepasan mediator kimia seperti bradikinin, prostagla din dan
substansi akan merangsang syaraf simpatis sehingga menyebabkan
vasokostriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan
berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh
darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan
metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla
spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.
3. Fase Teminasi :
a. Menjelaskan kepada pasien bahwa tindakan perawatan sudah selasai
b. Merapikan alat dan bahan (bila diperlukan)
c. Mengucapkan salam

24
E. KAJIAN ILMIAH
Berdasrkan jurnal (W. Utomo, 2015), Efektivitas Antara Terapi Musik Religi Dan
Slow Deep Breathing Relaxation.
Tehnik relaksasi nafas dalam secara ilmiah telah dibuktikan bahwa sangat membantu
mengurangi nyeri, hasil penelitian menunjukan skala nyeri yang dirasakan oleh pasien
post operasi bedah mayor sesudah dilakukan intervensi pada kelompok musik religi dan
nafas dalam sebagian berada pada skala nyeri ringan (1- 3) sebanyak 15 responden
(88,2%), sedangkan pada kelompok kontrol teknik nafas dalam sebagian berada pada
skala nyeri ringan (1-3) sebanyak 11 responden (64,7%) mengalami nyeri sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal

(W. Utomo, 2015)Efektivitas Antara Terapi Musik Religi Dan Slow Deep Breathing
Relaxation

Solehawati. (2010). Pengaruh tekhnik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri
pada pasien post operasi fraktur di rumah sakit Iaslam Jakarta Cemapaka Putih .
http:psikumj.ac.id/libarary/index.php, diperoleh 16 Mei 2015

25

Anda mungkin juga menyukai