Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM DENGAN

SECTIO CAESAREA

A. Definisi Sectio Caesarea(SC)

Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.(Nurarif & Kusuma, 2015).

Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana
irisan dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Walyani and Purwoastuti,
2015).

Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas
500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Potter & Perr 2013).

B. Klasifikasi Sectio Caesarea (SC)

1. Sectio Caesarea (SC) abdomen SC transperitonealis

2. Sectio Caesarea (SC) vaginalis

Menurut arah sayatan pada rahim, SC dapat dilakukan sebagai berikut:

- Sayatan yang memanjang

- Sayatan yang melintang

- Sayatan yang berbentuk huruf T

3. Sectio Caesarea (SC) klasik

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira
sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena memiliki banyak
perlengketan organ cara ini dapat dipertimbangkan.

4. Sectio Caesarea (SC) ismika


Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira – kira sepanjang 10 cm (Nurarif & Kusuma, 2015).

C. Etiologi Sectio Caesarea (SC)

1. Etiologi yang berasal dari ibu

Menurut Manuaba (2012), adapun penyebab sectio caesarea yang berasal dari ibu
yaitu ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II, komplikasi
kehamilan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya). Selain itu terdapat beberapa
etiologi yang menjadi indikasi medis dilaksanakannya seksio sesaria antara lain :CPD
(Chepalo Pelvik Disproportion), PEB (Pre-Eklamsi Berat), KPD (Ketuban Pecah
Dini), Faktor Hambatan Jalan Lahir.

2. Etiologi yang berasal dari janin

Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat
dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi (Nurarif
& Kusuma, 2015).

D.    Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria


Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif
yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post  partum.Manifestasi klinis
sectio caesarea menurut.(Nurarif & Kusuma, 2015) antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b . Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c . Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h . Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j.   Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k.  Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
l.  Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

E. Tanda dan gejala

Tanda dan Gejala yang lazim terjadi, pada infeksi menurut(Smeltzer,and Bare 2013)
sebagai berikut :

a. Rubor

Rubor atau kemerahan merupakan hal yang pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan.Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola
yang mensuplai darah ke daerah peradangan.Sehingga lebih banyak darah mengalir
ke mikrosirkulasi local dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan
darah.Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah local
karena peradangan akut.

b. Kalor

Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.Kalor


disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat.Sebab darah yang memiliki
suhu 37 derajat celcius disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih
banyak daripada ke daerah normal.

c. Dolor

Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang


ujung-ujung saraf.Pengeluaran zat seperti histamine atau bioaktif lainnya dapat
merangsang saraf.Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan meninggi akibat
pembengkakan jaringan yang meradang.

d. Tumor

Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan


oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan
interstitial.

e. Functio Laesa

Merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal.Akan tetapi belum diketahui


secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi
dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c.  Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d.  Urinalisis / kultur urine
e.  Pemeriksaan elektrolit. (Potter & Perry 2013)

G. Komplikasi PostSectio Caesarea (Sc)


Komplikasi pada sectio caesarea adalah saebagai berikut :

1. Infeksi Puerferal (nifas)

- Ringan dengan kenaikan suhu hanya beberapa hari saja.

- Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung.
- Berat dengan peritonitis, sepsisdan illeus paralitik. Infeksi berat sering kita jumpai
pada partus terlantar, sebelum timbul infeksinifas, telah terjadi infeksi intra partum
karena ketuban pecah terlalu lama.

2. Perdarahan karena :

- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

- Atonia uteri.

- Perdarahan pada placental bed.

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi
terlalu tinggi.Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.

H. Penatalaksanaan

1. Pemberian cairan

     Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
2. Diet
     Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air
putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi. Latihan pernafasan dapat dilakukan
penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar. Hari kedua post
operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas
dalam lalu menghembuskannya. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah
menjadi posisi setengah duduk (semifowler). Selanjutnya selama berturut-turut, hari
demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4.Kateterisasi
     Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
Antibiotik Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam. Oral: tramadol tiap 6 jam atau paracetamol.
Injeksi: penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
6. Perawatan luka
     Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti
7. Perawatan rutin
     Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
8. Perawatan Payudara
     Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.(Hasanah and
Wardayanti, 2015)
I. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama,
partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC). Dalam
proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami
imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi. (Potter & Perry, 2013).

J. Resiko Infeksi Pada Post Sectio Caesaria

Infeksi adalah invasi tubuh pathogen atau mikroorganisme yang mampu


menyebabkan sakit.Risiko infeksi merupakan keadaan dimana seorang individu berisiko
terserang oleh agen patogenik dan oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit
lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber eksogen dan endogen (Potter & Perry,
2013).

a. Efek prosedur invasif

b. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.

c. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : Kerusakan integritas kulit, ketuban


pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya,
d. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : Penurunan hemoglobin,
imununosupresi.

e. Penyakit kronis

K. Dampak Resiko Infeksi

Dampak apabila ibu nifas mengalami infeksi luka Post Sectio Caesarea dan tidak
segera ditangani akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan epidermis
maupun dermis, gangguan pada sistem persyarafan, dan kerusakan jaringan seluler
menurut (Hasanah and Wardayanti, 2015)

L. Faktor Predisposisi/Faktor Pencetus

Beberapa faktor yang mencetuskan risiko infeksi pada pasien menurut Potter & Perry
(2013) adalah:

a. Agen

Agen itu penyebab infeksinya, yaitu mikroorganisme yang masuk bisa karena
agennya sendiri atau karena toksin yang dilepas.

b. Host

Host itu yang terinfeksi, jadi biarpun ada agen, kalau tidak ada yang bisa dikenai,
tidak ada infeksi.Host biasanya orang atau hewan yang sesuai dengan kebutuhan
agen untuk bisa bertahan hidup atau berkembang biak.

c. Environment (lingkungan)

Environment itu lingkungan di sekitar agen dan host, seperti suhu, kelembaban, sinar
matahari, oksige dan sebagainya.Ada agen tertentu yang hanya bisa bertahan atau
menginfeksi pada keadaan lingkungan yang tertentu juga.
M. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2015). Pengkajian
merupakan proses yang kontinu dilakukan setiap tahap proses keperawatan
tergantung pada pengumpulan data (informasi) yang lengkap dan akurat. (Padila,
2015).
a. identitas umum
Identitas umum meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, alamat, tanggal
dan jam masuk rumah sakit, dan sumber informasi pasien.
b. riwayat kesehatan
- Keluhan utama
Keluhan utama yang bisa dirasakan klien sectiocaesarea (sc) adalah
nyeri seperti ditusuk-tusuk, panas, perih, mules, dan sakit kepala jahitan
perineum.
- Riwayat penyakit sekarang
Kapan timbul masalah, riwayat utama, penyebab,gejala timbul tiba-
tiba/perlahan, lokasi, obat yang diminum, dan cara penanggulangannya.
- Riwayat penyakit keluarga
Meliputi penyakit yang pernah diderita keluarga baik penyakit kronis,
keturunan, maupun penyakit menular (Potter & Perry,2013).
- Riwayat seksualitas/reproduksi
Kebanyakan klien enggan diajak untuk berhubungan dengan pasangan,
frekuensi untuk melakukan hubungan juga berkurang, karena klien
masih merasakan sakit pada area bekas operasi. Adapun riwayat
reproduksi nya yaitu:
1) Usia menarche, siklus haid, lama haid, haid terakhir.
2) Masalah dalam menstruasi, apakah ibu pernah pap smear.
3) Penggunaan kontrasepsi sebelumnya, misal : IUD, suntik, implant,
dan oral.
c. Pengkajian psikososial
Pengkajian faktor emosional, perilaku dan sosial pada masa pascapartum
memungkinkan perawat mengidentifikasi kebutuhan ibu dan keluarga terhadap
dukungan, penyuluhan, dan bimbingan antisipasi, respon mereka terhadap
pengalaman kehamilan dan perawatan persalinan pascapartum dan faktor-faktor
yang mempengaruhi tanggung jawab menjadi orang tua baru. Perawat juga
mengkaji pengetahuan dan kemampuan ibu yang terkait dengan perawatan diri,
perawatan bayi baru lahir, dan pemeliharaan kesehatan serta perasaan tentang diri
dan gambaran dirinya.
d. Pemeriksaan fisik
- Tanda-tanda vital
Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama beberapa hari pasca
partum karena demam biasanya merupakan gejala awal infeksi, Suhu
tubuh 38 c. Brakikardi merupakan perubahan fisiologis normal selama
6 sampai 10 hari pasca partum dengan frekuensi nadi 40 sampai 70
kali/menit. Tekanan darah umumnya tetap dalam batas normal selama
kehamilan.
- Pernafasan
Menurut Holmes (2011) klien sectiocaesarea terjadi peningkatan
pernafasan, lihat adanya tarikan dinding dada, frekuensi pernafasan,
irama pernafasan, irama nafas serta kedalaman bernafas
- Kepala dan muka
Amati kesimetrisan muka, amati ada atau tidaknya hiperpigmentasi
pada wajah ibu (cloasmagravidanum), amati warna dari keadaan
rambut, kaji kerontokan dan kebersihan rambut, kaji pembengkakan
pada muka.
- Mata
Amati ada atau tidaknya peradangan pada kelopak mata, kesimetrisan
kanan dan kiri, amati keadaan kongjungtiva (kongjungtivitis atau
anemis), sclera (ikterik atau indikasi hiperbilirubin atau gangguan pada
hepar), pupil (isokor kanan dan kiri (normal), reflek pupil terhadap
cahaya miosis atau mengecil, ada atau tidaknya nyeri tekan atau
peningkatan tekanan intraokuler pada kedua bola mata.
- Hidung
Amati keadaan septum apakah tepat di tengah, kaji adanya masa
abnormal dalam hidung dan adanya sekret, kaji adanya nyeri tekan pada
hidung.
- Telinga
Amati kesimetrisan,warna dengan daerah sekitar, ada atau tidaknya
luka, kebersihan telinga ,amati ada tidaknya serumen dan otitis media
- Mulut
Amati bibir apa ada kelainan kongenital (bibir sumbing),
warna,kesimetrisan, sianosis atau tidak, pembengkakan, lesi, amati
adanya stomatitis pada mulut, amati jumlah dan bentuk gigi, warna dan
kebersihan gigi.
- Leher
Amati adanya luka, kesimetrisan dan masa abnormal , kaji adanya
distensi vena jugularis, dan adanya pembesaran kalenjar tiroid.
- Paru-paru
Kesimetrisan bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi irama,
kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu
pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/penonjolan, kaji
pergerakan dada, massa, lesi, nyeri dan tractile fremitus apakah normal
kanan dan kiri, perkusi (normalnya berbunyi sonor), kaji bunyi
(normalnya kanan dan kiri terdengar vesikuler).
- Cardiovaskuler
Terjadi peningkatan frekuensi nadi, irama tidak teratur, serta
peningkatan tekanan darah.
- Payudara
Pengkajian payudara selama masa pasca partum meliputi inspeksi
ukuran, bentuk, warna,dan kesimetrisan serta palpasi konsistensi
apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi
- Abdomen
Apakah kembung, asites, terdapat nyeri tekan, lokasi massa, lingkar
abdomen, bising usus dan terdapat bekas luka operasi Sectiocaesarea
- Ekstremitas bawah
Pengkajian pasca partum pada ekstremitas bawah meliputi inspeksi
ukuran, bentuk, kesimetrisan, warna, edema, dan varises. Suhu dan
pembengkakan dirasakan dengan palpasi.
- Genetalia
Meliputi kebersihan dari genetalia pasien, adanya lesi atau nodul dan
mengkaji keadaan lochea. Lochea yang berbau menunjukkan tanda-
tanda resiko infeksi. (Wulandari & Handayani, 2011).
e. Nutrisi
Ibu yang menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, pil zat besi
harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40 hari pasca bersalin, makan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup. Makanan bergizi terdapat pada sayur hijau, lauk pauh dan buah.
f. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan BAB dan BAK meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi, bau serta masalah eliminasi.pada klien SC biasanya
2-3hari mengalami kesulitan buang air besar (konstipasi) (Anggraini,2010).
g. Pemeriksaan laboratorium
Untuk mengkaji apakah ada anemia, pemeriksaan hitung darah lengkap,
hematokrit atau haemoglobin dilakukan dalam 2 sampai 48 jam setelah persalinan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan digunakan sebagai landasan untuk pemilihan intervensi


guna mencapai hasil yang menjadi tanggung jawab perawat. Diagnosa keperawatan perlu
dirumuskan setelah melakukan analisa data dari hasil pengkajian untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan yang melibatkan klien beserta keluarganya (PPNI, 2016).
Masalah keperawatan yang actual/potensial sering muncul pada ibu Post
Partum/SC setelah kelahiran sesar berdasarkan definisi dan klasifikasi diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik pembedahan.


2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi postpartum.
4. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu,
terhentinya proses menyusui.
5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan efek tindakan medis (SC)
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan post partum

3. Perencanaan

Menurut Nursalam (2015) rencana keperawatan dapat diartikan sebagai suatu


dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi
keperawatan. Rencana keperawatan meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang telah diidentifikasi pada
diagnosis keperawatan. Intervensi yang mungkin muncul berkaitan dengan pemenuhan
kenyamanan bebas dari rasa nyaman nyeri pada ibu post partum dengan tindakan Sectio
Caesarea.
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Nyeri Pain lever : a. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan Pain Control: secara komprehensif
dengan agen Comfort level: termasuk lokasi,
injuri fisik a. Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
pembedahan nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas, dan
nyeri, mampu faktor presipitasi
menggunakan tekhnik b. Observasi adanya
nonfarmakologi untuk petunjuk nonverbal
mengurangi nyeri, mengenai
mencari bantuan) ketidaknyamanan
b. Melaporkan bahwa terutama pada mereka
nyeri berkurang yang tidak dapat
dengan menggunakan berkomunikasi secara
manajemen nyeri efektif.
c. Menyatakan rasa c. Gunakan strategi
nyaman setelah nyeri komunikasi terapeutik
berkurang untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien.
d. Berikan informasi
mengenai nyeri,seperti
penyebab, berapa lama
nyeri akan dirasakan.
e. Kurangi atau eliminasi
faktor-faktor yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
misalnya, (ketakutan, dan
kelelahan)
f. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyeri dengan
cepat.
g. Ajarkan metode
nonfarmakologi untuk
menurunkan nyeri
h. Berikan penurunan nyeri
yang optimal dengan
peresepan analgesik
i. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk


mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2015). Implementasi dapat dilakukan
seluruhnya oleh perawat, ibu sendiri, keluarga atau tenaga kesehtaan yang lain.
Implementasi tindakan keperawatan dibedakan menjadi 3 kategori :

1. Independent, yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama tanpa petunjuk
dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
2. Interdependent, yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama dari tenaga
kesehatan lainnya.
3. Dependent, berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis/instruksi
dari tenaga medis.

5. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan pada waktu kegiatan yang sedang dilakukan, intermitten
dan terminal. Evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan berjalan atau segera setelah
implementasi meningkatkan kemampuan perawat dan memodifikasi intervensi. Evaluasi
intermitten dilakukan pada seminggu sekali sedangkan terminal dilakukan keadaan pasien
pada waktu pulang. Perumusan evaluasi formatif meliputi 4 komponen yang dikenal
istilah SOAP, yaitu :

S : Subjek (data berupa keluhan informan)

O : Objektif (data hasil pemeriksaan)

A : Analisis data (pembanding data dengan teori)

P : Perencanaan evaluasi mencapai tujuan.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Y (2010). Asuhan Kebidanan masa nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Hasanah, Nu., & Wardayanti, P. (2015). Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada NY “S” Dengan
Infeksi Post SC Harin Ke 16 Di RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Biomass Chem Eng,
49(23–6), 22–23.

Holmes, D & Philip N, B (2011). Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
edis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawtan, Aplikasi dalam praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: Salemba Medika

Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., Hall, A.M. (2013). Fundamentals of nursing. 8th ed.St.
Louis, Missouri: Elsevier Mosby

Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika

PPNI, (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisidan Indikator Diagnostik,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC

Walyani, dan Purwoastuti. 2015. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka
Baru

Wulandari & Handayani, (2011). Asuhan kebidanan ibu masa nifas. Yogyakarta:

Goysen Publishing

Anda mungkin juga menyukai