Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah kondisi seseorang dalam keadaan sehat secara

kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial sehingga mampu memenuhi

tanggung jawab, berfungsi secara efektif di lingkungannya dan puas dengan

perannya sebagai individu maupun dalam berhubungan secara interpersonal.

Undang-undang Kesehatan Jiwa yaitu Nomor 18 Tahun 2014 pasal 1 ayat 1

menyatakan bahwa kesehatan jiwa yaitu kesehatan dimana individu menyadari

kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara

produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya

(Kemenkes, 2014).

Penderita gangguan jiwa akan mengalami penurunan keinginan untuk

melakukan kegiatan sehari-hari, kemampuan bekerja, melakukan hubungan

sosial, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan. Menurutnya keinginan

melakukan kegiatan disebabkan oleh kurangnya motivasi sehingga penderita

gangguan jiwa tidak mau melakukan kegiatan termasuk kegiatan perawatan

perawatan diri (Rusdi & Dermawan,2013).

Masalah kurangnya perawatan diri pada gangguan jiwa tidak boleh

dianggap remeh. Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar

manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna untuk mempertahankan

kehidupannya. Kurangnya perawatan diri atau yang disebut dengan defisit

perawatan diri merupakan gangguan kemampuan untuk melakukan perawatan

terhadap dirinya sendiri (Direja, 2011). Klien dinyatakan mengalami defisit

1
perawatan diri jika tidak dapat melakukan kegiatan perawatan diri seperti

perawatan diri, berhias secara mandiri, makan secara mandiri dan toileting

( Rusdi & Dermawan, 2013).

Defisit perawatan diri adalah sikap tidak mampu melakukan atau

menyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI, 2016). Defisit perawatan diri

meliputi ketidakmampuan dalam melakukan kebersihan diri, berpakaian,

makan dan minum, eliminasi, dan lingkungan. Defisit perawatan diri:

kebersihan diri adalah ketidakmampuan melalukan pembersihan diri secara

saksama dan mandiri. Defisit perawatan diri: berpakaian adalah

ketidakmampuan untuk mengenakan atau melepas pakaian secara mandiri

(NANDA-I,2018). Defisit perawatan diri: makan dan minum adalah

ketidakmampuan makan secara mandiri (NANDA-I,2018). Defisit perawatan

diri: eliminasi adalah ketidakmampuan untuk melakukan secara mandiri tugas

yang berkaitan dengan eliminasi fekal dan urine (NANDA-I,2018).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, sampai tahun

2015 tercatat penderita gangguan jiwa sebesar 542.700.000 jiwa atau 8,1% dari

jumlah keseluruhan penduduk dunia yang berjumlah sekita 6.700.000.000 jiwa

atau sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu

selama hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada usia dewasa muda antara 18-

21 tahun. Menurut National Institute of Mental gangguan jiwa mencapai 14%

dari penyakit secara keseluruhan dan di perkirakan akan berkembang menjadi

25% di tahun 2030 (WHO, 2016).

2
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018

oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

dilakukan pada 300.000 sampel rumah tangga ( 1,2 juta jiwa) di 34 provinsi,

416 kabupaten, dan 98 kota. Dari sejumlah data dan informasi kesehatan, poin

tentang gangguan jiwa mengalami peningkatan proporsi cukup signifikan.

Sebab, jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013 naik dari 1.7 % menjadi 7 %.

Prevalensi depresi pada penduduk umur lebih 15 tahun menurut provinsi,

Sulawesi Tengah menempati peringkat teratas. Posisi paling bawah adalah

Provinsi Jambi. Sementara, prevalensi gangguan mental emosional pada

penduduk berumur lebih dari 15 tahun berdasarkan provinsi, dari tahun 2013

sampai 2018, Sulawesi Tengah kembali menempati posisi pertama. Provinsi

Jambi juga menempati peringkat paling akhir dalam kategori ini.

Peran perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan

spesifik (Dalami, 2010). Aspek drai peran tersebut meliputi kemandirian dan

kolaborasi diantaranya adalah yang pertama yaitu sebagai pelaksana asuhan

keperawatan, yaitu perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan

jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas. Perawat melaksanakan asuhan

keperawatan secara kompherensif melalui pendekatan proses keperawatan

jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan

tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan keperawatan serta evaluasi

terhadap tindakan tersebut. Peran perawat yang kedua yaitu sebagai pelasana

pendidikan keperawatan yaitu perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa

kepada individu, keluarga dan komunitas agar mampu melakukan perawatan

diri sendiri, anggota keluarga dan anggota masyarakat lain. Peran yang ketiga

yaitu sebagai pengelola keperawatan adalah perawat harus menunjukkan sikap

3
kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan keperawatan

jiwa. Peran perawat yang keempat yaitu sebagai pelaksana penelitian yaitu

perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan

menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk

meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.

Hasil survei awal yang dilakukan di ruang rawat inap arjuna RSJD

Provinsi Jambi, didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 1.1
Data Jumlah Klien Berdasarkan Diagnosa Keperawatan di Ruangan
Rawat Inap Arjuna RSJ Daerah Provinsi Jambi Bulan April Tahun 2018

No Ruangan Halusinasi Waham DPD PK HDR ISOS RBD

1 Arjuna 8 1 13 0 1 1 0

Jumlah 24 Klien
Sumber : Data Keperawatan Rawat Inap Ruangan Arjuna RSJ Daerah Provinsi
Jambi April 2018

Pada tabel 1.1 diketahui bahwa jumlah klien Skizofrenia cenderung

dengan gejala Defisit perawatan diri (DPD) pada bulan April 2018 diruang

rawat inap Arjuna RSJD Provinsi Jambi yang berjumlah 13 dari 24 klien dan

merupakan masalah terbanyak dari diagnosa keperawatan yang dialami klien

rawat inap Arjuna RSJD Provinsi Jambi.

Berdasarkan latar belakang diatas kelompok sepakat untuk mengangkat

masalah defisit perawatan diri pada Tn. S di RSJD Provinsi Jambi tahun 2018.

4
A. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana melakukan

asuhan keperawatan jiwa pada Tn.S dengan defisit perawatan diri di RSJD

Provinsi Jambi.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah kelompok dapat

menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. S dengan Defisit

Perawatan Diri di RSJD Provinsi Jambi

2. Tujuan khusus

Pada tujuan khusus ini kelompok mampu :

a. Melakukan pengkajian langsung pada Tn. S dengan Defisit Perawatan

Diri.

b. Merumuskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan jiwa

pada Tn. S dengan Defisit Perawatan Diri

c. Menyusun rencana keperawatan jiwa (intervensi) pada Tn.S dengan

Defisit Perawatan Diri.

d. Melakukan tindakan keperawatan jiwa (implementasi) pada Tn.S

dengan Defisit Perawatan Diri.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.S dengan Defisit Perawatan

Diri.

C. Manfaat

a. Bagi RSJD Provinsi Jambi

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam melaksanakan

standara asuhan keperawatan jiwa agar dapat meningkatkan mutu

5
pelayanan keperawaan khusunya pada klien dengan Defisit Perawatan

Diri.

b. Bagi Institusi Pendidikan Khususnya Ilmu Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk meningkatkan

pengetahuan dan pengembangan ilmu keperawatan jiwa sehingga dapat

meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan jiwa pada pasien

dengan Defisit Perawat Diri.

c. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Menambah referensi bagi mahasiswa keperawatan jiwa khususnya

tentang pelaksanaan asuhan kperawatan jiwa pada pasien Defisit

Perawatan Diri ditatanan pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai