Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN HIPERTIROIDISME

Disusun Oleh :
1. Adie Setiawan
2. M. Yasir
3. Ulya Firdaus
4. Yeny Wayaksari

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


Jl. Lambao No. 1 Singocandi Kec. Kota Kudus
Tahun Akademi 2006 / 2007
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hipertiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang
merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Donges 2001 :
708)
Hipertiroidisme di kenal juga sebagai tiroksitosis, hipertiroidisme dapat
didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh
metabolik hormon tiroid yang berlebihan. (Price, 2005: 1229)

B. Etiologi
1. Penyakit graves
2. Adenomo toksik soliter
3. Goiter multinodulartoksik
4. Tumor hipofisis yang mensekresi TSH

C. Patofisiologi
Penyakit hipertiroidisme slogan besar adalah penyakit graves. Goiter
multinoduler toksik, adenoma toksik soliter hipertiroidisme pada penyakit
graves adalah akibat antibody reseptor TSH yang merangsang aktifitas tiroid.
Sedangkan pada multinodular toksik ada hubungannya dengan autoimun tiroid
itu sendiri. Adapula hipertiroidisme sebagai akibat peningkatan sekresi TSH
dari pituitario, namun ini jarang di temukan. Hipertiroidisme pada T3
tiroksitosis mungkin diakibatkan oleh deidonation dari T4 pada tiroid atau
meningkatnya T3 pada jaringan di luar tiroid (Waspadji, 2001 766-767).
Pengeluaran hormon tiroid yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat
stimulasi abnormal kelenjar oleh imunoglobium dalam darah. Stimulator tiroid
kerja panjang (LATS, Long-Acting Thiroid Stimulator) Di temukan dalam
serum dengan konsentrasi yang bermakna pada banyak penderita penyakit ini
dan mungkin berhubungan dengan defek pada sistem kekebalan tubuh.
Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering di bandingkan
laki-laki dan insidennya akan memuncak dalam dekade usia ketiga serta
keempat, keadaan ini dapat timbul setelah terjadinya syok emosional, stres atau
syok infeksi tetapi makna hubungan ini yang tepat belum di pahami. Penyebab
lain hipertiroidisme yang sering di jumpai adalah tiroiditis dan penggunaan
hormon tiroid yang berlebihan (Smelter, 2001: 594).
D. Manifestasinya
Perjalanan yang penyakit hipertiroidisme biasanya perlahan-lahan
dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun. Adapun manifestasinya yang
paling sering adalah :
1. Penurunan berat badan
2. Kelelahan
3. Tremor
4. Berkeringat banyak
5. Palpitasi
6. Pembesaran tiroid
7. Takikardi
8. Mata melotot (Mansjoer, 2001, 594)

E. Penatalaksanaan
Terdapat tiga bentuk terapi yang tersedia untuk mengobati
hipertiroidisme dan mengendalikan aktivitas tiroid yang berlebihan.
1. Farmakoterapi
Dengan ini menggunakan obat-obatan yang mempengaruhi
sintesis hormontiroid serta preparat yang mengendalikan manifestasi
hipertiroidisme(mengurangi jumlah jaringan tiroid yang mengakibatkan
penurunan produksi hormontiroid)
2. Penyinaran atau radiasi yang meliputi penggunaan radio isotop 1’ 31 atau 1’25
untuk menimbulkan efek destruktif pada kelenjar tiroid yang bertujuan
untuk menghancurkan sel-sel tiroid yang berlebihan, terapi ini paling sering
di lakukan pada pasien lansia dan pemberian preparat tersebut di lakukan
peroral berdasarkan pada berat tiroid diperkirakan 80-160 ucl/8.
3. Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid terapi yang
dilakukan bergantung pada penyebab hipertiroidisme dan mungkin
memerlukan gabungan semua terapiutik.

Pemeriksaan Diagnostik
Tes ambilan RAI : meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter
nodular menular pada penyakit tiroiditis
T4 dan T3 Serum : meningkat
T4 dan T3 bebas serum : meningkat
TSH : tertekan dan tak berespon pada TRH (Tiroid
Releasing Hormon)
Triglobulin : meningkat
Stimulasi TRH : Dikatakan hipertiroidisme jika TRH tida sampai
meningkat setelah pemberian TRH
Ambilan Tiroid131 : meningkat
Gula Darah : meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada
adrenal)
Fosfat alkali dan kalsium serum : meningkat
Pemeriksaan Fungsi Hepar : Abnormal
Elektrolit : Hiponatremia mungkin sebagai akibat dari respon
adrenal atau efek dilusi dalam terapi cairan pengganti.
Hipokalemia : terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui
Gastrointestinal dan diuresis
Kotekolamin : serum menurun
Kreatinin urine : meningkat
EKG : Fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek
kardiomegali

F. Fokus Pengkajian
1. Kaji adanya gangguan pada sistem gastrointestinal
2. Kaji adanya gangguan kardiovaskuler
3. Adanya pembesaran tiroid
4. Kaji adanya tremor
5. Kaji gangguan pada mata
G. Pathway

Graves Goitermultinodular toksik Adenoma

Kelenjar tiroid abnormal TSH tersuprsi (menekan) Lesi (ukuran semakin besar)
menekan lobus lain
Produksi kelenjar tiroid T3 serum ↑ disertai T4
berlebihan Mensekresi T3 dan T4
Produksi kelenjar tiroid
berlebihan Produksi kelenjar tiroid
berlebihan

HIPERTIROIDISME

Sistem gastrointestinal Sistem kardiovaskuler Neurologis

Nafsu makan ↑ Fibrilasi atrial ↑ ↓ metabolisme tubuh

Asupan makanan banyak ↓Tahanan tepi ↑ frekuensi denyut jantung

↑ Metabolisme tubuh Vasodilatasi Tremor, gelisah, tegang

Peristaltik ↑ Nadi cepat, tidak teratur


ANSIETAS
Tidak adanya penyerapan ↓ CURAH JANTUNG
pada usus

Diare

GANGGUAN
CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
H. Analisa Data
1. P : Gangguan cairan dan elektrolit
E : Diare
S : Do : Diare
Ds : -
2. P : Penurunan curah jantung
E : Tekanan nadi yang cepat (Takikardi)
S : Do : Perubahan frekuensi jantung
Ds : -
3. P : Ansietas
E : Krisis situasi
S : Do : Emosional, tegang, tremor, gelisah
Ds : -

I. Fokus Intervensi
1. DX : Gangguan cairan dan elktrolit berhubungan dengan diare
KH : 1) Pasien mengungkapkan lebih dari 3x buang air besar dalam 1 hari.
2) Pasien mengungkapkan fesesnya berupa cairan
Intervensi :
1) Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 ml/hari
2) Observasi terhadap kecenderungan perdarahan mis, rembesan dari
membran mokosa, sisi fungsi, adanya ekimosis atau petekie
3) Minimalkan fungsi vena
4) Dorong pasien untuk mempertimbangkan penempatan kateter vena
sentral
2. DX : Penurunan curah jantung berhubungan dengan denyut nadi yang
cepat (takikardi).
Intervensi :
1) Raba nadi, catat frekuensi dan keteraturan
2) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama dan adanya denyut
jantung
3) Pantau TTV
4) Kaji adekuat curah jantung/perfusi jaringan
5) Pantau haluan urine
6) Instruksikan pasien untuk konsultasi kepada dokter dan ahli terapi
fisik untuk program latihan jangka panjang
3. DX : Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
Tujuan : Tak terjadi ansietas setelah dilakukan tindakan keperawatan
KH : 1) Pasien mengekspresikan perasaan atau masalah dan penahanan
cara koping positif.
2) Pasien menunjukkan lebih relax dan nyaman.
Intervensi :
1) Kaji tentang ansietas
2) Kaji ketrampilan coping
3) Brikan penjelasan tentang prosas penyakit dan pengobatannya
4) Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
DAFTAR PUSTAKA.

Donges, Marilynn E, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 Penerbit EGC :


Jakarta

Smeletzer, Suzzane, 2001. Keperawatan Medikal Bedah I, Edisi 8, Penerbit EGC :


Jakarta

Waspadji, Sarwono, 1996. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, Penerbit FKUI : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai