Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT HAEMORROID DI RUANGAN BEDAH

RSU AL-FATAH AMBON

OLEH:

OLEH :

NAMA : ANDI RASNI S,KEP

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MALUKU HUSADA

2023

i
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Pengertian
Menurut Daldiyono hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen /
lebih pembuluh darah vena hemoroidales (bacon) pada poros usus dan
anus yang disebabkan karena otot & pembuluh darah sekitar anus / dubur
kurang elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar.
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales ( bacon) (Kapita Selekta Kedokteran).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang
tidak merupakan keadaan patologik ( Buku Ajar Ilmu Bedah)
Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena  pleksus hemoroidalis
inferior atau superior, akibat peningkatan tekanan vena yang persisten
( Kamus Kedokteran Dorland)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdolatasi kanal anal. Hemoroid
dibagi menjadi 2,   yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna
merupakan varises vena hemoroidalis suparior dan media dan hemoroid
eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai dengan 
istilah yang digunakan, maka hemoroid eksterna timbul disebelah luar otot
sfingter ani, dan hemoroid interna timbul di sebelah dalam sfingter. (Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang
tidak merupakan keadaan patologik. Hanya apabila hemoroid ini
menyebabkan keluhan atau penyulit diperlukan tindakan(R.
Sjamsuhidayat, wim de jong).
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus
hemoroidalis. Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis,
tetapi karena sering menyebabkan keluhan pada pasien sehingga
memberikan manifestasi untuk diberikan intervensi.
Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien. Sesuai
tampilan klinis, hemoroid dibedakan menjadi hemoroid interna dan
hemoroid eksterna. Hemoroid interna adalah pelebaran vena pada pleksus

1
hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam
jaringan di bawah epitel anus.

1.1.2 Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah
digunakan, termasuk peradangan pada usus, seperti pada kondisi kolitis
ulseratif atau penyakit Crohn, konstipasi, sering mengejan, kongesti pelvis
pada kehamilan, konsumsi makanan rendah serat, obesitas, pembesaran
prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum. Penyakit hati kronik yang
disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system portal. Selain
itu system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran
balik.
1.1.3 Manifestasi Klinik
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis.
Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini
membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.

1.1.4 Pemeriksaan Diagnostik


2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit
dan adanya anemia.
3. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak
dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan

2
biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar.
Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang
lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum.
4. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya
dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip,
fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
5. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat
tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda
yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
1.1.5 Penatalaksanaan
2. Non-farmakologi
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan memperbaiki
cara defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan
pola makan dan minum, perbaikan pola atau cara defekasi. Perbaikan
defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri atas
diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku
defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Makanan berserat
akan menyebabkan gumpalan isi usus besar namun lunak sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan.

3
Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam
anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari dengan larutan
kalium permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan
dalam 10 liter air). Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang
lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat
menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.

3. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan
keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi
atas empat macam, yaitu:
a. Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement)
dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang
yang banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.:
Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji
plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat
ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan
meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain kentut dan
kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine,
dulcolax, dll).
b. Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa
gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan
misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang
mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang
daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct,
Anusol HC, Scheriproct.
c. Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus

4
bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi
memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
d. Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4
hari, lalu 2×2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat
memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema,
dan prolaps.

4. Tindakan Operatif
Indikasi tindakan operatif pada pasien hemoroid adalah penderita
dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV, Perdarahan
berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih
sederhana, Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.
Penderita hemoroid eksterna juga diberikan terapi bedah karena
hemoroid eksterna sudah tidak bisa ditangani dengan tindakan
konservatif. Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi
adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit
yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan
ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah
terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa.

5
2.1.1 Pohon Masalah

Konsumsi Terlalu lama duduk Kehamilan Peradangan pada usus,


makanan rendah di toilet (atau saat , obesitas seperti kolitis ulseratif
serat membaca) atau penyakit Crohn

Feses kecil Penurunan relatif Peningkatan


dan mengejan venous return di frekuensi
selama BAB daerah perianal BAB

Peningkatan Pelebaran dari Melemahnya Seringnya


vena portal vena-vena di struktur pendukung penggunaan
dalam pleksus dan memfasilitasi otot-otot
hemoroidalis prolaps perianal

Resiko Kondisi
Hemoroid
kerusakan penuaan
integritas kulit

Peradangan pada Anoreksia


Kompresi
Nyeri pleksus
saraf lokal
hemoroidalis
Intake
nutrisi tidak
Perdarah Rupture Prolaps adekuat
an anus vena pleksus
feses keluar Risiko
berdarah anus ketidakseim
Intoleran bangan
Anemia si nutrisi
aktivitas kurang dari
kebutuhan

Risiko Interveni Intervensi bedah Gangguan Respons


infeksi skleroterapi hemoroidektomi defekasi psikologis

Port de Respons Preoperatif Ansietas,


entree serabut lokal kurang
pengetahuan
6
Luka Kerusakan Pascab
jaringan lunak
pascaA. Pengkajian edah
pascabedah
bedah 1. Identitas Klien
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita.
Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai
puncak pada usia 45-65 tahun.
2. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB.
Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat Penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang
keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh /
terulang kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan
pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di hubungkan dengan
penyakit lain seperti sirosis hepatis.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya apabila ada anggota keluarga yang menderita hemoroid maka
anggota keluarga yang lain juga akan berisiko untuk menderita
hemoroid karena berhubungan dengan dinding pembuluh darah yang
lemah dan tipis yang diturunkan.
B. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Terjadi pada individu dan keluarga yang kurang memperhatikan pola
hidup dan pola atau cara defekasi (terlalu kuat mengedan).
2. Pola Nutrisi
Pada klien dengan hemoroid kurang memperhatikan pola makan dan
minum (kurang makanan yang berserat).
3. Pola Istirahat dan Tidur

7
Pada klien dengan hemoroid istirahat dan tidur kemungkinan
terganggu dan terjadi perubahan pola tidur karena terasa nyeri pada
anus saat tidur.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pada klien dengan hemoroid aktivitas klien sedikit terganggu karena
adanya nyeri pada anusnya, kelemahan dan kelelahan.
5. Pola Eliminasi
Pada klien dengan hemoroid akan mengalami gangguan pola eliminasi
(defekasi).
6. Pola Koping dan Stres
Keluarga adalah support bagi klien, keluarga klien berusaha
menyelesailkan masalah kesehatan yang dialaminya dengan cara
membawa ke tempat pelayanan kesehatan.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran
TTV :
TD : Normal / meningkat
N : Normal / meningkat
RR : Normal / meningkat
Temp : Normal / meningkat

2. Data Fokus
Inspeksi : Ada benjolan pada daerah anus.
Palpasi : Nyeri tekan pada bagian anus
Perkusi : -
Auskultasi : -
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iritasi kulit /
jaringan, pelebaran vena hemorrhoidalis, adanya massa anal, respons
pembedahan.

8
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum sekunder
dari anemia.
3. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis, prognosis penyakit,
rencana pembedahan, kurang informasi tentang perawatan di rumah.
4. Resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang adekuat, pecahnya
vena pleksus hemorrhoidalis.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entree luka pasca
bedah, pertahanan primer tidak adekuat.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada
ujung-ujung saraf, gatal.

E. Rencana Tindakan Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil

1. Gangguan Setelah 1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk


rasa nyaman dilakukan mengetahui
(nyeri) tindakan tingkat nyeri klien
berhubungan keperawatan sehingga dapat
dengan iritasi selama 1x24 memberikan
kulit / jam diharapkan intervensi lebih
jaringan, gangguan rasa lanjut.
pelebaran nyaman (nyeri) 2. Anjurkan tehnik 2. Akan
vena dapat teratasi / relaksasi untuk melancarkan
hemorrhoidali berkurang menurunkan peredaran darah
s, adanya dengan kriteria : ketegangan otot . sehingga
massa anal, kebutuhan O2
 Nyeri klien
respons akan terpenuhi
berkurang
pembedahan. sehingga akan
 Klien tidak
menguranggi
meringis
nyeri.
lagi
3. Ajarkan metode 3. Mengalihkan

9
 Klien distraksi selama perhatian nyeri ke
terlihat nyeri. hal-hal yang
tenang menyenangkan.
 Skala nyeri 4. Kolaborasi dalam 4. Analgetik
0. pemberian memblok lintas
analgetik. nyeri sehingga
nyeri akan
berkurang
2. Intoleransi Setelah 1. Observasi 1. Untuuk
aktivitas dilakukan respon klien mengetahui
berhubungan tindakan dalam sejauh mana
dengan keperawatan beraktivitas aktivitas yang
kelemahan selama 3x24 dapat dilakukan
umum jam diharapkan klien
sekunder dari intoleransi 2. Tingkatkan 2. Melatih otot klien
anemia. aktivitas dapat aktivitas secara agar tidak lemah
teratasi / bertahap
berkurang 3. Bantu klien 3. Agar energy klien
dengan kriteria : dalam tidak terbuang
beraktivitas sia-sia.
 Klien dapat
beraktivitas
sendiri
 Kliendapat
bengun dari
tempat tidur
 Klien tidak
terlihat
lemah dan
pucat lagi.

3. Ansietas Setelah 1. Kaji tingkat 1. Dapat menjadi

10
berhubungan dilakukan kecemasan pedoman untuk
dengan faktor tindakan klien. memberikan
psikologis, keperawatan intervensi.
prognosis selama 1 jam 2. Kaji tingkat 2. Mengetahui
penyakit, diharapkan pengetahuan seberapa jauh
rencana ansietas dapat klien tentang pengetahuan klien
pembedahan, teratasi / penyakit yang di tentang
kurang berkurang derita. penyakitnya.
informasi dengan kriteria : 3. Kaji ulang 3. Dapat membantu
tentang patologi untuk
 Klien tidak
perawatan di prognosa dan memberikan
gelisah lagi
rumah. harapan klien informasi dan
 Klien tidak
yang akan motivasi sehingga
khawatir
datang. cemas klien
dan cemas
berkurang.
lagi.
4. Beri dukungan 4. Klien merasa di
kepada klien perhatikan
sehingga
termotivasi untuk
sembuh.
5. Beri pengertian 5. Klien akan
pada klien merasa tenang
bahwa penyakit menghadapi
yang di derita penyakit yang di
pasti akan deritanya.
sembuh.
4. Resiko tinggi Setelah 1. Timbang BB 1. Menimbang
ketidakseimba dilakukan klien. merupakan
ngan nutrisi tindakan langkah untuk
kurang dari keperawatan mengetahui
kebutuhan selama 3x24 kecukupan nutrisi
tubuh jam diharapkan klien.

11
berhubungan ketidakseimban 2. Monitor input 2. Intake dan output
dengan intake gan nutrisi dan ouput. yang seimbang
makanan yang kurang dari dapat
kurang kebutuhan meningkatkan
adekuat, tubuh dapat BB.
pecahnya teratasi / 3. Berikan 3. Supaya klien
vena pleksus berkurang makanan sedikit berselera dan mau
hemorrhoidali dengan kriteria : tapi sering. makan sehingga
s. nutrisi terpenuhi,
 Nafsu
sedikit tapi sering
nmakan
agar klien tidak
klien
mual dan muntah.
meningkat
4. Sajikan 4. Supaya klien
 BB
makanan dalam berselera makan
meningkat
keadaan hangat. sehingga
 Badan klien
nutrisinya
tidak lemas
terpenuhi.
lagi.
5. Jelaskan kepada 5. Klien akan
klien akan mengerti dan
pentingnya berusaha untuk
nutrisi bagi meningkatkan
klien. masukan nutrisi
klien.
5. Resiko tinggi Setelah 1. Cuci tangan 1. Menecah infeksi
infeksi dilakukan sebelum dan silang.
berhubungan tindakan sesudah
dengan port keperawatan melakukan
de entree luka selama 2x24 tindakan .
pasca bedah, jam diharapkan 2. Lakukan 2. Mencegah
pertahanan infeksi dapat perawatan mikroorganisme
primer tidak teratasi / dengan tehnik berkembang biak
berkurang aseptic dan di daerah luka.

12
adekuat. dengan kriteria : septic.
3. Observasi TTV. 3. Mengidentifikasi
 Tidak
bila ada gejala-
terdapatnya
gejala infeksi.
tanda-tanda
4. Awasi/ batasi 4. Mencegah
infeksi
pengunjung bila kontaminasi
perlu jelaskan silang.
prosedur isolasi
terhadap
pengunjung.
5. Kolaborasi 5. Mencegah infeksi
dengan tim dan mempercepat
medis dalam penyembuhan
pemberian
antibiotic.
6. Resiko Setelah 1. Kaji keadaan 1. Dapat mengetahui
kerusakan dilakukan kulit. apakah adanya
integritas kulit tindakan kerusakan
berhubungan keperawatan integritas kulit
dengan iritasi selama 2x24 sehingga dapat
pada ujung- jam diharapkan memberikan
ujung saraf, kerusakan intervensi
gatal. integritas kulit selanjutnya.
dapat teratasi / 2. Pertahankan 2. Dapat
berkurang tempat tidur memperlancar
dengan kriteria : tetap kering. saluran sirkulasi
darah dan
 Lecet dan
mencegah lesi
kebiruan
pada daerah yang
pada anus
tertekan..
berkurang/hi
3. Ajarkan kepada 3. Hygiene yang
lang.
klien untuk terjaga mencegah

13
menjaga terjadinya
kebersiahan atau kerusakan
personal integritas
hygiene pada jaringan.
daerah sekitar
rectum dan
perineum.
4. Berikan salep 4. Pemberian salep
pelumas atau atau bedak dapat
bedak pada menguranggi
daerah rectum resiko lecet.
dan perineum.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemorroid adalah varises vena eksternal dan atau internal dari
kanal anus yang disebabkan oleh adanya tekanan pada vena anorektal.
Hemorroid adalah pelebaran (dilatasi) vena pada anus maupun rektal.
Hemoroid atau “wasir” merupakan vena varikosa pada kanalis dan dibagi
menjadi 2 jenis yaitu, hemorroid interna dan eksterna. Walaupun keadaan
ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang tidak
nyaman. Hemoroid atau wasir memang menjadi momok bagi sebagian
orang yang menderitanya.

B. Saran
Hemorrhoid dapat terjadi disemua umur baik itu laki-laki maupun
perempuan maka jagalah aktivitas dan menu makan yang sehat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Campbell, Reece, Mitchel. 2005. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi:

Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit; alih bahasa, Brahm U. Pendit, dkk;

editor edisis bahasa Indonesia, Huriawan Hertanto, dkk. Volume 2. Edisi

6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sinaga, E. dan Melva Silitonga. 2011. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Medan:

UNIMED Press

16

Anda mungkin juga menyukai