Oleh:
ARMENIA RIYANTI
NPM. 1490123013
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Stase
Keperawatan Medikal dan Bedah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Section Caesarea di
Ruang OK Rumah Sakit Umum Al-Fatah Ambon.
Di susun untuk memenuhi syarat salah satu tugas Stase Keperawatan
Medikal dan Bedah Tahun Ajaran 2022. Saya menyadari bahwa asuhan
keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
asuhan keperawatan ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada teman dan pembimbing,
yang telah berperan serta dalam penyusunan asuhan keperawatan ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN
SECTION CAESAREA
A. Konsep Penyakit
1. Defenisi
Persalinan sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan dengan dilakukan insisi pada dinding perut dan rahim,
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500
gram (Prawirohardjo, 2020).
Sectio caesarea merupakan suatu tindakan pengeluaran janin dan
plasenta melalui tindakan insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dalam keadaan utuh (Ratnawati, 2020).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut (Hartanti,
2014). Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan
anak lewat insisi pada pada dinding abdomen dan uterus (Hartanti,
2020).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
sectio caesarea merupakan salah satu cara persalinan, yang mana
janin dikeluarkan dengan dilakukan insisi pada dinding abdomen dan
dinding uterus, dengan syarat berat janin diatas 500 gram dan rahim
utuh.
2. Etiologi
Indikasi ibu dilakukan section caesarea antara lain uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Indikasi dari janin adalah
fetal distress dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa
factor diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea
sebagai berikut:
a. Chepalo pelvik disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakkukan tindakan oprasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. Oligohidramnion adalah kondisi ibu hamil yang memiliki terlalu
sedikit air ketuhan, Indeks AF kurang dari 5 cm. diagnosis
oligohidramnion sebagai tidak adanya kantong cairan kedalaman
2-3 cm, atau volume cairan kurang dari 500 ml. Ketuban yang
sedikit mengakibatkan bayi tidak memiliki bantalan pada dinding
rahim, karena ruang yang sempit pada Rahim menyebabkan
terhentinya perkembangan paru (paru-paru hipoplasi). Gambaran
klinis yang umum terjadi adalah tinggi fundus uteri lebih kecil
dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri perut pada setiap
pergerakan janin, DJJ sudah terdengar pada bulan ke lima,
kketika HIS ibu akan merasakan sakit yang lebih (Patreli et al.,
2019).
c. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
d. Bayi kembar
e. Faktor hambatan jalan lahir
f. Kelaianan letak janin
g. placenta previa
h. Ruptura uteri membakar
3. WOC Section Caesarea
ketidakefektifan suplai O2 ke
hipoksia jaringan intoleransi
perfusi jaringan jaringan menurun
aktivitas
4. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Section Caesarea memerlukan perawatan yang lebih konprehensif
yaitu : perawatan post operasi dan perawatan post partum. Manifestasi klinis section
cesarean menurut Doenges (2020), antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uteri kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran locehea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lochea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 500-700 ml
f. Emosimlabil/ perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinnarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelhiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham prosedur
l. Bonding dan attachment pada anak yang baru lahir.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemogblobin atau hematocrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi.
c. Tes golongan darah, lama pendarahan, waktu pembekuan darah.
d. Urinalisis / kultur urine.
e. Pemeriksaan elektrolit
6. Penatalaksanaan.
a. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan DS 10%, garam fisiologis dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfuse darah sesuai
kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan intravena biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah ynag sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam pasca operasi, berupa air
putih dan teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak
6-8 jam setelah operasi, latihan pernapasan dapat dilakukan sambil tidur terlentang
dsedini mungkin setelah sadar. Hari pertama post operasi pasien dapat didudukkan
selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya,
kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi semifowler dan
selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri dan pada hari ke-3
pasca operasi pasien dapat dipulangkan.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan mneyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpaang 24-48 jam / lebih lama tergantung jenis operasi.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotic
Cara pemilihan dan pemberian sangat berbeda disetiap institusi dan
berdasarkan resep dokter.
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan supositoria
(ketopropen sup 2x / 24 jam), oral (tramadol tipa 6 jam / paracetamol), Injeksi
pentidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
3) Obat-obatan lain
Untukmeningkatkan vitalitas dan keadaan umum pasien dapatdiberikan
caboransia seperti Neurobion I vit.C
7. Komplikasi Sectio Caesarea
Komplikasi yang timbul akibat dilakukannya tindakan sectio caesarea menurut
(Khasanah, 2014) antara lain:
a. Komplikasi pada Ibu
1) Infeksi luka insisi
2) Perdarahan
3) Luka kandung kemih
b. Komplikasi pada Janin
1) Kematian perinatal
2) Hipoksia janin
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Section Caesarea
Keluhan nyeri
Nyeri akut
DS: CPD dan oligohidramnion Hambatan mobilitas
Mengeluh sulit fisik
menggerakan ekstremitas caesarea Insisi
nyeri saat bergerak
Eggan melakukan Dilakukan anastesi
pergerakan
Merasa cemas saat
bergerak
Terjadi imobilisasi
DO:
Kekuatan otot menurun Hambatan mobilitas fisik
Rentang gerak (rom)
menurun
Sendi kaku
Gerakan tidak
terkoordinasi
Gerakan terbatas
Fisik lemah
DS: CPD dan oligohidramnion Defisit perawatan
Menolak melakukan diri
perawatan Sectio caesarea
Ansietas
Kondisi klinis terkait Plasenta previa Resiko Infeksi
Tindakan invasif
Sectio caesarea
Insisi
Dilakukan insisi
Terputusnya jaringan
pembuluh darah dan syaraf
Resiko Infeksi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d prosedur operasi d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah
b. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kecemasan d.d nyeri saat bergerak, merasa
cemas saat bergerak,enggan melakukan pergerakan
c. Defisit perawatan diri b.d penurunan motivasi minat ,kelemahan ( post op) d.d
tidak mampu mandi,makan,berhias sendiri
d. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian ,kurang terpapar informasi d.d merasa
bingung, tampak gelisah,mengeluh pusing
e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri Mengetahui
prosedur operasi tindakan Observasi sampai mana
d.d mengeluh keperawatan Identifikasi tingkat nyeri
nyeri, tampak selama 1 x 24jam lokasi, yang dialami
meringis, gelisah diharapkan dengan karakteristik,du oleh klien
kriteria hasil: rasi,frekuensi,d Melihat
SLKI : urasi Perkembanga
Tingkat nyeri n keadaan
Keluhan nyeri Frekuensi, umum klien
menurun kualitas, dimana
Meringis intensitas nyeri rangsang
menurun Identifikasi nyeri dapat
Gelisah skala nyeri meningkatkan
menurun Identifikasi tanda-tanda
kesulitan tidur faktor yang vital
menurun memperberat Mengalihkan
Ketegangan dan perhatian ke
otot menurun memperingan hal yang lain
Mual dan nyeri sehingga tidak
muntah Terapeutik terlalu fokus
menurun Berikan teknik pada nyeri
Berfokus pada nonfarmakologi Dengan posisi
diri sendiri s untuk ini dapat
menurun mengurangi mengurangi
rasa nyeri tekanan pada
Kontrol area operasi
lingkungan sehingga rasa
yang nyeri
memperberat berkurang
rasa nyeri Relaksasi
Edukasi dengan cara
Jelaskan menarik nafas
penyebab dan dalam
pemicu nyeri membuat otot
Jelaskan – otot rileks
strategi sehingga nyeri
meredakan berkurang
nyeri Membantu
Ajarkan teknik dalam
nonfarmako mengurangi
untuk rasa nyeri,
mengurangi dengan
nyeri memblokade
pusat
Kolaborasi hantaran nyeri
Kolaborasi
pemberian obat
analgesik
2 Hambatan Setelah dilakukan Dukungan Mengetahui
mobilitas fisik b.d tindakan Mobilisasi sampai sejauh
nyeri, kecemasan keperawatan Observasi mana
d.d nyeri saat selama 1 x 24jam Identifikasi kemampuan
bergerak, merasa diharapkan dengan adanya nyeri klien dalam
cemas saat kriteria hasil atau keluhan beraktivitas
bergerak,enggan SLKI : Mobilitas fisik lainnya Untuk
melakukan fisik Identifikasi memandirikan
pergerakan Pergerakan toleransi fisik ibu dan
ekstremitas melakukan meminimalka
meningkat pergerakan n terjadinya
Kekuatan otot Monitor kelemahan
meningkat frekuensi fisik yang
Rentang gerak jantung dan lebih lanjut
meningkat tekanan darah
Nyeri menurun sebelum Mobilisasi
Kelemahan memulai meningkatkan
fisik menurun mobilisasi sirkulasi darah
Kaku sendi Monitor sehingga
menurun kondisi umum mempercepat
Gerakan tidak selama penyembuhan
terkoordinasi melakukan luka, nyeri
menurun mobilisasi berkurang,
Gerakan klien dapat
terbatas Terapeautik bergerak atau
menurun Fasilitasi beraktivitas
aktivitas tanpa adanya
mobilisasi keluhan nyeri
dengan alat
bantu Meningkatkan
Fasilitasi pengetahuan
melakukan ibu tentang
pergerakan, pentingnya
jika perlu mobilisasi
sehingga
Libatkan memotivasi
keluarga untuk ibu untuk
membantu melakukannya
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan
dan prosedure
mobilisasi
Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan SLKI : Defisit Mengetahui
diri b.d penurunan tindakan perawatan diri sejauh mana
motivasi minat , keperawatan kemampuan
kelemahan selama 1 x 24jam Observasi klien dalam
( post op) d.d diharapkan dengan Identifikasi merawat diri
tidak mampu kriteria hasil kebiasaan secara mandiri
mandi,makan,ber SLKI : aktifitas dan sebagai
hias sendiri Kemampuan perawatan diri data dasar
mandi sesuai usia kita untuk
meningkat Monitor tingkat dilakukan
Kemampuan kemandirian intervensi
mengenakan Identifikasi selanjutnya
pakaian kebutuhan alat Membantu
meningkat bantu memenuhi
Kemampuan kebersihan kebutuhan
makan diri,berpakaian, perawatan diri
meningkat berhias dan klien
Kemampuan makan Melatih
ketoilet Terapeautik kemandirian
meningkat Sediakan klien dalam
Mempertahan lingkungan memenuhi
kan kebersihan yang kebutuhan
diri meningkat terapeautik perawatan
Siapkan dirinya
keperluan Melakukan
pribadi aktivitas
Dampingi secara
dalam bertahap dapat
melakukan melatih
perawatan diri kemandirian
sampai mandiri klien dalam
Fasilitasi untuk perawatan diri
menerima Orang
keadaan tua/keluarga
ketergantungan dapat
Fasilitasi kooperatif
kemandirian dengan
bantu jika tidak perawat,
mampu sehingga
melakukan dapat melatih
perawatan diri kemandirian
Jadwalkan klien dan
rutinitas dapat
perawatan diri membantu
Edukasi klien
Anjurkan untuk memenuhi
melakukan perawatan diri
perawatan diri ketika perawat
secara tidak ada.
konsisten
sesuai
kemampuan
4 Ansietas b.d Setelah dilakukan SIKI: Reduksi Agar bisa
ancaman terhadap tindakan Ansietas Mengetahui
kematian ,kurang keperawatan Observasi klien berada
terpapar informasi selama 1 x 24jam Identifikasi di ansietas
d.d merasa diharapkan dengan tingkat ansietas
bingung, tampak kriteria hasil: tngkat berapa
Identifikasi
gelisah,mengeluh SLKI : tingkat keamampuan sehingga kita
pusing ansietas mengambil bisa
verbalisasi keputusann melakukan
kebingungan Monitor tanda- tindakan
menurun tanda ansietas sesuai
verbalisasi
Terapeutik tingkatan
khawatir akibat
kondisi yang Ciptakan ansietasnya
dihadapi suasana Untuk
menurun terapeautik memastikan
pucat menurun untuk saat
perilaku gelisah menumbuhkan pengambilan
menurun kepercayaan
keputusan
Temani klien
untuk klien benar-
mengurangi benar
kecemasan mengambil
Dengarkan keputusan
dengan penuh yang tepat
perhatian Untuk
Edukasi
mencegah
Anjurkan terjadi
keluarga untuk kenaikan
tetap menemani tingkat
klien
ansietas
Latih teknik
relaksasi Agar klien
bisa
mencurahkan
apa saja yang
ia ingin
ceriatakan
atau yang ia
rasakan
Agar
kecemasannya
tidak
bertambah
Agar ia
merasa lebih
tenang dan
tidak merasa
kesepian
Agar klien /
keluarga
merasa lebih
nyaman
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan SIKI: pencegahan Deteksi dini
tindakan infeksi terhadap
keperawatan Observasi adanya tanda
selama 1 x 24jam Monitor tanda – tanda
diharapkan dengan dan gejal infeksi.
kriteria hasil: infeksi Adanya warna
SLKI : yang lebih
tingkat infeksi Terapeautik gelap disertai
Kebersihan Batasi jumlah bau tidak enak
tangan dan pengunjung mungkin
badan Berikan merupakan
meningkat perawatan kulit tanda infeksi
Nafsu makan pada area Mencegah
meningkat edema masuknya
Demam Cuci tangan mikroorganis
menurun sebelum dan me melalui
Kemerahan sesudah kontak luka operasi
menurun dengan pasien Protein
Nyeri menurun dan lingkungan berperan
Bengkak pasien mengganti sel
menurun Pertahankan – sel yang
Cairan berbau teknik aseptik rusak dan
busuk menurun pada pasien meningkatkan
Letargi resiko tinggi daya tahan
menurun tubuh
Kadar sel darah Edukasi Mobilisasi
putih membaik Jealaskan tanda meningkatkan
Kultur urine, dan gejala sirkulasi darah
darah, infeksi sehingga
sputum ,area Ajarkan cara mempercepat
luka, feses mencuci tangan penyembuhan
membaik dengan benar luka
Ajarkan etika Mencegah
batuk faktor resiko
Ajarkan cara penularan
memeriksa Memblok
kondisi luka invasi
atau luka berkembangbi
operasi aknya
Ajarkan cara mikroorganis
meningkatkan me dengan
asupan nutrisi merubah PH
Ajarkan cara jaringan
meningkatkan sesuai dengan
asupan cairan spektrum
antibiotik
Kolaborasi
yang
Kolaborasi
digunakan
pemberian
imunisasi jika
perlu
4. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan dapat diterapkan dari
intervensi yang telah ditentukan berdasarkan masalah/diagnosa
keperawatan yang dialami oleh klien.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan dengan teknik SOAP untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah diberikan pada klien
berhasil membuat keadaan klien teratasi dengan baik atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Chairani, Nopi. 2019. Asuhan Keper awatan pada Ny. S dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman:Nyeri pada Post
Operasi Sectio Caesarea di R.S Fajar Kelurahan Sari Rejo Medan
Polonia. Diakses tanggal 1 Juni 2020. Doenges, M.E. 2001, Rencana
Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Gloria M. Bulechek, et al. 2019. Nursing Interventions Classifications (NIC),
Edisi Keenam.
Missouri: Mosby Elsevier.
Hartanti, Septi. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Post Sectio
Caesarea Hari Ke-1 Atas Indikasi Disproporsi Cefalopelvic Di Ruang
Bougenvil Di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Diploma thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Khasanah, Rafikatul. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Post SC
Atas Indikasi Janin Letak Sungsang Di Ruang Dewi Kunthi RSUD Kota
Semarang.
Mayasari, Wulan. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nyeri Pada
Ny. W: Post SC Indikasi Postmatur Dengan Oligohidramnion Di Bangsal
Bougenvil RSUD Sukoharjo.
Myles textbook for midwives,2020,Buku ajar bidan Edisi :14,Jakarta :EGC
Morhedd, dkk. 2020. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.
Missouri: Mosby Elsevier.
NANDA. 2019. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015
2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Ratnawati, Agustina Dwi. 2020. Analisis Asuhan Keperawatan Pemberian
Teknik Relaksasi Benson Pada Ibu Post Sectio Caesarea Dengan Masalah
Nyeri Akut Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo
Purwokerto. Karya Ilmiah Akhir Ners.
Tarwoto dan Wartonah. 2019. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.