Disusun Oleh :
1. Ana Sari E. [ 260676 ]
2. Farida A. [ 260683 ]
3. Fitri H. [ 260685 ]
4. Joko P. [ 260688 ]
5. Khoirul Muanif [ 260689 ]
6. Mutfaidah [ 260696 ]
7. Nurul A. [ 260700 ]
8. Oktavina A. [ 260701 ]
9. Tri Bachtiyar S. [ 260707 ]
10. Umi Faizah [ 260709 ]
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekstraksi Vakum (VE) merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan
untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu
dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena itu kerjasama dan kemampuan ibu
untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat penting
dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan kearah yang
sama tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cangkraman
yang dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum).
Terdapat tiga gaya yang bekerja pada prosedur ini yaitu tekanan,
intra interuterin (oleh kontraksi) tekanan ekspresi eksternal (tenaga
mengedan) dan gaya tarik (Ekstraksi Vakum).
(Salafudin, 2002:495)
B. Tujuan
Tujuan dan penulisan atau pembuatan asuhan keperawatan ini
adalah:
1. Memenuhi tugas dari dosen pengampu
2. Memberi asuhan keperawatan pada pasien dengan Ekstraksi Vakum
(VE)
3. Mengetahui dan memecahkan masalah keperawatan yang timbul pada
pasien Ekstraksi Vakum (VE).
C. Sistematika Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan asuhan
keperawatan ini dengan mengumpulkan data-data dan sumber dan referensi.
Makalah asuhan keperawatan ini terdiri dari 3 bab yang mempunyai
sistem penulisannya sebagai berikut :
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Tanda dan Gejala
D. Patofisiologi
E. Klasifikasi
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan
H. Kelebihan dan Kekurangan VE
I. Pathway
J. Asuhan Keperawatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Vakum ekstraksi ialah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya.
(Winkjosastro, 1999:80)
Vakum ekstraksi ialah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinar tenaga mengedan ibu dan
ekstraksi pada bayi.
(Saifuddin, 2002:495)
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan HIS yang adekuat
yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan servik dan turunnya
kepala.
(Muchtar, 1998:63)
B. Etiologi
1. Kelelahan ibu
2. Partus tak maju
3. Gawat janin yang ringan
4. Ruptur uteri iminens
5. Untuk mempersingkat kala II pada ibu-ibu yang tidak boleh mengejan
lama, seperti ibu-ibu yang menderita vitium kordis, anemia, tuberkulosis
paru, asma brongkial dan lain-lain.
(Muchtar, 1998:63-64)
3
D. Patofisiologi
Pada kala II atau kala pengeluaran yaitu pembukaan lengkap HIS
baik kepala sudah membuka pintu jalan lahir, sedangkan ibu tampak
kelelahan. Partus tidak maju-maju sehingga resiko terjadi gawat janin ringan
dan gawat ibu maka dilakukan tindakan vakum ekstrasi untuk menolong
jiwa ibu dan bayi.
(Winkjosastro, 1991)
E. Klasifikasi
Bentuk dan bagian-bagian ekstraktor vakum
1. Mangkuk (Cup)
Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum artifisialis.
Dengan mangkuk inilah kepala di ekstraksi. Diameter mangkuk 3, 4, 5, 6
cm pada dinding belakang mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda letak
denominator.
2. Botol
Tempat membuat tenaga negatif (vakum) pada tutup botol terdapat
manometer, saluran menuju pompa penghisap dan saluran menuju ke
mangkuk yang dilengkapi dengan pentil.
3. Karet penghubung
4. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang
5. Pemegang (Extraction Bandle)
6. Pompa penghisap (Vakum Pump)
F. Komplikasi
Komplikasi langsung akibat ekstraksi vakum dibagi menjadi :
1. Komplikas pada ibu
a. Perdarahan terjadi karena :
- Atania uteri
- Retensio plasenta
- Trauma jalan lahir, reptur uteri, reptur serviks, robeknya korniks,
koipoe foreksis, robekan vagina hematoma luas, robekan perinium.
4
b. Infeksi terjadi karena :
- Sudah sebelumnya
- Aplikasi alat menimbulkan infeksi
- Plasenta Rest atau membran bersifat benda asing yang dapat
memudahkan infeksi dan menyebabkan subinvolusi uteri.
- Saat melakukan pemeriksaan dalam.
c. Robeknya jalan lahir :
- Ruptur uteri
- Ruptur serviks
- Robekan forniks, koipofareksis
- Robekan perinium
- Simfisiolosis
G. Penatalaksanaan
1.a. Persiapan Tindakan
Persiapan ibu dalam posisi litotomi; kosongkan kandung kemih dan
rektum, bersihkan vulva dan parineum dengan anti septik dan beri
infus bila di perlukan, siapkan alat-alat yang diperlukan.
5
b. Tehnik Ekstraksi
- Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui posisi kepala, apakah
ubun-ubun kecil terletak di depan atau dibelakang, kanan atau kiri
depan, kanan atau kiri belakang untuk menentukan letak
denominator.
- Lakukan episiotomi primer dengan anestasi lokal sebelum mangkok
dipasang pada primigravida, sedangkan pada multipara, episiotomi
dilakukan tergantung pada keadaan perinium dapat dilakukan
episiotomi primer atau sekunder (saat kepala hampir lahir dan
perinium sudah, merangsang atau tanpa episiotomi).
- Lakukan pemeriksaan dalam ulang dengan perhatian khusus pada
pembukaan. Sifat serviks dan vagina turunnya kepala janin dan
posisinya pilih mangkok yang akan dipakai pada pembukaan serviks
lengkap, biasanya dipakai mangkok no:5.
- Masukkan mangkok ke dalam vagina, mula-mula dalam posisi agak
miring, dipasang di bagian terendah kepala menjauhi ubun-ubun
besar. Pada presentasi belakang kepala, pasang mangkok pad
aoksiput atau sedekat-dekatnya. Jika letak oksiput tidak jelas atau
pada presentasi lain, pasang mangkuk dekat sakrum ibu.
- Dengan satu atau dua jari tangan, periksa sekitar mangkuk apakah
ada jaringan serviks atau vagina yang terjepit.
- Lakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga
-0,2 kg/cm2 tunggu selama 2 menit lalu naikkan tekanan
-0,2 kg/cm2 tiap 2 menit sampai sesuai tenaga vakum yang
diperlukan yaitu -0,7 sampai -0,8 kg/cm2
- Sebelum mengadakan traksi, lakukan pemeriksaan dalam ulang.
Apakah ada bagian lain jalan lahir yang ikut terjepit.
- Bersamaan dengan adanya timbul HIS, ibu diminta mengejan tarik
mangkuk sesuai arah sumbu panggul dan mengikuti putaran paksi
dalam. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk agar
selalu dalam posisi yang benar, sedang tangan kanan menarik
pemegang. Traksi dilakukan secara intermiten bersamaan dengan
HIS, jika HIS berhenti traksi juga dihentikan.
- Lahirkan kepala janin dengan menarik mangkuk ke atas sehingga
kepala melakukan gerakan defleksi dengan sub oksiput sebagai
6
Hipomoklion, sementara tangan kiri menokang, menahan perinium
setelah kepala lahir, pentil di buka, lalu mangkuk dilepas, lama
tarikan sebaiknya tidak lebih dari 20 menit maksimal 40 menit.
(Mansjoer, 1999:331-333)
2. Alat-alat Ekstraktor Vakum
a. Satu botol vakum dengan manometer
b. Beberapa mangkuk (mangkuk terbuat dari besi) dengan diameter
30, 40, 50 dan 60mm.
c. Selang karet
d. Rantai besi
e. Pompa tangan
f. Alat penarik khusus
(Rustam, Muchtar, 1998:63)
7
I. Pathway
Asfeksia
Perdarahan Robekan jalan lahir
Kelahiran yang lama
Anemia Trauma jaringan Dilatasi jaringan
kurang O2
Lemas Aplikasi alat Nyeri
Gangguan pertukaran gas
Kurang
volume cairan Infeksi
Penurunan produksi
energi metabolik Gangguan
volume cairan
Keletihan
8
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik (obyektif) dan keluhan (subyektif) :
1) Aktivitas/ istirahat
- Laporan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri atau
tehnik relaksasi
- Letargi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
- Tekanan darah dapat meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi
3) Integritas ego
- Respon emosional dapat direntang dari perasaan fear/ irritation/
relie/ joy.
- Dapat menghilangkan kontrol/ kebalikannya
4) Eliminasi
- Keinginan untuk defekasi/ mendorong involunter pada
kontraksi, disertai tekanan intra abdomen dan tekanan uterus.
- Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan
- Distensi kandung kemih mungkin ada, dengan urine
dikeluarkan selama upaya mendorong.
5) Nyeri/ ketidaknyamanan
- Dapat merintih/ meringis selama kontraksi
- Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat
- Melaporkan rasa terbakar/ meragang dari perineum
- Kaki dapat bergetar selama upaya mendorong
6) Pernafasan
- Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Keamanan
- Diaforasis sering terjadi
- Brakikardi janin selama kontraksi
9
8) Seksualitas
- Serviks dilatasi penuh (10cm) dan penonjolan 100%
- Peningkatan penampakan perdarahan vagina
- Penonjolan rektal/ perineal dengan turunnya janin
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
10
d. Dx : Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan
Tujuan : Bebas dari infeksi
Intervensi :
1) Perawatan perineal setiap 4 jam
2) Kaji tanda-tanda infeksi
3) Berikan perawatan aseptik pada luka episiotomi
e. Dx : Gangguan pertukaran gas b.d persalinan yang lama
Tujuan : Mempertahankan kontrol pola nafas
Intervensi :
1) Kaji Djj dengan fotoskop atau monitor janin
2) Pantau perubahan periodik pada Djj terhadap deselerasi
berat, sedang dan ringan
3) Perhatikan variabilitas Djj jangka pendek dan jangka
panjang
11
BAB III
PENUTUP
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief, 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Mochtar, Rustam, 1994. Sinopsis Obstetri, Jilid II, Penerbit Buku Kedokteran
EgC : Jakarta.
13